Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125701 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nindya Leonita Putri
"Tingginya tingkat pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih perduli terhadap permasalahan kesehatan baik yang dialami oleh dirinya sendiri, keluarga maupun kerabatnya. Oleh karena itu, pasien sering kali melakukan swamedikasi untuk keluhan yang dirasakannya. Untuk menghindari penyalah gunaan obat, maka diperlukan peran apoteker dalam mengoptimalkan praktik swamedikasi dengan cara memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan kondisi klinis pasien. Salah satu penyakit yang biasa dilakukan swamedikasi oleh masyarkat adalah diare. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai praktek swamedikasi pada pasien diare di Apotek Kimia Farma Citra Raya oleh apoteker dengan cara mengetahui profil swawmedikasi, menjabarkan penatalaksanaan terkait kasus swamedikasi yang terjadi di apotek, menetapakan penyelesaian masalah terkait pelayanan obat pada pasien diare yang menginginkan antibiotik, dan menjabarkan penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek. Pengambilan data untuk evaluasi kasus swamedikasi pada laporan ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu berdasarkan kasus yang telah terjadi di apotek. Berdasarkan hasil pengamatan, praktik swamedikasi pada pasien diare yang dilakukan oleh apoteker sudah sesuai dengan tatalaksana yang berlaku, penyelesaian masalah bagi pasien diare yang menginginkan antibiotik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang jenis ataupun gejala diare yang membutuhkan antibiotik, penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek berdasarkan resep yang menjadi data pada laporan ini dan berdasarkan keterangan pasien maka disarankan pasien melakukan pengecekan feses di fasilitas kesehatan untuk memastikan ada tidaknya infeksi bakteri pada pasien.

The high level of knowledge and technology makes people more concerned about health problems experienced by themselves, their families and relatives. Therefore, patients often self-medicate for the complaints they feel. To avoid drug abuse, the role of pharmacists is needed in optimizing self-medication practices by providing appropriate recommendations according to the patient's clinical condition. One of the diseases that people commonly undergo self-medication for is diarrhea. In this report, we will discuss the practice of self-medication in diarrhea patients at Kimia Farma Citra Raya Pharmacy by pharmacists by knowing the self-medication profile, describing management related to self-medication cases that occur in pharmacies, determining solutions to problems related to drug services for diarrhea patients who want antibiotics, and describes solving problems related to prescription services for diarrhea patients in pharmacies. Data collection for evaluating self-medication cases in this report was carried out using a retrospective method, namely based on cases that had occurred in pharmacies. Based on the results of observations, self-medication practices for diarrhea patients carried out by pharmacists are in accordance with applicable management, solving problems for diarrhea patients who want antibiotics is by providing explanations to patients about the type or symptoms of diarrhea that require antibiotics, solving problems related to prescription services for patients diarrhea at the pharmacy based on the prescription that is the data in this report and based on the patient's information, it is recommended that the patient carry out a stool check at a health facility to ensure whether there is a bacterial infection in the patien"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Leonita Putri
"Tingginya tingkat pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat menjadi lebih perduli terhadap permasalahan kesehatan baik yang dialami oleh dirinya sendiri, keluarga maupun kerabatnya. Oleh karena itu, pasien sering kali melakukan swamedikasi untuk keluhan yang dirasakannya. Untuk menghindari penyalah gunaan obat, maka diperlukan peran apoteker dalam mengoptimalkan praktik swamedikasi dengan cara memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan kondisi klinis pasien. Salah satu penyakit yang biasa dilakukan swamedikasi oleh masyarkat adalah diare. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai praktek swamedikasi pada pasien diare di Apotek Kimia Farma Citra Raya oleh apoteker dengan cara mengetahui profil swawmedikasi, menjabarkan penatalaksanaan terkait kasus swamedikasi yang terjadi di apotek, menetapakan penyelesaian masalah terkait pelayanan obat pada pasien diare yang menginginkan antibiotik, dan menjabarkan penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek. Pengambilan data untuk evaluasi kasus swamedikasi pada laporan ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu berdasarkan kasus yang telah terjadi di apotek. Berdasarkan hasil pengamatan, praktik swamedikasi pada pasien diare yang dilakukan oleh apoteker sudah sesuai dengan tatalaksana yang berlaku, penyelesaian masalah bagi pasien diare yang menginginkan antibiotik yaitu dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang jenis ataupun gejala diare yang membutuhkan antibiotik, penyelesaian masalah terkait pelayanan resep pada pasien diare di apotek berdasarkan resep yang menjadi data pada laporan ini dan berdasarkan keterangan pasien maka disarankan pasien melakukan pengecekan feses di fasilitas kesehatan untuk memastikan ada tidaknya infeksi bakteri pada pasien.

The high level of knowledge and technology makes people more concerned about health problems experienced by themselves, their families and relatives. Therefore, patients often self-medicate for the complaints they feel. To avoid drug abuse, the role of pharmacists is needed in optimizing self-medication practices by providing appropriate recommendations according to the patient's clinical condition. One of the diseases that people commonly undergo self-medication for is diarrhea. In this report, we will discuss the practice of self-medication in diarrhea patients at Kimia Farma Citra Raya Pharmacy by pharmacists by knowing the self-medication profile, describing management related to self-medication cases that occur in pharmacies, determining solutions to problems related to drug services for diarrhea patients who want antibiotics, and describes solving problems related to prescription services for diarrhea patients in pharmacies. Data collection for evaluating self-medication cases in this report was carried out using a retrospective method, namely based on cases that had occurred in pharmacies. Based on the results of observations, self-medication practices for diarrhea patients carried out by pharmacists are in accordance with applicable management, solving problems for diarrhea patients who want antibiotics is by providing explanations to patients about the type or symptoms of diarrhea that require antibiotics, solving problems related to prescription services for patients diarrhea at the pharmacy based on the prescription that is the data in this report and based on the patient's information, it is recommended that the patient carry out a stool check at a health facility to ensure whether there is a bacterial infection in the patien"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhona Irani
"Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian oleh Apoteker di Apotek wajib mengikuti standar pelayanan kefarmasian yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 73 tahun 2016. Implementasi penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker di Apotek berawal dari kegiatan manajerial (menjamin ketersediaan dan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu serta terjangkau) hingga pelayanan farmasi klinis yang berorientasi pada pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan swamedikasi terkait dengan keluhan batuk pilek merupakan salah satu pelayanan kefarmasian klinis yang umum dilakukan oleh Apoteker di Apotek. Dokumentasi pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Jalan Raya Lenteng Agung No 39 dilakukan dengan melakukan observasi langsung dan membandingkan kesesuaiannya dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP serta pelayanan swamedikasi di Apotek Kimia Farma Jl Raya Lenteng Agung No 39 sudah cukup baik dan sesuai dengan PMK No. 73 Tahun 2016.

The implementation of pharmaceutical services by pharmacists at pharmacies must follow the pharmaceutical service standards listed in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 73 of 2016. Implementation of pharmaceutical services by pharmacists at pharmacies starts with managerial activities (ensuring the availability and management of pharmaceutical preparations, medical devices safe, quality and affordable) to patient-oriented clinical pharmacy services to improve the quality of life of patients. Self-medication services related to complaints of cough and cold are one of the clinical pharmacy services that are commonly performed by pharmacists at pharmacies. Documentation of pharmaceutical services at Kimia Farma Pharmacy Jalan Raya Lenteng Agung No. 39 is carried out by direct observation and comparing compliance with applicable regulations. Based on the results of observations, the implementation of management activities for pharmaceutical preparations, medical devices and BMHP as well as self-medication services at Kimia Farma Pharmacy Jl Raya Lenteng Agung No 39 is quite good and in accordance with PMK No. 73 of 2016."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Annisa Permatahati
"Apoteker di apotek memiliki peran salah satunya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien, berupa pemberian informasi obat dalam kegiatan upaya pelayanan diri sendiri (UPDS). Apoteker menggunakan kompetensi yang dimiliki agar dapat memberikan pilihan obat yang tepat untuk pasien dalam waktu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016. Laporan ini bertujuan untuk menganalisis waktu pelayanan UPDS di Apotek Kimia Farma Taman Harapan Indah pada periode Maret 2023 serta penggunaan metode who, what, how, action, medicine (WWHAM) untuk menggali informasi dari pasien UPDS. Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung dan menghitung waktu pelayanan UPDS menggunakan stopwatch. Hasil pengamatan yang didapatkan selama 10 hari kerja pada waktu shift penulis sebanyak 110 kasus UPDS dengan rerata waktu pelayanan 2 menit 26 detik serta penggunaan metode WWHAM sebesar 23,64%. Kesimpulan yang diperoleh adalah waktu pelayanan UPDS selama 10 hari kerja pada shift penulis di Apotek Kimia Farma Taman Harapan Indah telah sesuai dan memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia serta SOP yang berlaku dengan rerata 2 menit 26 detik. Penerapan metode WWHAM dengan persentase 23,64% kasus UPDS yang dilakukan penggalian informasi pada pasien.

Pharmacists have a role, one of which is to improve knowledge, skills and behavior in order to carry out direct interactions with patients, in the form of providing drug information in self-service efforts (UPDS). Pharmacists use their competencies to provide the right drug choices for patients within the time specified by the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Year 2016. This report aims to analyze the UPDS service time at Kimia Farma Taman Harapan Indah Pharmacy in the March 2023 period and the use of the who, what, how, action, medicine (WWHAM) method to extract information from UPDS patients. The method used is direct observation and calculating UPDS service time using a stopwatch. The results of observations obtained during 10 working days during the author's shift were 110 UPDS cases with an average service time of 2 minutes 26 seconds and the use of the WWHAM method of 23.64%. The conclusion obtained is that the UPDS service time for 10 working days on the author's shift at the Kimia Farma Taman Harapan Indah Pharmacy is in accordance with and fulfills the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia and the applicable SOP with an average of 2 minutes 26 seconds. Application of the WWHAM method with a percentage of 23.64% of UPDS cases carried out extracting information from patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Adelia Selena
"Latar Belakang: Diare merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak usia sekolah (5-12 tahun). Umumnya, gejala diare ringan dan disebabkan oleh infeksi virus yang bersifat self-limiting sehingga menimbulkan perilaku swamedikasi pada orang tua kepada anaknya. Perilaku swamedikasi perlu didasari oleh pengetahuan orang tua yang baik untuk mencapai penggunaan obat rasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan pola swamedikasi diare pada anak usia sekolah (5-12 tahun) dan faktor-faktor yang memengaruhinya di Tangerang dan sekitarnya. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional. Responden adalah orang tua yang memiliki anak 5-12 tahun dan berdomisili di Tangerang dan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya serta disebarkan secara daring dalam bentuk Google Form. Analisis hubungan variabel dilakukan dengan menggunakan Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Hubungan dinyatakan bermakna apabila p<0,05. Hasil: Prevalensi swamedikasi diare anak di penelitian ini sebesar 81,9% dengan mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik (59,6%) dan ketepatan pemilihan obat sebesar 84,9%. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua dengan ketepatan pemilihan obat diare anak (p = 0,511). Faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan tingkat pengetahuan orang tua adalah jenis kelamin (p=0,036) dan pekerjaan (p=0,02). Faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan ketepatan pemilihan obat diare anak adalah jenis kelamin (p=0,002). Kesimpulan: Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan orang tua sudah tergolong baik. Namun, tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua dengan ketepatan pemilihan obat diare pada anak usia sekolah (5-12 tahun).

Introduction: Diarrhea is a common health problem that occurs in school-aged children (5-12 years old). Generally, the symptoms of diarrhea are mild and self-limiting and giving rise to self-medication behavior among parents towards their children. Self- medication behavior needs to be based on good parental knowledge to achieve rational drug use. Therefore, this research aims to determine the association between the level of parental knowledge and the pattern of self-medication for diarrhea in school-aged children (5-12 years old) and the influencing factors in Tangerang and surrounding areas. Method: This research was conducted with a cross-sectional design. Respondents are parents who have children aged 5-12 years and lived in Tangerang and surrounding areas. This research uses a questionnaire instrument that has been tested for validity and reliability and distributed online as Google Form. Analysis of variable association was carried out using the Kruskal Wallis and Mann Whitney tests. The association is declared significant if p<0.05. Results: The prevalence of self-medication for diarrhea in children in this study was 81.9% with the majority of respondents having a good level of knowledge (59.6%) and accuracy in drug selection was 84.9%. There was no significant association between parents’ knowledge level and the accuracy in children’s diarrhea drug selection (p=0.511). Factors that have a significant association with the level of parents’ knowledge are gender (p=0.036) and occupation (p=0.02). The factor that has a significant association with the accuracy in children’s diarrhea drug selections is gender (p=0.002). Conclusion: In this study, the level of parents’ knowledge was considered good. However, there was no significant association between parents’ knowledge level and the accuracy in children’s diarrhea drug selection in school-aged children (5-12 years)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvina Apriani
"Tingginya persentase swamedikasi batuk dibandingkan dengan penyakit lain dapat menjadi pemicu timbulnya swamedikasi yang tidak rasional sehingga menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap pasien dewasa terhadap perilaku swamedikasi batuk di Jabodetabek. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan total 139 responden dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 25. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 53,96% responden memiliki pengetahuan yang cukup, 81,29% responden memiliki sikap yang baik, dan 64,03% responden memiliki perilaku yang baik. Terdapat korelasi positif berkekuatan lemah antara pengetahuan swamedikasi batuk (p=0,000; r=0,285) dan sikap serta korelasi kuat positif antara sikap dan perilaku swamedikasi batuk (p=0,000; r=0,403). Namun tidak terdapat korelasi antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi batuk responden (p=0,138; r=1,105). Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap faktor sosiodemografi menunjukkan korelasi yang tidak bermakna (p>0.05). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan semakin baik pengetahuan swamedikasi batuk responden maka semakin baik pula sikap swamedikasi batuk responden dan semakin baik sikap swamedikasi batuk responden maka semakin baik pula perilaku swamedikasi batuk yang ditunjukkan responden. Pada profil swamedikasi responden melakukan swamedikasi karena sudah mengetahui obat yang harus digunakan berdasarkan pengalaman dengan frekuensi swamedikasi dalam 3 bulan terakhir 1-2 kali. Responden memperoleh obat dari apotek dan mengandalkan pengalaman penggunaan obat pribadi/keluarga sebagai informasi obat mereka. Pada penggunaan obat batuk ditemukan responden yang menggunakan obat batuk kering untuk mengobati batuk berdahak

The high percentage of cough self-medication compared to other diseases can trigger irrational self-medication, causing serious health consequences. This study aims to analyze the effect of adult patient's knowledge and attitudes on cough self-medication practice in Jabodetabek. The research design is cross-sectional with mixed method type embedded design. The data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled validity and reliability test. Primary data were collected with 139 samples and analyzed by IBM®SPSS® 25. The results showed that 53.96% of respondents had enough knowledge, 81.29% of respondents had a good attitude, and 64.03% respondents have good practice. The results of the correlation test showed that there was a positive weak correlation between self-medication knowledge (p=0,000; r=0,285) and attitudes and a positive strong correlation between self-medication attitudes and practice (p=0,000; r=0,403). There was no correlation between self-medication knowledge and practice (p=0,138; r=1,105). The relationship between knowledge, attitudes, and practice towards sociodemographic factors showed no significant correlation (p>0.05). Therefore, it can be concluded that the higher respondent's self-medication knowledge, the better the self-medication attitude of respondents and the better self-medication attitude, the better self-medication behavior shown by respondents. In self-medication profile, respondents did self-medication because they already knew drug they used based on experience and self-medication frequency in last 3 months is 1-2 times. Respondents obtained drugs from pharmacies and relied on their personal/family drug use experience as their drug information. It was found that respondents used dry cough medicine to treat coughs with phlegm."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febryani Angelica
"Profil penggunaan obat antihipertensi dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan perbekalan farmasi dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui profil peresepan obat antihipertensi pada resep BPJS di Apotek Kimia Farma Kemanggisan Raya. Penelitian ini menggunakan sampel resep BPJS untuk obat antihipertensi bulan Maret 2022. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi resep BPJS yang mengandung obat antihipertensi dan kriteria eksklusi resep yang tidak lengkap datanya, seperti nama dan jenis kelamin. Subyek penelitian berjumlah 529 dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki 56,71% dan perempuan 43,29%, karakteristik usia dengan persentase terbanyak pasien berusia ≥ 60 tahun, dan karakteristik kombinasi obat antihipertensi tunggal 16,64% dan obat kombinasi 83,36%. Berdasarkan profil penggunaan obat antihipertensi, obat yang paling banyak diresepkan adalah bisoprolol (30,08%) dan golongan obat yang paling banyak diresepkan adalah golongan beta blocker (31,13%).

The profile of antihypertensive drugs usage can be used as a guideline to improve the effectiveness of pharmaceutical supply management and increase knowledge and skills in pharmaceutical services at pharmacy. The purpose of this assessment is to study about profile of antihypertensive drug prescriptions on BPJS prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy Kemanggisan Raya. This study used sample from BPJS prescriptions for antihypertensive drugs in March 2022. The sampling technique was carried out using a purposive sampling technique with the inclusion criteria of BPJS prescriptions containing antihypertensive drugs and the exclusion criteria for incomplete data of prescriptions, such as name and gender. There were 529 samples taken with characteristic of gender such as male 56,71% and female 43,29%, characteristic of age with the highest percentage of patients aged ≥60 years, and characteristic of drug combination which is single hypertensive drug 16,64% and combination 83,36%. Regarding to the profile of antihypertensive drugs usage, the most widely prescribed drug is bisoprolol (30,08%) and the most commonly prescribed drug class was beta blockers (31,13%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Nathanael
"Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengkaji pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 berdasarkan kelengkapan dan kerasionalan resep yang diterima serta kebutuhan pasien terhadap produk farmasi melalui analisis hasil kegiatan konseling, swamedikasi, dan telefarmasi, serta mengkaji kebutuhan perbekalan farmasi di apotek dengan metode Pareto ABC dalam kegiatan perencanaan sediaan farmasi. Pada tugas khusus ini, dalam mengkaji pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 dilakukan pengkajian administratif, farmasetika, dan klinis terhadap 32 resep, konseling terhadap 71 pasien, pelayanan swamedikasi terhadap 90 pasien, dan pelayanan telefarmasi terhadap 43 pasien. Dalam mengkaji kebutuhan perbekalan farmasi, jumlah dan harga seluruh sediaan obat dianalisis dengan menghitung nilai investasi masing-masing sediaan dan diurutkan dari yang terbesar, kemudian dijumlahkan secara kumulatif baik harga maupun persentase untuk dikelompokkan menjadi Grade A (80%), B (15%), dan C (5%). Dari analisis Pareto ABC, diperoleh jumlah investasi kelompok A sebesar Rp719.953.455,00 dengan 3 item tertinggi, yaitu Rhinos SR Capsules, Forxiga Tablets 10 mg, dan Cataflam Tablets 50 mg. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian farmasetik dan klinis dari 32 resep sudah cukup baik, namun tidak dengan kesesuaian administratif. Pasien yang mendapatkan pelayanan konseling dan telefarmasi didominasi oleh pasien geriatrik dengan jenis pelayanan BPJS, sehingga membutuhkan pemantauan berkala dan konseling. Pada kegiatan konseling dan swamedikasi, ditemukan bahwa hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, batuk, flu, dan sakit tenggorokan adalah penyakit dengan prevalensi tinggi di area sekitar apotek.

The special assignment at Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 aims to evaluate pharmaceutical services by assessing prescription completeness, rationality, and patient pharmaceutical needs through counseling, self-medication, and telepharmacy analysis. The evaluation also includes an assessment of pharmaceutical supply needs using the Pareto ABC method. Administrative, pharmaceutical, and clinical evaluations were conducted on 32 prescriptions, counseling for 71 patients, self-medication for 90 patients, and telepharmacy for 43 patients. The Pareto ABC analysis revealed a total investment of Rp719,953,455.00 for Group A, highlighting the top three items: Rhinos SR Capsules, Forxiga Tablets 10 mg, and Cataflam Tablets 50 mg. While the pharmaceutical and clinical appropriateness of prescriptions was deemed satisfactory, administrative aspects fell short. Patients benefiting from counseling and telepharmacy services were mainly geriatric with BPJS coverage, necessitating regular monitoring and counseling. Counseling and self-medication activities identified high prevalences of hypertension, diabetes mellitus, heart disease, cough, flu, and sore throat in the pharmacy's vicinity. Overall, the assessment provides insights into improving administrative aspects and tailoring pharmaceutical services to address prevalent health issues in the community."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Risiko kesalahan penggunaan obat pada praktik swamedikasi untuk pasien anak cukup besar meliputi pemilihan obat hingga regimen dosis yang berdampak negatif pada keselamatan pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan, sikap, terhadap perilaku pelaksanaan  swamedikasi obat batuk, flu, dan demam pada anak-anak di wilayah Jabodetabek. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan metode mixed method tipe embedded design. Data diperoleh dengan teknik consecutive sampling menggunakan kuesioner yang telah memenuhi syarat valid dan reliabel melalui uji validitas dan reliabilitas. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh 239 orang tua di Jabodetabek dan dianalisis menggunakan program IBM®SPSS® versi 26. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menunjukkan pengetahuan (70,7%), sikap (84,1%), dan perilaku (94,6%) yang baik terkait swamedikasi anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap (p = <0.001; r = 0.494), pengetahuan dan perilaku (p = <0.001; r = 0.278), serta sikap dan perilaku (p = <0.001; r = 0.381) terkait swamedikasi anak. Semakin baik pengetahuan dan sikap orang tua terhadap swamedikasi, semakin baik perilaku mereka dalam melakukan swamedikasi pada anak. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi antara responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendapatan (p <0.05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan dan status pekerjaan (p >0.05). Studi ini memberikan pemahaman tentang pola swamedikasi pada orang tua di Jabodetabek, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi.

The risk of medication errors in self-medication practices for pediatric patients is significant, including issues related to drug selection and dosing regimens that can negatively impact patient safety. Several studies have shown that self-medication practices can be influenced by the level of knowledge and attitudes held by patients. This research aims to analyze the knowledge, attitudes, and practices related to self-medication for cough, flu, and fever medications in children in the Jabodetabek area. The design of this research is cross-sectional with a mixed-methods embedded design. Data was collected by using consecutive sampling technique using questionnaire that had fulfilled the validity and reliability test. Primary data was obtained from 239 parents in the Jabodetabek area and analyzed using IBM® SPSS® version 26. The research findings indicate that the majority of respondents demonstrated good knowledge (70.7%), attitudes (84.1%), and behaviors (94.6%) regarding self-medication practices for children. There were significant positive correlation between knowledge and attitudes (p = <0.001; r = 0.494), knowledge and behaviors (p = <0.001; r = 0.278), as well as attitudes and behaviors (p = <0.001; r = 0.381) regarding self-medication practices for children. The better the knowledge and attitudes of parents towards self-medication, the better their behaviors in practicing self-medication. There were significant correlation in knowledge, attitudes, and practices related to self-medication among respondents based on age, gender, and income (p <0.05). However, no significant differences were found based on education level and employment status (p >0.05). This study provides insights into the patterns of self-medication practices among parents in the Jabodetabek area."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Irsandi Johan
"Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat , masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio-pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Pengkajian resep adalah salah satu bagian dari layanan farmasi klinik yang dilakukan oleh apoteker untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan menghindari terjadinya medication error terutama pada tahap peresepan (presribing error). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa contoh resep pada Apotek Kimia Farma 494 Beji. Pelaksanaan dilakukan secara deskriptif dengan melakukan pengkajian resep berdasarakan aspek administratif, aspek farmasetik, dan aspek klinis sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016. Pengkajian dari aspek administratif menunjukkan bahwa resep yang telah dikaji masih terdapat resep tidak memiliki data berat badan pasien, SIP dokter, paraf dokter, jenis kelamin pasien, tanggal penulisan resep, umur pasien, dan tanpa nama dokter. Pengkajian dari aspek farmasetik menunjukkan bahwa terdapat resep yang tidak memenuhi kriteria dari segi bentuk sediaan dan ketercampuran obat. Pengkajian dari aspek klinis menunjukkan bahwa terdapat resep yang tidak sesuai dengan dosis penggunaan obat, aturan penggunaan obat, lama penggunaan obat, duplikasi, dan adanya interaksi.

Pharmacists must understand and be aware of the possibility of medication errors during the service process and identify, prevent, and address issues related to drugs, pharmacoeconomics, and social pharmacy. To avoid this, pharmacists must carry out practices according to service standards. Prescription review is one part of clinical pharmacy services performed by pharmacists to analyze drug-related problems and prevent medication errors, especially at the prescribing stage. This study aims to assess several prescriptions at Kimia Farma 494 Beji Pharmacy. Implementation is carried out descriptively by reviewing prescriptions based on administrative aspects, pharmaceutical aspects and clinical aspects in accordance with Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016. Administrative aspect assessments show that the prescriptions reviewed still lack patient weight data, doctor's SIP, doctor's signature, patient gender, prescription writing date, patient age, and doctor's name. Pharmaceutical aspect assessments indicate that there are prescriptions that do not meet criteria in terms of dosage form and drug compatibility. Clinical aspect assessments reveal that there are prescriptions that do not comply with drug dosage, drug use rules, duration of drug use, duplication, and presence of interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>