Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203187 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Finna Fitriana
"Latar belakang : Menurut European Occupational Disease Statistic pada tahun 2016, sebanyak 38,1 % dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah Musculoskeletal Disorders. Penelitian pada tahun 2013 pada industri perakitan elektrik di Thailand, penyebab terban- yak MDS ekstremitas atas adalah De quervain syndrome (DQS) dengan prevalensi 13.03%. Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa faktor – faktor pekerjaan sangatlah penting sebagai faktor risiko terjadinya DQS, selain adanya faktor individu. Faktor tersebut disebabkan pemakaian otot yang berlebihan di sekitar jari hingga perge- langan tangan, gerakan yang berulang dalam periode waktu yang lama, gerakan dengan kekuatan, dan postur kerja statis dengan durasi waktu yang lama. Pada perusahaan man- ufaktur, proses produksi dilakukan dengan menggunakan alat-alat, mesin, dan juga tetap membutuhkan tenaga pekerja untuk aktivitas pekerjaan manual dan proses kerja yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Karena aktivitas manual handling merupakan salah satu faktor risiko pekerjaan terhadap terjadinya DQS, perlu dilakukan studi DQS pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi DQS, mengiden- tifikasi, dan menganalisis hubungan faktor pekerjaan manual handling dan faktor undi- vidu terhadap temuan DQS .
Metode : Metode penelitian ini cross section dengan menggunakan data sekunder berupa data hasil Medical Check Up (MCU) karyawan PT K tahun 2021. Sampel yang digunakan adalah seluruh data MCU karyawan dengan total 1244 sampel. Variabel bebas antara lain faktor pekerjaan manual handling dan faktor individu yaitu usia, jenis kelamin, dan masa kerja. Variabel terikat adalah De Quervain Syndrome. DQS ditentukan dengan hasil pemeriksaan tes Finkelstein pada saat MCU.
Hasil : Total responden 1244, didapatkan prevalensi DQS 9%. Pada analisis hubungan faktor pekerjaan manual handling dan faktor individu usia, jenis kelamin, dan masa kerja menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan DQS pada pekerja PT K. Se- dangkan pada analisis multivariat juga menunjukkan bahwa tidak terdapat faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi DQS, dengan p>0.05
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan signifikan antara faktor pekerjaan manual han- dling dan faktor individu terhadap DQS.

Background: According to the European Occupational Disease Statistics in 2016, as much as 38.1% of Occupational Diseases are Musculoskeletal Disorders. Research in 2013 on the electrical assembly industry in Thailand showed that the most common cause of upper extremity MDS is Dequervain syndrome (DQS) with a prevalence of 13.03%. Occupational factors are very important as risk factors for DQS, in addition to individual factors. Manufacturing industry still need workers for manual activities and work processes that cannot be replaced by machines. Because manual handling is one of the occupational risk factors for DQS, it is necessary to study DQS in manufacturing indus- try. This study aims to determine the prevalence of DQS, identify, and analyze the relationship between manual handling and individual factors related to DQS.
Method: This research method is a cross sectional using secondary data, PT K workers Medical Check-Up result in 2021. The samples was all workes’ MCU data with total 1244 samples. Independent variables are manual handling and individual factors, include age, gender, and years of service. The dependent variable is the DQS. The DQS was diagnosed with Finkelstein test.
Results: A total of 1244 respondents were obtained, with the DQS prevalence 9%. In the analysis of the relationship between manual handling and individual factors (age, sex, and years of service) showed that no significant relationship with DQS in PT K workers. Multivariate analysis showed that there were no factors that most dominantly influenced DQS, with p>0.05.
Conclusion: : There is no significant relationship between manual handling and individual factors with DQS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juan Andrew Vicbrin H
"Penelitian ini membahas tentang keergonomisan sistem kerja yang ada di usaha tempe yang berlokasi di kota depok, penelitian dilakukan dengan menganalisis masing-masing stasiun kerja saat proses pembuatan tempe. Analisis dilakukan dengan mengamati proses kerja, wawancara dengan perajin dan memberikan kuesioner kepada perajin untuk mendapatkan data keluhan perajin yang berisiko terkena musculoskeletal disorders dan data postur tubuh perajin saat menjalankan pekerjaannya pada masing-masing stasiun kerja yang mana akan diperoleh nilai PEI masing-masing stasiun kerja dengan menggunakan analisis Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Ovako Working Posture Analysis (OWAS), Low Back Compression Analysis (LBA) yang tersedia di software jack. Hingga ditemukan stasiun kerja pemindahan kedelai dan stasiun kerja penirisan yang melewati batas aman PEI, setelah itu akan dilakukan perancangan berdasarkan kebutuhan dan tukar pendapat kepada perajin untuk membuat rancangan alat yaitu meja dan penyangga drum air dirancang guna memperbaiki keergonomisan di dua stasiun kerja yang mendapatkan nilai PEI terburuk.

This research discusses the ergonomics of the work system in the tempe business located in the city of Depok. The research was conducted by analyzing each work station during the tempe making process. The analysis is carried out by observing the work process, interviewing workers and giving questionnaires to workers to obtain data on workers' complaints at risk of developing musculoskeletal disorders and data on workers' body postures while carrying out work at each work station which will obtain the PEI value for each work station. by using Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Ovako Working Posture Analysis (OWAS), Low Back Compression Analysis (LBA) that available in jack software. Until finally found a work station for transferring soybeans and a work station for draining which exceeded the PEI safe limit, after that a design will be carried out based on needs and opinion exchange with the craftsmen to make a tool design, namely a table and a water drum support designed to improve ergonomics at the two work stations that get the worst PEI value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenita Emeralda
"Gangguan muskuloskeletal pada fisioterapi dapat menyebabkan hilangnya hari kerja hingga pergantian pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dan frekuensi jenis serta tingkat keluhan gangguan muskuloskeletal, dan faktor risikonya pada fisioterapis di Rumah Sakit X Jakarta. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan semi kuantitatif deskriptif. Data diperoleh dari 14 responden dengan menggunakan kuesioner nordic body map, REBA, dan focus group discussion. Data dianalisis dengan menggunakan spss dan transkrip.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 92.9% responden mempunyai keluhan ringan yang paling banyak dirasakan pada pinggang berupa pegal (42.9%) dan nyeri (14.3%). Keluhan gangguan muskuloskeletal terjadi pada semua responden usia ≤35 tahun, perempuan, semua ukuran tubuh kecuali kurus, mantan perokok, olahraga kurang dari atau sama dengan 2 kali seminggu, bekerja kurang dari 5 tahun, menangani ≥10-20 pasien per hari, semua spesialisasi kecuali neuromuskular dan kegiatan fisioterapi. Berdasarkan perhitungan skor REBA, keluhan muskuloskeletal dirasakan pada risiko ergonomi rendah dan tinggi 100%. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam upaya pencegahan gangguan muskuloskeletal pada fisioterapis serta lebih waspada dalam bekerja.

Musculoskeletal disorders in physical therapist can lead to absenteeism and even change jobs. The purpose of this study is to understand the distribution and frequency of types, level of musculoskeletal disorders complaints, and risk factors in physical therapist at Jakarta X Hospital. This research is semi quantitative descriptive. The data were collected from 14 respondents by using Nordic Body Map questionnaire, REBA and focus group discussion. Quantitative data were analyzed by SPSS and transcripts.
The results of the analysis showed that almost all respondents (92.9%) have mild complaints. it is mostly in lower back in the form of soreness (42.9%) and pain (14.3%). Musculoskeletal disorders complaint occur in all respondents aged ≤ 35 years, women, ex-smokers, exercise less than twice a week, working less than 5 years, treat ≥10-20 patients per day, all body size except skinny, all specialties except neuromuskular, and every physical therapy activity. 100% of respondent in low and high ergonomic risk had musculoskeletal complaint based on REBA score calculation. The results of this study can be useful as recommendation to prevent musculoskeletal disorders in phsycial therapists and to be more aware of good ergonomic practices while working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qanita Fauzia
"Penambangan adalah salah satu industri yang paling berisiko tinggi. Penambang bawah tanah mungkin telah terpapar untuk bahaya ergonomis seperti postur canggung, kerja statis, gerakan berulang, dan kekuatan yang berlebihan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis postur kerja di bawah tanah menambang lingkungan dengan metode penilaian seluruh tubuh cepat (REBA) dan untuk tinjauan umum gangguan muskuloskeletal pada penambang bawah tanah di PT. Cibaliung Sumberdaya. Ini Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini adalah dilakukan dengan pengamatan pada seluruh proses kerja di bawah tanah dan kemudian kritis postur dianalisis menggunakan metode REBA. Kuesioner peta tubuh Nordik didistribusikan untuk penambang untuk mengetahui masalah gangguan muskuloskeletal di antara para pekerja itu sendiri. Hasil menunjukkan bahwa salah satu postur kerja memiliki skor 11+ yang artinya risiko sangat tinggi adalah ketika penambang menggunakan bor jackleg. Kemudian, enam postur kerja memiliki skor 8-10 yang berarti berisiko tinggi postur ketika penambang melakukan penskalaan, pemasangan baut batu dan kawat, chocking mekanisme ketika shotcrete hendak melakukan, mengatur tas ventilasi, dan mengoperasikan gunting mengangkat. Gangguan muskuloskeletal paling sering dikeluhkan oleh penambang bawah tanah adalah pinggang 64,15%, punggung 47,17%, leher atas 45,28%, dan bahu kanan 36,79%. Itu Peneliti menyarankan agar penambang harus diberi tahu tentang bahaya dan risiko ergonomis faktor gangguan muskuloskeletal.

Mining is one of the most high-risk industries. Underground miners may have been exposed to ergonomic hazards such as awkward postures, static work, repetitive movements, and excessive strength. The purpose of this study is to analyze the working posture of underground mining environment with a rapid whole body assessment method (REBA) and for an overview of musculoskeletal disorders in underground miners at PT. Cibaliung Resources. This research is quantitative descriptive with cross-sectional design. This research was carried out with observations on the entire underground and then critical work processes posture was analyzed using the REBA method. The Nordic body map questionnaire was distributed to miners to find out the problem of musculoskeletal disorders among the workers themselves. The results show that one work posture has a score of 11+ which means the risk is very high when miners use jackleg drill. Then, the six work postures have a score of 8-10 which means a high risk posture when the miner scales, installing stone and wire bolts, chocking the mechanism when the shotcrete is about to do, arranging ventilation bags, and operating scissors lift. Musculoskeletal disorders are most commonly complained by underground miners waist 64.15%, back 47.17%, upper neck 45.28%, and right shoulder 36.79%. The researcher suggests that miners should be informed of the ergonomic hazards and risk factors for musculoskeletal disorders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The majority of female batik workers uses non-ergonomic chairs (dingklik) that pose risks of musculoskeletal disorders.
This study aimed to design an ergonomic chair and evaluate its effectiveness in reducing musculoskeletal disorders
among the workers. This is a quasi-experimental study (using one group pre and post-test design) on 50 female batik
workers selected by quota sampling. Musculoskeletal disorders were measured among the samples before and after the
use of the designed ergonomic chair which they were asked to use for two months. T-test, ANCOVA, Wilcoxon test,
McNemar test and Chi Square test were used for the analysis. The study found statistical significant differences of risk
factor against musculoskeletal disorders among the workers before and after their use of the designed ergonomic chair
(p< 0.05); and of musculoskeletal disorders before and after using the ergonomic chair (p= 0,035). Body Mass Index
(BMI) was identified as a confounding factor, and statistical significant difference of musculoskeletal disorders were
also found among the workers with <25 and >25 BMI even before and after using the ergonomic chair (p=0.033 and
p=0.015 respectively). By ANCOVA statistical test, after controlling BMI, another statistical difference of
musculoskeletal disorders was also identified before and after using the ergonomic chair (p=0.033). It is concluded that
the designed ergonomic chair is effective to reduce the risk of musculoskeletal disorders.
Pengaruh Pemakaian Kursi Ergonomis terhadap Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Wanita Batik Tulis
di Kabupaten Sragen. Sebagian besar posisi kerja pekerja batik tulis di Sragen tidak ergonomis, sehingga berisiko terjadi
gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain kursi ergonomis dan menilai efektifitas desain
kursi terhadap gangguan muskuloskeletal pekerja wanita batik tulis. Jenis penelitian adalah eksperimental quasi dengan
pendekatan one group pre and posttest design. Populasi adalah seluruh pekerja industri Batik Sragen. Teknik sampling
quota random sampling. Sampel sebanyak 50 orang diukur tingkat risiko keparahan gangguan muskuloskeletalnya
sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis. Selanjutnya, dilakukan uji Wilcoxon test, McNemar test, dan Chi
Square test. Perbedaan tingkat risiko keparahan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis
(p< 0,05). Terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p=0,035).
Indeks massa tubuh teridentifikasi sebagai confounding factor karena terdapat hubungan yang signifikan terhadap
gangguan muskuloskeletal, baik sebelum maupun sesudah menggunakan kursi ergonomis (masing-masing p=0,033 dan
p=0,015). Melalui uji Ancova, confounding factor dikendalikan, diperoleh hasil uji yang tetap signifikan (p=0,033).
Kursi kerja ergonomis menurunkan risiko keparahan gangguan muskuloskeletal."
Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret ; Faculty of Public Health Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Information,Publication and Public affairs Office University of the Philipines Manila, 1998,
R 617.3 Man
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Melly Fadhilah
"Latar belakang: Di era revolusi industri 4.0 dimana teknologi sangat berkembang, manusia masih berperan penting dalam menghasilkan produksi di beberapa sektor. Namun manusia juga memiliki keterbatasan baik dari segi fisik, fisiologis maupun psikologis. Dengan adanya ketidakseimbangan tersebut dapat menimbulkan suatu masalah pada tubuh, yaitu timbulnya gangguan pada otot dan tulang rangka. Permasalahan tersebut dapat mengganggu produktivitas pekerja, salah satunya pada sektor manufacturing. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor individu, pekerjaan dan psikososial terhadap terjadinya gangguan otot rangka akibat kerja pada pekerja di area pengepakan PT AS.
Metode: Jenis penelitian adalah potong lintang dengan responden sebanyak 172 orang pekerja yang bekerja di area pengepakan PT AS. Pada penilaian risiko ergonomi dilakukan berdasarkan fungsi kerja yaitu administrator/supervisor menggunakan Rapid Office Strain Assessment (ROSA), operator pengepakan menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA), helper menggunakan Ovako Working Analysis System (OWAS).
Hasil: Hasil kuesioner Nordic Body Map didapatkan bahwa prevalensi tertinggi pada gotrak 7 hari yaitu leher (48.3%), bahu (45.9%) dan punggung atas (45.9%), sedangkan pada gotrak 12 bulan terakhir, prevalensi tertinggi yaitu leher (44.8%) dan bahu (23.3%). Analisis penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan antara gotrak 7 hari dengan sikap kerja membungkuk 1-4 jam dengan nilai OR 2.07 (1.00-4.32), frekuensi angkut beban 21-30 kali/jam dengan nilai OR 8.33 (1.13-61.50) dan tingkat stres ringan dengan nilai OR 2.48 (1.10-5.59). Sedangkan pada gotrak 12 bulan, hanya tuntutan kerja tinggi yang memiliki hubungan signifikan terhadap terjadinya gotrak pada pekerja area pengepakan PT AS dengan nilai OR 2.67 (1.19-5.99).
Kesimpulan: Keluhan gangguan otot rangka pada pekerja di area pengepakan PT AS cukup tinggi (>60%), untuk itu perlu dilakukan perbaikan segera untuk mengurangi keluhan gotrak bagi pekerjanya.

Background: In the era of the industrial revolution 4.0 when technology is very developed, humans still being an important role in production in several sectors. However, humans also have limitations in terms of physical, physiological, and psychological. With the imbalance can cause a problem in the body, namely musculoskeletal disorders. These problems can interfere with worker productivity, one of this is manufacturing sector. The purpose of this study was to analyze individual, occupational, and psychosocial factors on work musculoskeletal disorders in workers in the packing area of ​​PT AS.
Method: This type of research is cross-sectional with 172 respondents working in the packing area of ​​PT AS. Ergonomics risk assessment is carried out based on work functions, namely administrator/supervisor using Rapid Office Strain Assessment (ROSA), packing operators use Rapid Upper Limb Assessment (RULA), helpers use Ovako Working Analysis System (OWAS).
Result: The results of the Nordic Body Map questionnaire showed that the 3 highest 7-day WMSDs prevalences were neck (48.3%), shoulder (45.9%) and upper back (45.9%), while in the last 12 months, the highest prevalence was neck (44.8%) and shoulder (23.3%). The analysis of this study found that there was a relationship between 7-day WMSDS with a stooping attitude for 1-4 hours with an OR value of 2.07 (1.00-4.32), the frequency of carrying loads 21-30 times/hour with an OR value of 8.33 (1.13-61.50) and mild level of stress with an OR value of 2.48 (1.10-5.59). Meanwhile, at 12 months of gotrak, only high work demands had a significant relationship to the occurrence of gotrak in packing area workers of PT AS with an OR value of 2.67 (1.19-5.99).
Conclusion: Symptoms of musculoskeletal disorders among workers in the packing area of PT AS are quite high (>60%), so it is necessary to make immediate repair to decrease WMSDs for workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alleluia Victoria Aljonak
"Komputer merupakan alat kerja yang sudah tidak asing lagi bagi pekerja kantor. Aktivitas ini dapat meningkatkan risiko terjadinya ketidaknyamanan pada tubuh, hingga dapat menyebabkan keluhan nyeri muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu (postur, usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh) dan lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, dan stasiun kerja) terhadap keluhan gangguan otot rangka akibat kerja (GOTRAK) di PT. X. Penelitian ini juga menilai ergonomi stasiun kerja pada PT. X berdasarkan PERMENKES no. 48 tahun 2016 tentang Standar K3 Perkantoran. Desain penelitian ini adalah potong lintang kepada 42 pekerja dan observasi langsung. Hasil yang didapatkan adalah 61,9% pekerja mengalami nyeri pada tubuh selama 1 bulan terakhir. Berdasarkan pengisian Nordic Body Map, keluhan terbanyak berada pada titik 5 (punggung) sebanyak 57,7%, titik 7 (pinggang) sebanyak 53,8%, dan titik 0 (leher atas) sebanyak 46,2%. Pada hasil analisis penelitian ini didapatkan bahwa pada faktor individu, hanya faktor indeks massa tubuh yang memiliki korelasi (rho = 0,330 = berpengaruh positif yang sedang) dan signifikan (p-value = 0,033) terhadap keluhan nyeri. Sedangkan pada faktor lingkungan kerja, hanya faktor pencahayaan yang memiliki korelasi (rho = -0,323 = berpengaruh negatif yang sedang) dan signifikan (p-value = 0,037) terhadap keluhan nyeri. Stasiun kerja pada PT. X membutuhkan beberapa perbaikan karena dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya keluhan GOTRAK pada pekerja.

Computers are work tools that are familiar to office workers. This activity can increase the risk of discomfort to body and become musculoskeletal pain. This study aims to analyse the relationship of individual factors (posture, age, sex, and body mass index) and work environment (temperature and lighting) on occurrence of work-related musculoskeletal disorders at PT. X. This paper is also assessing the ergonomics of work station at PT. X based on PERMENKES no. 48 of 2016 concerning Office K3 Standards. The design of this study was cross-sectional with 42 workers and direct observation. 61.9% of workers experienced pain in the body during the last 1 month. The results of Nordic Body Map questionnaire show the most pain occurrence are at point 5 (back) as much as 57,7%, point 7 (waist) as much as 53,8%, and point 0 (upper neck) as much as 46,2%. Through quantitative analysis, it is known that on the individual factors, only the body mass index factor has a correlation (rho = 0,330 = moderate positive correlation) and significant (p-value = 0,033) on pain occurrence. Meanwhile, on the work environment factor, only the lighting factor has correlation (rho = -0.323 = moderate negative correlation) and significant (p-value = 0.037) on pain occurrence. Work station at PT. X needs some improvements because an unergonomic work station can be one of the contributors of work-related musculoskeletal disorders occurrence complaints among workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Dwi Putra
"Manufaktur merupakan salah satu sector industri yang memiliki risiko gangguan otot rangka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko dari gejala gangguan otot rangka. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2018 dengan melibatkan 51 orang operator pada area mixing rubber dan 40 orang pekerja kantor di PT X yang merupakan perusahaan manufaktur komponen kendaraan bermotor. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan instrument pengambilan data berupa kuesioner QEC dan kombinasi kuesioner psikososial. Variabel independent pada penelitian ini yaitu karakteristik individu pekerja usia, jenis kelamin, IMT, status merokok dan lama kerja , faktor fisik di tempat kerja force, postur janggal, gerakan berulang, dan coupling dan faktor psikososial tuntutan kerja, kendali terhadap pekerjaan, dukungan social, skill discretion, kepuasan kerja, dan stress kerja.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan gejala pada punggung atas, lama kerja dengan gejala pada pergelangan tangan, faktor risiko fifik yang tinggi dengan gejala pada leher, skill discretion dengan gejala pada pergelangan tangan, stress kerja dengan gejala pada bahu dan punggung bawah. Oleh karena itu perlu diadakan pengendalian lebih lanjut mengenai masalah ergonomic pada PT X.

Manufacture is one of the industry that has the risk of musculoskeletal disorders. The aim of this research is to analysize the risk factors from the symptoms of disorders of musculoskeletal. This research conducted on March until April 2018 by involving 51 workers on Mixing area and 40 workers on Office Area of X Corporation which is a manufacturing company who made the component of the motor vehicle. This research used Cross Sectional method by using QEC questionnaire and combination of psychosocial questionnaire as the instrument for data collection. The independent variable of this research are the characteristic of workers age, gender, body mass index, smokimg status, and working time, physical factors on the work place force, awkward postures, repetitive motion, and coupling and psychosocial factors job demands, control of the job, social support, skill discretion, job satisfaction, and work stress .
The result of this research shows there is a significant correlation of body mass index with a symptoms on the top of the back, working time and skill direstion with a symptoms of the wrist, high risk of physical factor with a symptom of the neck, and work stress with a symptom of shoulders and the low part of the back. Therefore it needs to be a further control about ergonomic factor at X Corporation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agfa Al-Latief Hadi Putra
"Seiring dengan berkembangnya teknologi, kini pegawai dituntut untuk bekerja dan menghabiskan sebagian waktunya duduk fokus memandang komputer dan menggunakan mouse. Penggunaan komputer memiliki risiko ergonomic yang apabila dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan masalah kesehatan salah satunya gangguan muskoloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara risiko ergonomi dengan gangguan muskoloskeletal pada pekerja kantoran di PT. X. Metode yang digunakan adalah desain studi cross sectional dengan menggunakan instrument penelitian berupa Nordic Body Map dan Rapid Office Strain Assessment (ROSA). Penelitian ini dilakukan kepada 48 pekerja kantoran di PT. X. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat risiko ergonomi, dan keluhan muskoloskeletal dengan analisis univariat, dan bivariat. Dari 48 responden didapatkan 39 orang mengalami keluhan muskoloskeletal dengan keluhan terbanyak ada pada bagian leher atas, punggung, dan pinggang. Hasil penelitian menunjukan tidak adanya hubungan antara risiko ergonomi dengan usia, masa kerja dan jenis kelamin (p-value=1). Akan tetapi, terdapat hubungan yang berarti antara risiko ergonomic dengan gangguan muskoloskeletal (p-value=0,039).

Along with the development of technology, employees are now required to work and spend some of their time sitting focused on looking at computers and using mouse. The use of computers has ergonomic risks which if done continuously can cause health problems, one of which is musculoskeletal disorders. This study aims to analyze the relationship between ergonomic risks and musculoskeletal disorders in office workers at PT. X. The method used is a cross-sectional study design using research instruments in the form of Nordic Body Map and Rapid Office Strain Assessment (ROSA). This research was conducted on 48 office workers at PT. X. The variables studied in this study were age, gender, length of service, level of ergonomic risk, and musculoskeletal complaints with univariate, and bivariate analysis. From 48 respondents, 39 people experienced musculoskeletal complaints with the most complaints in the upper neck, back, and waist. The results showed no relationship between ergonomic risk with age, length of service and gender (p-value = 1). However, there was a significant association between ergonomic risk and musculoskeletal disorders (p-value = 0.039)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>