Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38696 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renata Parsaulian
"Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar yang dinilai paling penting bagi masyarakat. Seiring dengan bertambahnya penduduk sekarang ini, maka kebutuhan akan rumah juga terus meningkat. Oleh karena itu, untuk dapat menunjang kebutuhan tersebut, dibangun lah perumahan secara massal. Namun, dengan memilih untuk tinggal di perumahan ada beberapa konsekuensi yang harus diterima oleh calon penghuni dan salah satunya adalah desain hunian yang seragam. Hal ini bertentangan dengan sifat personal rumah, sehingga saat penghuni masuk dengan kebutuhan yang spesifik dan personal, bentuk seragam dan universal dari rumah tersebut menjadi sebuah masalah. Maka dari itu muncullah sebuah keinginan untuk mengadakan perubahan dan salah satu solusi yang diambil oleh penghuni adalah adaptasi hunian. Dengan adanya adaptasi hunian akhirnya kebutuhan penghuni, yang pada awalnya tidak dapat terakomodasi dalam hunian, kini dapat terpenuhi. Dengan demikian, perlu ditelusuri lebih lanjut bentuk adaptasi seperti apa saja yang dipengaruhi oleh gaya hidup penghuni.

Housing is one of the basic needs that are considered the most important for the community. Along with the current population increase, the need for housing also continues to increase. Therefore, to be able to support these needs, real estate was built en masse. However, by choosing to live in real estate there are several consequences that must be accepted by prospective residents and one of them is a uniform residential design. This goes against the personal nature of the house, so when residents enter with specific and personal needs, the uniform and universal shape of the house becomes a problem. Therefore, there arose a desire to make changes and one of the solutions taken by residents was residential adaptation. With residential adaptation, eventually the needs of residents, which at first could not be accommodated in housing, can now be fulfilled. Thus, it is necessary to further explore what forms of adaptation are influenced by the lifestyle of the residents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Harrys Argaditya
"Kelas menengah adalah kelompok mayoritas dari masyarakat di dunia yang banyak berkontribusi terhadap perputaran ekonomi di dunia. Meskipun mayoritas penduduk di dunia maupun di Indonesia adalah kalangan menengah, namun kebijakan yang berlaku masih banyak yang belum mewadahi kalangan menengah ini, termasuk dalam aspek perumahan. Hunian adalah suatu kebutuhan primer, namun nyatanya meskipun begitu masih banyak orang yang kesulitan untuk bisa memiliki rumah pribadi. Dalam mendefinisikan kelas menengah dengan konteks Jakarta perlu dilihat dari beberapa perspektif salah satunya adalah dari pendapatan dan juga pengeluaran seseorang serta aset yang dimiliki. Tentunya hal-hal tersebut tidak dapat mendefinisikan secara jelas posisi seseorang dalam sebuah spektrum kelas menengah, namun dapat menjadi acuan dalam menentukan housing attributes yang tepat baginya. Housing attributes adalah aspek-aspek yang melekat dengan suatu hunian dan dapat berupa atribut internal dan eksternal, dan hal-hal inilah yang akan memengaruhi preferensi seseorang ketika ingin memilih suatu hunian, selain menjadi preferensi juga bisa menjadi restriksi. Sehingga dengan konteks yang ada dan restriksi yang berlaku, muncul pertanyaan apakah ada hunian yang layak bagi kalangan menengah di Jakarta? Untuk kalangan bawah sudah ada rumah subsidi dari pemerintah, kalangan atas tentu tidak memiliki permasalahan dalam membeli hunian. Dari analasis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kalangan menengah paling menengah di Jakarta belum bisa memiliki hunian dengan status kepemilikan pribadi karena adanya ketimpangan yang terlalu jauh antara pendapatan bulanan dengan harga hunian di Jakarta.

Middle class is a group of people that contributes the most to the world’s economy. Despite that, they’re often overlooked and the policy rarely accomodate them, including in the context of housing. Housing is a primary need, but in reality there’s a lot of people that struggle to have their own private residence. In defining the middle class with the context of Jakarta, it needs to be seen from multiple perspectives such as income, outcome, and also assets. Those things wouldn’t be able to define a person’s position in a spectrum of middle class, but can be a reference in determining the right housing attributes for them. Housing attributes are aspects that stick close to a housing and be in an internal or external form, these kinds of things that’ll affect someone's preference when they’re looking for a new house, other than preference it also can be a restriction. With the existing context and restrictions, it generates a question of is there any proper housing that fits the middle class in Jakarta? For the lower class there’s already subsidized housing from the government, the upper class surely doesn’t have the same struggle. From the theoretical and contextual analysis, it’s been found that the ultimate middle class in Jakarta won’t be able to have a private owned housing because of the imbalance of the monthly income compared to the housing prices in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Akmaliah
"Saat rejim Orde Baru berkuasa, khususnya sejak tahun 1990-an, hanya segelintir kelas menengah yang memiliki ponsel. Tulisan ini memaparkan signifikansi ponsel bagi orang Indonesia dengan memfokuskan pada era rejim Orde Baru. Di sini, saya mengajukan tiga pertanyaan mengenai hal tersebut; bagaimana kemunculan ponsel pada era rejim Orde Baru? Bagaimana respon masyarakat ketika itu? Apa makna kehadiran ponsel bagi masyarakat Indonesia kebanyakan? Kehadiran ponsel pada era Orde Baru disambut hangat oleh anggota masyarakat, khususnya kelas menengah (elit) Indonesia seiring dengan perubahan sistem ponsel dari analog menuju digital. Alih-alih sekedar sebagai alat komunikasi untuk memudahkan pembicaraan, kehadiran ponsel menjadi gaya hidup sama seperti barang-barang ternama lain yang mereka konsumsi. Ponsel sebagai gaya hidup ini memunculkan ketegangan kelas antara kelas menengah dan bawah yang ditandai dengan munculnya aksi kriminal. Sebagaimana saya tunjukkan dalam artikel ini, maksud aksi kriminal ini bukanlah melulu sebagai bentuk tindakan kriminal sebagaimana umumnya, melainkan sebagai bentuk, yang saya sebut Hidup Nggayani (lifestyling), ketidakmampuan seseorang untuk mengkonsumsi barang-barang yang lebih mahal tetapi kemudian ia membeli barang-barang bekas atau mencari ponsel tiruan yang lebih murah. Artikel ini menyimpulkan bahwa gaya hidup kelas menengah itu tidak melulu dikontruksikan sebagai kelas yang mengkonsumsi pakaian, musik, dan makanan, tetapi juga terkait dengan tindakan mereka dalam menyikapi ponsel.
"
FSRD-ITB, 2016
303 JSIOTEK 15:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Qanita
"Kota metropolitan seringkali memiliki permasalahan perumahan, terutama pada harga lahan yang terbatas sehingga membuat tingginya harga rumah. Sedangkan rumah adalah kebutuhan dasar manusia. Incremental housing muncul sebagai salah satu respon terhadap isu tersebut. Incremental housing adalah konsep cara pembangunan rumah dengan perlahan atau bertahap. Perkembangan incremental house menyesuaikan kebutuhan penghuninya. Kebutuhan penghuni dapat diasosiasikan dengan kebutuhan manusia. Maslow (1970) membagi hierarki kebutuhan manusia menjadi delapan tingkatan: physiological, safety, love, esteem, desire to know and understand, aesthetic, self actualization dan self transcendence. Skripsi ini membahas keterhubungan incremental housing dengan Teori Motivasi Maslow. Studi literatur yang berkaitan dan observasi langsung perkembangan kasus incremental house dijadikan sebagai piranti penarik kesimpulan. Sehingga dapat terlihat bahwa terjadinya incremental house dimotivasi oleh perubahan kebutuhan (Teori Motivasi Maslow). Perkembangan incremental house ini terjadi secara terus menerus secara paralel hingga rumah dapat memenuhi seluruh kebutuhan penghuninya.

Metropolitan cities often have housing problems, especially with limited land prices leading to high house prices. But shelter is a basic human need. Incremental housing emerged as a response to this issue. Incremental housing is a concept of gradual built house. The development of the incremental houses adapt to the needs of its residents. Residents' needs can be associated with human needs. Maslow (1970) divides the hierarchy of human needs into eight levels: physiological, safety, love, esteem, desire to know and understand, aesthetic, self-actualization and self-transcendence. This thesis discusses the relationship between incremental housing and Maslow's Theory of Motivation. The study of related literature and observation of the development of the incremental house case serve as a tool for drawing conclusions. So it can be seen that the occurrence of the incremental house is motivated by changing needs (Maslow's Motivation Theory). The development of incremental houses occurs continuously in parallel until the house meets all the needs of its occupants."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muti Syahidah
"Skripsi ini membahas tentang pilihan mengikuti event lari yang menjadi gaya hidup masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Event lari pada awalnya bersifat kompetitif (Sport Run), kini beralih menjadi event lari semi kompetitif (Fun Run). Memiliki kegiatan yang komplit di dalamnya, seperti perlombaan, hiburan dan sosial menjadikan event Olahraga lari ini diikuti oleh mayarakat menengah kota Jakarta. Dilihat dari pola pilihan aktivitas saat waktu luang, pola pemaknaan dan pola konsumsi bahwa mengikuti event olahraga lari adalah gaya hidup masyarakat kota Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara informan, observasi dan survey ringkas. Melalui metode kualitatif, menjelaskan proses terbentuknya aktivitas mengikuti event lari menjadi pilihan gaya hidup masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Penelitian ini juga memperlihatkan peran dari peer group, komunitas, media dan swasta dalam pemilihan dan pengembangan event lari ini menjadi gaya hidup dan tren di kalangan masyarakat kelas menengah kota Jakarta. Namun, peran komunitas kurang sifnifikan karena tidak semua peserta lari masuk kedalam komunitas.

This thesis discuse the selection of being in a run event as a middle-class society lifestyle in Jakarta. Run event which is competitive (Sport Run), now become semi-competitivr (Fun Run). As a complete activity such as race, entertainment, and social makes this event a a Jakarta society lifestyle. This research use qualitative method explains how a run event become choice of Jakarta’s middleclass society lifestyle. This rearch also shows the role of peer group, community, media, and privat company in selection and development this run event as a lifestyle and trend in Jakarta’s middle class society. Yet, the role of community, is not significant enough because the lack of runner as a community member."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S61409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glen Felix
"Penelitian ini menjelaskan bahwa bahasa Inggris pada era Globalisasi ini bukan hanya sekedar pengetahuan saja. Seiring perkembangan teknologi, lembaga-lembaga pendidikan bahasa Inggris tampil dalam bentuk yang lebih eksklusif. Akibatnya, munculnya fenomena-fenomena sosial baru, yaitu seseorang tidak hanya untuk meningkatkan penguasaan bahasa Inggrisnya (pengetahuan), akan tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup. Lokasi penelitian ini adalah Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris Wall Street Institute di Pondok Indah Mall 1. Metode penelitian adalah studi kasus, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah pengamatan terlibat (Participant Observations), wawancara (Interviews), dan dokumentasi (Documentation). Hasil penelitian adalah Wall Street Institute telah menyediakan gaya hidup kelas menengah seperti fasilitas, pelayanan jasa, ruang yang nyaman, dan metode belajar yang modern, cepat, dan fleksibel.

The study explains that the English language in the era of globalization was not merely knowledge. As the development of technology, institutions of English language appeared in the form of the more exclusive. As a result, the emergence of new social phenomena, that a person not only to enhance the mastery of the English language (knowledge), but it has become a lifestyle. The location of the research is language education Institute United Kingdom Wall Street Institute in Pondok Indah Mall 1. Research methods are case studies, using a qualitative approach. Data collection techniques are the participant observations, interviews, and documentation. The research is Wall Street Institute provides a middle class lifestyle such as facilities, services, confident rooms, and modern learning methods, fast, and flexible."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Krisna
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji ukuran yang telah ada untuk mengidentifikasi status kelas penduduk dan mengenali kelas menengah Indonesia menggunakan ukuran baru dalam bentuk indeks komposit tertimbang yang menggabungkan variabel ekonomi dan nonekonomi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kelas menengah Indonesia yang dihitung menggunakan Indeks lebih kecil daripada yang dihitung menggunakan ukuran pengeluaran per kapita yang mengindikasikan bahwa kelas menengah dapat dikenali tidak hanya dari tingkat pengeluarannya saja, tetapi juga dari kondisi perumahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan gaya hidup. Kelas menengah Indonesia didominasi oleh penduduk berusia produktif dan lebih banyak tinggal di perkotaan. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar kepala rumah tangga kelas menengah masih berpendidikan di bawah SD/sederajat dengan mayoritas melakukan pekerjaan nonformal. Kelas menengah Indonesia diramalkan masih akan bertumbuh seiring dengan perbaikan pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan.

This research aims to test the competence of existing measurement in identifying class status and to identify Indonesian middle class using a new approachment that combines economic and noneconomic measurements. The result shows that the size of middle class that counted by composite index is smaller than the estimation produced by single economic variable measurement. It means that middle class can be identified not merely by its expenditure but also its accomplishment in housing, education, job, and lifestyle. Indonesian middle class is majority constituted by young people and lives in urban area. Most of head of middle class household are low educated and having informal job. The number of Indonesian middle class is predicted to still be expanding mainly driven by the improvement in income, education level, and jobs."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrell Jeremiah Hermanto
"Tiny House merupakan salah satu bentuk alternatif hunian yang mulai berkembang di kalangan masyarakat. Gerakan yang beririsan dengan gaya hidup kesederhanaan sukarela dan minimalisme ini mengusung sebuah hunian yang memiliki luas yang sangat terbatas. Dengan keterbatasan ruang ini, penghuni pun didorong untuk mampu hidup lebih sederhana. Tiny House sudah berkembang di berbagai macam benua, dari Australia, Amerika, Eropa, hingga Asia. Skripsi ini akan membahas bagaimana sebuah Tiny House dapa menjadi preferensi hunian bagi gaya hidup tertentu. Preferensi hunian merupakan sebuah ekspresi bagaimana kualitas hunian yang diinginkan oleh penghuninya. Dengan menganalisis kualitas dan efek yang diberikan oleh Tiny House, penulis akan menjelaskan bagaimana bentuk hunian ini akan cocok bagi orang-orang dengan gaya hidup tertentu.

Tiny House is one of the housing alternative that is growing more popular in the world. The movement, that known related to Voluntary Simplicity and Minimalism, gives people a house that has a very limited space. With this limitations, the occupants are forced to be able to live more simply. The movement has been growing in almost all regions, from Australia, to America, Europe, and Asia. This writings will look through on how Tiny House can be a housing preferences for people with certain lifestyle. With analizing the quality and the impact that Tiny House can give to its occupants, we will see how this housing type will suits certain lifestyle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradina Hasan
"Little Town sebagai bagian dari rancang ulang kawasan Pasar Baru Jakarta di rancang untuk memenuhi kebutuhan hunian di distrik satu yang merupakan kawasan Central Business District. Lingkungan di Little Town adalah sebuah lingkungan yang heterogen dimana tidak hanya mengakomodasi kebutuhan hunian tetapi juga kebutuhan komersial dimana terdapat retail – retail dan kebutuhan rohani dimana kita dapat menemukan gereja dan vihara. Lebih lanjut, Little Town juga menyediakan ruang terbuka sebagai ruang sosial dan ruang penyegaran.
Hunian di Little Town terdiri dari dua tipe hunian vertikal yang sudah umum digunakan untuk memenuhi kebutuhan hunian pada kawasan business district di Jakarta. Dua tipe hunian vertikal ini adalah apartemen dan kost. Kedua multi-hunian ini memiliki perbedaan segmen pengguna. Penyediaan kedua tipe hunian ini bertujuan untuk memperjelas segmentasi pengguna sekaligus berupaya untuk mendobrak paradigma dari perbedaan level antara kedua pengguna.

Little Town as part of urban redesign of Pasar Baru Jakarta is designed to fulfill the housing needs in district one which is the central business district region. The environment in Little Town is a heterogeneous where it accommodates not only the housing needs but also commercial need where we can find retails as well as religious need where we can find church and monastery. Furthermore, Little Town also provides open space for social and refreshing space. The housing type in Little town is made of two types of vertical housing that commonly fulfill the housing need for business district in Jakarta. The two types of vertical housing are apartments and boarding house. These two types of multi-housing have a different segment of user. Providing these two types of housing, it is aimed to make the segmentation of occupant clearer yet try to break the paradigm of gap level between the users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Pratomo
"Konsumsi telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat kelas menengah perkotaan yang ditujukan sebagai salah satu cara membentuk ruang gaya hidup yang diinginkan. Dewasa ini kalangan menengah perkotaan menghubungkan kegiatan konsumsi dengan kesadaran terhadap suatu barang bermerek (brand awareness) yang sekaligus menjadi sarana pembentukan identitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pembentukan identitas dan gaya hidup masyarakat perkotaan melalui pemaknaan terhadap produk sepatu kickers. Studi penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik melakukan wawancara mendalam terhadap tujuh informan. Hasil penelitian menunjukkan kesadaran terhadap brand awareness pada kelas menengah perkotaan ditujukan sebagai suatu kebutuhan bukan lagi mengikuti keinginan.

Consumption has been the important part in life for middle class urban people, as a process of forming their own lifestyle based on their desire. At present the middle class urban people relate their consumption activity with the brand awarenes as a part of their identity. The purpose of this research is to find the identity and lifestyle of the urban people through their consumption of the kickers shoes. The qualitative methods was carried out with indepth interview to seven informants. The results revealed that the brand awareness among the middle class serves more as the answer to their need of quality in consumpted goods, rather than suply as a pure answer to their desires."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>