Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arsyalia Witri Adinda
"Depresi merupakan gangguan mental yang keberadaannya berkaitan erat dengan penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis yang penderitanya paling banyak mengalami depresi adalah diabetes melitus. DKI Jakarta merupakan provinsi di Indonesia dengan prevalensi depresi dan diabetes melitus yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian depresi pada penderita diabetes melitus di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Sumber data yang digunakan, yaitu data Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2018. Sampel terdiri dari 421 penderita diabetes melitus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 421 subjek penelitian, sebanyak 13,8% mengalami depresi. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan antara faktor biologis, yaitu jenis kelamin (POR = 7,97 (95% CI = 3,23-19,62), p = <0,001) dan lama menderita diabetes melitus (POR = 2,72 (95% CI = 1,48-5,01), p = 0,001), faktor psikologis, yaitu status merokok (POR = 5,45 (95% CI = 2,43-12,24), p = <0,001), konsumsi alkohol (POR = 5,76 (95% CI = 1,32-25,04), p = 0,020), dan tingkat aktivitas fisik (POR = 2,38 (95% CI = 1,28-4,43), p = 0,006), serta faktor sosial, yaitu tingkat pendidikan, (POR = 2,79 (95% CI = 1,43-5,46), p = 0,003).

Depression is a mental disorder whose existence is closely related to chronic diseases. One of the chronic diseases that suffer from the most depression is diabetes mellitus. DKI Jakarta is a province in Indonesia with an increasing prevalence of depression and diabetes mellitus. This study aims to determine the determinants of the incidence of depression in patients with diabetes mellitus in DKI Jakarta. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The data source used, namely the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) data. The sample consisted of 421 people with diabetes mellitus who met the inclusion and exclusion criteria. The analysis used in this study was multiple logistic regression test. The results of the analysis showed that of the 421 research subjects, 13.8% experienced depression. The results of the analysis in this study showed significant results between biological factors, namely gender (POR = 7.97 (95% CI = 3.23-19.62), p = <0.001) and duration of diabetes mellitus (POR = 2.72 (95% CI = 1.48-5.01), p = 0.001), psychological factors, namely smoking status (POR = 5, 45 (95% CI = 2.43-12.24), p = <0.001), alcohol consumption (POR = 5.76 (95% CI = 1.32-25.04), p = 0.020), and physical activity level (POR = 2.38 (95% CI = 1.28-4.43), p = 0.006), and social factors, namely education level, (POR = 2.79 (95% CI = 1.43-5.46), p = 0.003)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuriyatin Auliyarrahman Jauhari
"Depresi menjadi penyebab utama disabilitas di seluruh dunia dan berkontribusi pada beban penyakit global. Dampak depresi yang tidak tertangani adalah bunuh diri dimana hal ini akan meningkatkan angka mortalitas nasional. Prevalensi depresi di Indonesia meningkat dari 3,7% menjadi 6,1% di tahun 2015 ke tahun 2018. Diabetes melitus yang merupakan faktor risiko depresi juga mengalami peningkatan prevalensi pada periode tahun yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan diabetes melitus dengan kejadian depresi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder Riskesdas 2018. Responden penelitian adalah penduduk di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Terdapat 646.000 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan hasil analisis didapatkan prevalensi depresi sebesar 6% dan prevalensi diabetes melitus sebesar 2,2%. Terdapat hubungan yang signifikan antara diabetes melitus dengan depresi. Responden yang memiliki diabetes melitus 1,8 kali (POR=1,827; 95%CI=1,732—1,927) lebih mungkin untuk mengalami depresi dibanding dengan seseorang yang tidak memiliki diabetes melitus setelah dikontrol oleh variabel penyakit kronis lain.

Depression is becoming the leading cause of disability worldwide and contributing to the global burden of disease. The impact of untreated depression is suicide, which raises the national mortality rate.  The prevalence of depression in Indonesia increased from 6% to 6.1% in 2015 to 2018. Diabetes mellitus as a risk factor for depression also has prevalence which keep increasing in 2015 to 2018. This study aims to determine the relationship between diabetes mellitus and depression in Indonesia. This study used a cross-sectional study design. The data source used was secondary data obtained from Riskesdas 2018. The respondents of the study were all population in Indonesia aged ≥ 18 years. There were 646000 respondents that matched the inclusion and exclusion criteria. The results of the study found that the prevalence of depression was 6% and the prevalence of diabetes mellitus was 2.2%. There is a significant association between diabetes mellitus and depression. Respondents who had diabetes mellitus 1.8 (POR=1.827; 95%CI=1.732—1.927) more likely to become depressed than those who did not have diabetes mellitus after being controlled by other chronic disease variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Tri Fatimah
"ABSTRACT
Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang banyak terjadi pada pasien Diabetes Mellitus DM . Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 beresiko tinggi mengalami depresi ringan dan depresi berat. Gejala komplikasi diabetes, durasi diabetes, dan perilaku manajemen diri merupakan faktor ndash; faktor yang diduga mempengaruhi depresi pada pasien DM tipe 2. Metode analisis regresi logistik ordinal digunakan untuk menentukan faktor ndash; faktor yang paling mempengaruhi depresi dan mendeteksi tingkat depresi berdasarkan faktor ndash; faktor yang paling mempengaruhi depresi. Hasil dari penelitian ini adalah 43.6 pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengalami depresi, yang terdiri dari 22.7 mengalami depresi ringan, dan 20.9 mengalami depresi berat. Depresi pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo hanya dipengaruhi oleh gejala komplikasi diabetes yang tediri dari hipoglikemia, opthalmologi, dan neuropati sensorik, sehingga faktor ndash; faktor tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi depresi.

ABSTRACT
Depression is a mental disorder that often exists within patients with diabetes mellitus. Several studies displays that the patients with type 2 diabetes mellitus has an increased risk of minor and major depression. The symptom of diabetes complications, duration diabetes, and the self management behavior are predicted to be the contributing factors that influence depression in the patient with type 2 diabetes mellitus. This research employs ordinal logistic regression method to determine the most prominent factor affecting depression and to detect the level of depression according to the said factors. The result of this research displays that depression occurs in 43.6 of the patient with type 2 diabetes mellitus in Cipto Mangunkusumo hospital, with the following breakdown 22.7 patients that suffer from minor depression and 20.9 patients suffer from major depression. Depression in the patients of Cipto Manungkusumo hospital with type 2 diabetes mellitus is only affected by the symptoms of diabetes complication which constitute of hypoglycemia, ophthalmology, and sensory neuropathy. Thus, these factors can be used to detect depression."
2017
S69572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elviera Djuma
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat secara global. Salah satu komplikasi serius dari diabetes adalah luka kaki diabetik, yang dapat menyebabkan amputasi jika tidak ditangani dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan penggunaan complementary alternative medicine (CAM) pada perawatan luka kaki diabetik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional melibatkan sampel sebanyak 154 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan luka kaki diabetik. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan pemeriksaan klinis, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara tingkat pendidikan, penghasilan, status luka, suku dan literasi kesehatan dengan penggunaan CAM. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan status luka berhubungan dengan penggunaan CAM setelah dikontrol variabel pendidikan dan penghasilan. Kesimpulan perlunya adanya program edukasi tentang jenis, manfaat, risiko penggunaan CAM yang aman dan efektif dalam perawatan luka kaki diabetik.

Diabetes mellitus is a chronic disease with a globally increasing prevalence. One of the serious complications of diabetes is diabetic foot ulcers, which can lead to amputation if not properly managed. This study aims to analyze the factors associated with the use of complementary and alternative medicine (CAM) in the treatment of diabetic foot ulcers. A quantitative cross-sectional method was employed, involving a sample of 154 type 2 diabetis patients with foot ulcers. Data were collected through interviews, clinical examinations, and questionnaires, and analyzed using logistic regression tests. The results showed a significant relationship between educational level, income, ethnicity, and health literacy with the use of CAM. Logistic regression analysis indicated that age was related to CAM use after controlling for education and income variables. The study concludes that there is a need for educational programmes on the types, benefits and risks of safe and effective use of CAM in the management of diabetic foot ulcers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fa'Ni Nisa Rifkamurti Ramadhani
"Latar Belakang: Menurut data IDF, diabetes masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan prevalensi diabetes tetinggi kedua pada tahun 2018 (2,6%). Angka tersebut lebih tinggi dari prevalensi diabetes nasional (2%). Penyakit diabetes lebih banyak diderita oleh penduduk yang berusia 45-64 tahun. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pola konsumsi dan gaya hidup dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk usia produktif (45-59) tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada penduduk usia produktif (45-59 tahun) di DIY adalah 6,1%. Berdasarkan analisis multivariat, konsumsi minuman manis berpengaruh terhadap penurunan prevalensi diabetes melitus tipe 2 (POR 0,281 95% CI 0,200 – 0,395). Sedangkan, aktivitas fisik (POR 2,006 95% CI 1,263-3,187) dan perilaku masih merokok (POR 2,018 95% CI 1,195-3,407) meningkatkan prevalensi diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan secara statistik antara konsumsi minuman manis, aktivitas fisik, dan perilaku masih merokok dengan kejadian diabetes melitus tipe 2.

Background: According to IDF data, diabetes is still a health problem in the world, as well as in Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta is a province with the second highest prevalence of diabetes in 2018 (2,6%). This prevalence is higher than the national prevalence of diabetes (2%). Diabetes is mostly happened in the population aged 45-64 years old. Objective: This study aims to understand the relationship between consumption patterns and lifestyle determinants with type 2 diabetes mellitus among the productive age (45-59 years old) in Daerah Istimewa Yogyakarta. Methods: This study used cross sectional study with univariate, bivariate, and multivariate analysis. Results: Univariate analysis showed that the diabetes prevalence among the productive aged (45- 59 years old) in DIY is 6,1%. According to multivariate analysis, sweet drinks consumption (POR 0,281 95% CI 0,200-0,395) has an effect on decreasing the prevalence of type 2 diabetes mellitus. Meanwhile, physical activity (POR 2,006 95% CI 1,263-3,187) and current smoking (POR 2,018 95% CI 1,195-3,407) increased the prevalence of type 2 diabetes mellitus. Conclusions: There is statistically significant relationship between sweet drinks consumption, physical activity, and current smoking with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guruh Aryo Cahyo
"Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit tidak menular yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah dan disertai gangguian kandungan karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat kurang berfungsinya insulin. Perencanaan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular khususnya diabetes mellitus sangat diperlukan. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan pemantauan pada Kota Depok secara menyeluruh maka dapat dilakukan pengecekan kesehatan dan deteksi dini oleh petugas kesehatan, agar penyebaran penyakit tidak menular tidak bertambah pesat setiap saatnya. Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus secara etiologis terbagi menjadi kedalam empat tipe, diantaranya adalah DM Tipe 1, DM Tipe 2, DM Tipe Gestasional, dan DM Tipe Lainnya. Namun IDF pada tahun 2011 hanya mengklasifikasikannya kedalam 3 tipe utama, yaitu DM Tipe 1, DM Tipe2, dan DM Tipe Gestasional. Faktor risiko pada Diabetes mellitus, dibagi menjadi faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi berat badan, pola hidup, dan status kesehatan. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan riwayat keluarga. Diharapkan faktor risiko dan deteksi dini dapat memudahkan petugas dalam menganalisis persebaran penyakit Diabetes Mellitus dan memantau perkembangannya, menjadikan sarana untuk merekam dan menyimpan informasi mengenai demografi, populasi, dan tren perilaku, mengidentifikasi dan menyelidiki hubungan dan komplikasi antar penyakit tidak menular, seerta sebagai bahan perencanaan untuk mengetahui hubungan Hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus dan menangani masalah kesehatan di masyarakat.

Diabetes Mellitus is a non-communicable disease caused by a chronic metabolic disorder with multiple etiologies characterized by high blood sugar levels and is accompanied by disturbances in carbohydrate, lipid, and protein content as a result of the lack of functioning of insulin. Planning in the prevention and control of non-communicable diseases, especially diabetes mellitus, is needed. Therefore, to be able to carry out monitoring in Depok City as a whole, health checks and early detection can be carried out by health workers, so that the spread of non-communicable diseases does not increase rapidly every time. According to the American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus is etiologically divided into four types, including type 1 diabetes, type 2 diabetes, gestational type diabetes, and other types of diabetes. However, in 2011 IDF only classified it into 3 main types, namely DM Type 1, DM Type 2, and DM Type Gestational. Risk factors for Diabetes mellitus, are divided into risk factors that can be changed and risk factors that cannot be changed. Modifiable risk factors include body weight, lifestyle, and health status. While risk factors that cannot be changed include age, gender, height, and family history. It is hoped that risk factors and early detection can facilitate officers in analyzing the spread of Diabetes Mellitus and monitoring its progress, making it a means to record and store information on demographics, population and behavior trends, identify and investigate relationships and complications between non-communicable diseases, as well as planning materials. to determine the relationship of hypertension with the incidence of Diabetes Mellitus and to handle health problems in the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"Latar Belakang: Sindrom renal-retinal diabetes (SRRD) merupakan koinsidensi nefropati dan retinopati diabetik yang menimbulkan komplikasi serius berupa penurunan kualitas hidup dan peningkatan mortalitas dengan risiko kardiovaskular sebesar 4,15 kali lipat. Sementara itu, angka deteksi dini retinopati dan nefropati masih rendah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD pada penyandang DMT2 di Indonesia belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom renal-retinal diabetes pada DMT2 di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan pada 157 subjek DMT2 berusia > 18 tahun. Data karakteristik subjek didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto fundus retina, dan pengambilan sampel darah dan urin. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0.
Hasil: Sebanyak 157 pasien terlibat dalam penelitian ini. Prevalensi SRRD adalah 28,7%, dengan rerata usia 56 (27-76) tahun, rerata IMT 25,7 (21,3-33,8) kg/m, median durasi DM 12 (1-25) tahun dengan HbA1c 8,6 (4,8-15,8) %, prevalensi hipertensi 86,7%, prevalensi dislipidemia 91%, 76,4% pasien tidak merokok, 33,3% pasien albuminuria derajat A2 dan 66,7% derajat A3. Pada SRRD, prevalensi derajat nefropati berdasarkan klasifikasi adalah 0% risiko rendah, 13,3% risiko sedang, 20% risiko tinggi, dan 66,7% risiko sangat tinggi dan prevalensi derajat retinopati diabetik adalah 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME, dengan angka deteksi dini retinopati dan nefropati adalah sebesar 20% dan 17,8%. Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara durasi DM (p=0,001) dan albuminuria (p=0,008) dengan kejadian SRRD.
Simpulan: Proporsi SRRD pada penyandang DMT2 cukup tinggi (28,7%) dan pada studi ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SRRD pada DMT2 adalah durasi DM dan albuminuria.

Backgrounds: Diabetic renal-retinal syndrome (DRRS) is a coincidence of diabetic nephropathy and retinopathy that cause serious complications as decreased quality of life and increased mortality with cardiovascular event risk 4,15 times higher. Meanwhile, early detection rate of retinopathy and nephropathy are still low and associated factors of DRRS among Indonesian type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients has not been known.
Objective: To obtain the factors related to DRRS among T2DM patients in Cipto Mangunkusumo hospital.
Methods: This was a cross-sectional study involving 157 T2DM subjects aged 18 characteristics were obtained from anamnesis, physical examination, retinal fundus, and blood and urine sample. Bivariate and multivariate analysis using statistical package for the social sciences (SPSS) version 21.0 was used to analyze the factors related to DRRS.
Results: 157 patients were included in this study. The prevalence of DRRS was 28,7% with median age was 56 (27-76) year old, mean BMI was 25,7 (21,3-33,8) kg/m2, median duration of DM was 12 (1-25) year old and HbA1c 8,6% (4,8-15,8%), prevalence of hypertension was 86,7%, prevalence of dyslipidemia was 91%, 76,4% patients were not smoker, 33,3% patients with albuminuria grade A2 and 66,7% patients with grade A3. In DRRS, the prevalence of nephropathy was classified as 0% low risk, 13,3% moderate risk, 20% high risk, and 66,7% very high risk and the the prevalence of diabetic retinopathy was 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME with early detection rate of retinopathy and nephropathy were 20% and 17,8%. Bivariate and multivariate analysis showed significant correlation with duration of DM (p=0,001) and albuminuria (p=0,008) with DRRS.
Conclusions: DRRS proportion in T2DM was high (28,7%) and this study showed that duration of DM and albuminuria were correlated with DRRS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handono Fatkhur Rahman
"[ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu dari penyakit kronis. Penanganan DM tidak hanya membutuhkan pendekatan medis, tetapi juga membutuhkan pendekatan multidisiplin termasuk pendekatan keperawatan. Salah satu pendekatan keperawatan yang digunakan adalah teori self care Orem. Tujuan dari teori self care Orem ini adalah memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam perawatan diri. Ners spesialis adalah perawat yang memiliki keahlian dalam bidang klinik, mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara langsung atau tidak langsung dengan mempengaruhi tenaga keperawatan dibawahnya. Ners spesialis dalam memberikan asuhan keperawatan harus berdasarkan pada evidence based nursing. Salah satu evidence based nursing pada pasien DM adalah diabetes self management education (DSME). Sebagai inovator, Ners spesialis melalukan inovasi promosi kesehatan pada pasien DM berupa pemeriksaan dan pemantauan kesehatan mandiri. Hasil dari penerapan teori self care Orem menunjukkan bahwa teori self care Orem dapat dijadikan sebagai panduan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien DM.ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is one of the chronic diseases. Management of diabetes requires a multidisciplinary approach, one of them is nursing approach. One approach is Orem?s self care Theory. The purpose of the Orem?s self care theory is to improve patient self-care. Clinical nursing specialist is nurse at the clinic experts, able to provide advance nursing care to patients directly or indirectly by influencing subordinates. Clinical nursing specialist in providing nursing care have to use evidence based nursing. evidence based nursing in diabetes patients is diabetes self-management education (DSME). As an innovator, clinical nursing specialist pass health promotion innovations in diabetic patients form self health asessment. Results of the application of Orem self-care theory showed that this theory can be used as a guide to nursing care in diabetic patients.;Diabetes mellitus (DM) is one of the chronic diseases. Management of diabetes requires a multidisciplinary approach, one of them is nursing approach. One approach is Orem?s self care Theory. The purpose of the Orem?s self care theory is to improve patient self-care. Clinical nursing specialist is nurse at the clinic experts, able to provide advance nursing care to patients directly or indirectly by influencing subordinates. Clinical nursing specialist in providing nursing care have to use evidence based nursing. evidence based nursing in diabetes patients is diabetes self-management education (DSME). As an innovator, clinical nursing specialist pass health promotion innovations in diabetic patients form self health asessment. Results of the application of Orem self-care theory showed that this theory can be used as a guide to nursing care in diabetic patients., Diabetes mellitus (DM) is one of the chronic diseases. Management of diabetes requires a multidisciplinary approach, one of them is nursing approach. One approach is Orem’s self care Theory. The purpose of the Orem’s self care theory is to improve patient self-care. Clinical nursing specialist is nurse at the clinic experts, able to provide advance nursing care to patients directly or indirectly by influencing subordinates. Clinical nursing specialist in providing nursing care have to use evidence based nursing. evidence based nursing in diabetes patients is diabetes self-management education (DSME). As an innovator, clinical nursing specialist pass health promotion innovations in diabetic patients form self health asessment. Results of the application of Orem self-care theory showed that this theory can be used as a guide to nursing care in diabetic patients.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Diabetes mellitus merupakan penyakit yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraab orang di seluruh dunia. Ada kurang lebih 463 juta orang dewasa di seluruh dunia tahun 2019 yang menderita diabetes mellitus, serta mengakibatkan 4,2 juta orang meninggal (IDF, 2020). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah dengan prevalensi tertingi yaitu sekitar 3,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia >25 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat didapatkan umur (p-value=0,000), pola konsumsi makanan manis (p-value=0,010), pola konsumsi mie instan/makanan instan (p-value=0,022), dan stres (p-value=0,006), memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian diabetes mellitus. Sedangkan jenis kelamin (p-value=0,671), obesitas (p-value=0,987), aktivitas fisik (p-value=1), merokok (p-value=0,407), dan hipertensi (p-value=0,986), tidak memiliki hubungan dengan kejadian diabetes mellitus. Peneliti menyarankan untuk memberikan edukasi mengenai faktor risiko diabetes mellitus, mempromosikan gaya hidup sehat, dan memfokuskan program pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes mellitus pada kelompok umur 50-74 tahun. 

Diabetes mellitus is a disease that affects the lives and well-being of people around the world. There were approximately 463 million adults worldwide in 2019 who suffered from diabetes mellitus, and 4,2 million people died (IDF, 2020). The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia always increases every year. DKI Jakarta Province is the area with the higest prevalence, which is around 3,4%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the population aged 25 years in DKI Jakarta Province. The study uses secondary data from Riskesdas in 2018 with a cross-sectional research design. The results of the study based on bivariate analysis obtained age (p-value=0,000), consumption patterns of sweet food (p-value=0,010), consumption patterns of instan noodles/instant food (p-value=0,022), and stress (p-value=0,006), has a statistical relationship with the incidence of diabetes mellitus. Meanwhile, gender (p-value=0,671), obesity (p-value=0,987), physical activity (p-value=1), smoking (p-value=0,407), and hypertension (p-value=0,986), has no relationship with the incidence of diabetes mellitus. Researchers suggest providing education about risk factors for diabetes mellitus, promoting a healthy lifestyle, and focusing on diabetes mellitus prevention and control programs in the 50-74 years age group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyana
"Kaki diabetes merupakan bentuk kelainan tungkai bawah akibat diabetes yang tidak terkendali. Masalah kaki diabetik dapat dimanifestasikan sebagai ulkus dan gangren. Penyebabnya bisa karena gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan, dan adanya infeksi. Deteksi dini kaki diabetik perlu dilakukan untuk mengetahui sejak dini keadaan kaki penderita diabetes. Pemberian pendidikan kesehatan dengan senam kaki perlu diberikan dan diajarkan kepada klien. Senam kaki dapat mengurangi dan mencegah terjadinya kaki diabetik dan komplikasinya.

The diabetic foot is a limb deformities due to controlled diabetes. Clinical manifestation of diabetic foot are ulcers and gangrene. The etiologi of this problem were vascular disorder, neurological disorder, and infection. Early detection of diabetic foot perform to determine the state of early diabetic foot. The health education about leg exercise must be programmed for the diabetic clients. Legs exercise can reduce and prevent incident of diabetic foot and its complications.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>