Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201342 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Lauda Azmi
"Menstrual cup merupakan cangkir menstruasi yang berbentuk seperti corong minyak dengan ukuran lebih kecil yang terbuat dari silikon berstandar medis dan aman bagi tubuh. Penggunaan menstrual cup membuat vagina seolah-olah dimasuki oleh segel vakum menimbulkan berbagai pandangan yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk menerima dan mencobanya. Penelitian ini menggunakan desain studi eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan dengan teknik pengambilan data secara Focus Group Discussion (FGD) dan Wawancara Mendalam (WM). Hasil pada penelitian ini menunjukkan persepsi sebagian besar informan dalam melihat bentuk dan penggunaan menstrual cup dianggap berisiko dan memberikan rasa ngilu, nyeri, perih dan luka pada organ intim. Sikap mahasiswi yang belum menikah tidak jauh berbeda dengan mahasiswi yang sudah menikah dan memiliki riwayat melahirkan. Sebagian besar informan menyikapi penggunaan menstrual cup sebagai pengganti pembalut dengan menerimanya karena menstrual cup dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pembalut karena tidak menimbulkan rasa lembab, gatal, dan kebocoran. Niat untuk menggunakan menstrual cup telah diungkapkan oleh sebagian informan namun masih membutuhkan waktu lama, sebab belum memiliki keberanian untuk menggunakan menstrual cup sebagai pengganti pembalut. Persepsi, sikap, dan niat yang mendasari pengambilan keputusan pada mahasiswi di Kota Padang dalam menyikapi menstrual cup sebagai pengganti pembalut

Menstrual cup is an object that is shaped like an oil funnel with a smaller size made of medical-standard silicone and is safe for the body. The use of a menstrual cup makes it seem as if the vagina is being entered by a vacuum seal, causing various views that influence the decision to accept and try it. This study uses an explorative study design with a qualitative approach and with data collection techniques by Focus Group Discussion (FGD) and In-depth Interviews (WM). The perception of most of the informants in seeing the shape and use of menstrual cups is considered risky and gives aches, pains, sores and wounds to the intimate organs. The attitude of unmarried female students is not much different from that of married female students who have a history of giving birth, some informants think that menstrual cups damage the hymen and cause trauma in using them. Most of the informants responded to using menstrual cups as a substitute for sanitary napkins by accepting them because menstrual cups are considered more effective than sanitary napkins because they do not cause dampness, itching, and leakage. The intention to use a menstrual cup has been expressed by some informants but it still takes a long time, because they do not have the courage to use a menstrual cup as a substitute for sanitary napkins. There are various perceptions, attitudes, and intentions that underlie the decision making of female students in the city of Padang in responding to menstrual cups as a substitute for sanitary napkins"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Adi Pramono
"Pendahuluan : Gangguan menstruasi berhubungan dengan banyak faktor determinan diantaranya adalah faktor antropometri, aktivitas fisik, gaya hidup dan makanan. Saat pandemi COVID 19 terdapat perubahan pola hidup dan pola makan akibat pergerakan masyarakat yang terbatas sebagai upaya untuk memutus rantai penularan dan proses belajar yang hanya dapat diakses dari rumah masing masing. Belum diketahui apakah perubahan pola aktivitas dari siswi yang berkaitan dengan belajar dari rumah dapat mengakibatkan gangguan menstruasi. Sehingga kami melakukan penelitian untuk melihat apakah terdapat hubungan antara perubahan pola hidup tersebut dan gangguan menstruasi pada populasi remaja SMA di Jakarta selama pandemi.
Metode Penelitian : Studi survey deskriptif terhadap remaja SMA yang dilanjutkan dengan analisis perbandingan internal
Hasil : Penelitian dilakukan dari November 2020 – Januari 2021 di 6 SMA di Jakarta, total sebanyak 923 remaja wanita berusia 14 – 19 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan gangguan menstruasi mereka. Gangguan menstruasi 591 (64%) dan tanpa gangguan menstruasi 332 (36%). Dibandingkan dengan kelompok remaja wanita tanpa ganguan menstruasi maka kelompok remaja wanita dengan gangguan menstruasi menunjukkan aktivitas fisik yang kurang (<600 MET) (OR = 0,79, 95% IK = 0,129 – 1,069) lingkar pinggang > 73,25 cm (OR = 8,87, 95% IK = 5,61 – 14,01), asupan kalori > 1665 cal (OR = 4,94, 95% IK = 3,04 – 8,01) dan asupan lemak > 38,5 gram (OR = 54,18, 95% IK = 32,74 – 89,68). Sedangkan skor akne tinggi ( p = 0,327), kualitas tidur kurang (p=0,211), indeks massa tubuh tinggi (p=0,459), asupan vitamin B1 dan B6 rendah (p=0,291), asupan serat rendah (p=0,093), asupan besi rendah (p=0,249) dan kurangnya waktu tidur (p=0,962) tidak berhubungan dengan gangguan menstruasi.
Kesimpulan : Penurunan aktivitas fisik, pola makan yang kurang baik, besarnya lingkar pinggang mempengaruhi gangguan menstruasi dan asupan lemak yang tinggi merupakan faktor penentu utama terjadinya gangguan menstruasi siswi SMA di Jakarta selama pandemi COVID 19

Background: Menstrual disorders are associated with many determinant factors including anthropometry, physical activity, lifestyle and food intake. During the COVID 19 pandemic there were changes in lifestyle and eating habit due to limited movement of people in an effort to break the chain of transmission and learning process that can only be accessed from their homes. It is not yet known whether changes in activity patterns of students related to learning from home can result in menstrual disorders. So we conducted a study to see if there is a link between these lifestyle changes and menstrual disorders in the high school youth population in Jakarta during the pandemic.
Research Method : Descriptive survey study of high school adolescents followed by internal comparison analysis
Results: The study was conducted from November 2020 – January 2021 at 6 high schools in Jakarta, a total of 923 teenage girls aged 14 - 19 years participated in this study which was then divided into 2 groups based on their menstrual disorders. Menstrual disorders 591 (64%) and without menstrual disorders 332 (36%). Compared to the group of adolescent women without menstruation, the group of adolescent women with menstrual disorders showed less physical activity (<600 MET) (OR = 0.79, 95% IK = 0.129 – 1.069) waist circumference > 73.25 cm (OR = 8.87, 95% IK = 5.61 – 14.01), caloric intake > 1665 cal (OR = 4.94, 95% IK = 3.04 – 8.01) and fat intake > 38.5 grams (OR = 54.18, 95% IK = 32.74 – 89.68). While the high acne score
( p = 0.327), low sleep quality (p= 0.211), high body mass index (p=0.459), low intake of vitamin B1 and B6 (p = 0.291), low fiber intake (p = 0.093), low iron intake (p = 0.249) and low sleep duration (p = 0.962) are not related to menstrual disorders.
Conclusion: Decreased physical activity, poor diet, large waist circumference affect menstrual disorders and high fat intake is the main determining factor of the occurrence of menstrual disorders of high school students in Jakarta during the COVID 19 pandemic
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Maulana Wildani
"Gangguan menstruasi terjadi akibat disregulasi hormon yang terjadi dalam tubuh dan memberikan dampak pada wanita usia produktif, termasuk mahasiswi kedokteran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi, dan stress psikologis merupakan salah satu penyebabnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa mahasiswi kedokteran rentan mengalami tingkat stress yang tinggi, dan hal tersebut berhubungan dengan kejadian gangguan menstruasi. Terdapat sedikit studi yang membahas mengenai hubungan antara gangguan menstruasi dengan tingkat stress pada populasi mahasiswi kedokteran di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mencari prevalensi gangguan menstruasi pada mahasiswi kedokteran dan hubungannya dengan tingkat stress. Kuesioner dibagikan untuk mengumpulkan data cross-sectional dari subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek dibagi menjadi populasi klinik dan preklinik, dan data akan dibagi menjadi data karakteristik subjek, parameter menstruasi, dan juga parameter nyeri haid. Terdapat proporsi yang besar terhadap tingkat pendarahan abnormal (59.0%) dan nyeri haid (67.0%). Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stress dan tingkat kehilangan darah (p = 0.049). Studi analisis data menunjukkan hubungan bermakna antara stress psikologis dengan gangguan menstruasi yang ditandai dengan tingkat pendarahan abnormal.

Menstrual disorder happens as hormonal dysregulation occurred inside the body and it affects women in productive age, including medical students. There are many factors that influence the occurrence, and psychological stress is one of them. Studies shows that medical students are prone to high level of stress, and it correlates with the occurrence of menstrual disorder. There are few researches that discuss correlation between menstrual disorder and level of stress on Indonesian medical students’ population. This study aims to find the prevalence of menstrual disorder among female medical student and its correlation with psychological stress. Questionnaire were distributed to collect cross-sectional data from subjects who had fulfilled inclusion and exclusion criteria. Subjects will be divided into clinical and preclinical population and the data will be classified into subjects’ characteristics, menstruation parameters, and dysmenorrhea parameters. There are large proportions of subjects who experienced abnormal blood loss (59.0%) and dysmenorrhea (67.0%). There was significant association between level of stress and amount of blood loss (p = 0.049). Study data analysis showed statistically significant association of psychological stress with menstrual disorder that is marked by abnormal blood loss."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meinarisa
"ABSTRAK
Angka kematian dan kecacatan pada wanita karena gangguan sistem reproduksi semakin meningkat. Penyakit infeksi disistem reproduksi dapat disebabkan karena kebersihan yang kurang dari wanita saat menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh Pendidikan kesehatan Menstrual Hygiene PMH terhadap sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan selama menstruasi. Penelitian ini adalah penelitian quasi-experiment dengan pre-test and post-test with control group. Sejumlah 98 remaja putri di Sekolah Menengah Pertama SMP berpartisipasi dalam penelitian, 48 orang pada kelompok intervensi diberikan PMH melalui ceramah, demostrasi langsung menggunakan phantom dan pemberian booklet serta pengisian self-report selama menstruasi. Kuesioner yang digunakan adalah Adolescent Menstrual Attitude Questionnaire untuk mengukur sikap remaja putri. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh PMH terhadap sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan diri selama menstruasi p=0,001 95 CI 223,38 ndash; 234,17 . PMH meningkatkan sikap remaja putri dan membantu remaja untuk memahami kebersihan diri selama menstruasi. Penelitian ini merekomendasikan PMH digunakan oleh perawat dalam penyuluhan kesehatan di Unit Kesehatan Sekolah UKS.

ABSTRACT
WHO reported that the women mortality and morbidity due to reproductive system disorders increased in last decade. One of the cause the reproductive tract infection is unhygiene during menstruation. The research rsquo s goal is to measure the effectiveness Menstrual Hygiene Education MHE toward the adolescent girls rsquo attitude during menstrual period. This research design is a quasi experiment with pre test and post test with control group. 98 adolescent girls from junior high school has participated in this research, 48 respondents in intervention group have been given the MHE packages including lectures, direct demonstration using phantom, booklet and self report during menstruation. The questionnaire that used is Adolescent Menstrual Attitude Questionnaire. The results showed that MHE there was influence of adolescent girls rsquo attitude in monitoring personal hygiene during menstruation p 0,001 95 CI 223,38 ndash 234,17 . MHE improved the attitude and helps the adolescents girls to understand personal hygiene during menstruation. This research recommend MHE can to be used by nurses for health education in schools."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
"ABSTRAK
Usia haid pertama (menarche) terlihat sangat erat kaitannya dengan kemakmuran dan gaya hidup yang berubah akibat pembangunan. Semakin makmur suatu bangsa, kaum wanitanya cenderung menunjukkan usia haid pertama yang lebih dini.
Makin dininya usia haid atau maturasi seorang wanita, membawa beberapa konsekuensi. Pada berbagai program untuk mengatasi tekanan penduduk seperti keluarga berencana, yang antara lain dikampanyekan melalui penundaan usia perkawinan, tentu akan bertolak belakang dengan maturitas yang semakin dini, karena usia produktif menjadi semakin panjang. Haid yang lebih dini juga menyebabkan usia reproduksi pada wanita semakin panjang yang artinya makin memberi kesempatan untuk beranak lebih banyak.
Haid pertama datang dengan membawa segala akibatnya, baik secara fisiologis maupun psikis. Secara fisiologis, berarti telah dapat bereproduksi, karena alat reproduksinya telah mulai berfungsi. Sementara itu menarche juga merupakan pertanda bahwa seorang gadis telah memasuki akil balignya, hal ini akan membawa akibat secara psikis, baik terhadap gadis itu sendiri maupun keluarga serta lingkungannya.
Dilihat dari keberadaan kebudayaan dan pranata setempat, semakin dini usia haid pertama secara biologis berarti memungkinkan wanita remaja yang bersangkutan untuk lebih cepat dewasa dalam hal kemampuan sistem reproduksi. Hal ini memberikan konsekuensi lain yang lebih besar, yaitu yang bersangkutan dapat segera mengandung bila mereka melekukan hubungan seksual dengan pasangannya.
Sementara itu pada sisi yang lain, pranata sosial setempat masih tidak mentolelir terjadinya hubungan seksual diantara sepasang wanita dan pria tanpa mereka diikat oleh pranata perkawinan. Kesenjangan ini semakin menjadi permasalahan kompleks ketika lingkungan sosial setempat juga menuntut remaja wanita yang bersangkutan untuk tidak segera menikah dengan alasan harus menyelesaikan sekolah atau pekerjaannya terlebih dahulu.
Studi ini bermaksud menggambarkan dan menelaah secara kritis tentang masalah haid, khususnya mengenai faktor-faktor yang mendukung atau menghambat proses terjadinya haid pertama atau menarche yang dialami oleh remaja wanita di daerah pinggiran perkotaan di sekitar kota metropolitan DKI Jakarta.
Temuan penelilian ini; tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungun peer group merupakan faktor-faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche remaja.
Merujuk kepada Freeman yang berpendapat; bagaimana ke depan kita dapat membuat sintesa bagi kajian antropologi sosial dan biologi menjadi suatu studi tentang prilaku munusia. maka penelitian ini merupakan satu langkah awal menuju ke arah tersebut.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Purnamawati
"Pengetahuan kesehatan reproduksi termasuk pengetahuan tentang pubertas dan menstruasi pada siswi sekolah dasar masih rendah. Pengetahuan tentang menstruasi merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi perilaku personal higiene saat menstruasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yag berhubungan dengan pengetahuan tentang menstruasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan pengambilan sampel dengan teknik Total Sa~11pling, yaitu 276 siswi kelas IV, V, dan VI. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang menstruasi rendah dengan faktor intrinsik (siswi berumur <11 tahun memiliki peluang 2.195 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi berumur ~ 11 tahun, siswi kelas IV berpeluang 4.870 kali lebih besar daripada siswi kelas VI) serta faktor ekstrinsik (siswi yang kurang terpapar informasi berpeluang 1,966 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang cukup terpapar informasi, siswi yang menyatakan bahwa guru tidak berperan berpeluang 2,069 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang menyatakan bahwa guru berperan dan siswi yang menyatakan bahwa ternan sebaya tidak berperan berpeluang 3,097 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang menyatakan bahwa ternan sebaya berperan). Penelitian ini menyarankan bahwa pihak sekolah bekerja sama dengan Puskesmas Mustika Jaya yaitu melalui kegiatan UKS untuk melakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi secara optimal.

Reproductive health knowledge, including knowledge about puberty and menstruation in elementary school students is low. Knowledge of menstruation is one of the elements that influence the behavior of personal hygiene during menstruation. The study aims to determine the factors associated with knowledge yag about menstruation. This study used a cross-sectional design and sampling with total sampline; technique, namely 276 grade IV, V, and VI. The results of chi-square test showed that there was a significant relationship between knowledge about menstruation low with intrinsic factors (girls aged < 11 years had chances 2,195 times larger than the female students aged ?: 11 years and fourth-grade student 4,870 times greater chance than grader VI) and ekstrinsic factors (students who are less exposed to information likely to 1,966 times greater than the student who is quite exposed to information, student stating that the teacher is not likely to play a role 2,069 times greater than the student who stated that the role of teachers and students who stated that peers play a role not likely to 3,097 times greater than the student who stated that peers play a role). This study suggests that the school in collaboration with Puskesmas Mustika Jaya namely through UKS to do counseling about reproductive health optimally."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58037
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilah
"PMS (Premenstrual Syndrom) menimbulkan berbagai gejala yang bervariasi dan tidak sama antar individu. Gejala PMS bisa negatif ataupun positif gejala negatif antara lain sakit kepala, mual, perut kembung, mudah marah dan tersinggung, perasaan tertekan, labil dan lain-lain, sedangkan gejala positif antara lain adanya peningkatan energi baik fisik maupun mental, serta menjadi lebih aktif dan kreatif. Ada wanita yang menyadari adanya gejala ini, tetapi tidak merasa terganggu, sehingga kadang-kadang apa yang dirasakan sebagai gejala yang hebat pada seseorang hanya merupakan perubahan fisiologis pada wanita yang lain. Baik buruknya atau positif negatifnya gejala PMS ini tegantung pada persepsi pada diri wanita masing-masing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi gejala PMS pada mahasiswa putri. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa putri yang tinggal di Wismarini dan dilakukan dengan metode acak sederbana. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk data demografi dan data tentang persepsi mahasiswa putri tentang gejala PMS sebanyak 18 pertanyaan. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Setelah diuji dengan menggunakan mean didapatkan hasil 77% memiliki persepsi negatif terhadap gejala PMS dan 23% memiliki persepsi positif terhadap gejala PMS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5029
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purwadi
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian
Latihan fisik (berat) dapat menyebabkan gangguan daur haid karena gangguan poros hipotalamus - hipofisis. Insiden gangguan daur haid ini akan berkurang jika latihan fisik dikurangi atau dihentikan sama sekali. Untuk mengetahui hubungan antara latihan fisik dengan gangguan daur haid pada siswa Semaba Polwan di Jakarta, telah dilakukan penelitian kuasi eksperimen one group pre test- post test design terhadap 82 orang (total sampel) siswa Semaba Polwan di Ciputat Jakarta. Pre tes dilakukan sebelum menjalani latihan fisik, post tes I setelah responden menjalani latihan fisik tingkat berat dan post tes II setelah responden menjalani latihan fisik tingkat sedang. Berat badan dan tinggi badan diukur dengan alat timbang badan dan pengukur tinggi badan. Tingkat latihan fisik ditetapkan melalui perkalian antara berat badan responden dengan energy expenditure aktivitas tersebut dengan rujukan tabel energy expenditure during various activities. Derajat stresor kerja ditentukan dengan kuesioner survai diagnostik stres yang telah disesuaikan dengan keadaan di Sepolwan, kuesioner symptom check list 90 (SCL 90) digunakan untuk mengukur adanya psikopatologi dan gangguan daur haid diketahui dari kartu catatan daur haid. Teknik analisis yang digunakan : uji chi square, penghitungan relative risk dengan confidence interval 95 %, uji korelasi, paired z-test dan analisis regresi logistik dari program SPSS.
Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden gangguan daur haid sebelum latihan fisik 8,4 %, setelah latihan fisik berat selama tiga bulan 87,8 % dan setelah dosis latihan fisik diturunkan menjadi tingkat sedang 44,0 %. Proporsi gangguan daur haid saat post tes f dibanding saat pre tes menunjukan hasil yang bermakna (p 0,000; RR = 591,47 CI95 %174,43-2005,52) dan proporsi gangguan daur haid saat post tes I dibanding post tes II menunjukan hasil yang bermakna (p=0,000; RR = 4,54 C195 %2,18-9,53).Insiden gangguan daur haid yang terjadi berkurang dengan menurunnya tingkat latihan fisik. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa risiko untuk timbulnya gangguan daur haid pada siswa yang menjalani latihan fisik berat 18,12 kali dibandingkan siswa yang menjalani latihan fisik ringan. Stresor kerja dan perubahan berat badan tidak berhubungan dengan terjadinya gangguan daur haid.
Kesimpulan :
Secara umum dapat disimpulkan bahwa timbulnya gangguan daur haid pada siswa Semaba Polwan terutama berhubungan dengan latihan fisik. Gangguan daur haid ini tidak berhubungan dengan stresor kerja dan perubahan berat badan. Dari insiden gangguan daur haid tersebut berkurang dengan menurunnya tingkat latihan fisik.

Scope & Methodology :
Heavy physical exercise has been recognized to cause menstrual dysfunction due to disturbance on the hypothalamic - pituitary axis. The incidence of menstrual dysfunction will decrease, if the burden of physical exercise is decreased or stopped. To study the relationship between physical exercise and menstrual dysfunction among female police cadets in Jakarta; a one group pre & post test design experiment study was conducted on 82 subjects (total sample) female police cadets from Ciputat, Jakarta.
The pre test was conducted before the physical exercise program started, the first post test after 3 months heavy physical exercise and second post test after moderate physical exercise. The body weight and high was measured, physical exercise was classified by multiplying body weight energy expenditure in activity using was measured using Stress Diagnostic Questionnaire adjusted for this population, the Symptom Check List 90 (SCL 90), while menstrual dysfunction was diagnosed by using a menstrual recording chart. Statistical analyses used were Chi - square test, relative risk with 95%, test of association, paired z-test and logistic regression functions.
Result & Conclusions :
The incidence of menstrual dysfunction before a physical exercise program was 8,4 %, after 3 months exposed to a heavy physical exercise it was 87,8 % and after a moderate physical exercise it decreased to 44,0 %. Also were reported that significant differences found between the pre test and first post test (p=0,000; RR= 591,47 CI 95 % 174,43 - 2005,52) and also between the first and the second post test (p=0,000; RR=4,54 CI 95 % 2,18 - 9,53). Further analysis showed that the risk of heaving menstrual dysfunction among cadet during heavy physical exercise was 18,12 times compared to light physical exercise. Psychological stress and the changes in body weight showed no relation with menstrual dysfunction. Generally the study showed that the occurrence of menstrual dysfunction among the cadets was related to the physical exercise. The occurrence of menstrual dysfunction showed no relation with psychological stress and changes in body weight. The incidence of menstrual dysfunction decreased with the decrease of physical exercise.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmatri Ariyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aspek biologi, psikologi, dan sosial yang mempengaruhi hgiene menstruasi pada remaja di pesantren putri Asyafi?iyah Bekasi. Dengan menggunakan desain potong lintang dengan total sampel sebanyak 86 responden, hasilnya menunjukkan usia menarche rata-rata 12 tahun, dengan lama menstruasi rata-rata 7 hari dan siklusnya kadang tidak teratur. Sebanyak 47,7% responden pengetahuannya masih rendah sehingga tidak mengherankan jika hanya 37,2% berperilaku higiene menstruasi baik. Secara psikologis, hampir setengah responden bereaksi negatif saat menarche (53,3%) dan sikap terhadap higiene menstruasinya pun negatif (58,1%), walaupun sumber informasi utama adalah ibu. Kondisi lingkungan di pesantren menunjukkan masih minimnya fasilitas pendidikan, sarana kebersihan dan kesehatan, sehingga akses informasi kurang dapat dimanfaatkan dengan baik. Kepercayaan dan ketentuan Islam tidak berdampak negatif pada perilaku higiene menstruasi mereka. Disarankan agar pemberian informasi mengenai higiene menstruasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan berkesinambungan, serta didukung oleh ketersediaan sarana kebersihan dan kesehatan yang memadai."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Era Prajayati
"Remaja merupakan seseorang yang berusia 12-18 tahun. Penelitian deskriptif ini mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perineal hygiene saat menstruasi meliputi aspek pengetahuan remaja, sikap remaja, media informasi, status bekerja orang tua pada remaja. Desain penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Sampel dipilih berdasarkan stratified random sampling sehingga diperoleh jumlah responden lll orang.
Kesimpulan faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong mempengaruhi perilaku perineal hygiene dan terdapat hublmgan yang bermakna antara faktor yang mempengaruhi perilaku perineal hygiene pada remaja yaitu sikap saat remaja mengalami menstruasi.

Someone who is a teenager aged 12-18 years. Descriptive research is to learn the factors that influence the behavior of perineal hygiene at menstruation include aspects of youth, youth attitudes, media information, the status of working parents on teenagers. Design research is a simple descriptive. The sample is selected based on stratified random sampling so that the number of respondents 111 people.
Conclusion that predisposing, enabling, and reinforcing factors influencing behavior of perineal hygiene and there are meaningful relationships between factors that influence the behavior of adolescents perineal hygiene on the attitudes when adolescents gets experience in menstruation conditon.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5760
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>