Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Asmawati
"Aktivitas durasi atau lamanya dalam penggunaan ponsel pintar merupakan fenomena yang sering di ditemukan pada siswa sekolah menengah atas. Akibatnya, siswa terpapar layar melebihi durasi yang direkomendasikan, yang berdampak pada keluhan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan durasi penggunaan ponsel pintar dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Jumlah sample terdiri dari 115 siswa sekolah menengah atas di Daerah Khusus Jakarta yang sesuai dengan kriteris inklusi dan eksklusi dan dipilih menggunakan teknik cluster stratified random sampling. Hasil penelitian yang dianalisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak ada hubungan durasi penggunaan ponsel pintar dengan keluhan muskuloskeletal (p value > 0,05). Peneliti merekomendasikan adanya kerjasama antara pihak tenaga kesehatan dengan sekolah dan orangtua untuk melakukan sosialisasi mengenai penggunaan durasi penggunaan ponsel pintar yang sesuai dan posisi yang baik dalam menggunakan ponsel pintar untuk mengoptimalkan kesehatan bagi siswa sekolah menengah atas.

The duration or duration of smartphone use is a phenomenon that is often found in high school students. As a result, students are exposed to screens beyond the recommended duration, which has an impact on musculoskeletal complaints. This study aims to identify the relationship between the duration of smartphone use and musculoskeletal complaints. This study used a cross-sectional design. The number of samples consisted of 115 high school students in the Special Region of Jakarta who met the inclusion and exclusion criteria and were selected using the cluster stratified random sampling technique. The results of the study analyzed by the Mann Whitney test showed that there was no relationship between the duration of smartphone use and musculoskeletal complaints (p value> 0.05). The researcher recommends cooperation between health workers, schools and parents to conduct socialization regarding the use of appropriate smartphone usage duration and good positions in using smartphones to optimize health for high school students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Rohmana Malik
"Musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan cedera dan gangguan yang mempengaruhi pergerakan tubuh manusia atau sistem muskuloskeletal. Salah satu penyebab dari keluhan MSDs adalah getaran (whole body vibration). Driver ojek online yang mempunyai aktivitas berkendara setiap hari mempunyai risiko untuk terpajan getaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pajanan getaran (whole body vibration) dan keluhan MSDs pada driver ojek online di Jakarta tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah driver ojek online region Jakarta, dengan total sampel sebanyak 42 orang untuk menggambarkan keluhan MSDs dan 30 orang untuk menganalisis hubungan antara whole body vibration dengan keluhan MSDs. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Nordic Body Map and vibration meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah tersering yang mengalami keluhan MSDs pada pekerja driver ojek online adalah pinggang bawah (76,2%), pantat (78,6%), bahu kanan (47,6%), bahu kiri (47,6%), dan pergelangan tangan kanan (45,2%). Pada penelitian ini diketahui bahwa usia, IMT, masa kerja, durasi pajanan kerja, frekuensi kerja, dan whole body vibration belum cukup berpengaruh dalam menyebabkan keluhan MSDs.

Musculoskeletal disorders (MSDs) are injuries and disorders that affect the movement of the human body or the muculoskeletal system. One of the causes of musculoskeletal disorders complaints is vibration. Online motorcycle drivers who drive every day have the risk to exposed by vibration. This study aimed to analyze the relationship between vibration exposure, especially whole-body vibration and musculoskeletal disorder (MSDs) complaints on online motorcycle drivers in Jakarta, 2019. This research is a quantitative study using a cross-sectional study design. Respondents were Jakartas Online motorcycle drivers, with the total number of samples was 42 drivers to describe the musculoskeletal disorders complaints and 30 drivers to analyze the relationship between whole body vibration and musculoskeletal disorders. Data was collected by the Nordic Body Map questionnaire and vibration meter. The results showed that the most pain complaints found in the upper buttocks (76.2%), lower buttocks (78,6%), right shoulder (47,6%), left shoulder (47,6%), and right wrist (45,2%). There was no a significant relationship between age, body mass index, working period, exposure duration, working frequency, and whole body vibration with musculoskeletal disorders complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novtania Gita Purnamasyah
"Keluhan gangguan muskuloskeletal dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas mahasiswa profesi kedokteran gigi yang disebabkan oleh berbagai faktor meliputi faktor risiko fisik, tingkat risiko ergonomi, dan faktor risiko individu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keluhan gangguan muskuloskeletal pada mahasiswa profesi di RSKGM FKG UI tahun 2023. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode kuantitatif. Data diperoleh dari 100 responden menggunakan kuesioner nordic body map dan 40 responden diantaranya diobservasi serta didokumentasi untuk diukur tingkat risiko ergonomi menggunakan RULA. Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa hampir semua mahasiswa profesi mengalami keluhan gangguan muskuloskeletal (96.4%). Keluhan gangguan muskuloskeletal pada mahasiswa profesi dirasakan paling banyak pada bagian punggung bawah, leher, punggung atas, dan kedua bahu. Hasil analisis menunjukkan bahwa postur lengan atas berhubungan signifikan dengan keluhan gangguan muskuloskeletal secara umum dan kronis pada mahasiswa profesi di RSKGM FKG UI tahun 2023.

Musculoskeletal disorders can lead to reduced productivity of students in the dental profession caused by various factors including physical risk factors, ergonomic risk levels, and individual risk factors. This study aims to analyze complaints of musculoskeletal disorders in professional students at RSKGM FKG UI in 2023. The study design was cross-sectional with a quantitative method. Data were obtained from 100 respondents using the nordic body map questionnaire and 40 of them were observed and documented to measure the level of ergonomic risk using RULA. In this study, it was found that almost all professional students experienced complaints of musculoskeletal disorders (96.4%). Complaints of musculoskeletal disorders in professional students are felt mostly in the lower back, neck, upper back, and both shoulders. The results of the analysis show that upper arm posture is significantly related to complaints of general and chronic musculoskeletal disorders in professional students at RSKGM FKG UI in 2023."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamaruddin
"This study aim is to oversee the ergonomic idea for laptop usage with subjective of musculoskeletal disorder. Type of research was conducted in a descriptive design study which an observational approaching. The samples of this study were all workers in RST Indonesia office using laptop, number of samples are 74 persons. Based on study result shown that back pain disorder 5%, neck disorder 5%, shoulder blade disorder 1%, waist disorder 2%, arm disorder 2%, shoulder disorder 3%, and knee disorder 2%. It is suggested to conduct hierarchy of control hazard by conducting elimination, substitution, engineering control, administrative control, and wearing personal protective equipment.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran ergonomi pada pekerja pengguna laptop dihubungkan dengan keluhan subjektif pada muskuloskeletal. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan disain penelitian deskriptif yang bersifat observasional. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja pengguna laptop di kantor RST Indonesia yang berjumlah 74 orang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 5% responden yang mengalami keluhan di bagian punggung, 5% responden mengalami keluhan di bagian leher, 1% responden mengalami keluhan di bagian belikat, 2% responden mengalami keluhan di bagian pinggang, 2% responden mengalami keluhan di bagian tangan, 3% responden mengalami keluhan di bagian bahu, dan 2% responden mengalami keluhan di bagian lutut. Disarankan pekerja pengguna laptop di kantor RST Indonesia melakukan tindakan eliminasi, substitusi, rekayasa (engineering control), pengendalian administratif dan menggunakan alat pelindung diri."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agfa Al-Latief Hadi Putra
"Seiring dengan berkembangnya teknologi, kini pegawai dituntut untuk bekerja dan menghabiskan sebagian waktunya duduk fokus memandang komputer dan menggunakan mouse. Penggunaan komputer memiliki risiko ergonomic yang apabila dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan masalah kesehatan salah satunya gangguan muskoloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara risiko ergonomi dengan gangguan muskoloskeletal pada pekerja kantoran di PT. X. Metode yang digunakan adalah desain studi cross sectional dengan menggunakan instrument penelitian berupa Nordic Body Map dan Rapid Office Strain Assessment (ROSA). Penelitian ini dilakukan kepada 48 pekerja kantoran di PT. X. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat risiko ergonomi, dan keluhan muskoloskeletal dengan analisis univariat, dan bivariat. Dari 48 responden didapatkan 39 orang mengalami keluhan muskoloskeletal dengan keluhan terbanyak ada pada bagian leher atas, punggung, dan pinggang. Hasil penelitian menunjukan tidak adanya hubungan antara risiko ergonomi dengan usia, masa kerja dan jenis kelamin (p-value=1). Akan tetapi, terdapat hubungan yang berarti antara risiko ergonomic dengan gangguan muskoloskeletal (p-value=0,039).

Along with the development of technology, employees are now required to work and spend some of their time sitting focused on looking at computers and using mouse. The use of computers has ergonomic risks which if done continuously can cause health problems, one of which is musculoskeletal disorders. This study aims to analyze the relationship between ergonomic risks and musculoskeletal disorders in office workers at PT. X. The method used is a cross-sectional study design using research instruments in the form of Nordic Body Map and Rapid Office Strain Assessment (ROSA). This research was conducted on 48 office workers at PT. X. The variables studied in this study were age, gender, length of service, level of ergonomic risk, and musculoskeletal complaints with univariate, and bivariate analysis. From 48 respondents, 39 people experienced musculoskeletal complaints with the most complaints in the upper neck, back, and waist. The results showed no relationship between ergonomic risk with age, length of service and gender (p-value = 1). However, there was a significant association between ergonomic risk and musculoskeletal disorders (p-value = 0.039)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Merina
"Pekerjaan dengan banyak aktivitas biasanya menggunakan seluruh anggota tubuh dan membutuhkan kinerja otot yang maksimal. Aktivitas pekerjaan fisioterapis dalam menangani pasien banyak dilakukan secara manual sehingga berisiko menimbulkan gangguan muskuloskeletal (Musculoskeletal Disorders/MSDs). Penelitian ini dilakukan pada fisioterapis di Klinik Fisioterapi Salma Putra Pinang Ranti Jakarta Timur Tahun 2012 untuk menilai tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA dan keluhan MSDs. Responden sebanyak seluruh fisioterapis (10 orang).
Dari hasil penelitian di dapatkan tingkat risiko pekerjaan yaitu risiko rendah (low) 1 aktivitas kerja, risiko sedang (medium) 13 aktivitas kerja dan tingkat risiko tinggi (high) 2 aktivitas kerja dari 16 aktivitas pekerjaan yang ada. Dari hasil kuesioner dan nordic body map diketahui bahwa keluhan MSDs yang dirasakan fisioterapis pada pinggang bagian bawah dan tangan kanan (90%), kemudian leher atas, bahu kanan, lengan atas kanan dan pergelangan tangan kanan masing-masing (80%) serta leher bawah, bahu kiri dan punggung masing masing (70%).
Keluhan yang dirasakan berupa rasa pegal-pegal, nyeri, kaku dan kesemutan. Selain risiko ergonomi, di dapatkan juga faktor lain yang memperberat keluhan MSDs yaitu faktor risiko pekerjaan yang terdiri dari posisi kerja, tata letak tempat kerja, organisasi kerja dan lingkungan kerja, serta karaktersitik individu yang terdiri dari umur, jenis kelamin, masa kerja, jam kerja per hari dan indeks masa tubuh.

Work with many activities normally will use the whole body and require maximum muscle performance. work activities physiotherapist in handling patients with many manual theraphy to induce risk of musculoskeletal disorders (Musculoskeletal Disorders / MSDs). The research was to do physiotherapist at Physiotherapy Salma Putra Clinic ,Pinang Ranti, East Jakarta in 2012 to describe the level of ergonomic risk based methods REBA of musculoskeletal disorders and complaints. Responden of all physiotherapist (10 persons).
From the results of research on the occupational risk levels obtained the degree of low risk (low) 1 work activities, medium risk 13 work activities and the level of high risk 2 work activities of 16 processes the work activities that exist. The results of the questionnaire and nordic body map is known complaint musculoskeletal disorders that be perceived physiotherapist to low back, right hand (90%); and then the upper neck, right shoulder, upper arm, right wrist (80%); and the lower neck, left shoulder, back (70%).
The complaints is stifness, painful and tingling. In addition to ergonomic risk, other factors also found that complaints aggravate MSDs risk factors work consists of working positions, workplace design, work organization and work environment, as well as an individual characteristic consisting of age, gender, length of service, hours worked per day and body mass index.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Doli Mauliate
"Pendahuluan: Lesi muskuloskeletal pelvis merupakan kasus langka dengan prognosis buruk. Prosedur diagnostik yang cepat, akurat dan resiko komplikasi minimal sangat dibutuhkan pada kondisi tersebut. CT guided biopsy menjadi salah satu pilihan utama. Untuk itu dilakukan studi demografi terhadap pasien dengan lesi muskuloskeletal pelvis di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo serta evaluasi ketepatan diagnosis yang diperoleh melalui prosedur CT guided biopsy.
Metode: Penelitian ini merupakan studi demografi dan uji diagnostik prosedur CT guided biopsy pada lesi muskuloskeletal pelvis di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, yang dilaksanakan secara cross sectional. Data dikumpulkan menggunakan rekam medis pasien selama periode Juni 2007-Juni 2017. Analisis uji diagnostik menggunakan Fischer exact test, dengan standar baku pembanding berupa hasil histopatologi dari biopsi terbuka berupa prosedur eksisi terhadap lesi.
Hasil: Didapatkan 101 penderita lesi muskuloskeletal pelvis menjalani pengobatan selama periode 2007-2017. Ketepatan diagnosis CT guided biopsy dibanding hasil biopsi terbuka pada lesi muskuloskeletal pelvis adalah 86,36% dalam membedakan jenis, 90,9% dalam membedakan sifat keganasan, 85% dalam membedakan lesi primer muskuloskeletal maupun metastasis, dan 90% dalam membedakan lesi tulang maupun jaringan lunak. Berdasarkan lokasi lesi pada pelvis, ketepatan diagnosis CT guided biopsy tertinggi pada Zona I (83,3%), sedangkan berdasarkan ukuran, lesi berukuran >250ml memberikan ketepatan diagnosis 88,89-100%.
Pembahasan: Data demografi menunjukkan gambaran mirip dengan literatur dan dapat digunakan sebagai data dasar dalam menegakkan diagnosis lesi muskuloskeletal pelvis. Dalam evaluasi ketepatan diagnosis, CT guided biopsy dibanding biopsi terbuka pada lesi muskuloskeletal pelvis memiliki ketepatan yang tinggi secara statistik sehingga menunjukkan reliabilitas kuat dan dapat diterapkan sebagai prosedur baku dalam menegakkan diagnosis.

Introduction: Pelvic musculoskeletal lesion is rare, mostly malignant with bad prognosis. Since early diagnosis of these cases require rapid, accurate, and safe diagnostic procedure, CT guided biopsy are common choice of treatment option. Since no data registered on pelvic musculoskeletal lession yet assembled, we performed demographic study on pelvic musculoskeletal lesion in Cipto Mangunkusumo hospital combined with diagnostic test of CT guided biopsy on pelvic musculoskeletal cases.
Methods: This is a demographic study and diagnostic test on CT guided biopsy performed on pelvic musculoskeletal lesion, performed cross sectionally, using medical record from June 2007-June 2017. Sampling procedure performed based on inclusion and exclusion criteria, and evaluated with Fischer exact test, p value <0,05. Histopathologic result after open biopsy described as gold standard.
Results: During present decade, 101 patients with pelvic musculoskeletal lesion treated in Cipto Mangunkusumo hospital. Compared to open biopsy, the accuracy of CT guided biopsy were 86,36% on determining type of lesion, 90,9% on determining type of malignancy, 85% on determining primary lesion to a metastasis lesion, and 90% on determining bone to a soft tissue lesion. Based on location of lesion, Zone I provide best accuracy (83,3%) while based on size, lesion sized >250% has best accuracy (88,89-100%).
Discussion: Demographic data of this study found similar to literature. These distribution data help diagnostic procedure especially in Cipto Mangunkusumo hospital. High diagnostic accuracy of CT guided biopsy, support that the procedure is strongly reliable, and reasonably considered as a standard operational procedure on diagnostic of pelvic musculoskeletal lesion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Komala
"Bidan berpotensi tinggi mengalami risiko gangguan otot rangka atau Musculoskeletal disorders (MSDs) karena memiliki faktor-faktor risiko untuk terjadi MSDs Penelitian ini berdesain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan terhadap keluhan MSDs pada bidan dan melakukan analisis risiko ergonomi menggunakan metode REBA. Berdasarkan hasil penelitian, 91,7% bidan memiliki keluhan MSDs terutama di daerah leher, bahu, tangan, pergelangan tangan, punggung atas dan pergelangan kaki. Disamping itu terdapat hubungan signifikan antara faktor psikologis individu (p=0,01) terhadap timbulnya keluhan MSDs pada bidan. Dari analisis risiko ergonomi menggunakan metode REBA terhadap tahapan Asuhan Persalinan Normal didapatkan hasil 2 tahapan berisiko sangat tinggi, 2 tahapan berisiko tinggi dan 2 tahapan berisiko sedang. Diharapkan adanya fasilitas relaksasi otot di tempat kerja dan pendidikan kesehatan mengenai ergonomi kepada bidan untuk mencegah MSDs, serta adanya penelitian lain yang lebih lengkap dan akurat terhadap masalah ini.

Midwives have high potential risk of musculoskeletal disorders or musculoskeletal disorders (MSDs) as having risk factors for MSDs occur This cross-sectional study design with quantitative and qualitative approaches aims to describe the factors related to MSDs complaints on midwives and ergonomic risk analysis using methods REBA. Based on the results of the study, 91.7% midwife had a MSDs complaints especially in the neck, shoulder, hand, wrist, upper back and ankle. Besides, there is a significant relationship between individual psychological factors (p = 0.01) on the incidence of MSDs complaints on midwives. From ergonomics risk analysis towards Normal Delivery Care using REBA methods, two stage were very high risk, two stage were high risk and two stage were medium. Expected that there will be held facilities for relaxation of body muscles at work and health education about ergonomics for midwives to prevent MSDs, as well as the other studies about this issue in a more accurate and complete."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Yogi Akbar
"Skripsi ini membahas analisis hubungan faktor risiko ergonomi terhadap keluhan gejala MSDs petugas luar gedung UI di Depok tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional kuantitatif yang dilakukan pada 85 pekerja. Faktor risiko ergonomi didapatkan dengan menggunakan metode REBA, sedangkan keluhan gejala MSDs didapatkan dengan menggunakan Nordic Body Map. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95% pekerja mengeluhkan gejala MSDs dengan keluhan terbanyak terdapat di bagian pinggang bawah (35.3%), diikuti dengan bagian leher atas dan bawah (27.1%). Distribusi keluhan gejala MSDs berdasarkan usia paling banyak pada usia ≥ 25 tahun, berdasarkan jenis kelamin paling banyak pada wanita, berdasarkan masa kerja paling banyak pada pekerja dengan masa kerja > 3 tahun, berdasarkan IMT paling banyak pada pekerja dengan IMT normal, berdasarkan kebiasaan merokok paling banyak pada pekerja yang tidak merokok, dan berdasarkan kebiasaan berolahraga paling banyak pada pekerja yang tidak biasa berolahraga. Proses kerja dengan tingkat risiko ergonomi paling tinggi adalah mengastin. Namun dari hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara faktor risiko ergonomi dengan keluhan gejala MSDs petugas kebersihan.

The focus of this study was the analysis of ergonomic risk factor in relation with the complaints of musculoskeletal disorders symptom in the outdoor cleaning workers at the University of Indonesia. This was the cross sectional quantitative study that involved 85 workers. Ergonomic risk factor required by using REBA methode, and the complaints of MSDs' symptom required by using Nordic Body Map. The result showed that 95% of workers complain MSDs' symptom mostly on the low back (35.3%), followed with upper and lower neck (27.1%). The distribution of the complaints based on age mostly on the group ≥ 25 years old, based on gender mostly on women, based on the duration of employment mostly on the workers with > 3 years employment, based on body mass index mostly on the workers with normal category, based on smoking habit mostly on the workers who has never smoke, and based on sports habit mostly on the workers who were not used to do sports. Work process with the highest level of ergonomic risk were mengastin. However, statistical test did not show that there is a relation between ergonomic risk factor and the complaints of MSDs' symptom in the outdoor cleaning workers"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melitta Setyarani
"ABSTRAK
Pendahuluan: Meningkatnya prevalensi TB muskuloskeletal tidak sejalan dengan tingginya efek samping dan resistensi MDR TB obat oral. Studi ekperimental pembuatan OAT lokal berteknologi lepas lambat dengan enkapsulasi PLGA dan alginate belum pernah dilakukan. Bersifat gelatisasi, dan non toxic; membuat PLGA dan Alginate diharapkan menjadi solusi.
Metode: Studi eksprerimental in vitro pembuatan Rifampisin RIF , Isoniazid INH , Pirazinamid PYR , dan Etambutol ETH enkapsulasi PLGA RIF dan PLGA-Alginate PYR, ETH, INH . Serbuk OAT enkapsulasi dan plasma dimasukkan dalam media release dialyzer dan baker glass; di ekstraksi pada hari ke 1,3,5, dan 7. Pembacaan kadar menggunakan HPLC kolom RP C18e UV-Vis.
Hasil: Telah diperoleh model carrier Alginate dan PLGA untuk release lepas lambat OAT. Kadar OAT enkapsulasi pada dialyzer dan beaker glass terdeteksi pada hari 3. Kadar OAT enkapsulasi pada dialyzer meningkat sampai hari 7, begitu pun pada baker glass, meski konsentrasi pada dialyzer lebih tinggi. Kadar OAT tanpa enkapsulasi menunjukkan pelepasan secara langsung, dengan kadar 8300 g/mL ditinjau pada hari 1, 3, 5, dan 7. Perbedaan kadar kelompok enkapsulasi dan tanpa enkapsulasi bermakna pada RIF p=0,029 , INH p=0,02 , PYR p=0,02 , ETH p=0,029 , dan pada hari 1 p=0,029 , hari 3 p=0,02 , hari 5 p=0,026 , hari 7 p=0,02 .
Pembahasan: PLGA dan Alginate dapat pakai untuk enkapsulasi OAT. Terdapat peningkatan kadar OAT enkapsulasi pada dialyzer pada hari 1 sampai 7. Hal tersebut menunjukkan bahwa OAT dengan enkapsulasi Alginate-PLGA memiliki sifat slow release sehingga dengan validasi metode yang tepat, teknologi ini dapat digunakan sebagai terapi lokal spondilitis TB.

ABSTRACT
Introduction: Increasing prevalence of musculoskeletal TB is not parallel with its extreme side effects and resistance MDR TB of oral drugs. Experimental study regarding slow release local anti tuberculosis drugs ATD using PLGA and alginate encapsulation never been performed. It rsquo;s gelatization ability and non-toxic properties; making it expected to be a solution.
Methods: In vitro study Rifampicin RIF , Isoniazid INH , Pyrazinamide PYR , Etambutol ETH encapsulated using PLGA and Alginate. Encapsulated ATD powder plus human plasma was put on dialyzer and baker glass; extracted on day 1,3,5, and 7. ATD amount analyzed using HPLC RP C18e with UV-Vis dectector.
Results: Alginate and PLGA carrier model for ATD are available. Encapsulated ATD level on dialyzer and baker glass detected on day 3. Encapsulated ATD- dialyzer levels increased until day 7, so did on baker glass, although concentrations in dialyzer were higher. Uncapsulated ATD levels observed on day 1, 3, 5, and 7 at similar concentrations of 8300 g/mL. Significant difference levels of encapsulated and uncapsulated group in RIF p = 0.029 , INH p = 0.02 , PYR p = 0.02 , ETH p = 0.029 , and on day 1 p = 0.029 , day 3 p = 0,02 , day 5 p = 0,026 , day 7 p = 0,02 .
Discussion: PLGA and Alginate is available for ATD encapsulation. An increase in encapsulated ATD levels in the dialyzer on days 1 to 7 suggests that ATD with Alginate-PLGA encapsulation has a slow release property can be used as preliminary study of local TB therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>