Ditemukan 177637 dokumen yang sesuai dengan query
Muhammad Nico Kurniawan
"Salah satu faktor yang telah ditemukan secara konsisten berkorelasi dengan kebahagiaan adalah religiusitas. Di sisi lain, terdapat kelompok minoritas yang tidak terafiliasi dengan agama manapun, yaitu orang orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ateis atau agnostik. Penelitian sebelumnya menemukan beberapa inkonsistensi mengenai hubungan antara identitas religius, religiusitas dan kebahagiaan. Peneliti menduga hal ini dipengaruhi oleh faktor mediasi berupa kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara religiusitas, sekularisme, dan identitas beragama terhadap kebahagiaan ketika dimediasi oleh Kesepian. Sebanyak 171 partisipan berusia lebih dari 18 tahun telah mengisi seperangkat kuesioner online, yang terdiri dari PERMA Profiler, Central Religiosity Scale. Secular Belief Scale, dan Revised UCLA Loneliness Scale - 6. Hasil analisis menggunakan PROCESS simple mediation (Model 4) menunjukkan bahwa religiusitas merupakan prediktor positif dan signifikan untuk kebahagiaan. Namun kesepian tidak ditemukan memediasi hubungan ini. Selain itu juga ditemukan bahwa sekularisme dan identitas religius tidak dapat memprediksi tingkat kebahagiaan. Hasil penelitian ini memiliki banyak implikasi menarik yang dapat digunakan baik untuk pengembangan teori selanjutnya maupun aplikasi praktis.
One factor that has been found to consistently correlate with happiness is religiosity. On the other hand, there are minority groups who are not affiliated with any religion, namely people who identify themselves as atheists or agnostics. Previous research found some inconsistencies regarding the relationship between religious identity, religiosity and happiness. Researchers suspect that this is influenced by mediating factors in the form of loneliness. This research aims to understand the relationship between religiosity, secularism and religious identity on happiness when mediated by loneliness. A total of 171 participants aged over 18 years have filled out a set of online questionnaires, consisting of the PERMA Profiler, Central Religiosity Scale. Secular Belief Scale, and Revised UCLA Loneliness Scale - 6. The results of analysis using PROCESS simple mediation (Model 4) show that religiosity is a positive and significant predictor of happiness. However, loneliness was not found to mediate this relationship. Apart from that, it was also found that secularism and religious identity could not predict the level of happiness. The results of this research have many interesting implications that can be used both for further theoretical development and practical applications.."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ais Nur Ardhy
"Interaksi antara religiositas dan ideologi politik dapat memprediksi tingkat kebahagiaan, akan tetapi hubungan ini hanya terjadi pada konteks tertentu. Penelitian ini ingin menguji pengaruh interaksi antara ideologi politik dan religiositas terhadap kebahagiaan pada konteks Indonesia. Sebanyak 219 partisipan yang merupakan mahasiswa turut serta dalam penelitian ini. Hasil utama penelitian menemukan bahwa religiositas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebahagiaan B = 0,14, p0,05; B = 0,00, p>0,05 . Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi religiositas maka semakin tinggi pula kebahagiaan individu. Sementara itu, ideologi politik tidak memiliki pengaruh moderasi terhadap hubungan antara religiositas dan kebahagiaan.
The interaction between religiosity and political ideology has been found to be able to predict happiness level. However, this relationship only occurs in certain contexts. This study wanted to examine the interaction effect between political ideology and religiosity on happiness in Indonesian context. 219 students of University of Indoneisa participated in this study. The main results of the study found that religiosity had a positive and significant effect on happiness B 0.14, p 0.05 B 0.00, p 0.05 . These results indicate that the higher the religiosity the higher the happiness of the individual. Meanwhile, political ideology has no effect on moderating the relationship between religiosity and happiness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Divani Aery Lovian
"Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh kedekatan hubungan antara pemberi dan penerima tindakan baik terhadap kebahagiaan pemberi. Dalam penelitian ini, 56 partisipan yang merupakan mahasiswa Universitas Indonesia dibagi menjadi dua kelompok secara acak dan diberikan tugas untuk melakukan tugas tindakan baik selama tiga pekan. Kelompok 1 (n=26) diminta untuk melakukan tindakan baik kepada orang-orang terdekat, sedangkan kelompok 2 (n=30) diminta untuk melakukan tindakan baik kepada orang-orang yang tidak begitu dikenal ataupun orang asing. Peningkatan kebahagiaan partisipan pada kedua kompok kemudian dianalisis secara statistik menggunakan teknik independent t-test, dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan kebahagiaan yang berbeda secara signifikan antara dua kelompok penelitian (p = 0,412). Berbagai temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal untuk menentukan strategi atau intervensi yang efektif dalam meningkatkan kebahagiaan.
This experiment study was conducted to identify the effect of closeness between giver and receiver act of kindness on giver?s happiness. Fifty six Univeristy of Indonesia students were randomly divided into two groups and required to perform act of kindness task once a week for a three weeks. The first group (n=26) was asked to commit act of kindness toward their close relations, while the second group (n=30) was asked to commit act of kindness either toward people they don?t really know well or strangers. Happiness enhancement between two groups were analyzed statistically with independent t-test technique. The result shows no significant difference in happiness enhancement between two groups (p= 0,412). Findings of this research could be used as a prior information to determine strategies or make an effective intervention to boosting happiness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65442
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zahra Putri Hapshari
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kedekatan dengan alam dan kecerdasan emosional saling berhubungan dengan kebahagiaan. Hanya saja, belum ada penelitian lanjutan yang meneliti tentang bagaimana sesungguhnya hubungan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk melihat peran kecerdasan emosional sebagai variabel moderator dalam hubungan antara kedekatan dengan alam dan kebahagiaan hidup. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain korelasional yang melibatkan 228 responden dewasa muda. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat memoderatori hubungan antara kedekatan dengan alam dan kebahagiaan hidup pada dewasa muda. Secara spesifik penelitian ini membuktikan bahwa individu dengan tingkat kedekatan alam yang tinggi akan memiliki kebahagiaan hidup yang tinggi pula jika memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Previous research has shown that nature relatedness and emotional intelligence are both related with happiness. However, there has been no further research that examines how the relationship really is. Therefore, this study was conducted with the aim of looking at the role of emotional intelligence as a moderating variable in the relationship between nature relatedness and happiness. This research is a correlational research design involving 228 young adult respondents. The results shows that emotional intelligence can moderate the relationship between nature relatedness and happiness in young adults. Specifically this research proves that a person with a high level of natural relatedness will have a high happiness in life if they have a high level of emotional intelligence."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dimas Faturamadhan
"Permasalahan kualitas tidur menjadi salah satu hal yang umum ditemui pada kelompok mahasiswa. Kualitas tidur buruk ditemukan berasosiasi positif dengan kesepian. Hal ini mengingat mahasiswa masih berada di tahapan perkembangan yang rentan terhadap munculnya kesepian. Mekanisme hubungan antara kesepian dan kualitas tidur diduga dimediasi oleh cara individu merespons terhadap pengalaman kesepian tersebut. Salah satu respons yang umum dilakukan oleh individu saat menghadapi kesepian adalah ruminasi atau memikirkan pengalaman suasana hati negatif secara berulang-ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ruminasi sebagai mediator antara hubungan antara kesepian dan kualitas tidur pada mahasiswa Indonesia. Partisipan pada penelitian ini terdiri atas 124 mahasiswa strata 1 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia (M = 21,08; SD = 0,95). Alat ukur yang digunakan adalah UCLA Loneliness Scale version 3 untuk mengukur kesepian, Ruminative Response Scale Short Version untuk mengukur ruminasi, dan Pittsburgh Sleep Quality Index untuk mengukur kualitas tidur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ruminasi terbukti secara signifikan berperan sebagai variabel mediator antara hubungan kesepian dan kualitas tidur pada mahasiswa (ab = 0,0198, 95% CI [0,0052, 0,0391]). Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi kepada mahasiswa untuk mengadopsi respons yang lebih adaptif dalam menghadapi kesepian serta kepada perguruan tinggi dan tenaga kesehatan mental profesional untuk merancang intervensi yang dapat meminimalisasi tingkat kesepian dan ruminasi pada mahasiswa.
Sleep quality problems are common among university students. Poor sleep quality was found to be positively associated with loneliness. This is because students are still at a stage of development that is vulnerable to the emergence of loneliness. The mechanism of the relationship between loneliness and sleep quality is thought to be mediated by the way individuals respond to the experience of loneliness. One of the common responses made by individuals when facing loneliness is rumination or thinking about negative mood experiences repeatedly. This study aims to determine the role of rumination as a mediator in the relationship between loneliness and sleep quality in Indonesian university students. Participants in this study consisted of 124 undergraduate students from state and private universities in Indonesia (M = 21.08; SD = 0.95). The instruments used were the UCLA Loneliness Scale version 3 to measure loneliness, the Ruminative Response Scale Short Version to measure rumination, and the Pittsburgh Sleep Quality Index to measure sleep quality. The results of statistical analysis show that rumination is proven to significantly act as a mediator variable in the relationship between loneliness and sleep quality in college students (ab = 0.0198, 95% CI [0.0052, 0.0391]). The results of this study can be a recommendation for students to adopt more adaptive responses in dealing with loneliness and for universities and mental health professionals to design interventions that can minimize the level of loneliness and rumination in college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nabilla Maryam Purboningsih Mudaffar Syah
"Terlepas dari pengalaman yang menghibur, penggunaan TikTok memiliki sejumlah konsekuensi yang merugikan bagi kesehatan mental penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara kesepian, neurotisisme, dan penggunaan TikTok. Penelitian ini memiliki 381 partisipan dan data dikumpulkan dari survei online yang dikirim melalui media sosial, email, dan kontak pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara konsumsi TikTok dan hubungannya terhadap kesepian dan neurotisme. Implikasi praktis dari temuan ini sangat penting karena banyak pengguna TikTok mungkin tidak sepenuhnya mengenali bagaimana kesepian dan neurotisisme dapat memengaruhi konsumsi TikTok. Memahami implikasi ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran di antara pengguna dan mempromosikan penggunaan TikTok yang terinformasi, yang berpotensi mengarah pada peningkatan kesejahteraan mental di antara audiensnya.
Despite the entertaining experience, TikTok usage has a number of detrimental consequences for its users’ mental health. The purpose of this study was to examine the correlation between loneliness, neuroticism, and TikTok usage. The study had 381 participants and data was collected from online surveys sent via social media, email, and personal contact. The results showed that there is a correlation between TikTok consumption and its relationship to loneliness and neuroticism. The practical implications of these findings are significant as many TikTok users may not fully recognize how loneliness and neuroticism can impact TikTok consumption. Understanding these implications is crucial to raising awareness among users and promoting informed TikTok usage, potentially leading to improved mental well-being among its audience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ayu Kartika
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian umpan balik dari penerima surat terima kasih terhadap kebahagiaan pengirimnya. Ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa menulis surat terima kasih dapat meningkatkan kebahagiaan (Seligman et al., 2005; Toepfer et al. 2012), tetapi belum meneliti pengaruh waktu pemberian umpan balik dari penerima surat. Partisipan sejumlah 45 mahasiswa diminta membuat serta menyampaikan satu surat terima kasih setiap pekannya selama tiga minggu dan secara acak dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan waktu pemberian umpan balik dari penerima surat, yakni kelompok umpan balik langsung (n = 22) dan tertunda (n = 23).
Hasil penelitian mendukung hipotesis, yakni peningkatan kebahagiaan dari saat sebelum dan setelah periode penelitian pada kelompok umpan balik langsung lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok umpan balik tertunda, t (43) = 2,207, p < 0,05 (one-tailed), r2 = 0,1017. Dibandingkan umpan balik tertunda, partisipan yang menerima umpan balik langsung terpengaruh dan mempengaruhi emosi penerima surat secara timbal balik. Partisipan juga secara segera memperoleh penguat berupa ungkapan syukur kembali dari penerima surat, sehingga berdasarkan prinsip belajar dapat meningkatkan keinginan untuk memunculkan tingkah laku yang sama di kemudian hari.
The aim of this study is to know the effect of delayed feedback from receiver of gratitude letter towards sender?s happiness. This study is the continuation of the previous researches that showed writing a gratitude letter can increase happiness (Seligman et al., 2005; Toepfer et al. 2012), but had not yet investigated the effect of delayed feedback from receivers. 45 college participants were asked to write and deliver one gratitude letter every week for three weeks and were randomly assigned to two experimental groups based on the moment of feedback from receivers, direct (n=22) or delayed (n=23). The result of this study supports the hypothesis that the gained score of happiness of direct feedback group from before and after the experiment is higher than delayed feedback group, t (43) = 2,207, p < 0,05 (one-tailed), r2 = 0,1017. Compared to delayed feedback group, participants in direct feedback group can be affected by and influence receivers? emotion reciprocally. Participants also receive reinforcers such as expressions of gratitude in return from receivers immediately, and thus in accordance with learning principle, can increase the emergence of the same behavior in the future."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64201
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jessica Rosdiana Emmanuelle L
"Kesepian merupakan fenomena yang utamanya rentan dialami oleh emerging adults karena dinamika emerging adulthood yang unik dan dipenuhi instabilitas dibandingkan tahapan perkembangan lainnya. Tidak hanya itu, pandemi COVID-19 nanti dan juga perilaku menggunakan teknologi juga mempengaruhi tingkat kesepian emerging adults. Sebagai akibatnya, ditemukan angka kesepian yang signifikan tinggi pada emerging adults. Diketahui bahwa tingkat keterampilan sosial individu dapat memengaruhi atau mengurangi tingkat kesepian pada emerging adult. Selain itu, pola respon individu dalam menghadapi pengalaman yang tidak menyenangkan (dalam konteks ini, kesepian) juga ditemukan berhubungan dengan kesepian. Psychological inflexibility merupakan pola respon yang kaku menyebabkan individu menghindari atau kabur dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Maka dari itu, psychological inflexibility diasumsikan berperan sebagai faktor risiko yang dapat melemahkan efek keterampilan sosial terhadap kesepian pada individu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu psychological inflexibility memoderasi hubungan negatif antara keterampilan sosial dan kesepian pada emerging adults. Penelitian ini melibatkan 433 emerging adults (17-25 tahun). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini meliputi De Jong Gierveld Loneliness Scale (DJGLS) untuk mengukur kesepian, Social Skills Inventory (SSI) untuk mengukur keterampilan sosial, dan Acceptance and Action Questionnaire-II (AAQ-II) untuk mengukur psychological inflexibility. Hasil penelitian menunjukkan bahwa psychological inflexibility memperkuat hubungan negatif antara keterampilan sosial dan kesepian secara signifikan. Implikasi penelitian mendukung pentingnya peran psychological flexibility dalam membantu individu untuk menjadi individu yang lebih flexibel sehingga dapat melakukan cara-cara yang mendukung untuk mengurangi kesepian.
Loneliness is a phenomenon that emerging adults are particularly vulnerable to because the dynamics of emerging adulthood are unique and filled with instability compared to other developmental stages. Not only that, the COVID-19 pandemic and technology use behavior also affect the loneliness level of emerging adults. As a result, there is a significantly high rate of loneliness in emerging adults. It is known that an individual's level of social skills can influence or reduce the level of loneliness in emerging adults. In addition, individual response patterns in the face of unpleasant experiences (in this context, loneliness) were also found to be associated with loneliness. Psychological inflexibility is a rigid response pattern that causes individuals to avoid or run away from unpleasant experiences. Therefore, psychological inflexibility is assumed to act as a risk factor that can weaken the effect of social skills on loneliness in individuals. This study aims to test the research hypothesis that psychological inflexibility moderates the negative relationship between social skills and loneliness in emerging adults. This study involved 433 emerging adults (17-25 years old). The measuring instruments used in this study include the De Jong Gierveld Loneliness Scale (DJGLS) to measure loneliness, the Social Skills Inventory (SSI) to measure social skills, and the Acceptance and Action Questionnaire-II (AAQ-II) to measure psychological inflexibility. The results showed that psychological inflexibility significantly strengthened the negative relationship between social skills and loneliness. The implications of the study support the important role of psychological flexibility in helping individuals to become more flexible individuals so that they can engage in supportive ways to reduce loneliness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Gede Prama
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006
171 PRA k
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Matondang, June C
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library