Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 232501 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winfried Ichtussend Hartnajaya Chrisna
"Hemostat gelatin sponge menjadi salah satu material hemostatik yang digunakan pada aplikasi medis untuk menghentikan pendarahan pada luka akut. Pada penelitian sebelumnya penambahan monetite sebagai filler dapat membantu memusatkan komponen seluler dan protein darah sehingga dapat mendorong pembentukan gumpalan. Penelitian ini mengkaji pengaruh konsentrasi citric acid sebagai crosslink agent pada gelatin sponge. Citric acid menjadi alternatif crosslink agent daripada glutaraldehyde yang lebih umum digunakan karena sifat glutaraldehyde yang cenderung toksik dan memerlukan pencucian untuk menghilangkan sifat toksik nya. Penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi citric acid sebanyak 5 wt%, 10 wt%, 20 wt% dan 30 wt%. Gelatin yang digunakan adalah jenis gelatin bovine dengan konsentrasi 10% dan monetite sebanyak 10 wt%. Gelatin sponge disintesis dengan metode freeze drying selama 24 jam dan diberikan thermal treatment pada temperatur 80-90oC selama 24 jam. Setiap sampel dikarakterisasi menggunakan FTIR, UV Vis spectrophotometer, MTT Assay dan AAS. Dari hasil pengujian menggunakan FTIR didapatkan bahwa sampel gelatin sponge yang ditambahkan citric acid dengan konsentrasi 20 wt% dan 30 wt% menunjukkan adanya peningkatan ikatan ester yang terbentuk pada rentang wavenumber 1730-1715 cm-1. Fenomena ini mengkonfirmasi terbentuknya ikatan crosslink pada sampel. Hasil pengujian karakteristik water uptake juga menunjukkan penurunan swelling ratio pada 30 menit perendaman seiring dengan penambahan konsentrasi citric acid di dalam sampel. Pelepasan ion kalsium dari sponge cenderung meningkat seiring peningkatan konsentrasi citric acid diakibatkan penurunan pH selama perendaman. Karakteristik sitotoksisitas yang diukur dengan MTT Assay menunjukkan penambahan citric acid di dalam sampel tidak menunjukkan sifat toksik dan mendukung pertumbuhan sel hidup pada sampel. Karakteristik hemostasis menggunakan UV Vis Spectrophotometer menunjukkan bahwa sampel dengan konsentrasi citric acid yang lebih tinggi dapat meningkatkan hemolisis dan hemostasis dari gelatin sponge. Akan tetapi, gelatin sponge dengan tambahan CA memiliki hemokompatibilitas yang rendah karena tinggi nya hemolisis rate melebihi 5%.

Antenatal Care (ANC) is a comprehensive health service to optimize pregnancy outcomes through examinations by health workers during visits made by mothers or "prospective" mothers. In Indonesia, the coverage of ANC visits with a total of 6 visits (K6) only reached 17.6%, so it has not reached the target expected according to the National Medium-Term Development Plan (RPJMN). In 2023 in Bogor City, the ANC K6 coverage rate has reached the target (98.63%), but this is not the case with coverage in Bogor Regency (62.25%). ANC visits that do not reach the standard can be influenced by predisposing factors, supporting factors, and health needs factors. If this inequality is allowed to continue, it can increase the maternal mortality rate due to the lack of preventive measures and early treatment. This study aims to determine the relationship between knowledge and other factors with ANC visits of pregnant women in the working areas of selected health centers in Bogor City and Regency in 2025. This study is quantitative with a cross-sectional design on 124 pregnant women at Semplak and Sindangbarang Health Centers (Bogor City) and Cibinong and Sukaraja Health Centers (Bogor Regency). The results of this study were analyzed using the chi-square test. This study found that 90% of mothers in the district and 80.9% of mothers in the city made ANC visits according to recommendations. The results of the chi-square test showed that there was a significant relationship between the knowledge variable and ANC visits. Based on these results, it is recommended to optimize the coverage of ANC visits by increasing the knowledge of pregnant women and active participation from husbands and parents/in-laws/siblings to monitor the nutritional needs/status and health of pregnant women."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahaya Mahatma Sembahen
"Pertambahan berat badan selama kehamilan merupakan salah satu indikator penting dalam menilai status gizi ibu dan janin. Namun, masih banyak ibu hamil yang mengalami pertambahan berat badan tidak sesuai rekomendasi, yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan pada ibu dan bayi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, sebanyak 17,3% ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). Di Kabupaten Bogor, 22,7% ibu hamil memiliki berat badan kurang, sedangkan di Kota Bogor sebanyak 50% mengalami defisit energi berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor ibu, asupan zat gizi, serta faktor keluarga dengan pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan di Kabupaten dan Kota Bogor tahun 2025. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang menggunakan data sekunder dari penelitian Prof. Dr. Ratu Ayu D. S., Apt., M.Sc., berjudul “Pengaruh Suplementasi Red Palm Oil pada Diet Ibu Hamil terhadap Kualitas ASI dan Status Gizi Bayi.” Penelitian ini melibatkan responden ibu hamil dari wilayah kerja puskesmas terpilih Kabupaten dan Kota Bogor. Analisis data dilakukan dengan metode uji chi-square dan independent ttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,93% responden mengalami pertambahan berat badan yang tidak sesuai rekomendasi, dengan proporsi 42,31% di Kabupaten Bogor dan 57,69% di Kota Bogor. Uji bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMT prahamil, asupan energi, karbohidrat, lemak, pengetahuan ibu tentang kehamilan, serta dukungan suami dengan pertambahan berat badan ibu hamil (p-value < 0,05). Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, persepsi, pendidikan, status pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga (p-value > 0,05) dengan pertambahan berat badan ibu hamil. Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan edukasi mengenai pentingnya asupan energi dan zat gizi makro, serta pelibatan keluarga khususnya suami dalam mendukung kehamilan, sebagai upaya perbaikan status gizi ibu hamil di Kabupaten dan Kota Bogor.

Weight gain during pregnancy is one of the important indicators in assessing the nutritional status of the mother and baby. However, there are still many pregnant women who experience weight gain that is not as recommended, which can increase the risk of health problems in mothers and babies. Based on data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2018, 17.3% of pregnant women experienced Chronic Energy Deficiency (CHD). In Bogor Regency, 22.7% of pregnant women were underweight, while in Bogor City as many as 50% experienced severe energy deficit. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal factors, nutrient intake, and family factors with maternal weight gain during pregnancy in Bogor City and District in 2025. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design that uses secondary data from the research of Prof. Dr. Ratu Ayu D. S., Apt., M.Sc., entitled “The Effect of Red Palm Oil Supplementation in Pregnant Women's Diet on Breast Milk Quality and Infant Nutritional Status.” This study involved pregnant women respondents from selected health centers in Bogor City and District. Data were analyzed using chisquare and independent t-test methods. The results showed that 63.93% of respondents experienced weight gain that was not as recommended, with a proportion of 42.31% in Bogor Regency and 57.69% in Bogor City. Bivariate tests showed that there was a significant relationship between pre-pregnancy BMI, energy intake, carbohydrates, fat, protein, maternal knowledge about pregnancy, and husband and family support with gestational weight gain (p-value < 0.05). However, there was no significant relationship between age, perception, education, employment status, number of family members, and family income (p-value > 0.05) with gestational weight gain. Therefore, it is recommended to increase education on the importance of energy and macronutrient intake, as well as family involvement, especially husbands in supporting pregnancy, as an effort to improve the nutritional status of pregnant women in Bogor City and District."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulis Hana Pratiwi
"Permasalahan gizi seperti anemia pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. 40 kematian ibu di dunia berkaitan dengan anemia pada kehamilan. Laporan Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia sebesar 37,1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Tahun 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang cross sectional. Sumber data pada penelitian ini adalah kohort ibu dan register ibu hamil. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah 195 ibu hamil.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Kota Bogor tahun 2017 sebesar 24,1 . Berdasarkan hasil analisis didapatkan faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kehamilan adalah umur kehamilan nilai P: 0,048 dan kekurangan energi kronik nilai P: 0,013. Sedangkan faktor umur ibu, paritas dan jarak kelahiran tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada kehamilan.
Berdasarkan penelitian ini, perlu peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenaik kebutuhan zat gizi terutama zat besi selama kehamilan dan pembentukan program pengawasan minum tablet tambah darah untuk memantau semua ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai dengan kebutuhan selama kehamilan.

Nutrition problems such as anemia in pregnant women are still the focus of attention in health development in Indonesia. 40 of maternal deaths in the world are associated with anemia in pregnancy. The Riskesdas report of 2013 states that the prevalence of anemia in pregnancy in Indonesia is 37.1.
This study aims to determine the prevalence of anemia and factors affecting the incidence of anemia in pregnant women in the Working Area of Merdeka Healt Centers 2017.
This research is a quantitative research using cross sectional design. Sources of data in this study were maternal cohorts and maternal registers. The sampling technique used was total sampling with the number of 195 pregnant women. The results showed that the prevalence of anemia in pregnant women in the Work Area of Merdeka Health Center Bogor City in 2017 was 24.1.
Based on the analysis results obtained factors associated with the incidence of anemia in pregnancy is the age of pregnancy P value 0.048 and chronic energy deficiency P value 0.013. While the maternal age, parity and birth spacing factors were not associated with the incidence of anemia in pregnancy.
Based on this research, it is necessary to increase the knowledge of pregnant mother about requirement of nutrient especially iron during pregnancy and establishment of supervision program of tablet consumption to all pregnant woman consume tablets added blood as needed during pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bety Nurul Afni
"Prevalensi stunting di Indonesia berada pada posisi 115 dari 151 negara di dunia pada tahun 2020. Secara nasional, Indonesia menunjukkan penurunan namun masih diperlukan penurunan untuk mencapai target di tahun 2024. Menurut hasil SSGI tahun 2021 prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat sebesar 24,5%. Berdasarkan Buku Profil Informasi Kesehatan Kabupaten Bogor 2019, prevalensi stunting di Puskesmas Ragajaya sebesar 41,98% lebih tinggi daripada prevalensi Kabupaten Bogor yaitu sebesar 19,08%. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok sasaran dalam pencegahan stunting. Pencegahan stunting dapat dilakukan sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Stunting dapat terjadi akibat asupan nutrisi ibu hamil kurang. Theory of Planned Behavior (TPB) mencakup strategi untuk meningkatkan kepercayaan ibu terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Perilaku pencegahan stunting dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku dengan perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ragajaya. Desain penelitian ini cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 90 ibu hamil. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 65.5% ibu hamil memiliki perilaku pencegahan stunting yang baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan sikap (p=0.004), norma subjektif (p=0.045), dan persepsi kontrol perilaku (p=0.001) berhubungan dengan perilaku ibu hamil dalam mencegah stunting. Saran bagi fasilitas kesehatan diharapkan memberikan pendidikan kesehatan secara rutin sebagai salah satu langkah preventif baik melalui pelayanan konsultasi kesehatan ibu hamil, berbagai platform media sosial, serta kegiatan – kegiatan diskusi terkait dengan kesehatan ibu hamil terutama mengenai gizi ibu hamil dalam pencegahan stunting.

In 2020, the prevalence of stunting in Indonesia will be the 115th highest out of 151 countries in the world. Nationally, Indonesia is showing a decline, but a gradual decrease is still needed to reach the target in 2024. According to the results of SSGI in 2021, the prevalence of stunting in West Java Province is 24.5%. Based on the 2019 Bogor Regency Health Information Profile Book, the prevalence of stunting in the Ragajaya Health Center is 41.98%, which is higher than the Bogor Regency prevalence of 19.08%. Pregnant women are one of the target groups in stunting prevention. Stunting can be prevented from the first 1000 days of life (HPK), or from pregnancy to the age of two. Stunting can occur due to the insufficient nutritional intake of pregnant women. The Theory of Planned Behavior (TPB) includes strategies to increase the mother's confidence in her ability to meet nutritional needs during pregnancy. Stunting prevention behavior can be influenced by various factors, such as attitudes, subjective norms, and perceptions of behavior control. This study aims to determine the relationship between attitudes, subjective norms, and perceptions of behavior control with stunting prevention behavior in pregnant women in the working area of the Ragajaya Health Center. The research design is cross-sectional. The research sample consisted of 90 pregnant women. Data collection was carried out in December 2022. The results showed that 65.5% of pregnant women had good stunting prevention behavior. The results of the bivariate analysis showed that attitude (p = 0.004), subjective norm (p = 0.045), and perceived behavioral control (p = 0.001) were related to pregnant women's behavior in preventing stunting. Suggestions for health facilities are expected to provide routine health education as one of the preventive measures both through pregnant women's health consultation services, various social media platforms, and discussion activities related to the health of pregnant women, especially regarding nutrition for pregnant women in preventing stunting."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lianny Alda Suhendra
"Skripsi ini membahas hubungan pengetahuan gizi dan faktor lainnya dengan pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kemirimuka. Pengendalian tekanan darah dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Terdapat terapi farmakologis dan non farmakologis berupa edukasi faktor risiko. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa usia merupakan faktor yang mempengaruhi pengendalian tekanan darah. Pengetahuan gizi dan faktor lainnya yang tidak diteliti tidak mempengaruhi pengendalian tekanan darah. Variabel usia mempengaruhi hubungan antara pengetahuan gizi dengan keadian tekanan darah tidak terkendali. Usia mempengaruhi hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian hipertensi tidak terkendali setelah dikontrol kebiasaan merokok, keadaan stress, dan jenis kelamin pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka pada tahun 2023.

This study focuses on the relationship between nutritional knowledge and other factors and blood pressure control in hypertensive patients in the working area of the Kemirimuka Community Health Center. This study focuses on blood pressure control is carried out to prevent complications. There are pharmacological and non-pharmacological therapies in the form of risk factor education. The results of this study show that age is a factor that influences blood pressure control. Nutritional knowledge and other factors not studied did not influence blood pressure control. The age variable influences the relationship between nutritional knowledge and the incidence of uncontrolled blood pressure. Age influences the relationship between nutritional knowledge and the incidence of uncontrolled hypertension after controlled by smoking habits, stress conditions, and gender in hypertensive patients in the Kemiri Muka Community Health Center working area in 2023."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titil Sry Kurniawati
"Latar Belakang: Tim Surveilans COVID 19 sebagai garda terdepan dalam pengendalian kasus di wilayah administrasi terendah yaitu di Pusat Kesehatan Masyarakat, rentan mengalami mengalami peningkatan stress. Peningkatan  stress bisa disebabkan oleh beban kerja dan faktor lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan beban kerja dan faktor risiko lainnya terhadap tingkat stress Tim Surveilans.
Metode: Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan pengambilan sampel total sampling sebanyak 115 anggota dalam Tim Surveilans yang terdiri dari surveillant (ASN) dan tracer (relawan) Puskesmas seKota Bogor. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur beban kerja adalah kuesioner NASA TLX dan kuesioner Perceived Stress Scale untuk mengukur tingkat stress. Faktor risiko individu pada penelitian ini, usia, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan, sedangkan faktor pekerjaan yaitu masa kerja dan jabatan dalam tim. Pengambilan data  secara daring menggunakan Goggle Form.
Hasil: Prevalensi stress 1.7 % stress ringan, stress sedang 49.6% dan stress berat 48.7%. Pada level stress ringan sampai berat didapatkan beban kerja pada Tim Surveilans pada kategori tinggi. Usia ≥25 tahun dan tim Surveilans berlatar belakang pendidikan non kesehatan memiliki kemungkinan stress lebih rendah (OR= 0.41 CI95%= 0.19-0.88 p= 0,02 dan 0R=0.18 CI 95% 0.04-0.77 p=0.016). 
Kesimpulan: Tim surveilans COVID 19 memiliki beban kerja tinggi pada semua kategori tingkat stress. Terdapat  hubungan yang signifikan antara usia dan latar belakang pendidikan dengan tingkat stress.

Background: As front liners in controlling COVID 19 cases in the lowest administrative areas, notably in the Community Health Centers, the COVID 19 Surveillance Team is at high risk to experience stress. Workload and other factors can contribute to stress enhancement levels. This study aims to determine between workload and other factors to the stress level of the Surveillance Team.
Methods: This study applied a cross-sectional research design with a total sampling of 115 respondents from the surveillance team, consisting of surveillants (State Civil Apparatus) and tracers (volunteers) from Public Health Centers throughout Bogor City. This study employed the NASA TLX questionnaire to measure the workload and the Perceived Stress Scale questionnaire to assess stress levels. In addition, individual risk factors in this study covered age, gender, and educational background. Meanwhile, work factors involved years of service and position in the team. The data collection was performed online utilizing Google Form.
Results: Only 1.7% of the Surveillance Team experienced mild stress, while 49.6% experienced moderate stress, and 48.7% experienced severe stress. Across all the levels of stress, the workload of the team surveillance was found to be high. Age 25 years and above as well as non-health educational background were less likely to have stress (OR= 0.41 CI95%= 0.19-0.88 p= 0,02 and 0R=0.18 CI95% 0.04-0.77 p=0.016).
Conclusion: The COVID 19 Surveillance Team had a high workload in all categories of stress level. There was a significant correlation of age and educational background with stress levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Reiyan
"Didapati bahwa sebanyak 22% dari total penduduk dunia memiliki hipertensi. Di Indonesia sebesar 34,1% dengan Jawa Barat sebesar 39,6%, Kota Bogor sebanyak 36,2%, dan Kecamatan Tanah Sareal sebanyak 30%. Dari jumlah penderita hipertensi tersebut paling banyak adalah perempuan. Hipertensi pada perempuan banyak dialami dalam kehamilan dan dapat menyebabkan kematian. Penelitian ini bertujuan unutk mengetahui gambaran karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu hamil terhadap hipertensi di Puskesmas Tanah Sareal tahun 2021-2022. Studi cross sectional dilakukan kepada 40 responden yang didapati dari purposive sampling. Data dianalisis secara univariat dan hasil penelitian menunjukkan bahwa 5% ibu hamil mengalami hipertensi, 80% usia 20-35 tahun, 47,5% memiliki pendidikan menegah, 82,5% tidak memiliki faktor genetik, 75% sedang mengalami hamil tunggal, 62,5% multigravida, 72,5% memiliki pengetahuan tinggi, dan 55% memiliki sikap positif. Pengetahuan pada ibu hamil dapat mempengaruhi dalam pencegahan hipertensi dengan meningkatnya pengetahuan dapat meningkatkan kesadaran dalam pencegahan dan deteksi dini penyakit.

22% of total world population has hypertension. In Indonesia it has 34.1% with 39.6% in West Java, 36.2% in Bogor City, and 30% in Tanah Sareal District. From the number of patients with hypertension, most are women. Hypertension in women is often experienced in pregnancy and can cause death. This study aims to describe the characteristics, knowledge, and attitudes of pregnant women towards hypertension at Tanah Sareal Public Health Center in 2021-2022. A cross-sectional study was conducted on 40 respondents which was obtained from purposive sampling. The data analyzed with univariate and the results showed that 5% of pregnant women had hypertension, 80% aged 20-35 years, 47.5% had secondary education, 82.5% did not have genetic factors, 75% were having a single pregnancy, 62, 5% are multigravida, 72.5% have high knowledge, and 55% have a positive attitude. Knowledge of pregnant women can affect the prevention of hypertension with increased knowledge can increase awareness in the prevention and early detection of disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggriani Priscilia
"Kurang aktivitas fisik telah menjadi masalah kesehatan di dunia yang dapat berdampak kepada 9 kematian dini di seluruh dunia. Kurang aktivitas fisik pada penderita hipertensi dapat menyebabkan tidak terkontrolnya tekanan darah yang dapat menyebabkan penyakit komplikasi pada penderita hipertensi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan penderita hipertensi tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara durasi tidur dan faktor lainnya dengan aktivitas fisik pada penderita hipertensi di Puskesmas Tegal Gundil Kota Bogor tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 97 responden di Puskesmas Tegal Gundil Bogor. Aktivitas fisik ditentukan berdasarkan perhitungan dari kuesioner GPAQ, durasi tidur, kualitas tidur, stres, dan indeks massa tubuh diketahui melalui kuesioner PSQI, PSS, dan dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Hasil penelitian ini menunjukan sebesar 32 responden memiliki aktifitas fisik lsquo;tidak aktif. Pada analisis bivariat menunjukkan hubungan antara usia dengan aktiivtas fisik. Oleh karena itu Puskesmas diharapkan memberikan edukasi mengenai melakukan aktivitas fisik secara rutin untuk penderita hipertensi dan meningkatkan program senam pagi di Puskesmas.

Physical inactivity has become a health problem in the world that could impact 9 of premature deaths in worldwide. Lack of physical activity in hypertension patients can lead to uncontrolled blood pressure that can lead to complications of disease on hypertension patients. There are several factors that can cause the hypertension patients sufferers to not do physical activity on a regular basis. The general purpose of this study is to know the relationship between sleep duration and other factors woth physical activity in hypertension patients at Puskesmas Tegal Gundil Bogor City in 2017. This study used cross sectional design. There is 97 respondent of this research at Puskesmas Tegal Gundil bogor. Physical activity was determined on basis of calculations from GPAQ questionnaire, sleep duration, sleep quality, stress, and body mass index known through PSQI, PSS, and weight and height measurements. The results of this study showed that 32 of respondents have physical activity 39 not active 39. The bivariate analysis shows the relationship between age and physical activity. Therefore Puskesmas is expected to give education about doing physical activity routinely for hypertension patient and improve morning gymnastics program at Puskesmas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan pelaksanaan program skrining Triple Elimination (HIV, Sifilis, dan Hepatitis B) di kalangan wanita hamil di Puskesmas Kebayoran Baru pada tahun 2025. Sebanyak 236 responden berpartisipasi dalam studi kuantitatif dengan desain potong lintang ini. Temuan menunjukkan bahwa 66,5% wanita hamil menjalani skrining Triple Elimination, yang mengindikasikan tingkat cakupan program yang moderat, meskipun di bawah target 95%. Hubungan signifikan ditemukan antara pengetahuan (OR = 3,31; p < 0,001) dan sikap positif (p = 0,011) terhadap skrining, sementara faktor-faktor seperti usia dan pendidikan tidak menunjukkan korelasi yang signifikan (p = 0,087 dan p = 0,491, masing-masing). Faktor-faktor yang memfasilitasi, seperti akses ke layanan kesehatan (p = 0,002), ketersediaan fasilitas (p < 0,001), dan kebijakan yang mendukung (p < 0,001) secara signifikan terkait dengan perilaku skrining. Selain itu, faktor-faktor penguat, termasuk dukungan dari penyedia layanan kesehatan (p < 0,001; OR = 5,27) dan dukungan keluarga (p = 0,002; OR = 2,34), juga ditemukan berpengaruh signifikan terhadap partisipasi dalam skrining. Namun, pengalaman sebelumnya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0,542). Hasil ini menekankan pentingnya meningkatkan pendidikan dan sistem dukungan untuk meningkatkan tingkat partisipasi skrining, yang sangat penting untuk mencegah penularan infeksi ini dari ibu ke anak. Penelitian ini merekomendasikan agar Puskesmas Kebayoran Baru meningkatkan upaya pendidikan kesehatan dan memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai untuk memfasilitasi proses skrining.

This study aims to identify the factors associated with the implementation of the Triple Elimination screening program (HIV, Syphilis, and Hepatitis B) among pregnant women at Puskesmas Kebayoran Baru in 2025. A total of 236 respondents participated in this quantitative cross-sectional study. The findings revealed that 66.5% of pregnant women underwent the Triple Elimination screening, indicating a moderate level of program coverage, though below the target of 95%. Significant relationships were identified between knowledge (OR = 3.31; p < 0.001) and positive attitudes (p = 0.011) toward the screening, while factors such as age and education did not show significant correlations (p = 0.087 and p = 0.491, respectively). Enabling factors such as access to healthcare services (p = 0.002), availability of facilities (p < 0.001), and supportive policies (p < 0.001) were significantly associated with the screening behavior. Additionally, reinforcing factors, including support from healthcare providers (p < 0.001; OR = 5.27) and family support (p = 0.002; OR = 2.34), were found to significantly influence participation in the screening. However, previous experience did not show a significant relationship (p = 0.542). These results underscore the importance of enhancing education and support systems to improve screening uptake, which is crucial for preventing mother-to-child transmission of these infections. The study recommends that Puskesmas Kebayoran Baru enhance health education efforts and ensure adequate resources to facilitate the screening process."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Harlin Pratiwi
"Anemia pada ibu hamil adalah keadaan kadar hemoglobin Hb dalam darh pada ibu hamil < 11gr . Proporsi anemia di Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor Tahun 2016 masih tinggi yaitu 50 lebih tinggi dari angka anemia nasional 37,1 . Anemia pada ibu hamil harus di tangani karena berdampak menurunnya kualitas hidup generasi yang dilahirkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kejadian anemia pada ibu hamil dan mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor Tahun 2017.
Metodologi penelitian yang digunakan ialah potong lintang. Populasi berjumlah 407 orang, dengan sampel 110 ibu hamil.
Hasil penelitian menunjukkan angka 55,5 95 CI: 47 -67. Temuan ini menunjukkan bahwa proporsi anemia masih tetap tinggi di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang. Dalam penelitian ini faktor penyebab tidak langsung yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil adalah umur ibu, umur kehamilan, dan jumlah konsumsi tablet tambah darah. Penelitian ini juga menemukan faktor mendasar yang berhubungan dengan kejadian anemia ibu hamil yaitu pendidikan dan pendapatan keluarga.
Disarankan agar peran bidan puskesmas melakukan konseling dan promosi pencegahan anemia. Keaktifan kader diperlukan sebagai fasilitator untuk mengawasi kepatuhan minum tablet tambah darah."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>