Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228230 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christopher Matthew
"Burnout pada atlet merupakan salah satu fenomena psikologis yang dialami oleh semua atlet. Salah satu faktor psikologis berhubungan dengan burnout pada atlet adalah ketangguhan mental. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara ketangguhan mental dan burnout pada atlet pada sampel atlet di Indonesia yang berusia di atas 12 tahun dan aktif bertanding (N =154). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Athlete Burnout Questionnaire (ABQ) dan Mental Toughness Inventory (MTI). Hasilnya, ditemukan bahwa ketangguhan mental memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan burnout pada atlet (p <0,05). Ditemukan juga bahwa ketangguhan mental memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan dua dimensi burnout pada atlet, yaitu kelelahan fisik/emosional (p <0,05) dan berkurangnya kepuasan akan pencapaian (p <0,05), tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan dimensi devaluasi olahraga (p > 0,05). Hasil menunjukkan bahwa ketika seseorang atlet memiliki ketangguhan mental yang tinggi, ia akan lebih terlindungi dari gejala burnout pada atlet. Penemuan lain yang ditemukan dalam penelitian adalah bahwa faktor demografis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketangguhan mental maupun burnout pada atlet.

Athlete burnout is one of the psychological phenomena experienced by all athletes. One psychological factor associated with athlete burnout is mental toughness. This study aims to examine the relationship between mental toughness and athlete burnout in a sample of athletes in Indonesia aged above 12 years who are actively competing (N = 154). The instruments used in this study were the Athlete Burnout Questionnaire (ABQ) and the Mental Toughness Inventory (MTI). The results showed that mental toughness has a significant negative relationship with athlete burnout (p < 0.05). It was also found that mental toughness has a significant negative relationship with two dimensions of athlete burnout, namely physical/emotional exhaustion (p < 0.05) and reduced sense of accomplishment (p < 0.05), but does not have a significant relationship with sport devaluation (p > 0.05). The findings indicate that athletes with higher mental toughness are more protected from symptoms of athlete burnout. Another finding of the study is that demographic factors do not have a significant relationship with either mental toughness or athlete burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Anjani
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi atlet terhadap
kohesivitas timnya terhadap ketangguhan mental pada atlet mahasiswa. Beberapa
penelitian sudah meneliti tentang hubungan antara persepsi kohesivitas tim dan
ketangguhan mental, namun belum ada penelitian mengenai pengaruh dari salah
satu konstruk pada atlet mahasiswa di Indonesia. Partisipan berjumlah 234 (140
laki-laki dan 94 perempuan) atlet mahasiswa yang telah bergabung dalam tim
olahraga universitas lebih dari 6 bulan dan memiliki pengalaman bertanding
tingkat nasional di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan alat ukur Mental Toughness Inventory yang
dikembangkan oleh Middleton, Marsh, Martin, Richards, dan Perry, C. (2005)
untuk mengukur ketangguhan mental dan Group Environment Questionnaire
yang dikembangkan Carron, Widmeyer, dan Brawley (1985), untuk mengukur
persepsi kohesivitas tim. Teknik analisis yang digunakan adalah statistik
deskriptif dan simple regression. Hasil analisis simple regression menunjukan
adanya pengaruh yang signifikan dari persepsi atlet terhadap kohesivitas tim
terhadap ketangguhan mental.

ABSTRACT
The aim of this study is to investigae the effect of perception of team
cohesion towards mental toughness among scholar atheletes. Some researches
had studied about the relationship between perception of team cohesion and
mental toughness, however there is no research that has studied about the effect
between one of the constructs amongst scholar athletes in Indonesia. There were
234 participants (140 male and 94 female) who are scholar athletes, have joined
the university?s sport team more than 6 months, and have an experience in
national tournaments in Indonesia.
This research used Mental Toughness Inventory, which was developed by
Middleton, Marsh, Martin, Richards, and Perry, C. (2005) to measure mental
toughness and Group Environment Questionnaire which was developed by
Carron, Widmeyer, and Brawley (1985) to measure perception of team cohesion.
The analysis technique used in this research were descriptive statistic and simple
regression. The result of simple regression anaylsis showed that there is an effect
of perception of team cohesion towards mental toughness."
2016
S64296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila
"ABSTRACT
This study tries to see how positive reaction of crowds affects how audience rates the athletes performance. Participants were 24 University of Queensland students, allocated into three groups alone, mere presence, and reactive crowd as dependant variable. Surveys used were measured using Likert scale from 1-7, on how the athlete performance was, then data was calculated using one way ANOVA. Manipulation check were also administered prior to the main analysis. Although manipulation checks were successful, the main analysis showed that there was no significant difference of how the three groups rates the athlete, F 2,21 = 1.465, p = 0.254. Suggesting that the effect of crowd does not impact how participants rated the athletes performance. The offered hypotheses were not supported, it showed that reference bias does not extend itself on non referee or presumably field of gymnastics.

ABSTRAK
Studi ini berusaha melihat bagaimana reaksi positif masa bisa berefek terhadap bagaimana penonton menilai performa atlit. Partisipan studi adalah 24 mahasiswa University of Queensland, yang dialokasikan ke tiga grup sendiri, hanya hadir, dan penonton bereaksi. Survei yang digunakan diukur dengan Skala Likert 1-7, dalam menilai performa atlit, kemudian data dianalisa menggunakan One-way ANOVA. Cek manipulasi juga dilakukan sebelum analisa utama. Walaupun cek manipulasi bekerja, analisa utama menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan dalam bagaimana ke tiga grup menilai atlit, F 2,21 = 1.465, p = 0.254. Dapat diartikan bahwa reaksi masa penonton tidak berefek pada partisipan menilai performa atlit tersebut. Hipotesa yang diajukan tidak terdukung, menunjukkan bahwa bias wasit tidak tampak pada wasit tidak professional atau kemungkinan dalam area gimnastik."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan atlet kepada pelatihnya terhadap mental toughness melalui mediasi motivasi. Sampel sebanyak 173 atlet tingkat universitas (laki-laki = 108, perempuan = 65). Dengan menggunakan teknik analisis simple mediation analysis diperoleh nilai koefisien indirect effect sebesar 0,310. Efek tidak langsung ini secara statistik berbeda dari nol, yang dibuktikan dengan 95% BC bootstrap confidence interval dimana seluruhnya berada di atas nol (0,16 sampai 0,5424) dan berdasarkan normal theory-based Sobel test (z = 5,16, p < 0,00). Hasil penghitungan ini membuktikan bahwa indirect effect terbukti positif signifikan secara statistik. Hal ini berarti, kepuasan atlet kepada pelatih berpengaruh langsung secara signifikan terhadap mental toughness atlet melalui mediasi motivasi.

ABSTRACT
The aims for this study is to investigate the effect of athlete satisfaction to the coach towards mental toughness mediated by motivation. A sample of 173 scholar athlete (Man = 108, Women = 65). Using simple mediation analysis found indirect effect 0.310. This indirect effect statistically different from zero, 95% BC bootstrap confidence interval is somewhere between 0.1604 and 0.5424. And according normal theory-based Sobel test (z = 5.1618, p < .000). This result prove that indirect effect significant statistic. It mean athlete satisfaction with the coach have a direct effect significantly toward mental toughness mediated by motivation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Maksum
"ABSTRAK
Olahraga, khususnya pada olahraga prestasi, adalah arena dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi Individu yang berhasil pada dasarnya adalah mereka yang Inemiliki keunggulan, tidak saja dalam hal fisik tetapi juga mental.
Menurunnya prestasi olahraga Indonesia secara makro dewasa ini diyakini karena kita lemah, terutama pada faktor mental, atau karakteristik mental seperti apakah yang pada dasarnya dibutuhkan untuk meraih prestasi tinggi? Bagaimana menumbuh kembangkan ciri atau karakteristik tersebut? Lingkungan seperti apakah yang kondusif untuk memunculkan atlet berprestasi tinggi? Inilah sebetulnya yang menjadi titik tolak penulisan disertasi ini. Sudah barang tentu, mengingat ini disertasi psikologi, maka kajian ditinjau dari disiplin psikologi dengan menjadikan teori kepribadian sebagai kerangka berpikir yang utama.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap I untuk mendapatkan jawaban tentang ciri kepribadian yang menunjang pencapaian prestasi dan lingkungan yang mempengaruhi atlet yang bersangkutan dalam meraih prestasi. Pada tahap ini penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan subjek sebanyak 10 atlet Indonesia yang memiliki prestasi tingkat dunia. Pengumpulan data diiakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview) kepada atlet yang bersangkutan dan orang-orang yang memiliki interaksi intensif dengan atlet seperti pelatih dan orang tua; Serta didukung dengan data sekunder seperti autobiografi, artikel berita media masa, dan dokumen lain yang relevan. Pada tahap II, penelitian dilakukan untuk mendapatkan jawaban tentang sejauhmana ciri kepribadian yang oleh atlet yang berprestasi tinggi berbeda dengan atlet yang berprestasi rendah atau mereka yang bukan atlet. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Inventori Kepribadjan Atlet yang dikembangkan berdasarkan hasil studi kualitatif dan teori kepribadian dari Allport. Pengolahan data dilakukan dengan analisis faktor dan Analisis Varian Multivariat.
Secara umum, hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Terdapat tujuh ciri kepribadian yang menunjang prestasi atlet, yakni:
ambisi prestatif, kerja keras, gigih, mandiri, komitmen, cerdas dan swakendali.
(2) Ketujuh ciri kepribadian tersebut juga telah diuji secara empirik dan terbukti merupakan prediktor keberhasilan atlet meraih prestasi tinggi.
Secara berturut-turut, peringkat kontribusi dari sangat menentukan ke kurang menentukan adalah komitmen, ambisi prestatif, gigih, kerja keras, mandiri, cerdas dan swakendali.
(3) Lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga memiliki pengaruh besar pada terbentuknya ciri kepribadian dan munculnya prestasi atlet. Di lingkungan keluarga, individu yang memiliki pengaruh besar adalah orang tua, terutama ayah. Sementara itu, di lingkungan olahraga, individu yang berpengaruh besar adalah pelatih dan sesama atlet.
(4) Pengaruh orang tua dilakukan melalui pembudayaan olahraga di lingkungan keluarga, pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, dukungan finansial dan model. Pengaruh pelatih dilakukan melalui pola asuh, pelatihan, dukungan sosial, model dan pemberian kesempatan. Sementara itu pengaruh sesama atlet dilakukan melalui dukungan sosial, model dan sparring partner.
Sehubungan dengan temuan studi ini, perlu disarankan hal-hal berikut.
Pertama, ketujuh ciri kepribadian di atas perlu dijadikan rujukan dalam pembinaan atlet Indonesia ke depan dan pada saat yang sama juga dijadikan inclikator psikologis dalam melakukan seleksi atlet Indonesia. Kedua, lingkungan keluarga dan lingkungan olahraga yang merupakan lingkungan utama atlet perlu dioptimalkan fungsi dan perannya untuk menumbuh-kembangkan ciri-ciri kepribadian dan prestasi atlet. Ketiga, budaya olahraga yang berintikan partisipasi perlu dibangkitkan dalam masyarakat yang dimulai dari institusi keluarga. Keempat, atlet perlu diberikan pembinaan kepribadian. Kelima, pembinaan atlet perlu dilakukan dengan menempatkan atlet sebagai individu yang utuh, bukan sekadar menuntut mereka untuk berlatih dan berprestasi, tetapi juga responsif terhadap kebutuhan dan kepentingan mereka."
2006
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikki Antonio Saputra
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif terhadap performa olahraga atlet. Lebih spesifik lagi, peneliti ingin mengetahui faktor apa yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap performa atlet, di antara faktor kepaduan tim dan interpretasi kecemasan kompetitif. Responden penelitian ini adalah atlet sepakbola (n=43) level amatir yang bermain di Liga Utama Sepakbola Kota Bengkulu. Setiap atlet mengisi modifikasi dari alat ukur kepaduan tim dan adaptasi kecemasan kompetitif pada saat 30-45 menit sebelum bertanding. Setelah bertanding, atlet mengisi modifikasi alat ukur kepuasan performa yang mengukur persepsi atlet terhadap performanya dalam pertandingan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kepaduan tim (β = .403, t(40,2) =2.90, p <.01) dan interpretasi kecemasan kompetitif (β = .289, t(40,2) = 2.12, p <.05) mempengaruhi performa olahraga atlet (R2 = .229, p <.01). Atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim tinggi dan interpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang fasilitatif, lebih mungkin mempunyai performa yang lebih baik dibandingkan atlet yang mempunyai persepsi kepaduan tim rendah dan interpretasi kecemasan kompetitif sebagai suatu hal yang mengganggu.

The general purpose of the present study was to determine the effects of team cohesion and athlete's interpretation of competitive state anxiety to their sport performance. Respondent were football's amatir athletes (n=43)who participated in major league football in Bengkulu city, Indonesia. Each athlete completed the modified team cohesion inventory, adaptation of competitive state anxiety inventory 30-45 minutes prior to a competion, and the modified of performance satisfaction scale, 10 minutes after the game.
Result showed that athlete's perception about team cohesion (β = .403, t(40,2) =2.90, p <.01) and interpretation of competitive state anxiety (β = .289, t(40,2) = 2.12, p <.05) influencing athlete's performance (R2 = .229, p <.01). Athlete who perceived team cohesion is high and competitve anxiety as fasilitative may have a better performance than athletes who perceived team cohesion is low and competitve anxiety as debilitative.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Ayudya
"Kinerja olahraga atlet di Indonesia saat ini tengah menjadi sorotan berkat pencapaian gemilang para atletnya di berbagai kompetisi internasional. Atlet yang nengalami kegagalan dalam meraih prestasi, ternyata dapat disebabkan oleh faktor psikologis atlet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan psikologis dalam olahraga dan kinerja olahraga pada atlet. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kesejahteraan psikologis dalam olahraga dan kinerja olahraga pada atlet (p < 0.01). Koefisien korelasi Pearson sebesar 0.345 menunjukkan hubungan antara kedua variabel tersebut, mengindikasikan bahwa atlet dengan kesejahteraan psikologis dalam olahraga yang lebih baik akan memiliki kinerja olahraga yang lebih optimal pula.

Indonesian athlete’s sport performance are currently in the spotlight due to the outstanding achievements of its athletes in various international competitions. Athletes who experience failure in achieving achievements can apparently be caused by the athlete's psychological factors. Therefore, this study aims to examine the relationship between sport psychological well-being and sport performance in athletes. The results of the study show a significant positive relationship between sport psychological well-being and sport performance (p < 0.01). The Pearson correlation coefficient of 0.345 indicates an association between the two variables, suggesting that athletes with better sport psychological well-being tend to have more optimal sport performance as well."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridjkie Mulia
"ABSTRACT
Dalam menjalankan penyelenggaraan olahraga di Indonesia suatu Negara
memerlukan suatu peranan dari pemerintah. Kewenangan industri olahraga
tersebut berada dibawah Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Posisi Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia adalah menteri
yang mewakili pemerintah dalam bidang kepemudaan dan olahraga, kementerian
tersebut mempunyai peranan dalam mengatur, membina, mengembangkan,
melaksanakan, dan mengawasi keolahragaan secara nasional. Dalam hal ini
kesejahteraan olahragawan dan mantan olahragawan adalah tugas Kementerian
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia untuk mewujudkannya. Masih
banyaknya mantan olahragawan yang masih belum sejahtera dimasa pensiunnya
menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data dilakukan melalui
observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
peran pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan mantan olahragawan
berprestasi di Indonesia masih belum maksimal, karena kebijakan dengan
prakteknya yang masih tidak sejalan.

ABSTRACT
In implementing the sport in Indonesia a country requires a role of
government. The authority of the sports industry under the Ministry of Youth and
Sports of the Republic of Indonesia. The position of the Ministry of Youth and
Sports of the Republic of Indonesia is a minister representing the government in
the field of youth and sport, the ministry has a role in regulating, foster, develop,
implement, and oversee the national sport. In this case the welfare of sportsmen
and former sportsmen is the task of the Ministry of Youth and Sports of the
Republic of Indonesia to make it happen. Still many former sportsman who still
prosperous future retirement in issue in this writing. This study used a qualitative
approach with the method of data collection is done through observation and
interview. These results indicate that the government's role in improving the
welfare of ex-athlete excel in Indonesia is still not optimal, because the policy and
the practice is still not in line."
2016
S64497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sport-confidence dan coping pada atlet bulutangkis. Partisipan penelitian sebanyak 92 atlet bulutangkis yang mengisi kuesioner sport-confidence (SC) dan coping. Pengukuran sport-confidence menggunakan kuesioner Sport-Confidence Inventory-4 (SCI-4) yang disusun oleh Vealey & Knight (2002) dan untuk coping digunakan kuesioner Inventaire des Stratégies de Coping en Compétition Sportive (ISCCS) atau Coping Inventory for Competitive Sport (CICS) yang disusun oleh Gaudreau & Blondin (2002).
Hasil penelitian ini menujukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara ketiga jenis sport-confidence (physical skills and training, cognitive efficiency, dan resilience) dengan jenis task-oriented coping. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa terdapat hubungan signifikan yang negatif antara SC-physical skills and training dengan disengagement-oriented coping dan juga hubungan negatif yang signifikan antara SC-cognitive efficiency dengan disengagement-oriented coping. Hasil lain ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga jenis sport-confidence dengan distraction-oriented coping dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara SC-resilience dengan disengagement-oriented coping.

This research was conducted to find the correlation between sport-confidence and coping in badminton athletes. 92 badminton athletes participated in this study by completing the questionnaire of sport-confidence and coping. Sport-confidence was measured by Sport-confidence Inventory-4 (SCI-4), measurement created by Vealey & Knight (2002) and for coping was measured by Inventaire des Stratégies de Coping en Compétition Sportive (ISCCS) or Coping Inventory for Competitive Sport (CICS), measurement created by Gaudreau & Blondin (2002).
The result of this research show the existence of positive & significant correlation between the three types of sport-confidence (physical skills and training, cognitive efficiency, dan resilience) and task-oriented coping. This research also found that SC-physical skills and training negative correlated significantly with disengagement-oriented coping and also existence of negative and significant correlation between SC-cognitive efficiency and disengagement-oriented coping. But there is no significant correlation between the three types sport-confidence with distraction?oriented coping and no existence of significant correlation between SC-resilience and disengagement-oriented coping.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senza Arsendy
"Masalah perkembangan karir merupakan masalah yang menonjol pada pelajar-atlet. Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa pelajar-atlet memiliki kematangan karir yang rendah. Status identitas diduga merupakan faktor yang paling berperan pada kematangan karir pelajar-atlet. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara status identitas dengan kematangan karir pada pelajar-atlet. Sebanyak 87 pelajar-atlet di Sekolah Atlet Ragunan terlibat dalam penelitian ini. EOM-EIS digunakan untuk mengukur status identitas dan CDI digunakan untuk mengukur kematangan karir.
Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status identitas dengan kematangan karir (F = 4,503, n = 87, p < 0,05). Hasil yang sama terjadi pada pengujian hubungan antara status identitas dengan dimensi sikap kematangan karir. Sementara, pengujian hubungan antara status identitas dengan dimensi kognitif tidak menunjukkan hubungan. Perbedaan rata-rata skor kematangan karir pada variabel jenis kelamin dan tingkatan kelas juga tidak berhasil ditemukan.

The issue of career development is a prominent issue for student-athletes. Several studies illustrate that student-athletes may show low career maturity. Identity status assumed as the main cause that mostly contributes in maturity of student-athletes' careers. This study aimed to examine the relationship between each form of identity status with the career maturity in student-athletes. A total of 87 student-athletes in Ragunan Sports School involved in this study. EOM-EIS used to measure the four identity statuses and CDI used to measure career maturity.
The results of the study showed that there was a significant relationship between identity status with career maturity (F = 4,503, n = 87, p < 0,05). The same results occurred in the testing of relationship between identity status and dimensions of career maturity attitude. Furthermore, the testing of relationship between identity statuses with cognitive dimension did not show any kind of relationship. The difference in the average scores of career maturity on variables of gender and grade level was not found as well.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>