Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 227793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Zainura Syafiqoh
"Eating disorders merupakan gangguan pola makan yang berlangsung terus-menerus dan berdampak pada kesehatan fisik maupun fungsi psikososial. WHO (2019) memperkirakan terdapat 14 juta kasus eating disorders secara global, dengan 3 juta di antaranya dialami oleh anak-anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara celebrity worship, body image, dan faktor lainnya dengan risiko eating disorders pada remaja putri penggemar K-Pop di Daerah Khusus Jakarta tahun 2025. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data dikumpulkan secara daring melalui kuesioner online yang diisi oleh 160 responden. Sebanyak 85% responden teridentifikasi memiliki risiko eating disorders, dengan rincian 33,8% risiko anorexia nervosa, 1,9% bulimia nervosa, 2,5% binge-eating disorder, dan 46,9% other specified feeding or eating disorders (OSFED). Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image, pengaruh teman sebaya, pengaruh keluarga, pengaruh media sosial, dan tingkat stres dengan risiko eating disorders. Sementara itu, diketahui bahwa celebrity worship, kepercayaan diri, dan pengetahuan gizi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan risiko eating disorders. Untuk meminimalisasi risiko eating disorders, dibutuhkan intervensi edukatif mengenai pentingnya persepsi tubuh yang sehat, kemampuan mengelola stres, dan kesadaran dalam bermedia sosial yang bijak, termasuk dalam menyaring pengaruh tren K-Pop yang sangat populer di kalangan remaja.

Eating disorders are persistent eating behaviour disturbances that negatively affect both physical health and psychosocial functioning. According to the World Health Organization (2019), an estimated 14 million cases of eating disorders occurred globally, with 3 million affecting children and adolescents. This study aims to examine the relationship between celebrity worship, body image, and other influencing factors with the risk of eating disorders among female adolescents who are K-Pop fans in Daerah Khusus Jakarta in 2025. A quantitative approach was used with a cross-sectional study design. Data were collected online through a questionnaire completed by 160 respondents. Results showed that 85% of respondents were at risk for eating disorders, comprising 33.8% at risk for anorexia nervosa, 1.9% for bulimia nervosa, 2.5% for binge-eating disorder, and 46.9% for other specified feeding or eating disorders (OSFED). Bivariate analysis revealed significant associations between body image, peer influence, family influence, social media exposure, and stress levels with the risk of eating disorders. On the other hand, celebrity worship, self-esteem, and nutritional knowledge were not significantly associated with eating disorder risk. To reduce the risk of eating disorders, educational interventions are needed to promote healthy body perception, effective stress management, and critical awareness in social media use, including discerning the influence of K-Pop trends, which are highly prevalent among adolescents. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadillah Agy Wahyuni
"Eating disorders merupakan suatu jenis penyakit mental dan fisik yang serius dimana penderitanya mengalami gangguan perilaku makan yang parah dan bisa berakibat fatal, seperti meningkatkan risiko melahirkan bayi BBLR, pendarahan selama kehamilan, hipertensi, aborsi spontan, kelahiran prematur, hingga kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan K-Pop, body image dan faktor lainnya terhadap risiko eating disorders pada remaja putri pnggemar K-Pop di DKI Jakarta Tahun 2022. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara daring dengan metode quota sampling melalui pengisian kuesioner online oleh responden (n=140). Hasil penelitian menunjukkan 92,1% responden memiliki risiko eating disorders. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara paparan K-Pop (p value 0,042), body image (p value 0,027) dan tingkat stres (0,018) terhadap risiko eating disorders. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan untuk dilakukan pembuatan media edukasi bagi remaja agar lebih bijak dalam bermedia sosial dan menyaring budaya asing yang diterima, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap eating disorders.

Eating disorders are serious mental and physical illnesses in which sufferers experience severe eating disorders that can be fatal, such as increasing the risk of giving birth to a low birth weight baby, bleeding during pregnancy, hypertension, spontaneous abortion, premature birth, and even death. This study aims to determine the relationship between exposure to K-Pop, body image, and other factors on the risk of eating disorders in young female K-Pop fans in DKI Jakarta in 2022. The study used quantitative methods with a cross-sectional study design. Data collection was carried out online using the quota sampling method by filling out online questionnaires by respondents (n = 140). The results showed that 92.1% of respondents had a risk of eating disorders. The results of the chi-square test showed that there was a significant relationship between exposure to K-Pop (p-value 0.042), body image (p-value 0.027), and stress level (0.018) on the risk of eating disorders. Based on the results of this study, the authors suggest creating educational media for teenagers to be wiser in using social media and filtering foreign cultures that are accepted as well as increasing awareness about eating disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfida Hanum
"

Perilaku menggemari selebritas disebut dengan celebrity worship, yang tergambarkan melalui perilaku mulai dari mendiskusikan selebritas bersama teman hingga memuja selebritas ke tahap yang lebih ekstrem. Celebrity worship ditandai dengan adanya keterlibatan emosional antara penggemar dengan selebritas. Namun, ikatan dan paparan pada selebritas secara terus menerus dapat menimbulkan kecenderungan penggemarnya untuk melakukan perbandingan diri. Perbandingan diri tersebut dapat memicu ketidakpuasan pada citra tubuh yang kemudian dapat mengarah pada perilaku makan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran Body Image Dissatisfaction (BID) sebagai mediator hubungan antara celebrity worship dengan perilaku makan terganggu pada sampel penggemar K-Pop usia emerging adulthood (18-25 tahun). Hasil penelitian pada penggemar K-Pop (N = 219) menggunakan Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan antara celebrity worship dan perilaku makan terganggu melalui BID (𝛽 = .07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa BID memediasi hubungan antara celebrity worship dan  perilaku makan terganggu. Temuan ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi celebrity worship pada penggemar K-Pop, maka semakin tinggi pula BID yang dirasakan, hingga meningkatkan perilaku makan terganggu pada penggemar K-Pop. 


Celebrity worship is a form of idolizing celebrities that ranges from discussing celebrity with friends to worshiping celebrities to a more extreme level. Celebrity worship is referred to as a one-sided emotional attachment to a celebrity. However, continuous exposure to celebrities could lead to a tendency for fans to do self-comparisons that trigger dissatisfaction with body image and further become disordered eating behavior. This study aims to see whether Body Image Dissatisfaction (BID) mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior among emerging adulthood (18-25 years of age) K-Pop fans. The results of this study (N = 219) using Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) showed that there was a significant indirect effect between celebrity worship and disordered eating behavior through BID (𝛽 = . 07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). The results of this study proved that BID mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior. This finding implies that the higher the celebrity worship of K-Pop fans, the higher the perceived BID, which then increases the tendency of disordered eating behavior among K-Pop fans.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniella Geona Margaretta Bangun
"Maraknya paparan terhadap internet dan sosial media, khususnya selama pandemi COVID-19, meningkatkan popularitas Korean Wave di Indonesia. Bertebarnya konten budaya pop Korea di internet dan sosial media meningkatkan penggemar K-Pop. Salah satu selebriti yang berhasil menarik banyak penggemar adalah girl group K-Pop. Tidak hanya remaja laki-laki, girl group K-Pop juga berhasil menarik remaja perempuan untuk menjadi penggemar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemujaan selebriti girl group K-Pop dan body dissatisfaction pada remaja perempuan. Partisipan penelitian ini merupakan 418 remaja perempuan berusia 15–19 penggemar girl group K-Pop. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, non-eksperimental korelasional. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara pemujaan selebriti komponen entertainment-social (r(418) = 0,120, p<0,01, d=0,242) dan borderline-pathological (r(418) = 0,109, p <0,05, d=0,219) dan body satisfaction. Effect size untuk analisis ini merupakan small effect untuk kedua komponen. Sehubungan dengan tujuan penelitian yang bermaksud untuk melihat body dissatisfaction pada remaja perempuan penggemar girl group K-Pop, hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa pemujaan terhadap girl group K-Pop yang tinggi pada komponen entertainment-social dan borderline-pathological berhubungan dengan menurunnya body dissatisfaction pada remaja perempuan.

The rise of exposure to the internet and social media, especially during the COVID-19 pandemic, has increased the popularity of the Korean Wave in Indonesia. The spread of Korean pop culture content on the internet and social media has increased K-Pop fans. The type of celebrity that has managed to attract a lot of fans is the K-Pop girl group. Not only teenage boys, K-Pop girl groups have also succeeded in attracting adolescent girls to become their fans. This study aims to examine the relationship between K-Pop girl group celebrity worship and body dissatisfaction among female adolescents. The participants in this study were 418 female adolescents aged 15–19 who are fans of K-Pop girl groups. This study uses a quantitative research method, non-experimental correlation. The results showed a significant positive correlation between celebrity worship with the entertainment-social component (r(418) = 0,120, p <0,01, d=0,242) and borderline-pathological (r(418) = 0,109, p <0,05, d=0,219) and body satisfaction. The effect size of both components are considered as small effects. According to the research objective, which examines body dissatisfaction among female adolescent fans of K-Pop girl group, the results of this study indicate that worshiping K-pop girl groups, with particularly high in entertainment-social and borderline-pathological components, result in lower body dissatisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiana Nabila
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat hubungan antara citra tubuh dan sikap menerima terhadap
bedah kosmetik pada remaja perempuan. Citra tubuh ditunjukkan dengan adanya
lima dimensi, yaitu appearance evaluation, appearance orientation, body area
satisfaction, overweight preoccupation, dan self-classified weights. Penelitian ini
menggunakan alat ukur Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-
Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang telah diadaptasi oleh Raisa Andea (2010)
untuk mengukur citra tubuh. Lebih lanjut, sikap menerima terhadap bedah kosmetik
ditunjukkan dengan adanya tiga dimensi, yaitu intrapersonal, social, dan
consideration. Penelitian ini menggunakan alat ukur Acceptance of Cosmetic
Surgery (ACSS) dikembangkan oleh Henderson-King dan Henderson-King (2005).
Teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product
Moment Correlation. Penelitian ini melibatkan 50 responden remaja perempuan di
usia akhir dengan usia 18-24 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara citra tubuh dan sikap menerima terhadap
bedah kosmetik pada remaja perempuan (r = 0,19, p>0,05, two-tailed).
Kata kunci: citra tubuh; remaja perempuan; sikap menerima terhadap bedah
kosmetik

ABSTRAK
This study conducted to examine the relationship between body image with
acceptance of cosmetic surgery in female adolesecent. Body image was measured
by five dimensions, are appearance evaluation, appearance orientation, body area
satisfaction, overweight preoccupation, and self-classified weights. This research
was using Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales
(MBSRQ-AS) for assesing body image was adapted by Raisa Andea (2010). Then,
acceptance of cosmetic surgery was measured by three dimensions, are
intrapersonal, social, and consideration. This study was using Acceptance of
Cosmetic Surgery (ACSS) that developed by Henderson-King and Henderson-King
(2005). Data was analyzed using Pearson Product Moment Correlation. Partisipants
were 50 late adolescents female between 18-24 years old. The result of this study
showed that there is no significant relationship between body image and acceptance
of cosmetic surgery in female adolescent (r = 0,19, p>0,05, two-tailed)."
2016
S64980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristin Emanuella
"Perilaku fad diets (FD) berdampak pada berbagai risiko kesehatan, seperti gangguan metabolisme, meningkatnya risiko anemia, meningkatnya risiko paparan infeksi, dan mempengaruhi kinerja kognitif. Lebih lanjut, dapat menurunkan performa dan prestasi belajar di sekolah dan mempengaruhi gangguan perilaku makan sehingga meningkatkan risiko perilaku makan menyimpang. Beberapa penelitian terdahulu di Indonesia menunjukkan angka remaja putri di Indonesia yang berisiko terlibat dalam perilaku FD termasuk tinggi, namun jumlah penelitian yang mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku tersebut masih jarang. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap perilaku FD pada siswa-siswi SMAS Bunda Mulia Jakarta tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional melibatkan sebanyak 212 siswa-siswi kelas X dan XI SMA. Data diambil dengan melakukan proses pengukuran tinggi badan dan berat badan serta pengisian kuesioner online. Data diolah secara univariat dan bivariat (chi square). Prevalensi perilaku FD sebesar 43,9%. Faktor yang berhubungan dengan perilaku FD adalah jenis kelamin, status gizi, distorsi citra tubuh, dorongan keluarga, dorongan teman, dan pengaruh media sosial. Siswa perempuan, yang berstatus gizi gemuk, dan mengalami distorsi citra tubuh berisiko masing-masing 1,9 kali; 4,8 kali; dan 2,5 kali lebih besar untuk melakukan perilaku FD. Siswa yang mendapat dorongan dari keluarga, dorongan teman, dan pengaruh media sosial berisiko masing-masing 2,6 kali; 2,2 kali; dan 3,2 kali untuk menerapkan FD. Perlu dilakukan upaya edukasi perilaku makan yang tepat dan sehat untuk siswa serta promosi PGS di sekolah dan media sosial.

Fad diets lead to various health risks, such as the increased risk of metabolic disorders, increased risk of anemia, increased risk of exposure to infection, and affect cognitive performance which in turn can reduce performance and learning achievement in school. The further impact that can also arise from FD is that it can aggravate eating disorders which increases the risk of eating disorder. Data regarding eating behavior on a national basis in Indonesia is still not available. Several studies conducted in several regions in Indonesia show the high number of young women in Indonesia who are involved and who are at risk of being involved in FD behavior, however, the number of studies that examine the factors associated with these behaviors is still limited. The main objective of this study was to find out the factors related to FD on students at Bunda Mulia Jakarta Senior High School in 2019. The research design used was cross sectional. The number of respondents involved was 212 students of grade X and XI in high school. The data was taken by measuring body height and weight as well as filling in the online questionnaire. The collected data will be processed in univariate and bivariate (chi square). FD prevalence in Bunda Mulia Jakarta Senior High School in 2019 is 43.9%. Factors related to FD behavior are gender, nutritional status, body image distortion, family’s encouragement, friend's encouragement, and social media influence. Female students, who are overweight or obese, with body image distortion are 1.9 times; 4.8 times; and 2.5 times more likely to carry out FD behavior. Students who are encouraged by families, friends, and social media are 2.6 times; 2.2 times; and 3.2 times at risk to FD. Efforts to educate appropriate and healthy eating behaviors as well as promotion of PGS in schools and through social media are needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rosita
"Emotional Eating atau perilaku makan emosional merupakan perilaku meningkatkan konsumsi makanan sebagai respon terhadap emosi-emosi negatif, di mana emotional eating memiliki sifat obesogenic yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan dan obesitas. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, ditemukan peningkatan angka kegemukan dan obesitas pada remaja setiap tahunnya, dengan angka prevalensi tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku emotional eating dengan indeks massa tubuh remaja, menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 50 remaja berusia 15-18 tahun di SMA Charitas Jakarta.
Hasil diperoleh responden sebagian besar terdiri dari perempuan 54, berusia 16 tahun 52, serta berasal dari siswa kelas XI jurusan IPA 34 dan IPS 24, sebagian besar responden memiliki IMT/U dengan kategori normal 68, dan responden yang memiliki perilaku makan dengan kecenderungan emotional eating cukup tinggi 48. Variabel emotional eating dengan indeks massa tubuh siswa menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan p = 0,145; = 0,05.
Dapat disimpulkan melalui penelitian ini bahwa emotional eating tidak memiliki pengaruh yang dominan terhadap kondisi indeks massa tubuh siswa SMA Charitas Jakarta.

Emotional Eating is a behavior of increasing food consumption in response to negative emotions, where emotional eating has obesogenic traits that contribute to weight gain and obesity. Based on Riskesdas year of 2013,in each year has been found an increase in overweight and obesity rate in adolescents, with the highest prevalence rate in the province of DKI Jakarta.
This study aims to determine the relationship between emotional eating behavior with adolescent body mass index, using cross sectional design with a sample of 50 adolescents aged 15 18 years in Charitas Senior High School Jakarta.
The results of the study were mostly female 54, 16 years old 52, and came from grade XI students in science 34 and IPS 24 , most of them had BMI Age with normal category 68, and respondents who had eating behavior with emotional eating tendency was quite high 48. The emotional eating variable with student body mass index showed no significant relationship p 0,145 0,05.
It can be concluded through this research that emotional eating does not have a dominant influence on the body mass index condition of Charitas Senior High School Jakarta students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Zalikha
"Pola makan yang tidak baik pada remaja menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan dan perkembangan yang sedang berlangsung dengan pesat. Selain itu, remaja juga merupakan kelompok usia yang rentan memiliki pola makan tidak sehat. Pola makan pada seorang remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis kelamin, body image, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, keterpaparan media sosial, dan pengaruh keluarga. Untuk melihat hubungan berbagai faktor tersebut dengan pola makan, dilakukan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari pengisian kuesioner secara daring yang melibatkan 207 responden dari SMAN 99 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81.2% siswa SMAN 99 Jakarta memiliki pola makan yang kurang baik. Variabel yang berhubungan secara signifikan (p-value <0.05) antara lain adalah jenis kelamin, body image, dan pengaruh teman sebaya. Sementara itu variabel pengetahuan gizi, keterpaparan media sosial, dan pengaruh keluarga tidak berhubungan secara signifikan (p-value >0.05) dengan pola makan.

Poor eating pattern in adolescents cause disruption of the growth and development processes that are going rapidly. In addition, adolescents are also an age group that is prone to having unhealthy eating patterns. Eating patterns in an adolescents can be influences by various factors, such as gender, body image, nutritional knowledge, peer influence, social media exposure, and family influence. To see the relationship between these factors and eating pattern, a quantitative study was conducted using a cross-sectional study design. This study uses primary data obtained from filling out online questionnaires involving 207 respondents from SMAN 99 Jakarta. The results showed that 81.2% of SMAN 99 Jakarta students had a poor eating pattern. Variables that were significantly related (p-value <0.05) included gender, body image, and peer influence. Meanwhile, the variables of nutritional knowledge, social media exposure, and family influence were not significantly related (p-value >0.05) with eating patterns."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara citra tubuh dengan kebiasaan makan pada remaja putri. Sampel sebanyak 100 responden remaja putri berusia antara 15-17 tahun yang merupakan siswi SMA Negeri 28 Jakarta ikut serta dalam penelitian ini. Data didapat dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, citra tubuh, dan kebiasaan makan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa 52% dari remaja putri memiliki citra tubuh negatif dan 48% lainnya memiliki citra tubuh positif. Kebiasaan makan tidak sehat terjadi pada 51% remaja putri, sedangkan 49% memiliki kebiasaan makan yang sehat. Hasil analisa bivariat menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh dan kebiasaan makan dengan nilai p= 0,017 (p<0,05).

The aim of the present study was to examine the relationship between body image and eating habit among adolescent girls. A sample of 100 girls aged 15-17 years old take parts in this study. Data was collected from adolescent girls at SMA N 28 Jakarta using structured questionnaire about demographic data, body image, and eating habits. Result showed that 52% of adolescent girls have negative body image and the other 48% have positive body image. The unhealthy eating habits occur to 51% of adolescent girls; meanwhile 49% of adolescent girls have healthy eating habits. After a bivariate analysis using a chi-square test, result shows that body image is a risk factor for eating habits with p value 0,017 (p<0,05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yovabel Veyola
"Pemenuhan kebutuhan gizi yang tidak memadai selama masa remaja dapat menyebabkan masalah kesehatan dan dapat berdampak pada generasi mendatang. Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor, seperi body image, jenis kelamin, keragaman pangan, tingkat stress, pengetahuan gizi, konsumsi sarapan, frekuensi konsumsi makanan utama, pengaruh media sosial, dan pengaruh teman sebaya terhadap asupan energi siswa SMA X Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan wawancara (2x 24 hours recall) kepada siswa SMA X Tangerang Selatan yang dilakukan pada Bulan Oktober – November 2023. Penelitian dilakukan pada 104 siswa yang dipilih dengan metode simple random sampling. Sebagian besar siswa SMA X Tangerang Selatan memiliki asupan energi kurang (< 80% AKE) yaitu sebesar 57,7%. Berdasarkan hasil uji bivariat didapatkan hubungan yang signifikan antara variabel body image (p-value= 0,001), keragaman pangan (p-value= 0,024), pengetahuan gizi (p-value= 0,035), konsumsi sarapan (p-value= 0,001), frekuensi konsumsi makanan utama (p-value= 0,001), dan pengaruh media sosial (p-value= 0,007) terhadap asupan energi serta tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel jenis kelamin (p-value= 1,000), tingkat stress (p-value= 0,377), dan pengaruh teman sebaya (p-value= 0,793) terhadap asupan energi. Diperlukan edukasi gizi pada remaja yang dapat dilakukan dengan dukungan dari orang tua, pihak sekolah, dan puskesmas setempat dengan membentuk program yang dapat memaksimalkan pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja.

Inadequate energy intake during adolescence can cause health problems and will have an impact on future generations. This research aims to see the relationship between factors, such as body image, gender, food diversity, stress, nutritional knowledge, breakfast consumption, frequency of consumption of main foods, the influence of social media, and the influence of peers with energy intake of SMA X Tangerang Selatan students. The method used for this research is quantitative approach with cross-sectional study design. Data collection was carried out through filling out questionnaires and interviews (2x 24 hour recall) with SMA X South Tangerang students in October – November 2023. The research was conducted on 104 students that was selected by using the simple random sampling method. Majority (59,6%) of the students at SMA X Tangerang Selatan, was found to have an inadequate energy intake (<80% AKG). According to bivariate analysis, a significant relationship was found between body image (p-value= 0.001), food diversity (p-value= 0.024), nutritional knowledge (p-value= 0.035), breakfast consumption (p-value= 0.001), frequency of main food consumption (p-value= 0.001), and the influence of social media (p-value= 0.007) with energy intake and there is no significant relationship between the variables gender (p-value= 1.000), stress (p-value= 0.377), and the influence of peers (p-value= 0.793) with energy intake. Nutrition education is needed for teenagers which can be carried out with support from parents, schools and local health centers by forming programs that can maximize the fulfillment of nutritional needs for teenagers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>