Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aimee Detria Arianto
"Rumah sakit perlu mematuhi peraturan yang berlaku dan memenuhi standar tertentu untuk dapat menjamin mutu pelayanan dan keselamatan pasien agar terhindar dari cedera. Insiden yang mengancam keamanan pasien di rumah sakit di Kota Depok cukup tinggi. Kesalahan pengobatan paling sering terjadi pada proses dispensing obat sehingga diperlukan analisis gap implementasi penyerahan obat dan bahan obat serta narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi (NAPP) di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) terhadap regulasi yang terbaru, yaitu Peraturan BPOM No. 24 Tahun 2021. Analisis dilakukan berdasarkan hasil observasi langsung, resep obat, sistem AFYA RSUI, dan dokumentasi yang terdapat di unit farmasi rawat jalan dan instalasi gawat darurat (IGD). Analisis gap dilakukan dengan membuat tabel yang terdiri dari persyaratan pada regulasi, implementasi di unit farmasi, kajian analisis gap, kesimpulan dan saran perbaikan, serta sumber data. Selain itu, analisis ini disimpulkan dalam bentuk persentase kesesuaian (%) yang diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah persyaratan yang terpenuhi dengan total persyaratan yang berlaku. Persyaratan yang mengatur tentang penyerahan obat dan bahan obat adalah sebanyak 27 butir, sementara NAPP adalah sebanyak 37 butir. Implementasi penyerahan obat dan bahan obat serta NAPPF di unit farmasi RSUI tidak sepenuhnya memenuhi regulasi yang berlaku. Gap ditemukan pada 5 butir penyerahan obat dan bahan obat, serta 8 butir penyerahan NAPP. Dengan demikian, dapat diperoleh persentase kesesuaian penyerahan obat dan bahan obat serta NAPP berturut-turut adalah 66,67% dan 65,22%.

Hospitals need to comply with the current regulation(s) to guarantee the quality of service and patient safety. Incidents occur in the drug dispensing process that threaten the safety of patients in hospitals in Depok City are quite high. So, a gap analysis of the implementation of drugs and crude drugs as well as narcotics, psychotropic, and pharmaceutical precursors (NAPP) at the University of Indonesia Hospital (RSUI) against the latest arrangement, which was BPOM Regulation No. 24 of 2021, was performed. The analysis was done based on the results of direct observation, drug prescriptions, RSUI's AFYA system, and documents in the outpatient pharmacy unit and emergency room (ER). Gap analysis was carried out through a table consists of regulatory requirements, implementation, gap analysis studies, conclusions, suggestions and the data sources. In addition, the compliance percentage (%) obtained from the division between the number of requirements met by the total of applicable requirements was shown to conclude the analysis. The provisions that regulates the dispensing of drugs and crude drugs are 27 clauses, while NAPP are 37 clauses. The implementation of drugs and crude drugs as well as NAPP dispensing at the RSUI pharmacy unit does not fully comply with applicable regulations. Gaps were found in 5 clauses of drugs and crude drugs dispensing, as well as 8 clauses for NAPP dispensing. Thus, it can be obtained that the compliance percentage of drug and crude drug as well as NAPP is 66.67% and 65.22%, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aimee Detria Arianto
"Kegagalan terapi akibat ketidaksesuaian dosis antibiotik masih banyak ditemukan di fasilitas kesehatan di Jakarta. Ketidaksesuaian ini karena tidak adanya pertimbangan terhadap berat badan, tinggi badan, atau umur pasien. Permasalahan tersebut seharusnya dapat diatasi oleh apoteker dengan memastikan kembali dosis obat sebelum diserahkan ke pasien pada saat pengkajian resep. Namun, banyaknya jumlah pasien yang melebihi kapasitas tenaga kesehatan dapat meningkatkan kerentanan terhadap kesalahan dan memperlambat proses pelayanan. Analisis dosis obat dapat dipermudah dengan menggunakan spreadsheet yang sudah dilengkapi dengan rumus secara otomatis. Spreadsheet tersebut terdiri dua bagian, antara lain sheet basis data dan pendeteksi dosis obat. Basis data memuat informasi mengenai nama obat, indikasi, kategori kehamilan, kekuatan sediaan, dosis maksimum harian dewasa dan anak yang mengacu pada formularium Puskesmas Kecamatan Pulogadung serta referensi lain. Sementara sheet pendeteksi obat terdiri dari tabel pengisian resep dan pengecekan dosis. Pada sheet tersebut dosis pada resep dapat dibandingkan dengan dosis dari hasil perhitungan menggunakan rumus Clark. Perhitungan dosis berdasarkan rumus Clark secara otomatis terlihat setelah informasi pada resep dimasukkan ke dalam tabel. Dengan demikian, ketidaksesuaian dosis akan terdeteksi secara langsung. Antibiotik yang digunakan sebagai basis data untuk analisis, antara lain amoksisilin, sefadroksil, doksisiklin, dan kotrimoksazol karena merupakan antibiotik yang paling sering diresepkan. Selain itu, spreadsheet yang sudah dibuat dapat diakses melalui QR Code untuk mempermudah penggunaan.

Medication error due to over or underdose is still commonly found in health facilities in Jakarta. This discrepancy is due to the absence of consideration for the patient's weight, height, or age. The pharmacist should be able to overcome this problem by reconfirming the dosage of the drug before it is handed over to the patient during the prescription assessment. However, the dosage analysis is an error-prone process, especially with a large number of patients that exceeds the capacity of health workers. A spreadsheet complete with a specific formula will help the assessment process significantly. The spreadsheet consists of a database sheet and a drug dose detector. The database contains information regarding drug names, indications, pregnancy categories, dosage strengths, and maximum daily adult and child doses referring to the Pulogadung Subdistrict Health Center formulary and other references. On the second sheet, the drug dose detector consists of a fill-out prescription table and a dosage checker. The dosage calculation is based on Clark's formula and will be automatically displayed after the fill-out table has been filled based on the prescription. Thus, the dose discrepancies can be detected immediately. The antibiotics used in the database include amoxicillin, cefadroxil, doxycycline, and co-trimoxazole due to the highest frequency amongst other prescribed antibiotics. In addition, a QR Code that directs users to the spreadsheet was generated for easier access."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aimee Detria Arianto
"BPOM menetapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) sebagai pedoman untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang mengatur pemeliharaan suhu pada saat penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman produk rantai dingin untuk dapat menjamin kualitas dan mutunya. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menjaga suhu selama pengiriman adalah ice pack. Ice pack merupakan alat yang reusable, tahan terhadap bocor, ekonomis, dan efektif untuk mempertahankan suhu selama pengiriman. Validasi pengiriman produk rantai dingin perlu dilakukan untuk mengetahui konfigurasi terbaik dan menjamin kualitas produk selama transportasi. Konfigurasi ice pack yang paling baik untuk mempertahankan suhu 2- 8°C produk rantai dingin selama waktu tertentu diperoleh dengan menggunakan alat bantu temperature data logger. Dua konfigurasi yang divalidasi adalah konfigurasi dengan 4 ice pack dan 6 ice pack. Berdasarkan data yang diperoleh, penggunaan 4 ice pack merupakan konfigurasi yang terbaik karena mampu menjaga suhu dan tidak keluar dari rentang 2-8°C selama 8 jam.

Indonesian FDA (BPOM) published Good Distribution Practice (GDP) intended to assist pharmaceutical distributors relating to temperature during receipt, storage, and delivery of cold chain products to maintain the quality and integrity of products. One of the cold chain equipment that is widely used to maintain temperature during shipment is Ice packs. Ice packs are reusable, leak proof, budget-friendly, and effective as a cooling device. Cold chain transport validation needs to be carried out with the device to confirm the best configuration and maintain the quality of products during transportation. The best ice pack configuration to maintain a temperature of 2-8°C for cold chain products for a certain time is obtained using a temperature data logger tool. The two configurations were arranged using 4 ice packs and 6 ice packs. Based on the data obtained, using 4 ice packs is the best configuration because"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aimee Detria Arianto
"Apoteker sebagai pelaku usaha harus mengelola dan mengembangkan bisnis apotek dengan mengidentifikasi masalah dan membuat keputusan yang strategis. Metode yang dapat dilakukan untuk membantu hal tersebut adalah dengan melakukan analisis basket size. Analisis ini dapat memahami pola perilaku konsumen dan hubungannya terhadap transaksi tunai. Selain itu, analisis ini dilakukan untuk mengetahui pencapaian target basket size di Apotek Kimia Farma Taman Harapan Indah. Nilai rata-rata basket size (ABS) dapat dihitung melalui pembagian antara total stock keeping unit (SKU) dengan total transaksi. Jumlah SKU yang dicatat dikelompokkan menjadi obat over the counter (OTC), upaya pengobatan diri sendiri (UPDS), dan resep. Analisis dilakukan dari hasil observasi 7 jam per hari selama 10 hari. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai ABS untuk obat bebas, UPDS, dan resep berturut-turut adalah 1,54; 1,38; dan 2,60. Berdasarkan hasil tersebut, basket size Apotek Kimia Farma THI belum mencapai target yang diharapkan, yaitu sebesar 2.

Pharmacists as business actors must manage and develop the pharmacy business by identifying problems and making strategic decisions. The method that can be done to help with this is to do a basket size analysis. This analysis can understand consumer behavior patterns and their relationship to cash transactions. In addition, this analysis was conducted to determine the achievement of the target basket size at Kimia Farma Taman Harapan Indah Pharmacy. The average basket size (ABS) value can be calculated by dividing the total stock-keeping unit (SKU) by the total transactions. The number of SKUs recorded was grouped into over-the-counter (OTC) drugs, self-medication (UPDS), and prescriptions. The analysis was carried out from the results of observations 7 hours per day for 10 days. The result of ABS values for over-the-counter drugs, UPDS, and prescriptions were 1.54; 1.38; and 2.60. Based on these results, the basket size of Kimia Farma THI Pharmacy has not reached the expected target, which is 2."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aimee Detria Arianto
"Penggunaan antibodi monoklonal, seperti alirocumab dan evolocumab sebagai inhibitor PCSK9 telah disetujui oleh U.S. FDA dan European Medicines Agency karena mampu menurunkan kadar LDL. Tetapi, kedua obat ini hanya dapat diadministrasikan secara parenteral sehingga para peneliti masih mencari alternatif lain untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Pada penelitian ini, senyawa dari golongan tetrahidroisoquinolin, fenilpiperazin, fenilalanin, dan benzofuran digunakan sebagai training set untuk mendapatkan model farmakofor yang berpotensi sebagai inhibitor PCSK9. Tahapan seperti pembuatan model farmakofor, validasi, optimasi, serta penapisan virtual dilakukan melalui LigandScout. Model farmakofor yang terbangkitkan memiliki skor 0,7031 dengan empat fitur farmakofor, yaitu satu AR, satu H, satu HBA, dan satu HBD. Model farmakofor kemudian dioptimasi menggunakan active set dari ligan terpilih dan decoy set dari DUD-E. Optimasi dengan penambahan feature weight sebesar 0,1 terhadap keempat fitur tersebut memberikan hasil validasi terbaik yang ditunjukkan dengan nilai AUC100%, EF1%, EF5%, sensitivitas, dan spesifisitas berturut-turut sebesar 0,93; 34,0%; 6,0%; 1,00; dan 0,79. Hasil penapisan virtual menggunakan model farmakofor tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan kaidah Lipinski’s Rule of Five dengan KNIME. Sebelas senyawa bahan alam dari HerbalDB yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi terapi anti-PCSK9 dalam bentuk sediaan peroral, antara lain morindone, gentisin, mesuaxanthone A, beta-phenethylamine, brazilin, pterofuran, n-cis- feruloyltyramine, bethanidine, 6-methoxykaempferol, gartanin, dan alizarin.

The use of alirocumab and evolocumab as PCSK9 inhibitors has been approved by U.S. FDA and European Medicines Agency because of their ability to reduce LDL levels. However, these monoclonal antibodies must be administered parenterally, so researchers are devising alternative strategies to overcome its limitation. In this study, tetrahydroisoquinoline, phenylpiperazine, phenylalanine, and benzofuran compound groups were used as training sets to obtain a pharmacophore model. The process of making a pharmacophore model, validation, optimization, and virtual screening were done using LigandScout. The generated pharmacophore model scored 0.7031 with four pharmacophore features, namely one AR, one H, one HBA, and one HBD. The model was then optimized using the active and decoy set from DUD-E. Optimization by increasing the feature weight by 0,1 to the four features gave the best validation result as indicated by the values of AUC100%, EF1%, EF5%, sensitivity, and specificity are 0.93; 34.0%; 6.0%; 1.00; 0.79 respectively. The virtual screening results using the optimized model were evaluated based on Lipinski’s Rule of Five with KNIME. Eleven natural compounds from HerbalDB that may be developed into anti-PCSK9 therapy in oral dosage form were obtained, including morindone, gentisin, mesuaxanthone A, beta-phenethylamine, brazilin, pterofuran, n-cis-feruloyltyramine, bethanidine, 6-methoxykaempferol, gartanin, and alizarin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aimee Detria Arianto
"PT. Kalbio Global Medika (KGM) akan memasarkan salah satu produknya ke Australia. Untuk dapat memperoleh izin edar, KGM harus menunjukkan kepatuhannya terhadap kaidah GMP yang ditetapkan oleh Therapeutic Goods Administration (TGA) sebagai badan otoritas negara yang berwenang atas pengaturan produk kesehatan di Australia. Upaya yang dilakukan mengetahui tingkat kepatuhan yang ada adalah dengan melakukan analisis gap terhadap pedoman Good Manufacturing Practice (GMP). Pedoman yang digunakan sebagai acuan diperoleh dari situs resmi TGA, antara lain Therapeutic Goods Act 1989 dan PIC/S Guide to GMP. Therapeutic Goods Act 1989 berisi tentang kewenangan menteri kesehatan serta hak dan kewajiban industri farmasi, sementara PIC/S Guide to GMP berisi tentang aspek pembuatan produk obat, zat aktif obat, produk steril, produk biologis, sistem komputer, kualifikasi, validasi, sampel, dan manajemen resiko mutu yang dibagi ke dalam bagian I, bagian II, dan beberapa annex. Analisis dilakukan dengan menentukan keterterapan klausa, kondisi sebenarnya, tingkat kekritisan dan status pemenuhan, serta solusi atas gap yang teridentifikasi. Dokumen seperti quality manual dan standar prosedur operasional digunakan sebagai sumber data untuk melakukan analisis. Berdasarkan hasil analisis terhadap pedoman mengenai manajemen resiko mutu, kegiatan alih daya, inspeksi diri, dan pengendalian perubahan, KGM memenuhi 89% dari ketentuan yang dipersyaratkan pada PIC/S Guide to GMP (PE009-016).

PT. Kalbio Global Medika (KGM) will market one of its products to Australia. To obtain marketing authorization, KGM must demonstrate its compliance with the GMP requirements set by the Therapeutic Goods Administration (TGA) as the state authority agency that has authority over the regulation of therapeutic goods in Australia. Conducting a gap analysis of the Good Manufacturing Practice (GMP) guidelines was done to manage compliance. The guidelines used were obtained from the official TGA website, which was the Therapeutic Goods Act 1989 and the PIC/S Guide to GMP. Therapeutic Goods Act 1989 regulates the Ministry of Health's authority and obligations of the pharmaceutical industry, while the PIC/S Guide to GMP provide guidance on manufacturing medicinal products, active drug substances, sterile products, biological products, computer systems, qualifications, validation, samples, and quality risk management which were divided into part I, part II, and several annexes. The analysis was carried out by determining the applicability of the clause, actual conditions, criticality, and fulfillment status, as well as action plans to minimize the gaps. Documents such as quality manuals and standard operating procedures were used. Based on the analysis regarding quality risk management, outsourcing activities, self-inspection, and change control, KGM complies with 89% of the requirements stated in the PIC/S Guide to GMP (PE009- 016)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library