Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Metra Adi Pratama
"Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) merekomendasikan transisi dari nevirapin (NVP) ke terapi antiretroviral berbasis dolutegravir (DTG). Indonesia mulai menerapkan program transisi ini pada Maret 2023, namun terdapat keterbatasan informasi mengenai pengalaman pasien selama proses tersebut.
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman pasien HIV yang menjalani transisi dari terapi antiretroviral berbasis nevirapin ke dolutegravir di RSCM. Secara khusus, penelitian ini mengeksplorasi persepsi pasien terhadap efektivitas dolutegravir, mengidentifikasi pengalaman terkait efek samping yang muncul, dan mengeksplorasi tantangan adaptasi pasien selama proses transisi.
Metode:
Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis ini melibatkan 30 pasien HIV yang telah menjalani transisi dari nevirapin ke dolutegravir selama minimal 6 bulan di Unit Pelayanan Terpadu HIV RSCM. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam pada bulan November 2024. Data dianalisis secara tematik menggunakan perangkat lunak NVivo.
Hasil:
Lima tema utama teridentifikasi dari penelitian ini: (1) Persiapan dan Proses Transisi, (2) Pengalaman Awal Transisi, (3) Efek Samping dan Kepatuhan, (4) Dukungan dan Komunikasi, serta (5) Evaluasi dan Rekomendasi. Partisipan terdiri dari 53% laki-laki dan 47% perempuan yang melaporkan pengalaman positif dengan transisi ke dolutegravir, terutama terkait kenyamanan dosis sekali sehari. Pasien melaporkan efek samping ginjal (30%) dan neuropsikiatri (33%). Tantangan utama meliputi adaptasi terhadap jadwal minum obat baru dan pengelolaan efek samping ringan seperti gangguan tidur dan pusing. Dukungan keluarga dan komunikasi yang baik dengan tenaga kesehatan menjadi faktor penting dalam keberhasilan transisi.
Kesimpulan:
Transisi dari nevirapin ke dolutegravir umumnya diterima dengan baik oleh pasien HIV di RSCM. Keberhasilan transisi didukung oleh komunikasi yang jelas dari tenaga kesehatan, dukungan keluarga yang kuat, dan manfaat praktis dari rejimen baru. Temuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan strategi yang lebih baik dalam implementasi program transisi ARV di masa depan.

Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) merekomendasikan transisi dari nevirapin (NVP) ke terapi antiretroviral berbasis dolutegravir (DTG). Indonesia mulai menerapkan program transisi ini pada Maret 2023, namun terdapat keterbatasan informasi mengenai pengalaman pasien selama proses tersebut.
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman pasien HIV yang menjalani transisi dari terapi antiretroviral berbasis nevirapin ke dolutegravir di RSCM. Secara khusus, penelitian ini mengeksplorasi persepsi pasien terhadap efektivitas dolutegravir, mengidentifikasi pengalaman terkait efek samping yang muncul, dan mengeksplorasi tantangan adaptasi pasien selama proses transisi.
Metode:
Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis ini melibatkan 30 pasien HIV yang telah menjalani transisi dari nevirapin ke dolutegravir selama minimal 6 bulan di Unit Pelayanan Terpadu HIV RSCM. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam pada bulan November 2024. Data dianalisis secara tematik menggunakan perangkat lunak NVivo.
Hasil:
Lima tema utama teridentifikasi dari penelitian ini: (1) Persiapan dan Proses Transisi, (2) Pengalaman Awal Transisi, (3) Efek Samping dan Kepatuhan, (4) Dukungan dan Komunikasi, serta (5) Evaluasi dan Rekomendasi. Partisipan terdiri dari 53% laki-laki dan 47% perempuan yang melaporkan pengalaman positif dengan transisi ke dolutegravir, terutama terkait kenyamanan dosis sekali sehari. Pasien melaporkan efek samping ginjal (30%) dan neuropsikiatri (33%). Tantangan utama meliputi adaptasi terhadap jadwal minum obat baru dan pengelolaan efek samping ringan seperti gangguan tidur dan pusing. Dukungan keluarga dan komunikasi yang baik dengan tenaga kesehatan menjadi faktor penting dalam keberhasilan transisi.
Kesimpulan:
Transisi dari nevirapin ke dolutegravir umumnya diterima dengan baik oleh pasien HIV di RSCM. Keberhasilan transisi didukung oleh komunikasi yang jelas dari tenaga kesehatan, dukungan keluarga yang kuat, dan manfaat praktis dari rejimen baru. Temuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan strategi yang lebih baik dalam implementasi program transisi ARV di masa depan.

Background:
The World Health Organization (WHO) recommends transitioning from nevirapine (NVP) to dolutegravir (DTG)-based antiretroviral therapy. Indonesia began implementing this transition program in March 2023, however, there is limited information on patients experiences during the process.
Objective:
This study aimed to describe the experiences of HIV patients undergoing transition from nevirapine-based to dolutegravir-based antiretroviral therapy at Cipto Mangunkusumo National Hospital (RSCM). Specifically, this research explored patients' perceptions of dolutegravir's effectiveness, identified experiences related to emerging side effects, and explored patients' adaptation challenges during the transition process.
Methods:
This qualitative study with a phenomenological approach involved 30 HIV patients who had transitioned from nevirapine to dolutegravir for at least 6 months at the HIV Integrated Service Unit of RSCM. Data collection was conducted through in-depth interviews in November 2024. Data were analyzed thematically using NVivo software.
Results:
Five main themes were identified from this research: (1) Preparation and Transition Process, (2) Early Transition Experience, (3) Side Effects and Adherence, (4) Support and Communication, and (5) Evaluation and Recommendations. Participants consisted of 53% men and 47% women who reported positive experiences with the transition to dolutegravir, particularly regarding the convenience of once-daily dosing. Patients reported renal (30%) and neuropsychiatric (33%) side effects. Key challenges included adaptation to new medication schedules and management of mild side effects such as sleep disturbances and dizziness. Family support and good communication with healthcare providers emerged as important factors in successful transition.
Conclusion:
The transition from nevirapine to dolutegravir was generally well-accepted by HIV patients at RSCM. Successful transition was supported by clear communication from healthcare providers, strong family support, and practical benefits of the new regimen. These findings can be used to develop better strategies for implementing ARV transition programs in the future.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Meivina Ramadhani
"Latar Belakang: Indonesia menjalani program transisi pengobatan ARV pada ODHIV yang sudah stabil dengan terapi ARV berbasis nevirapine ke dolutegravir sejak 2023.
Tujuan: Mengetahui perubahan kualitas hidup setelah 6 bulan menjalani transisi dari ARV zidovudine/ lamivudine/ nevirapine ke tenofovir/ lamivudine/ dolutegravir (TLD).
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif terhadap 145 subjek yang menjalani program transisi. Kualitas hidup dinilai dengan kuisoner EQ-5D-3L versi bahasa Indonesia sebelum dan setelah 6 bulan menjalani transisi ARV ke TLD.
Hasil: Dari 145 subjek penelitian, 83 (57,2%) subjek pria, median umur 43 (40 – 46,5) tahun dan 144 (99,3%) subjek dengan virus tidak terdeteksi. Median skor VAS EQ-5D-3L 90 (RIK 80 – 99) vs 90 (RIK 85 -100) (p <0,001) dan median skor utilitas EQ-5D-3L 1 (RIK 1 – 1) vs 1 (RIK 1 – 1) (p= 0,021).
Simpulan: Ada perbaikan kualitas hidup berdasarkan skor VAS pasca menjalani program transisi antiretroviral meskipun dijumpai perburukan nyeri berdasarkan skor utilitas.

Background: Indonesia has a program to transition stable PLHIV from nevirapine-based ARV therapy to dolutegravir by 2023.
Objective: To determine the changes in quality of life after six months of transition from zidovudine/ lamivudine/ nevirapine to tenofovir/ lamivudine/ dolutegravir (TLD).
Methods: This study used a retrospective cohort design of 145 subjects undergoing the transition program. Quality of life was assessed with the Indonesian version of the EQ-5D-3L questionnaire before and after six months of transition.
Results: Of the 145 study subjects, 83 (57.2%) subjects were male, with a median age of 43 (40 - 46.5) years, and 144 (99.3%) subjects with the undetectable virus. The Median EQ-5D-3L VAS score was 90 (RIK 80 - 99) vs. 90 (RIK 85 -100) (p < 0.001), and the median EQ-5D-3L utility score were 1 (RIK 1 - 1) vs. 1 (RIK 1 - 1) (p = 0.021). There was no correlation between changes in weight, sleep quality, depression, and LFG and quality of life based on either utility or VAS scores.
Conclusion: There was an improvement in quality of life based on the VAS score after the antiretroviral transition program despite the worsening of pain based on the utility score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Fakhtur Ramadhan
"Saat ini Antiretroviral Therapy (ART) merupakan satu-satunya tatalaksana pada pasien HIV yang dilakukan untuk mengendalikan atau menekan replikasi virus di dalam darah. Setelah tes HIV dinyatakan positif, orang dengan HIV harus mendapatkan informasi dan bimbingan yang akurat dan tepat untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang HIV, termasuk pencegahan, dan keyakinan diri untuk memulai ARV. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan pasien baru positif HIV untuk memulai minum obat ARV di masa pasca pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional melalui pendekatan survei, dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner pada 109 responden. Hasil uji statsitik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang ARV (p value = 0,000, α = < 0,05), cemas (p value = 0,000, α = < 0,05), spiritual (p value = 0,001, α = < 0,05), dan dukungan keluarga (p value = 0,001, α = < 0,05) dan ke empat variabel ini memiliki interaksi yang kuat (p va-lue=0,000; <0,05) dengan keyakinan pasien baru positif HIV untuk memulai obat ARV. Keyakinan diri memiliki peran penting dalam mengelola situasi secara efektif, memoti-vasi diri, dan mengontrol emosi sehingga tahu apa yang harus dilakukan, oleh karena itu pengkajian secara komprehensif pada awal diagnosa pasien sangat penting agar tindakan yang dilakukan dapat tepat sasaran.

Currently Antiretroviral Therapy (ART) is the only treatment for HIV patients that is carried out to control or suppress viral replication in the blood. After testing positive for HIV, people living with HIV must receive accurate and appropriate information and guidance to increase their knowledge about HIV, including prevention, and the confidence to start ARVs. The purpose of this study was to identify the factors that influence the confidence of new HIV positive patients to start taking ARV drugs in the post-Covid-19 pandemic. This study used a descriptive analytic method with a cross sectional design through a survey approach, using an instrument in the form of a questionnaire on 109 respondents. Statistical test results found that there was a significant relationship between knowledge about ARVs (p value = 0.000, α = <0.05), anxiety (p value = 0.000, α = <0.05), spiritual (p value = 0.001, α = <0.05), and family support (p value = 0.001, α = <0.05) and these four variables have a strong interaction (p value = 0.000; <0.05) with new HIV positive patients' beliefs about starting ARV drugs. Self-confidence has an important role in managing situations effectively, motivating yourself, and controlling emotions so you know what to do, therefore a comprehensive assessment at the initial diagnosis of a patient is very important so that the actions taken can be right on target."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winona Andrari Mardhitiyani
"Infeksi Human Immunodeficiency Virus HIV yang menyebabkan AIDS sampai saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pengobatan infeksi HIV kemudian menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dari penderita. Pengobatan infeksi HIV pada anak-anak khususnya sering menemui hambatan dalam hal kepatuhan, baik dari anak itu sendiri maupun dari pengasuh. Dalam penelitian ini dianalisis mengenai hubungan latar belakang pengasuh terhadap kepatuhan minum obat anak terinfeksi HIV di RSCM. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 94. Pengambilan data menggunakan kuesioner kepatuhan minum obat yang diambil dari Development of Multi-Method Tool to Measure ART Adherence in Resource-Constrained Settings: The South Africa Experience yang diterbitkan oleh Center for Pharmaceutical Management, Management Sciences for Health pada tahun 2007 yang dikembangkan di Afrika Selatan. Hasil yang ditemukan adalah tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, status pengasuh, dan keterlibatan pada Kelompok Dukungan Sebaya KDS dengan kepatuhan minum obat p >0,05.

Human Immunodeficiency Virus HIV infection causes AIDS, and is still one of the most frequent cause of death in the world. HIV medication then becomes highly important to improve the patients'quality of life, and to expand their life expectancies. HIV medication in children, however, is especially problematic in terms of adherence, whether the problems are from the children themselves or from the caregivers. This research was meant to analyze the correlation between caregiver's background and HIV infected children's adherence in RSCM, a hospital in Jakarta, Indonesia. This research used cross sectional method with 94 caregivers as the sample. The data was collected using an adherence questionnaire that was adapted from Development of Multi Method Tool to Measure ART Adherence in Resource Constrained Settings The South Africa Experience which was published by Center for Pharmaceutical Management, Management Sciences for Health in 2007. This questionnaire was developed in Southern Africa. After collection, the data was analyzed statistically using chi square or Kolmogorov Smirnov if using chi square was not possible. The results reveal that there is no correlation between caregiver's background educational background, income per month, caregiver's relation with the child, and caregiver's involvement in an HIV related support groups and HIV infected children's adherence to antiretroviral therapy p 0,05.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nurul Hanifa
"

Latar Belakang. Kualitas tidur buruk merupakan salah satu komorbiditas yang sering terjadi pada pasien dengan HIV. Secara khusus, populasi pasien dengan HIV lebih rentan untuk memiliki kualitas tidur yang buruk yang diakibatkan oleh berbagai faktor yaitu efek samping terapi antiretroviral, psikososial,dan gangguan imunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kualitas tidur buruk pada pasien dengan HIV dalam terapi antiretroviral (ARV) dan faktor-faktor yang berhubungan.

Metode. Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada September 2016 sampai Februari 2017. Kriteria inklusi adalah pasien dengan HIV dewasa yang mengkonsumsi terapi antiretroviral selama minimal 12 bulan. Kualitas tidur ditentukan dengan kuesioner Pittsburgh sleep quality index (PSQI) yang terdiri dari 9 pertanyaan, dengan skor >5 menunjukkan kualitas tidur buruk. Risiko tinggi obstructive sleep apnea (OSA), excessive daytime sleepiness (EDS), dan depresi diperiksa dengan kuesioner Berlin, Epworth sleepiness scale (ESS) and Hamilton depression rating scale (HDRS).

Hasil. Sembilan puluh empat subjek dalam penelitian, berusia antara 20 hingga 59 tahun, sebagian besar subjek 72,3 % adalah laki-laki, 80,9% subjek memiliki viral load terakhir tidak terdeteksi dan 84,9% subjek hitung sel limfosit CD4+ terakhir >200 sel/m3. Didapatkan proporsi kualitas tidur buruk 53,2% subjek, risiko tinggi OSA 8,5% dan EDS 9,6%. Pada analisis univariat, risiko tinggi OSA dan depresi merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur buruk. Depresi merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur buruk pada analisis mulitavirat (OR 4.4; IK 95% 1.7-11.4). Sedangkan, faktor lain seperti demografi, status imunologi dan virologi tidak berhubungan secara signifikan dengan kualitas tidur.

Kesimpulan. Kualitas tidur buruk sering terjadi pada pasien dengan HIV dalam terapi antiretroviral. OSA dan depresi merupakan faktor yang harus diwaspadai pada pasien HIV dengan kualitas tidur buruk. Oleh karena itu, skrining kualitas tidur, depresi dan OSAharus dilakukan secara rutin pada pasien dengan HIV.


Background: Poor quality of sleep is one of the common comorbidities in HIV patients. Patients with HIV are particularly vulnerable to poor sleep quality due to multiple factors, including antiretroviral side effects, psychosocial, and immune dysfunction. The aim of this study is to determine the proportion of poor quality of sleep in HIV patients on antiretroviral therapy (ART) and associated factors.

Materials and Method: This was a cross sectional study in Cipto Mangunkusumo Hospital during September 2016 to February 2017. Inclusion criteria were HIV adult patients on ART for minimum of 12 months. Quality of sleep was determine based on 9 items self-administered questionnaire Pittsburgh sleep quality index (PSQI), with score >5 represents poor sleep quality. High risk of obstructive sleep apnea (OSA), excessive daytime sleepiness (EDS) and depression were assessed by Berlin questionnaire, Epworth sleepiness scale (ESS) and Hamilton depression rating scale (HDRS), respectively.

Results: Among 94 subjects, age ranging from 20-59 years old, 72.3% were male, 80.9% had current viral load undetected and 84.9% had current CD4+ lymphocyte >200 cells/m3. Proportion of poor sleep quality, high risk of OSA and EDS were 53.2%, 8.5% and 9.6%, respectively. High risk of OSA and depression were associated with poor sleep quality on univariate analysis. However, depression was the only factor that associated with poor sleep quality (OR 4.4; 95% CI 1.7-11.4) on multivariate analysis. Other factors such as demographic, immunology and virology status were not significantly associated with sleep quality.

Conclusion: Poor sleep quality is common among HIV patients on ART. Obstructive Sleep Apnea and depression were factors that should be aware of in HIV patient with poor sleep quality. Therefore, screening of sleep quality, depression and OSA should be performed routinely on HIV patients.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeva Rosana
"Latar belakang. Kandidiasis orofaring adalah infeksi oportunistik ketiga terbanyak pada pasien HIV/AIDS di Indonesia. Penggunaan flukonazol yang luas sebagai pengobatan standar untuk kandidiasis orofarings, mengakibatkan terjadinya masalah resistensi. Untuk memahami mekanisme terjadinya resistensi C. albicans terhadap flukonazol diperlukan pemahaman mutasi genetik ERG11 dan overekspresi gen ERG11, CDR1, CDR2, dan MDR1, sebagai dasar pengembangan strategi kebijakan pengobatan.
Tujuan. Untuk mendapatkan peran mutasi gen ERG11 dan overekspresi gen ERG11, CDR1, CDR2, MDR1 dalam mekanisme resistensi C. albicans isolat pasien terinfeksi HIV di Jakarta terhadap flukonazol.
Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan cara deskriptif analitik untuk mendapatkan mekanisme pola genetik resistensi C. albicans isolat pasien terinfeksi HIV di Jakarta terhadap flukonazol. Penelitian dilakukan bulan Mei 2009 sampai dengan Maret 2013 di FKUI dan RSCM. Analisis mutasi gen ERG11 dilakukan dengan metode sekuensing. Analisis overekspresi gen CDR1, CDR2, MDR1, ERG11 dengan metode real time RT-PCR.
Hasil Penelitian. Didapatkan 17 isolat C. albicans yang resisten terhadap antijamur azol, dari 92 spesies C. albicans yang berhasil diisolasi dari 108 subjek sumber isolat pasien terinfeksi HIV di RSCM. Resistensi C. albicans (n = 92) terhadap flukonazol ditemukan sebanyak 13 %. Ditemukan 30 mutasi nukleotida gen ERG11 yang menyebabkan perubahan asam amino pada enam posisi yaitu D116E, S153E, I261V, E266D, V437I, V488I yang berada pada area hot spot yang dilaporkan oleh Marichal dkk., yaitu asam amino pada posisi 105-165, 266–287, dan 405–488. Pola substitusi asam amino kombinasi 1). D116E, D153E, E266D; 2). D116E, I261V, E266D, V437I; 3). E266D, V437I; 4). E266D, V488I berhubungan dengan resistensi C. albicans terhadap flukonazol. Substitusi asam amino I261V gen ERG11 yang ditemukan pada penelitian ini, masih mungkin berhubungan dengan resistensi flukonazol karena berada pada rantai b heliks yang diduga sebagai tempat terikatnya flukonazol. Selain itu, perubahan asam amino isoleusin (I) yang berukuran besar menjadi valin (V) yang berukuran kecil, diduga akan menghalangi masuknya flukonazol. Mekanisme overeskpresi lebih diperankan oleh overekspresi CDR2 pada isolat C. albicans multiresisten terhadap flukonazol dan overekspresi gen ERG11 pada isolat C. albicans resisten terhadap flukonazol tunggal. Kombinasi mutasi dan overekspresi ditemukan saling memengaruhi pada resistensi C. albicans terhadap flukonazol
Simpulan. Kombinasi substitusi asam amino yang ditemukan, berhubungan dengan resistensi C. albicans terhadap flukonazol. Struktur tiga dimensi substitusi asam amino I261V gen ERG11 yang ditemukan pada penelitian ini dan belum pernah dilaporkan, masih mungkin berhubungan dengan resistensi flukonazol. Overeskpresi gen CDR2 dan ERG11 berperan pada isolat C. albicans yang resisten terhadap flukonazol. Kombinasi mutasi gen ERG11 dan overekspresi CDR2 dan ERG11 berperan pada isolat C. albicans resisten terhadap flukonazol.

Background: Oropharyngeal candidiasis is the third opportunistic infection in HIV / AIDS patients in Indonesia. Extensive use of fluconazole as a standard treatment for candidiasis orofarings results in the emerging of resistance problem. Understanding the genetic mutations ERG11 and ERG11, CDR1, CDR2, and MDR1 gene overexpression are required to identify the mechanism of the resistance of C. albicans to fluconazole, as it can contribute to determining treatment policy.
Objective. To analyze the role of mutations in ERG11 gene and ERG11, CDR1, CDR2, MDR1 gene overexpression as a genetic mechanisms of C. albicans resistance to fluconazole isolated from HIV patients in Jakarta.
Method. This study is a cross-sectional study with descriptive analytical method to determine the genetic mechanisms of C. albicans resistance to fluconazole isolated from HIV patients in Jakarta. The study was conducted from May 2009 until March 2013. ERG11 gene mutation analysis was performed by sequencing methods, while over expression of ERG11, CDR1, CDR2, and MDR1 genes were analyzed by real-time RT-PCR method.
Results. In this study, 17 isolates out of 92 species of C. albicans isolated from 180 HIV patients in RSCM were found to be resistant to azole antifungal. Candida albicans (n ??= 92) resistant to fluconazole was found in 13 % isolates. Thirty (30) nucleotide mutations of ERG11 genes were observed that caused amino acid changes in six positions at D116E, S153E, I261V, E266D, V437I, V488I, which is located in the hot spot area reported by Marichal et al. at positions 105-165 , 266-287, and 405-488. Combinations of amino acid substitution pattern 1). D116E, D153E, E266D; 2). D116E, I261V, E266D, V437I; 3). E266D, V437I; 4). E266D, V488I are associated with resistance of C. albicans to fluconazole. Amino acid substitution at I261V due to ERG11 gene mutation identified in this study is probably associated with fluconazole resistance, since it is located at the ? helical chain as a binding site of fluconazole. Moreover, the subtitution of the large size isoleucine (I) amino acid to small size valine (V) hinders the entry of fluconazole. Resistant C. albicans isolates of HIV-infected patients in Jakarta was alleged mainly to be caused by CDR2 gene over expression, detected in all isolates of C. albicans multiresistant to fluconazole, and to ERG11 gene over expression that played a role in isolates of C. albicans resistant to single fluconazole. The combination of amino acid substitutions due to mutations in ERG11 gene and over expression of CDR2 and ERG11 can occur in C. albicans isolates resistant to fluconazole.
Conclusion. Combinations of amino acid substitution pattern in this study are associated with C. albicans resistance to fluconazole. Three-dimensional structure of the amino acid substitution I261V ERG11 genes was identified in this study, and is probably associated with fluconazole resistance. CDR2 and ERG11 genes over expression play a role in C. albicans resistant to fluconazole. The combination of mutations in ERG11 gene and over expression of CDR2 and ERG11 play a role in C. albicans isolates resistant to fluconazole.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha El Zhafira Hadi
"Angka mortalitas HIV/AIDS hingga saat ini masih menjadi permasalahan kompleks di tingkat global, terutama pada negara berkembang. Terapi Antiretroviral (ARV) menjadi salah satu bentuk pencegahan berkembangnya kasus HIV menjadi AIDS. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ODHA yang telah memulai terapi ARV pun masih berisiko tinggi untuk mengalami kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan terapi antiretroviral terhadap kejadian mortalitas pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kabupaten Tangerang periode tahun 2006-2022. Desain studi yang digunakan adalah kohort restrospektif. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 924 pasien yang diobservasi melalui rekam medis pasien. Kelompok exposed yaitu 510 pasien yang patuh terapi ARV dan kelompok non-exposed yaitu 414 pasien yang tidak patuh terapi ARV. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa probabilitas kumulatif survival dan median survival time secara keseluruhan adalah 52,3% dan 7 tahun. Rata-rata waktu pengamatan survival pada tahun ke 8 dan median survival time pada tahun ke 7 pengamatan. Selain itu, diketahui pula terdapat pengaruh antara kepatuhan terapi ARV terhadap kejadian mortalitas pasien HIV/AIDS dengan nilai AdjHR = 1,71 (95% CI: 1,3-3,18) setelah mengendalikan variabel usia dan infeksi oportunistik. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan pertimbangan dalam meningkatkan kepatuhan ODHA dalam menjalankan terapi ARV di kemudian hari supaya tren kematian dapat ditekan.

The mortality rate of HIV/AIDS is still being a complex problem at the global level, especially in developing countries. Antiretroviral Therapy (ARV) is one form of prevention of the development of HIV cases into AIDS. However, it is undeniable that people living with HIV who have started ARV therapy are still at high risk of death. This study aims to determine the effect of adherence to antiretroviral therapy on the survival of HIV/AIDS patients at General Hospital of Tangerang Regency for the period 2006-2022. The study design used a retrospective cohort design. The exposed group was 510 patients who were adherent to ARV therapy and the non-exposed group was 414 patients who were not adherent to ARV therapy. Based on the results of the analysis, it is known that the cumulative probability of survival and median survival time as overall are 52.3% and 7 years. The average survival observation time at year 8 and median survival time at year 7 observation. In addition, it is also known that there is an correlation between adherence to ARV therapy on the mortality incidence of HIV/AIDS patients with AdjHR = 1.71 (95% CI: 1,3-3,18) after controlling for age and opportunistic infection variables. The results of this study can be a reference and consideration in improving the compliance of PLHIV in carrying out ARV therapy in the future so that the mortality trend can be suppressed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Regina
"Praktik spesialis keperawatan medikal medikal merupakan bagian penting dari pendidikan profesi yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan berbasis bukti kepada pasien dengan kondisi medikal dan bedah, baik akut dan kronis. Dalam proses residensi ini teori yang digunakan adalah Teori Kebutuhan Virginia Henderson untuk pasien rawat inap dan Teori Sosial Kognitif Bandura untuk pasien rawat jalan, baik di Rumah Sakit Fatmawati maupun di Rumah Sakit Persahabatan. Menjadi ners spesialis keperawatan medikal bedah harus memenuhi kompetensi yang meliputi tiga hal, yakni pemberi asuhan keperawatan pada pasien kelolaan utama dan resume, kemudian menerapkan Evidence Based Nursing (EBN) dan membuat proyek inovasi terkait kebutuhan pasien dan ruangan. Sebagai pemberi asuhan keperawatan pada pasien kelolaan utama, residen telah memberikan asuhan keperawatan pada saru kasus kelolaan utama dan tiga puluh kasus resume pasien dengan berbagai diagnosis. Sebagai peneliti, residensi telah mengaplikasi penerapan Intervensi Motivational Interviewing untuk meningkatkan HIV Self Management dan hasil dari evidence based nursing ini menunjukkan bahwa Intervensi Motivational Interviewing dapat meningkatkan HIV Self Management. Sedangkan sebagai innovator, residen telah melakukan inovasi terkait pemberian dukungan sebaya dan hasil penerapan proyek inovasi ini menunjukkan manfaat yang sangat signifikan bagi peningkatan kepatuhan ART pada ODHA.

Medical nursing specialty practice is an important part of professional education that aims to develop the skills and knowledge of nurses to provide evidence-based nursing care to patients with medical and surgical conditions, both acute and chronic. In this residency process, the theories used are Virginia Henderson's Theory of Needs for inpatients and Bandura's Social Cognitive Theory for outpatients, both at Fatmawati Hospital and at Persahabatan Hospital. Becoming a specialist medical surgical nurse must fulfill competencies which include three things, namely providing nursing care to primary care patients and resumes, then implementing Evidence Based Nursing (EBN) and creating innovation projects related to patient and room needs. As a provider of nursing care to primary management patients, the resident has provided nursing care to one primary management case and thirty resume cases of patients with various diagnoses. As a researcher, the residency has applied the Motivational Interviewing Intervention to improve HIV Self Management and the results of this evidence based nursing show that the Motivational Interviewing Intervention can improve HIV Self Management. Meanwhile, as innovators, residents have made innovations related to providing peer support and the results of implementing this innovation project show very significant benefits for increasing ART compliance among PLWHA."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Nur Khayati
"Praktek Spesialis Keperawatan merupakan sebuah proses penting dari pendidikan profesi dalam rangka mengaplikasikan peran perawat spesialis yang berdampak pada upaya peningkatan kualitas layanan keperawatan. Praktek ini dilakukan dan dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai penelitian menggunakan model Pendekatan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson dan Teori Sosial Kognitif Bandura di RS Fatmawati dan RS Persahabatan Jakarta. Tiga kompetensi yang harus dicapai dalam praktek residensi ini adalah memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori keperawatan, menerapkan implementasi keperawatan yang berbasis bukti ilmiah (evidencebased nursing practice), dan melakukan proyek inovasi keperawatan yang berguna bagi lahan yang menjadi tempat praktek residensi. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, mahasiswa residensi telah memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori Virginia Henderson pada satu kasus kelolaan utama dan 30 kasus resume pasien HIV/AIDS dengan berbagai infeksi oportunistik. Sebagai peneliti, mahasiswa telah mengaplikasi penerapan terapi spiritual terhadap penurunan tingkat stres pada orang dengan HIV/AIDS. Pengaruh terapi tersebut selaras dengan evidencebase nursing terkait menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi spiritual terhadap penurunan Tingkat stress pada orang dengan HIV/AIDS ODHA). Sebagai inovator, mahasiswa telah melakukan inovasi edukasi berbasis web untuk meningkatkan pengetahuan pasien Sistemic Lupus Eritematosus (SLE) di RS Persahabatan Jakarta. Hasil inovasi menunjukkan bahwa penggunaan media edukasi melalui webApp yang diakses menggunakan barcode menunjukkan peningkatan pengetahuan yang cukup signifikan.

Nursing Specialist Practice is an important process of nurse’s professional education to apply the role of specialist nurses which has an impact on efforts to improve the quality of nursing services. This practice is carried out and developed based on irginia Henderson's Model of Basic Needs Approach and Bandura's Cognitive Social Theory science and technology through various research at Fatmawati Hospital and Persahabatan Hospital. The three competencies that must be achieved in this residency practice are providing nursing care using a theoretical nursing approach, implementing evidencebased nursing practice, and conducting nursing innovation projects that are useful for the land where the residency practice is located. As a nursing care provider, the resident students have provided nursing care using the Virginia Henderson theory approach on a primary management case and 30 resume cases of HIV/AIDS patients with various opportunistic infections. As researchers, students have applied the application of Spiritual Therapy to Reduce Stress Levels in People with HIV/AIDS. The effect of the therapy is in line with related evidence-based nursing, showing that there was a signifact effect on decreasing level of stress in PLWH. Meanwhile, as an innovator, student has carried out web-based educational innovations to increase knowledge of Systemic Lupus Erythematosus (SLE) patients at Persahabatan Hospital Jakarta. The results of the innovation show that the use of educational media neglected webApp accessed using barcodes showed significant results in increasing knowledge of SLE patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasya Shafira
"Sebanyak 12,3% dari kasus HIV pada tahun 2014-2018 di wilayah Asia dan Pasifik merupakan penasun. Hasil Laporan STBP sejak 2007 selalu menunjukkan kelompok kunci yang memiliki prevalensi tertinggi adalah penasun. Pada tahun 2015 prevalensi HIV pada penasun sebanyak 28,7%. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kejadian HIV pada penasun adalah perilaku berisiko penasun, perilaku berisiko seks dan penggunaan kondom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi, pengetahuan dan persepsi, perilaku penggunaan napza, perilaku berisiko seks, dan perilaku pencegahan dengan kejadian HIV pada kelompok kunci pengguna narkotika suntik (penasun) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder STBP 2018-2019. Sampel yang digunakan adalah penasun yang ada diseluruh Indonesia yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel sebanyak 1.364. data dianalisis secara univariat dan bivariat. Prevalensi HIV sebanyak 13,7%. Angka ini menglami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan hasil tahun sebelumnya. Terdapat hubungan signifikan antara umur (p-value 0,001; PR= 15,3) dan lama menjadi penasun (p-value 0,001; PR= 7,1). Diharapkan program cakupan PTRM dan LASS dapat menjangkau lebih luas untuk mengurangi perilaku berisiko yang penasun lakukan.

As many as 12.3% of HIV cases in 2014-2018 in the Asia and Pacific region were IDUs. The results of IBBS (STBP) reports since 2007 have always shown that the key group with the highest prevalence is IDU. In 2015 the HIV prevalence among IDU was 28.7%. One of the factors that can influence the incidence of HIV among IDUs is the risk behavior of IDUs, sexual risk behavior and the use of condoms. This study aims to determine the relationship between sociodemographic factors, knowledge and perceptions, drug use behavior, sexual risk behavior and HIV prevention behavior in key groups of injecting drug users (IDUs) in Indonesia. This study uses secondary data from the 2018-2019 IBBS. The sample used was IDU throughout Indonesia in accordance with the inclusion and exclusion criteria with a total sample size of 1,364. data were analyzed by univariate and bivariate. The HIV prevalence was 13.7%. This figure has decreased significantly compared to the previous year's results. There was a significant relationship between age (p-value 0.001; PR = 15.3) and length of time to be IDU (p-value 0.001; PR = 7.1). PTRM and NSP coverage programs can reach more widely to reduce the risky behavior that IDUs engage in."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>