Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairunnisa Salsabila Lutfi
"Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang bertujuan atau berorientasi kepada pelayanan pasien (patient oriented), penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu (quality) dan terjangkau (affordable) bagi semua lapisan masyarakat, termasuk pula di dalamnya pelayanan farmasi klinik (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pelayanan di rumah sakit yang harus memenuhi standar pelayanan minimal. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, salah satu indikator pelayanan farmasi yang diatur dalam standar pelayanan minimal (SPM) rumah sakit adalah waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Tercapainya pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan pemenuhan standar pelayanan minimal rumah sakit, termasuk di dalamnya pemenuhan standar pelayanan farmasi dengan indikator waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan racikan. Evaluasi terhadap waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan racikan di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia diharapkan dapat menggambarkan mutu pelayanan kefarmasian yang diberikan agar tercapai pelayanan yang bermutu dan berfokus pada pasien (patient oriented). Tujuan tugas khusus ini antara lain, mengetahui rata-rata waktu tunggu dan mengevaluasi kesesuaian waktu pelayanan resep pasien di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Pharmaceutical Service Standards in Hospitals emphasizes that pharmaceutical services in hospitals are an integral part of the hospital healthcare system aimed at providing patient-oriented care, offering quality and affordable pharmaceuticals, medical devices, and disposable medical materials to all segments of society, including clinical pharmacy services (Ministry of Health RI, 2014). Pharmaceutical services in hospitals are among those required to meet minimum service standards. According to Minister of Health Regulation Number 129 of 2008, one of the indicators of pharmaceutical services stipulated in the Minimum Service Standards of hospitals is the waiting time for dispensing ready-made prescriptions and compounded medications (Ministry of Health RI, 2008). The achievement of healthcare services is closely related to fulfilling the minimum service standards of hospitals, which includes meeting pharmaceutical service standards with indicators like waiting times for dispensing prescriptions. The evaluation of the waiting time for dispensing ready-made prescriptions and compounded medications at the Outpatient Pharmacy of the University of Indonesia Hospital is expected to illustrate the quality of pharmaceutical services provided to achieve high-quality and patient-centered care. The objectives of this paper include determining the average waiting time and evaluating the waiting times at the outpatient unit of the University of Indonesia Hospital with the Minimum Service Standards of Hospitals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Artha Rani
"Waktu tunggu di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Waktu tunggu merupakan salah satu komponen yang menyebabkan ketidakpuasan pasien dan berdampak pada loyalitas pasien. Lama waktu tunggu pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien (Menteri Kesehatan RI, 2008). Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisa waktu tunggu pelayanan resep non racikan di RSUI untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

The waiting time at the University of Indonesia Hospital (RSUI) refers to the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 129 of 2008 concerning Minimum Hospital Service Standards. Waiting time is one component that causes patient dissatisfaction and has an impact on patient loyalty. The patient's waiting time reflects how the hospital manages the service component according to the patient's situation and expectations (Ministry of Health, 2008). Therefore, it is necessary to analyze the waiting time for non- concoction prescription services at RSUI to improve the quality of health services at the hospital."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Febrianti
"Waktu tunggu pelayanan obat racikan ≤ 30 menit dan non racikan ≤ 60 menit merupakan salah satu indikator yang terdapat didalam standar pelayanan minimal rumah sakit. Hal tersebut sangat penting untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Indikator tersebut untuk mempengaruhi ekspetasi pasien terhadap pelayanan rumah sakit dan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Penyusunan tugas khusus ini adalah untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep racikan di instalasi rawat jalan rumah sakit universitas indonesia menggunakan 30 sampel, dengan menggunakan metode observasional dan membandingkan dengan standar pelayanan minimal farmasi menurut Permenkes 129/Menkes/SK/II/2008. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa Dari 30 sampel waktu tunggu pelayanan resep racikan terdapat 15 sampel racikan atau (50%) yang tidak sesuai dan 15 sampel racikan atau (50%) yang sudah sesuai. Dari 30 sampel waktu tunggu pasien terdapat 20 sampel atau (67%) yang tidak sesuai dan 10 sampel atau (13%) yang sudah sesuai.

Waiting time for concocted drug service ≤ 30 minutes and non-concocted ≤ 60 minutes is one of the indicators contained in the minimum hospital service standards. This is very important to measure the performance of pharmaceutical services in hospitals. These indicators affect patient expectations of hospital services and affect patient satisfaction with hospital services. The preparation of this special task is to analyze the waiting time for concoction prescription services at the outpatient installation at the University of Indonesia Hospital using 30 samples, using the observational method and comparing them with the minimum standard of pharmaceutical services according to Permenkes 129/Menkes/SK/II/2008. So it can be concluded that of the 30 samples of waiting time for concoction prescription services, there were 15 concoction samples or (50%) that were inappropriate and 15 concoction samples or (50%) that were appropriate. Of the 30 patient waiting time samples, there were 20 samples or (67%) that were inappropriate and 10 samples or (13%) that were appropriate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Firdiena Titian Ratu
"Pengkajian dan pelayanan resep serta dispensing merupakan bagian dari standar pelayanan farmasi klinik di apotek. Pelayanan resep yang teliti dengan waktu tunggu yang singkat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Evaluasi mengenai waktu tunggu pelayanan penting dilakukan sebagai salah satu indikator evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di apotek untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi dalam meningkatkan kepuasan juga kenyamanan pasien. Evaluasi dilakukan melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan tiap resep obat jadi dan obat racikan di Apotek Roxy Poltangan. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata waktu pelayanan baik obat jadi maupun racikan sudah sesuai dan dapat dikatakan baik karena masih berada dalam rentang 15-30 menit. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pelayanan resep di Apotek Roxy Poltangan yaitu jenis resep, jumlah staf yang bertugas, jumlah obat yang diambil, dan sistem komputer yang digunakan.

Assessment and prescription and dispensing services are part of the clinical pharmacy service standards in pharmacies. Careful prescription service with short waiting times is one of the efforts to increase patient satisfaction and comfort. Evaluation of waiting time for important services is carried out as an indicator for evaluating the quality of pharmaceutical services in pharmacies to determine the speed of pharmaceutical services in increasing patient satisfaction and comfort. Evaluation was carried out through direct observation and recording of waiting times for each finished drug prescription and concoction drug at the Roxy Poltangan Pharmacy. The evaluation results show that the average service time for both finished and concoction drugs is appropriate and can be said to be good because it is still in the range of 15-30 minutes. Factors that affect prescription service time at the Roxy Poltangan Pharmacy are the type of prescription, the number of staff on duty, the number of drugs taken, and the computer system used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Evi Melina
"Semakin berharganya waktu bagi masyarakat modern yang mobilitasnya semakin meningkat, menyebabkan waktu tunggu menjadi pertimbangan penting sebelum seseorang memutuskan memilih rumah sakit yang akan dikunjungi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu pasien poliklinik rawat jalan di RSUD Pasar Rebo tahun 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang dengan sampel 199 pasien. Pasien yang terbanyak adalah pasien yang menunggu ≥ 60 menit (75,9 %). Faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu adalah keterlambatan dokter (88,5 %), jenis pembayaran pelayanan terutama pada pasien askes (98,1 %), jenis poliklinik jantung (100 %), jumlah pasien ≥ 64 pasien sebesar (99 %), dan penyelenggaraan BRM (77,8%).

The increase of time value for the high mobility society has caused waiting time as an important factor and being considered by someone who will visit the hospital. The purpose of this study was to determine factors associated with patient waiting time at outpatient clinics in Pasar Rebo Hospital in 2011. It is quantitative study with a cross sectional design and 199 respondents. Most patients are waiting for ≥ 60 minutes (75,9%). Factors associated with waiting time in outpatient clinics are physician tardiness (88.5%), payment method especially on Askes? patients (98.1%), cardiology clinic (100%), quantity of patient ≥ 64 patients (99%), and the implementation of medical record (77,8%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Kartika Ratri
"Fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kegawatdaruratan harus memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana, dan perbekalan farmasi yang memenuhi standar pelayanan. Mengelola perbekalan farmasi merupakan peran dari apoteker, termasuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dalam mengelola perbekalan farmasi, apoteker harus menjamin kualitas, fungsi, dan keamanannya. Banyak perbekalan farmasi seperti obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang tersedia dan/atau harus disediakan di depo farmasi IGD termasuk ke dalam kategori emergensi, sehingga dalam pengelolaan dan pengendaliannya harus menjamin jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pengendalian perbekalan farmasi penting dilakukan di IGD untuk memastikan bahwa persediaan yang ada efektif dan efisien. Dalam melakukan pengendalian, dibutuhkan kontrol dan pengawasan yang lebih ketat pada persediaan fast moving karena barang-barang tersebut lebih sering dikeluarkan. Tujuan dilaksanakannya tugas khusus ini adalah melihat dan menentukan perbekalan farmasi (obat dan BMHP) di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Universitas Indonesia (IGD RSUI) yang termasuk ke dalam kategori Fast Moving, kemudian menentukan kelompoknya berdasarkan penyerapan dananya yang didapat dari analisis ABC. Untuk melakukan hal tersebut, diambil data penggunaan obat dan BMHP di IGD RSUI selama bulan November 2022 sampai Januari 2023, kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis interpretasi. Total barang fast moving di Depo Farmasi IGD RS UI adalah sejumlah 356 item, dengan 238 item di antaranya adalah obat dan 118 item berupa BMHP. Dari seluruh barang fast moving, item dengan penyerapan dana paling besar adalah Desrem 100 mg Powder Injection, obat COVID-19 yang berisi Remdesivir. Obat ini memiliki harga yang relatif mahal dan penggunaannya meningkat pada November 2022 karena terjadi peningkatan kasus COVID-19 pada saat itu.

Health Care facilities that provide emergency services such as hospitals, must have human resources, facilities, infrastructure, and pharmaceutical supplies that meet service standards. Managing pharmaceutical supplies is mainly a pharmacist’s role, including those in the emergency department. In managing pharmaceutical supplies, pharmacists must guarantee their quality, function, and safety. Many pharmaceutical supplies such as medicines and consumable medical materials that are available and/or must be provided at the emergency department are included in the emergency category, hence the inventory control must ensure the quantity and type of the supplies to comply with the established list of emergency supplies. Therefore, it is important to control pharmaceutical supplies in the Emergency Department to ensure that existing supplies are effective and efficient. In carrying out inventory control, stricter supervision is especially needed on fast-moving items because those supplies are used more frequently. The aim of this project is to see and determine which pharmaceutical supplies (medisines and consumable medical materials) in the Emergency Department of the University of Indonesia Hospital (IGD RSUI) are in the Fast-Moving category, then determine the item’s group based on the absorption of funds obtained from the ABC analysis. To do this, pharmaceutical supplies usage data in the period of November 2022 to January 2023 in the IGD RSUI was taken, and then the data was processed and interpretation analysis were carried out. The total amount of fast-moving items at the IGD RSUI is 356 items, of which 238 items are medicines and 118 items are consumable medical materials. Of all the fast-moving items, the item with the largest absorption of funds is Desrem 100 mg Powder Injection, a COVID-19 medicine containing Remdesivir. This medicine has a relatively expensive price and its use was increased in November 2022 due to an increased case of COVID- 19 at that time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Elawati
"Pendahuluan: Waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan non racikan dan racikan di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada belum mencapai standar nasional yaitu ≤30 menit untuk obat non racikan dan ≤60 menit obat racikan sehingga masih menjadi keluhan bagi RS. Penelitian ini bertujuan menganalisis waktu tunggu pelayanan obat dengan menggunakan konsep Lean Hospital di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada.
Metode: Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan action research, pengambilan data dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2022 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan. Sampel yang diambil berjumlah 98 resep obat non racikan dan 100 obat racikan. Pengamatan langsung menggunakan lembar observasi VSM dan lembar waste, wawancara dengan informan menggunakan lembar wawancara. Analisis kuantitatif menggunakan SPSS dan kualitatif dengan mengolah data primer, sekunder dan wawancara.
Hasil: Pada kondisi current statewaktu yang dibutuhkan untuk pelayanan setiap 1 resep (lead time) untuk resep non racikan adalah 63,54 menit dari standar nasional ≤ 30 menit dengan waste 87,5% nya, sedangkan lead time untuk resep racikan adalah 106,5 menit dari standar nasional ≤ 60 menit dengan waste 81,82%. Pada analisa kegiatan non value added terdapat 22 kegiatan yang termasuk dalam waste, tertinggi ada pada kategori waste waiting dantransportation. Root cause analysis dengan metode 5 why’smenyimpulan bahwa akar masalah utama pada penelitian ini pada man.
Kesimpulan: Dengan metode lean hospital dapat mengetahui capaian waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan, waste dan akar penyebab masalah hingga desain rancangan perubahan sebagai upaya perbaikan berupa desain perbaikan jangka pendek yaitu menggunakan lean kaizen, PDCA, 5S, Visual management dan heijunka, jangka menengah dan panjang.

Introduction: The waiting time for non compounding and compounding outpatient services at the Pharmacy Installation of Mitra Husada Hospital has not yet reached the national standard, namely 30 minutes for non compounding drugs and 60 minutes for compounding drugs so it is still a complaint for hospitals. This study aims to analyze the waiting time for drug services using the Lean Hospital concept at the Pharmacy Installation of Mitra Husada Hospital.
Methods: This research is descriptive qualitative with action research, data collection was carried out in May and June 2022 at the Outpatient Pharmacy Installation. The samples taken amounted to 98 non compounding drug prescriptions and 100 compounding drugs. Direct observations using VSM observation sheets and waste sheets, interviews with informants using interview sheets. Quantitative analysis using SPSS and qualitative by processing primary, secondary and interview data.
Results: In the current state, the time required for service for every 1 recipe (Lead Time) for non-compounding recipes is 63.54 minutes from the national standard 30 minutes with 87.5% waste, while the Lead Time for compounding recipes is 106, 5 minutes from the national standard 60 minutes with 81.82% waste. In the analysis of non-value added activities there are 22 activities that are included in the waste, the highest is in the category of waste waiting and transportation. Root cause analysis with the 5 why's method concludes that the main root cause of this research is man.
Conclusion: With the lean hospital method, we can find out the waiting time for outpatient drug services, waste and the root causes of the problem to the design of the change design as an improvement effort in the form of short,with lean kaizen, PDCA, 5S, Visual management and heijunka tools and medium and long term improvement designs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Timbul Mei
"Lama waktu tunggu pelayanan di Unit Rawat Jalan menggambarkan kinerjadan mutu pelayanan Rumah Sakit terhadap para pelanggannya. Tujuanpenelitian ini untuk mengetahui rata-rata lama waktu tunggu rawat jalan sertafaktor-faktor yang terkait dengan hal itu, ditinjau melalui pendekatan kriteriaMalcolm Baldrige di bidang kesehatan yang meliputi : Profil Organisasi,Kepemimpinan, Rencana Strategis, Fokus pada Pelanggan, Pengukuran,Analisa dan Manajemen Pengetahuan, Fokus pada Sumber Daya Manusia,Fokus pada Proses dan Hasil-hasil.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah eksplanatori sekuensial, yaitusuatu metode campuran antara penelitian kuantitatif yang diperkuat olehpenelitian kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dengan cara pengamatan,penghitungan dan pencatatan waktu tunggu pasien. Data-data kualitatifdiperoleh melalui proses wawancara mendalam secara terstruktur danmelakukan telaah dokumen yang terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata lama waktu tunggurawat jalan sebesar 66,58 menit per pasien yang berarti melebihi standard waktupelayanan minimal yaitu le; 60 menit sebagaimana yang ditetapkan olehKementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil analisa terhadap faktorfaktoryang berpengaruh terhadap lama waktu tunggu rawat jalan menunjukkanbahwa ketujuh kriteria Malcolm Baldrige tersebut sangat berpengaruh terhadapnilai rata-rata lama waktu tunggu rawat jalan tersebut di atas.

Long waiting time of service in the Outpatient Unit describes theperformance and quality of hospital rsquo s service against its customers. The purpose ofthis research is to know the average length of outpatient waiting time as well as thefactors associated with it, are reviewed through the approach of Malcolm Baldrigein health which includes Organization Profile Leadership Strategic plan Focuson Customers Measurement, Analysis and Management of knowledge Focusingon Human Resources Focus on Process and Outcomes.
The research method used was the sequential explanatory, a mix methodsbetween quantitative research that reinforced by qualitative research. Quantitativedata collection by way of observation, calculation and recording patient waitingtime. Qualitative data obtained through in depth interviews are structured and dostudy related documents.
The results showed that the average value of long outpatient waiting time is66.58 minutes per patient means exceeding the standard minimum of service time, le 60 minutes as defined by the Health Ministry of the Republic of Indonesia. Theanalysis results of the influential factors against the long of outpatient waiting timeshowed that seven criteria of Malcolm Baldrige is really influential against theaverage value of the long of outpatient waiting time."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Nesta Febrina
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian dimana dilakukannya praktik kefarmasian oleh Apoteker. Pengkajian dan pelayanan resep merupakan kegiatan pertama dalam memberikan pelayanan farmasi klinik. Tujuan penulisan ini adalah untuk memperoleh gambaran terkait kelengkapan resep di Apotek Roxy Depok berdasarkan pengkajian administratif, farmasetika, dan klinik periode Januari 2023. Metode pelaksanaan dilakukan secara retrospektif dengan melakukan pengkajian pada beberapa resep. Berdasarkan pengkajian, diperoleh bahwa resep telah memenuhi aspek administratif, farmasetik, dan klinik. Namun, masih ditemukan ketidaklengkapan terkait aspek administratif pada identitas dokter penulis resep.

A pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmaceutical practice is carried out by pharmacists. Reviewing and providing prescription services is the first activity in providing clinical pharmacy services. The purpose of this writing is to obtain an overview regarding the completeness of prescriptions at Apotek Roxy Depok based on administrative, pharmaceutical and clinical studies for the period January 2023. The implementation method is carried out retrospectively by reviewing several prescriptions. Based on the assessment, it was found that the prescription met administrative, pharmaceutical and clinical aspects. However,incompleteness was still found regarding the administrative aspects of the identity of the prescribing doctor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Oktariani
"Pelayanan kefarmasian di rumah sakit mempunyai standar yang sudah ditetapkan salah satunya pada bidang farmasi klinik yaitu adalah pelayanan resep, dimana terdapat proses screening resep dan membutuhkan waktu pelayanan. Pada peresepan yang diberikan oleh dokter, seringkali ditemukan interaksi obat yang dapat menyebabkan beberapa masalah sehingga screening resep sangat diperlukan, sedangkan waktu tunggu pelayanan resep adalah tenggang waktu mulai dari pasien menyerahkan resep sampai pasien menerima obat dari petugas farmasi. Menurut SPM waktu tunggu pelayanan resep dari RSAB Harapan Kita terdapat 45,56% resep racikan dan 42,89% resep obat jadi yang sesuai. Sedangkan berdasarkan SPM Permenkes terdapat 70% resep obat racikan dan 69,81% resep obat jadi yang sesuai. 2. Interaksi obat pada peresepan pasien di instalasi rawat inap RSAB Harapan Kita dibagi menjadi 5 kategori. Pada kategori A ditemukan interaksi sebesar 1,18%, kategori B sebesar 16,47%, kategori C sebesar 75,29%, kategori D sebesar 5,88%  dan kategori X sebesar 1,8%.

Pharmaceutical services in hospitals have predetermined standards, one of which is in the field of clinical pharmacy, namely prescription services, where there is a prescription screening process and requires service time. In prescriptions given by doctors, drug interactions are often found which can cause several problems so that prescription screening is necessary, while the waiting time for prescription service is the time period from the time the patient submits the prescription until the patient receives the drug from the pharmacist. According to the SPM prescription service waiting time from RSAB Harapan Kita, there were 45.56% concoction prescriptions and 42.89% prescription finished drugs that were appropriate. Meanwhile, based on the SPM Permenkes, there were 70% prescriptions for concoction drugs and 69.81% prescriptions for finished drugs that were appropriate. 2. Drug interactions in patient prescribing at the Harapan Kita Hospital inpatient installation are divided into 5 categories. In category A, there was an interaction of 1.18%, category B of 16.47%, category C of 75.29%, category D of 5.88% and category X of 1.8%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>