Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174774 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Novembrina Dewi Embun Pramana
"Remaja rentan mengalami internalizing problems. Penelitian bertujuan untuk melihat interaksi faktor lingkungan dalam memprediksi internalizing problems pada remaja di masa pandemi. Penelitian merupakan studi skala nasional yang melibatkan 9.567 siswa SMA/sederajat di berbagai provinsi di Indonesia (M­ = 16.37, SD = 1.02). Hasil analisis multiple linear regression menunjukkan jenis kelamin, faktor keluarga, faktor sosial, dan faktor ekonomi dapat memprediksi internalizing problems secara signifikan (F(8,9588) = 83,683, p < .05, R2= .065), dengan jenis kelamin dan interaksi dengan teman sebagai kontributor.

Adolescents are prone to internalizing problems. This study aims to investigate how environmental factor predicts internalizing problems among adolescents during the pandemic. This is a national scale study involving 9.567 high school/vocational students from several provinces in Indonesia (M­ = 16.37, SD = 1.02). Multiple linear regression analysis indicated that gender, family factor, social factor, and economic factor significantly predicted internalizing problems (F(8,9588) = 83,683, p < .05, R2= .065), with gender and peer interaction as the biggest contributor."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Audrey Davalynn Pane
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 yang berjalan sejak Maret 2019 di Indonesia telah membuat pemerintah mengeluarkan peraturan untuk tetap berada di rumah. Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh yang diadakan selama pandemi meningkatkan durasi aktivitas remaja di rumah dan menimbulkan faktor-faktor lain yang mungkin berkaitan dengan kejadian kekerasan. Di sisi lain, kekerasan terhadap remaja terus meningkat setiap tahunnya. Dengan dampak buruk termasuk kematian yang diakibatkan oleh kekerasan, timbul kepentingan mendesak untuk melakukan penelitian mengenai kejadian kekerasan terhadap remaja dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi.
Metode: Penelitian observasional menggunakan analisis deskriptif dan multivariat dengan metode desain studi potong-lintang yang dilakukan dengan pengisian kuesioner daring yang terdapat pada instrumen bernama REDCap.
Hasil: Didapatkan subjek penelitian dengan sebaran berdasarkan usia 10-13 tahun 16%, 14-17 tahun 61.3%, dan 18 tahun 22.6%. Jenis kelamin laki-laki 34% dan perempuan 66%. Posisi anak terbanyak ialah anak terakhir 34%. Remaja yang taat pada protokol kesehatan sebanyak 21.7% dan tidak taat sebanyak 78.3%. Remaja yang mengikuti PJJ sebanyak 96.2%. Jenis keluarga terbanyak ialah keluarga inti 83% dan orang tua remaja yang bekerja sebanyak 91.5%. Pendidikan orang tua tertinggi ialah sarjana, ayah sebanyak 47.2% dan ibu sebanyak 36.8%. Sebanyak 67.9% remaja mengalami kekerasan dengan jenis kekerasan terbanyak ialah penelantaran sebanyak 50.9%. Seluruh faktor pada penelitian ini baik faktor anak maupun lingkungan secara statistik tidak berhubungan bermakna.
Kesimpulan: Prevalensi kekerasan terhadap remaja pada masa Pandemi COVID-19 adalah 67.9%. Kekerasan remaja tidak berhubungan secara statistik dengan faktor anak (usia, jenis kelamin, posisi anak, Pembelajaran Jarak Jauh) dan faktor lingkungan (jenis keluarga, pendidikan dan pekerjaan orang tua, tingkat ketaatan terhadap protokol kesehatan).

Introduction: The COVID-19 pandemic has prompted the government of Indonesia to issue regulations to stay at home. Distance learning activities increase the duration of adolescents activites at home and raise other factors that may be related with violence. On the other hand, violence against adolescents continues to increase every year. With the adverse impact including death caused by violence, the urgency to conduct research on the incidence of violence against adolescents and the influencing factors during COVID-19 pandemic arise.
Method: Observational research using analytic and multivariate analysis with a cross-sectional study design method that is conducted by filling out an online questionnaire in REDCap instrument.
Result: The research subjects obtained with a distribution based on the age of 10-13 years (16%), 14-17 years (61.3%), and 18 years (22.6%). 34% of its gender are male and 66% female. Most adolescent position is the last child (34%). The level of adolescents who obey the health protocol are 21.7% and 78.3% are not. As much as 96.2% subjects took distance learning. The most common type of family is the main family (83%) and the working parents of adolescents is 91.5%. Both adolescents' parents' highest education is bachelor degree. As much as 67.9% adolescent experiences violence with neglect as the most frequent violence type. Statistically, all factors in this study are not significantly related.
Conclusion: The prevalence of violence against adolescents during the COVID-19 pandemic is 67.9%. Child maltreatment is not related to both child factors and environmental factors. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Adriani Banunaek
"Latar belakang. Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak besar secara global. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang turut mengalami dampaknya, di mana sekolah ditutup dan pembelajaraan secara daring. Remaja yang sedang mengikuti kegiatan sekolah daring akan lebih banyak menghabiskan waktu depan layar. Remaja juga akan merasa kesepian karena adanya pembatasan sosial, sehingga akan mencari pelarian melalui internet. Hal ini dapat menyebabkan semakin meningkatnya waktu depan layar, sehingga dapat terjadi peningkatan adiksi internet pada remaja.
Tujuan. Mengetahui prevalens adiksi internet di masa pandemi Covid-19 serta mengetahui hubungan beberapa faktor sosio-demografik dengan kejadian adiksi internet.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang yang dilakukan melalui pengisian kuesioner secara daring selama kurun waktu 3 bulan, sejak Maret hingga Juni 2021. Kuesioner terdiri dari kuesioner mengenai faktor sosio-demografik dan KDAI (kuesioner deteksi adiksi internet). Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan cara consecutive sampling, subyek penelitian berasal dari seluruh Indonesia.
Hasil. Jumlah subyek penelitian ini adalah 332 remaja siswa SMP/SMA/SMK/sederajat dengan prevalens adiksi internet sebanyak 29,8%. Faktor sosio-demografik yang berhubungan dengan adiksi internet adalah waktu depan layar untuk kegiatan hiburan ≥ 3 jam (p=0,001, adjusted OR 4,309, IK 95% 1,833 – 10,129) serta pengawasan orangtua yang buruk dalam penggunaan internet (p=0,037, adjusted OR 1,827, IK 95% 1,038 – 3,215). Tidak terbukti adanya hubungan antara adiksi internet dengan memiliki saudara kandung (p=0,216), usia mulai aktif menggunakan internet (p=0,123), aktivitas game internet (p=0,147), aktivitas game dan non- game internet (p=0,544), pekerjaan ayah sebagai petani/peternak/nelayan (p=0,188), pekerjaan ayah sebagai pedagang/wiraswasta (p=0,287), pekerjaan ibu sebagai petani (p=0,170), pola asuh orangtua (p=0,684), dan kontrol orangtua (p=0,404).
Kesimpulan.Tidak ada peningkatan prevalens adiksi internet pada remaja di masa pandemi Covid-19. Variabel yang memiliki hubungan dengan adiksi internet adalah pengawasan orangtua yang buruk dalam penggunaan dan waktu depan layar untuk kegiatan hiburan ≥ 3 jam.

Background. The Covid-19 pandemic has had a major impact globally. Education is also having an impact, schools are currently conducted online. Teenagers who are attending online school will spend more screen time. Teenagers often feel lonely due to social restrictions, so will look for escapes over the internet. This can lead to an increase in screen time, resulting in an increase in internet addiction in adolescents.
Objective. To determine the prevalence of internet addiction during the Covid-19 pandemic and to determine the relationship of several socio-demographic factors with the incidence of internet addiction.
Method. This study was an observational study with latitude cross-sectional design, conducted online by filled the questionnaire for a period of 3 months, from March to June 2021. The questionnaire consists of questionnaire of the socio-demographic factors and internet addiction detection questionnaire (kuesioner deteksi adiksi internet/KDAI). The selection of research subjects was conducted by consecutive sampling, the research subjects came from all over Indonesia.
Result. This study included 332 teenagers students of junior high school/senior high school/ vocational school, with the prevalence of internet addiction was 29.8%. Socio-demographic factors related to internet addiction are screen time for entertainment activities ≥ 3 hours (p=0.001, adjusted OR 4,309, CU 95% 1,833 – 10,129) as well as poor parental supervision in internet use (p=0.037, adjusted OR 1,827, CI 95% 1,038 – 3,215). Meanwhile there is no proven connection between internet addiction and having siblings (p=0.216), age of active internet use (p=0.123), internet gaming activities (p=0.147), internet gaming and non-gaming activities (p=0.544), father's job as a farmer/farmer /fisherman (p=0.188), father's job as trader/self- employed (p=0.287), mother's job as farmer (p=0.170), parenting style (p=0.684), and parental control (p=0.404).
Conclusion. There was no increased in the prevalence of internet addiction among adolescents during the Covid-19 pandemic. Variables that have a connection with the internet addiction is poor parental supervision in use of internet and the screen time for entertainment activities ≥ 3 hours.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lerivia Maharani
"ABSTRAK
Pada remaja, Psychotic-like experience memiliki asosiasi dengan internalizing
problems. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Psychotic-like
experience dengan internalizing problems. Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan alat ukur Strength and Difficulties Questionnaire
(SDQ) untuk mengukur internalizing problems. Psychotic-like Experiences (PLE)
digunakan untuk mengukur kecenderungan psikotik. Partisipan penelitian ini
adalah remaja berusia 11-16 tahun yang tinggal di daerah rural di Karawang, Jawa
Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara Psychotic-like experience dengan internalizing problems.
Sebanyak 7% partisipan (n= 270) memiliki Psychotic-like experience. Penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap
Psychotic-like experience.

ABSTRACT
Psychotic-like experiences have been found to have association with
internalizing problems among adolescents. This research aim to investigate the
correlation between psychotic-like experiences with internalizing problems.
The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) was used to examine
internalizing problems. Psychotic-like Experiences (PLE) was used to examine
psychotic tendencies. A total 270 adolescents (aged between 11-16 years old)
who lives in rural area in Karawang participated in this research. In our study,
7% participants reported having more than two symptoms of PLE. The result
showed that there is no significant correlation between psychotic-like
experiences with internalizing problems. Further investigation are needed to
examine which factor that give contribution to PLE.
"
2016
S63089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhiya Adristi Bratandari
"Kesulitan psikologis rentan dialami oleh remaja, terlebih di masa pandemi COVID-19 yang menyebabkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan. Hal ini membuat remaja menghadapi berbagai tantangan baru. Ketidakmampuan dalam menghadapi tantangan tersebut dapat mengakibatkan remaja memiliki kesulitan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap kesulitan psikologis remaja dengan menggunakan pendekatan biopsikososial. Penelitian ini merupakan one-shot study berskala nasional yang melibatkan 13.226 siswa SMP dan SMA/sederajat di Indonesia. Hasil analisis multiple linear regression menunjukkan bahwa secara bersama-sama, faktor biologis (usia dan jenis kelamin), psikologis (kesejahteraan psikologis), dan sosial (interaksi dengan teman, status pekerjaan ayah, status pekerjaan ibu, dan tingkat pendidikan ibu) berkontribusi secara signifikan terhadap kesulitan psikologis remaja (F(7, 13218) = 649,234, p <,05, R2 = ,255). Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor biopsikososial dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor yang penting dalam berkontribusi terhadap kesulitan psikologis remaja di masa pandemi COVID-19.

Adolescents are vulnerable to psychological difficulties, especially during the COVID-19 pandemic that causes changes in many aspect of lives. This makes adolescents deal with various new challenges. Inability to face those challenges could cause adolescents to have psychological difficulties. This study aims to identify factors that contribute to adolescents’ psychological difficulties using a biopsychosocial approach. This research is a one-shot study on a national scale involving 13.226 secondary school students in Indonesia. The result of multiple linear regression analysis showed that simultaneously, biological (age and gender), psychological (psychological well-being), and social factors (interaction with friends, father's employment status, mother's employment status, and mother's education level) had significant contribution in predicting adolescents’ psychological difficulties (F(7, 13218) = 649.234, p<.05, R2 = .255). This study shows that biopsychosocial factors can help to identify important factors that contribute to adolescents’ psychological difficulties during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Bara Wedaloka
"Penelitian ini membahas peran resiliensi keluarga dan identitas etnis terhadap internalizing problems pada remaja dan dewasa awal di Provinsi Bali. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Penelitian ini menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur internalizing problems, Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) untuk mengukur resiliensi keluarga, dan Revised Multigroup Ethnic Identity Measure (R-MEIM) untuk mengukur identitas etnis. Ketiga alat ukur tersebut diberikan kepada partisipan dalam bentuk kuesioner daring. Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja dan dewasa awal yang berdomisili di Provinsi Bali. Jumlah keseluruhan partisipan adalah 305 partisipan dengan detil 181 remaja dan 124 dewasa awal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal internalizing problems antara remaja dan dewasa awal di Provinsi Bali. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa resiliensi keluarga dan identitas etnis secara bersama-sama memprediksi internalizing problems, baik pada masyarakat di Provinsi Bali secara keseluruhan, kelompok usia remaja, maupun kelompok usia dewasa awal.

This research discusses the role of family resilience and ethnic identity in internalizing problems among adolescents and early adults in the Bali Province. This research is a quantitative study with a correlational design. This study uses Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) to measure internalizing problems, Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) to measure family resilience, and Revised Multigroup Ethnic Identity Measure (R-MEIM) to measure ethnic identity. The three measuring instruments are given to participants in the form of an online questionnaire. Participants in this study were adolescents and early adults who live in the Bali Province. The total number of participants was 305 participants with details of 181 adolescents and 124 early adults. The results showed that there were significant differences in terms of internalizing problems between adolescents and early adults in the Bali Province. In addition, the results of the study also showed that family resilience and ethnic identity together predict internalizing problems, both among people in Bali Province as a whole, in the adolescent age group, and in the early adult age group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Arieza Fitrizqa
"Pandemi COVID-19 terbukti meningkatkan tingkat distres psikologis pada remaja. Kondisi emosi remaja cenderung mudah terguncang ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, seperti situasi pandemi. Salah satu faktor protektif terhadap terjadinya distres psikologis pada remaja adalah hubungan orang tua-anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kelompok remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16.33, SD = 0,742), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner secara daring kepada 651 partisipan. Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan, untuk mengukur distres psikologis pada remaja digunakan alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya dengan nilai R2 = 6,3% dan β =-0,254 yang berarti setiap kenaikan 1% nilai hubungan orang tua-anak maka nilai distres psikologis berkurang sebesar 0,254. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hubungan orang tua-anak, maka akan menurunkan tingkat distress psikologis. Maka disarankan untuk meningkatkan relasi hubungan orang tua- anak agar dapat menurunkan tingkat distres psikologis pada remaja, khususnya selama masa pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has been shown to increase the level of psychological distress in adolescents. The condition of adolescents tends to be unstable when faced with unusual situations, such as a pandemic. One of the protective factors against adolescent distress is the parent-child relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting psychological distress among adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were middle adolescents aged 15-18 years (M = 16.33, SD = 0,742) males and females who lived in Indonesia. This research is a non-experimental study. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 651 participants. The questionnaires used include Parent-Adolescent Relationship Scale to measure the level of Parent-child relationship, Kessler Psychological Distress Scale (K10) to measure the level of psychological distress. In addition, the results of simple linear regression analysis shows that parent-child relationships negatively significant predicted adolescents psychological distress with R2 = 6.3% and β =-0,254 which means that for every 1% increase in the value of the parent-child relationship, the psychological distress value decreases by 0.254. Therefore, it can be said that the higher the parent-child relationship, the lower the level of psychological difficulties. Thus, it is suggested the need to develop the parent-child relationship to reduce psychological distress in middle adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.Mohammad Askar Pejuang Langit Sasongkojati
"Ketidakpercayaan politik adalah suatu hal yang penting guna melihat implementasi kebijakan penanganan pandemi Covid-19 yang membutuhkan partisipasi dari warga negaranya. Pada masa pandemi Covid-19, kepercayaan terhadap pemerintah dapat meningkatkan ketaatan dan kemauan masyarakat untuk patuh terhadap kebijakan kesehatan pemerintah, menurunkan persepsi risiko terhadap Covid-19, dan mengurangi angka mortalitas. Sebaliknya, ketidakpercayaan politik akan meningkatkan ketidakpatuhan dan menyebabkan instabilitas yang berakibat negatif bagi penanganan pandemi Covid-19. Data menunjukkan adanya tren yang sama dalam ketidakpercayaan politik di Jerman dan Indonesia selama penularan pandemi Covid-19 dari Maret 2020-Juli 2021. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa studi pustaka, investigasi media daring, dan hasil survei untuk mengkaji dan membandingkan tren ketidakpercayaan politik masyarakat terhadap pemerintah Jerman pada masa kekanseliran Angela Merkel dan pemerintah Indonesia pada masa kepresidenan Joko Widodo. Dengan menggunakan teori ketidakpercayaan politik Bertsou yang menjelaskan mengenai faktor-faktor kemunculan ketidakpercayaan politik masyarakat terhadap pemerintah, penelitian ini berargumen bahwa tingkat kompetensi, transparansi, dan kepentingan menjadi faktor penting dalam mengkaji ketidakpercayaan politik masyarakat selama masa pandemi. Sebab, tingginya ketidakpercayaan politik berkorelasi terhadap efektivitas kebijakan pandemi.

Political distrust is an important factor in policy implementation to handle the Covid-19 pandemic which requires citizen participation. During the Covid-19 pandemic, trust in government can increase public willingness to comply with government health policies, reduce the risk perception for Covid-19, and reduce mortality rates. On the other hand, political distrust will increase disobedience and lead to instability which has a negative impact in any attempts to handle the Covid-19 pandemic. The data shows a same trend in political distrust in Germany and Indonesia during the spread of the Covid-19 pandemic from March 2020-July 2021. This study will use a qualitative approach with data collection methods in the form of literature studies, online media investigations, and survey results to assess and compares the trend of citizen’s political distrust of the German government during the chancellorship of Angela Merkel and the Indonesian government during the presidency of Joko Widodo. By using Bertsou's theory of political distrust which explains the factors in the emergence of political distrust for the government, this study argues that the level of competence, transparency, and interest are important factors in assessing citizens political distrust during the pandemic as high political distrust correlates with the effectiveness of pandemic health policies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hunafa Nur Izzati
"Siklus menstruasi merupakan mekanisme yang terjadi pada organ reproduksi setiap bulannya pada wanita. Siklus menstruasi dapat dijadikan sebagai indikator utama terhadap kesehatan reproduksi. Ketidakteraturan siklus menstruasi perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan gangguan menstruasi, infertilitas, dan kanker Rahim. Siklus menstruasi yang tidak teratur umumnya dialami oleh remaja dan dewasa awal, salah satunya mahasiswi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI di masa pandemi COVID-19. Desain studi penelitian ini adalah cross-sectional. Teknik sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 287 responden. Variabel yang diteliti adalah usia menarche, pola makan, aktivitas fisik, tingkat stres, dan kualitas tidur. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Data diperoleh antara Maret – Mei 2022 dengan kuesioner online. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 47% mahasiswi mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi. Faktor yang berhubungan dengan siklus menstruasi adalah faktor stres (p = 0,027), sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah faktor usia menarche (p = 0,692), pola makan (p = 0,556), aktivitas fisik (p = 0,865), dan kualitas tidur (p = 0,561). Berdasarkan hasil analisis multivariat, faktor yang paling dominan mempengaruhi siklus menstruasi ada tingkat stres (OR : 1,754, 95% CI : 1,068-2,881 ).

The menstrual cycle is a mechanism that occurs in the reproductive organs every month in women. The menstrual cycle can be used as the main indicator of reproductive health. Irregularity of the menstrual cycle should be aware because it can cause menstrual disorders, infertility, and uterine cancer. Irregular menstrual cycles are generally experienced by adolescents and early adults, one of which is female college students. The purpose of this study was to determine the factors that influence the menstrual cycle in UI Public Health Faculty students during the COVID-19 pandemic. The study design of this research was cross-sectional. The sample technique used is proportionate stratified random sampling with a total sample of 287 respondents. The variables studied were age at menarche, eating habit, physical activity, stress level, and sleep quality. Bivariate analysis was performed using chi-square test and multivariate analysis using multiple logistic regression. Data was obtained between March – May 2022 by using an online questionnaire. The results showed that 47% of female students experienced menstrual cycle irregularities. Factors related to the menstrual cycle were stress factors (p = 0.027), while unrelated factors were age at menarche (p = 0.692), eating habit (p = 0.556), physical activity (p = 0.865), and sleep quality ( p = 0.561). Based on the results of multivariate analysis, the most dominant factor influencing the menstrual cycle is the level of stress (OR: 1.754, 95% CI: 1.068-2.881)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiviany Kun Prasidhati
"Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik teledentistry pada dokter gigi di DKI Jakarta pada masa pandemi COVID-19. Penelitian potong lintang berbasis kuesioner ini diisi secara mandiri melalui google form. Pertanyaan yang diberikan mencakup faktor sosiodemografi, karakteristik pekerjaan, penggunaan internet, dan pelatihan teledentistry serta pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik teledentistry. Sebanyak 183 dokter gigi di DKI Jakarta yang menyelesaikan kuesioner. Secara umum, responden menunjukkan pengetahuan yang tinggi, sikap dan praktik yang positif terhadap teledentistry. Hubungan yang signifikan secara statistik ditemukan antara praktik teledentistry dengan usia, status pernikahan, pengalaman bekerja, dan pengalaman pelatihan teledentistry. Terdapat korelasi positif antara pengetahuan dan sikap (r = 0.436, p-value = 0.000). Agar teledentistry dapat diterapkan secara profesional, dokter gigi harus memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik yang baik mengenai teledentistry dan perlunya regulasi yang sesuai untuk pelayanan teledentistry.

The purpose of research is to get information about factors that related to knowledge, attitude, and practice of teledentistry among dentists in DKI Jakarta during the COVID-19 pandemic. This cross-sectional study was using self-administered online questionnaire through google form. The questions consisted of sociodemographic factors, work-related characteristics, daily internet access, and training of teledentistry also questions regarding knowledge, attitudes, and practice. A total of 183 dentists in DKI Jakarta completed the questionnaire. Generally, the participants revealed high knowledge, positive attitude, and practicing teledentistry. A statistically significant relationship was found between practice teledentistry with age, marital status, working experience, and training of teledentistry. Spearman’s correlation test obtained a positive correlation (r = 0.436, p-value = 0.000) between knowledge and attitude. In order for teledentistry to be applied professionally, dentists must have knowledge, attitudes, and good practices regarding teledentistry and the need for appropriate regulations for teledentistry services."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>