Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reyhan Gerriananta
"Diagnosis dini diabetes merupakan kunci untuk mencegah mortalitas dan morbiditas akibat diabetes. Hal tersebut dapat dilakukan jika individu melakukan pemantauan gula darah secara rutin. Namun diperkirakan sebanyak 85% penduduk Indonesia tidak pernah memeriksakan gula darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara akses ke fasilitas kesehatan primer terhadap pemanfaatan pemeriksaan gula darah pada individu usia ≥18 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Sampel dari penelitian ini adalah penduduk Indonesia yang berumur ≥18. Hasil penelitian menunjukkan akses memiliki hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan pemeriksaan gula darah setelah dikontrol variabel kovariat, meski hubungan yang ditemukan tidak terlalu besar. Akses ke fasilitas kesehatan primer dapat mempengaruhi individu untuk melakukan pemeriksaan gula darah, meski pengaruhnya tidak terlalu besar.

Early diagnosis of diabetes is the key to preventing morbidity and mortality related to diabetes. This can be done if the individual monitors blood sugar regularly. However, it is estimated that as many as 85% of Indonesia's population have never had their blood sugar checked. This study aims to determine the relationship between access to primary health facilities and the utilization of blood sugar checks in primary health service. This study used a cross-sectional design and used secondary data from Riskesdas 2018. The sample for this study was Indonesian residents aged ≥18. The results showed that access had a significant relationship with the utilization of blood sugar checks, although the relationship found was not too large. Access to primary health facilities can influence individuals to do blood sugar checks, although the effect is not too big"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Wahyuningsih
"Diabetes melitus merupakan penyakit dengan tingkat komplikasi yang tinggi, sehingga membutuhkan penanganan yang dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan DM. Data peserta Prolanis Puskesmas Pulo Gadung pada bulan November 2015-Januari 2016, berturut-turut sebanyak 87%, 84%, dan 88% diabetisi mempunyai Gula Darah Postprandial (GDPP) yang tidak terkendali tanpa adanya proses evaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor penghambat dalam pengendalian GDPP. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Tempat dan waktu penelitian di Puskesmas Pulo Gadung pada bulan April 2016. Data kuantitatif diperoleh dari pengisian kuesioner, penilaian indeks massa tubuh, serta pemeriksaan GDPP 84 diabetisi. Sebagai sampel adalah diabetisi di sembilan Puskesmas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling. Sedangkan data kualitatif dimaksudkan untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang empat pilar penatalaksaan DM. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dan data kualitatif dianalis dengan analisis tematik.
Penelitian menunjukkan hanya 4,8% diabetisi yang memiliki GDPP terkendali. Faktor penyebab tidak terkendalinya GDPP adalah ketidakpatuhan diabetisi dalam melaksanakan pilar perencanaan makan dan latihan jasmani, serta kurangnya dukungan keluarga dan dukungan manajemen. Diperlukan peningkatan kegiatan edukasi, monitoring dan evaluasi, serta membangun kerja sama lintas sektor antara Puskesmas, Sudin Kesehatan, dan BPJS Kesehatan.

Diabetes melitus is a disease with high complication rates, thus requires treatment, which is known as the four pillars of DM management. Prolanis participant data at Puskesmas Pulo Gadung in November 2015-January 2016, respectively by 87%, 84%, and 88% of diabetic have uncontrolled Postprandial Glucose (PPG) without a process of evaluation.
This study aims to determine the inhibiting factors in controlling the PPG. This is a cross sectional study with quantitative and qualitative approaches. The place and time of the study is conducted at Puskesmas Pulo Gadung, in April 2016. The quantitative data were obtained from the questionnaires, assessment of body mass index, and the results of the examination PPG 84 of selected diabetic. The samples are diabetic in nine Puskesmas that fulfill the inclusion and exclusion criterias. Sampling was done by non-probability sampling. While the qualitative data is intended to get more information about the four pillars of diabetes management. Quantitative data were analyzed by descriptive and qualitative data were analyzed by thematic analysis.
Research shows that only 4.8% diabetic who have controlled PPG. Factors causing uncontrolled PPG are non-compliance of diabetic in implementing meal planning and physical exercise, lack of family and management support. Required increase in educational activities, monitoring and evaluation, and build cross sector cooperation between Puskesmas, Sudin Kesehatan, and BPJS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inchauspe, Jessie
"Improve all areas of your health from your weight, sleep, cravings, mood, energy, skin, and even slow down aging, with easy-to-implement, science-based hacks to manage your blood sugar levels while still eating the foods you love. Glucose, or blood sugar, is a tiny molecule in our body that has a huge impact on our health. It enters our bloodstream through the starchy or sweet foods we eat. Ninety percent of us suffer from too much glucose in our system--and most of us don't know it. The symptoms? Cravings, fatigue, infertility, hormonal issues, acne, wrinkles... And over time, the development of conditions like type 2 diabetes, polycystic ovarian syndrome, cancer, dementia, and heart disease. Drawing on cutting-edge science and her own pioneering research, biochemist Jessie Inchauspé offers ten simple, surprising hacks to help you balance your glucose levels and reverse your symptoms--without going on a diet or giving up the foods you love... Both entertaining, informative, and packed with the latest scientific data, this book presents a new way to think about better health. Glucose Revolution is chock-full of tips that can drastically and immediately improve your life, whatever your dietary preferences""
New York: Simon & Schuste, 2022
572.565 INC g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wardah
"Kematian ibu merupakan indikator yang penting untuk menggambarkan status kesehatan maternal. Di Indonesia, angka kematian ibu masih relatif tinggi (228/100.000 kelahiran hidup). Tingginya angka kematian ibu terkait dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan masih rendah. Layanan antenatal dapat dijadikan sarana untuk memotivasi ibu hamil agar bersalin di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan layanan antenatal dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan di Indonesia.
Penelitian dilakukan terhadap ibu yang melahirkan anak terakhir dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2010) dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 19.803 responden. Analisis data menggunakan metode regresi logistik ganda (complex samples).
Hasil penelitian ini memperlihatkan hubungan yang signifikan antara layanan antenatal dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan. Namun efek layanan antenatal K4 berbeda menurut ekonomi keluarga dan wilayah tempat tinggal setelah dikontrol oleh pendidikan dan paritas. Ibu hamil yang melakukan layanan antenatal K4 pada ekonomi keluarga miskin (kuartil 1) dan keluarga kaya (kuartil 4) memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan saat persalinan. Demikian juga dengan wilayah tempat tinggal, pedesaan memiliki peluang 3 kali lebih besar memanfaatkan fasilitas kesehatan saat persalinan dibandingkan ibu hamil yang layanan antenatalnya tidak K4.
Untuk meningkatkan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan, motivasi ibu hamil terutama di masyarakat pedesaan ternyata berkaitan dengan keberhasilan pelayanan antental terpadu yang maksimal.

Maternal death is an indicator of maternal health status in a country. In Indonesia, maternal mortality ratio is relatively high (228 per 100,000 live births). High rate of maternal mortality is often associated with low rate utilization of health facilities during birth delivery. The antenatal services should be used to motivate mothers to deliver their babies in health facilities. The objective of this study is to ekonomic the correlation between use of antenatal services and utilization of health facilities during birth delivery in Indonesia.
Sample included mothers who gave birth to their last child during 2005-2010 taken from the Basic Health Research/Riskesdas 2010 data. The Riskesdas used a cross sectional study design with a total sample size of 19.803 respondents. Modelling used a multiple logistic regression method.
Findings show significant correlations between use of antenatal services and use of birth delivery facilities. The effect differs according to family economic status and location of residence, after controlling for education level and parity. Pregnant women from lower economic status (quartile one) and better economy (quartile four) were 3 times more likely to use birth delivery facilities. By location of residence, women who lived in rural areas were 3 times more likely to delivery in birth facilities than women who did not reach four times antenatal care.
To increase the number of birth delivery in health facilities, the findings showed a positive correlation with successful and complete antenatal care (4 times), especially in rural areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shanty Chloranyta
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan SMBG dengan diabetes outcome dan kualitas hidup. Desain penelitian cross sectional dengan sampel penelitian 51 pasien diabetes tipe 2 dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Glucose Monitoring Satisfaction Survey GMSS, Diabetes Quality of Life Brief DQoL Brief , Diabetes Self Management Questionnaire DSMQ, Center for Epidemiologic Studies Depression Scale CES-D. Analisis bivariat menggunakan pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan SMBG dengan diabetes outcome p=0.000 dan kualitas hidup p=0.000 pada pasien diabetes tipe 2. Hasil uji multivariat linier berganda menunjukkan variabel yang paling mempengaruhi diabetes outcome dan kualitas hidup adalah usia. Diharapkan intervensi keperawatan yang lebih optimal untuk meningkatkan SMBG.

This study aimed to analyze the correlation of SMBG satisfaction with the diabetes outcomes and the quality of life. The study design was a cross sectional with total sample of 51 type 2 diabetic patients with purposive sampling technique. The measuring instruments used were The Glucose Monitoring Satisfaction Survey GMSS, The Diabetes Quality of Life Brief DQoL Brief, The Diabetes Self Management Questionnaire DSMQ, The Center for Epidemiologic Studies Depression Scale CES D. Bivariate analysis using pearson the results showed that there was a significant correlation between SMBG satisfaction with diabetes outcome p 0.000 and quality of life p 0.000 in type 2 diabetes patients. Multiple liner mulitivariate test results showed that the most influencing variable of diabetes outcome and quality oflife was age. It is expected that more optimal nursing interventions to improve SMBG. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ziyad
"Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh manusia. Salah satu tipe DM adalah diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh rusaknya sel beta pada pankreas sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan insulin untuk meregulasi konsentrasi glukosa dalam darah. Penderita DM tipe 1 harus melakukan terapi insulin dengan memberikan suntik insulin eksternal untuk meregulasi konsentrasi glukosa di dalam darah. Selain itu, penderita DM tipe 1 harus melakukan kontrol secara kontinu terhadap konsentrasi glukosa di dalam darahnya. Pada sebuah penelitian, terdapat sebuah alat yang dapat memantau glukosa secara berkelanjutan yang disebut dengan Continuous Glucose Monitoring (CGM). Pada penelitian ini, dilakukan simulasi dengan sebuah model matematika yang menggambarkan regulasi glukosa-insulin dalam tubuh saat makanan dicerna di dalam tubuh, yaitu model hovorka, untuk diimplementasikan ke dalam CGM. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model dari hovorka dapat menunjukkan regulasi glukosa insulin di dalam tubuh. Namun untuk evaluasi terhadap model ini dilakukan sebuah fitting terhadap parameter model hovorka dan didapatkan hasil yang kurang baik sehingga perlu dilakukan fitting ulang dengan data yang lebih baik.

Diabetes Mellitus (DM) is one of the most common diseases suffered by humans. One type of DM is Type 1 diabetes caused by the destruction of beta cells in the pancreas so that the body can not produce insulin to regulate the concentration of glucose in the blood. Patients with Type 1 diabetes have to do insulin therapy by giving external insulin injections to regulate the concentration of glucose in the blood. In addition, patients with Type 1 diabetes must continuously control the concentration of glucose in their blood. In one study, there was a tool that can monitor glucose continuously called Continuous Glucose Monitoring (CGM). In this study, a simulation with a mathematical model that describes the regulation of glucose-insulin in the body when food is digested in the body, the Hovorka model, to be implemented into CGM. The results of this study show that the model from hovorka can demonstrate the regulation of insulin glucose in the body. However, for the evaluation of this model, a fitting was made to the parameters of the hovorka model and poor results were obtained so that re-fitting with better data was necessary."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Trixie Hardigaloeh
"Latar Belakang: Diabetes melitus masih menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Capaian kontrol glikemik masih merupakan masalah di Indonesia. Perilaku kesehatan pada DM tipe 2 yang tercermin dalam rutinitas aktivitas perawatan diri memegang peranan penting dalam keberhasilan terapi.
Tujuan: 1) Mengetahui rerata aktivitas perawatan diri pasien DM tipe 2 yang menjalani edukasi dan 2) Mengetahui gambaran faktor ancaman, manfaat, hambatan dan efikasi diri pasien DM tipe 2 yang menjalani edukasi dalam melakukan aktivitas fisik dan olahraga serta pemantauan gula darah mandiri (PGDM)
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menggunakan pendekatan data mixed methods desain sekuensial eksplanatori. Penelitian kualitatif dilakukan dengan design fenomenologi, pengambilan data wawancara semi terstruktur dengan panduan health belief model. Analisis dilakukan dengan menggunakan thematic analysis.
Hasil: Olahraga dan PGDM (n=71) memiliki nilai median SDSCA paling rendah yaitu 1 dan 3.5 hari. Sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi (73.2%), tingkat distress emosi sedang-tinggi (61%) serta HbA1c > 7% (75%). Wawancara olahraga (n=21) memberikan tema keyakinan tidak melakukan aktivitas fisik dan olahraga dapat memengaruhi kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga memberikan manfaat pada kemampuan fisik, psikologis dan penampilan, hambatan dan stimulus dalam melakukan aktivitas fisik dan olahraga serta efikasi diri yang dapat memengaruhi rutinitas olahraga. Sedangkan wawancara PGDM (n=4) memberikan tema tidak melakukan PGDM akan memengaruhi kesehatan, PGDM memberikan manfaat bagi kesehatan dan kemudahan pengobatan, hambatan dan stimulus pasien dalam melakukan PGDM serta efikasi diri memengaruhi rutinitas PGDM.
Kesimpulan: Diperoleh gambaran keyakinan ancaman, manfaat, hambatan, stimulus serta efikasi diri dalam melakukan aktifitas fisik dan olahraga serta PGDM yang merupakan komponen aktifitas perawatan diri dengan nilai median hari yang paling rendah.

Introduction: Diabetes mellitus still cause high morbidity and mortality in the world. Glycemic control is still a challenge in Indonesia. Health behaviour in type 2 DM reflected by self-care activites play an important role in successful therapy.
Aim: 1) Knowing the value of self-care activities in type 2 DM patient undergoing education. 2) Knowing about the perceived threat, benefits, barriers and self-efficacy in type 2 DM patients undergoing education in performing exercise and self monitoring blood glucose.
Method: This is a cross sectional study using mixed methods explanatory sequential design approach. The qualitative phase of this study was a phenomenological study design and used semi-structured interview based on health belief model. Analysis was done by thematic analysis.
Result: The first phase in this study involved 71 respondents. Self monitoring blood glucose (SMBG) and exercise had the lowest median SDSCA scores being 1 and 3.5 days, respectively. Most of them had a high level of knowledge (73.2%) with moderate to high levels of diabetes distress in 61% patients. There were 75% of patients with HbA1c levels > 7%. Qualitative research on exercise involved 21 respondents while SMBG involved 4 respondents. Five themes in exercise, namely not doing exercise can affect health, exercise provide benefits on physical, psychological and appearance, patient barriers and stimulus factors in performing exercise and self-efficacy can affect exercise. While five themes in SMBG include not doing SMBG can affect health, SMBG provides health benefits and ease of treatment, barriers, and stimulus factors for patients in doing SMBG and self-efficacy can affect SMBG.
Conclusion: We obtained a descriptive data on perceived threats, benefits, barriers, cues on action and self-efficacy in doing physical activity and exercise among diabetic patients, alongside SMBG activity which is a component of self-care with the lowest median number of days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Hiperglikemia merupakan gejala metabolik berupa peningkatan glukosa darah melebihi batas normal, yang dikaitkan dengan diabetes melitus (DM). Modifikasi gaya hidup yang lebih sehat, seperti dilakukannya restriksi kalori dengan metode fasting-mimicking diet (FMD) dapat dilakukan sebagai alternatif pendekatan untuk pengendalian DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMD berbahan nabati yang tersedia di Indonesia, terhadap kadar glukosa darah dan resistensi insulin. Penelitian dilakukan terhadap tikus jantan galur Sprague-Dawley model hiperglikemia yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan (n=16), yakni kelompok hiperglikemia (high fat diet[HFD]-streptozotosin[STZ] 35 mg/kgBB dan CMC Na 0,5%), kelompok metformin (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan metformin 250 mg/kgBB), kelompok FMD (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan FMD), dan kelompok normal diet (ND) (CMC Na 0,5%). Pemberian perlakuan dilakukan selama 28 hari. Tikus dilakukan pengecekan glukosa darah puasa (GDP) dan berat badan setiap minggu perlakuan dan dikorbankan untuk diambil sampel darahnya setelah perlakuan berakhir. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) digunakan untuk mengukur resistensi insulin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar GDP dengan adanya pemberian FMD, walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan antara GDP pra-perlakuan dengan GDP minggu ke-4 perlakuan (p>0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan nilai HOMA-IR kelompok FMD mendekati nilai HOMA-IR kelompok ND dan lebih rendah secara signifikan dibandingkan nilai HOMA-IR kelompok hiperglikemia (p<0,05), yang berarti pemberian FMD pada tikus hiperglikemia menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah dibandingkan dengan tikus hiperglikemia yang tidak diberikan FMD. Sebagai kesimpulan, pemberian FMD dapat menurunkan GDP dan menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah pada tikus model hiperglikemia.

Hyperglycemia is a metabolic symptom in the form of an increase in blood glucose exceeding normal limits, which is associated with diabetes mellitus (DM). Healthy lifestyle modifications, such as calorie restriction with the fasting-mimicking diet (FMD) method, can be used as an alternative approach to controlling type 2 diabetes. This study aims to determine the effect of FMD using plant-based ingredients available in Indonesia on blood glucose levels and insulin resistance. The study was conducted on male rats of the Sprague-Dawley strain model of hyperglycemia, which were divided into 4 treatment groups (n = 16), namely the hyperglycemic group (high fat diet [HFD]-streptozotocin [STZ] 35 mg/kgBW and CMC Na 0.5%), the metformin group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and metformin 250 mg/kgBW), the FMD group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and FMD), and the normal diet (ND) group (CMC Na 0.5%). The treatment was carried out for 28 days. Rats were checked for fasting blood glucose (FBG) and body weight every week of treatment and sacrificed for blood samples after the treatment ended. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) was used to measure insulin resistance. The results showed a decrease in FBG levels with the administration of FMD, although there was no significant difference between pre-treatment FBG and FBG at the 4th week of treatment (p>0,05). The results also showed that the HOMA-IR value of the FMD group was close to the HOMA-IR value of the ND group and was significantly lower than the HOMA-IR value of the hyperglycemic group (p<0,05), which means that administering FMD to hyperglycemic rats resulted in lower levels of insulin resistance than the hyperglycemic rats that were not given FMD. In conclusion, administration of FMD can reduce FBG and result in lower levels of insulin resistance in hyperglycemic rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Meriati Elisabet Magdalena
"Diabetes Melitus Tipe 1 merupakan penyakit kronis yang melibatkan perubahan perilaku baik pola hidup maupun aktivitas dalam  sehari-hari. Tidaklah mudah untuk mencapai perubahan perilaku yang dapat secara langsung mempengaruhi pengendalian glukosa darah dan komplikasi. Serangkaian tindakan pengobatan yang rutin dipatuhi pada dasarnya bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan. Ketidakpatuhan pada umumnya dapat meningkatkan masalah kesehatan bahkan dapat memperburuk penyakit yang dideritanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan tingkat kepatuhan perawatan diri anak dengan DMT1 tentang pemeriksaan glukosa darah harian dan pemberian terapi insulin. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan teknik consecutive sampling terhadap 49 anak diabetes melitus tipe 1 usia 1 – 18 tahun di wilayah Jabodetabek. Data diperoleh dari pengisian logbook selama 14 hari. Analisis menggunakan spearman sesuai jenis data. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan kepatuhan pemeriksaan glukosa terhadap kadar glukosa prepandrial dan postpandrial (p>0.05). Demikian pula didapatkan tidak ada hubungan tingkat kepatuhan  terapi insulin dengan kadar glukosa prepandrial dan postpandrial (p>0,05). Namun secara univariat  didapatkan dara bahwa tingkat kepatuhan insulin sudah sesuai, tetapi tidak demikian dengan tingkat kepatuhan glukosa darah yaitu kurang baik. Hasil penelitian ini memberikan dasar ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak diabetes melitus tipe 1, bahwa perawatan diri pada anak diabetes melitus tipe 1 harus dipantau dan ditingkatkan agar mendapatkan kualitas hidup yang baik.
Kata kunci : Diabetes melitus tipe 1, kepatuhan pemeriksaan glukosa, kepatuhan insulin

Type 1 Diabetes is a chronic disease involving changing behaviour in both lifestyle and daily activities. Series of treatment that routinely obeyed in fact not easy to follow. Nonadherence in general can increase health problem even worsen his ilness. The Research aimed to find out correlation between level of adherence self-treatment with type 1 diabetes mellitus about checking daily blood glucose and giving therapy of insulin. The research used cross sectional design with consecutive technique sampling to 49 children suffering type 1 diabetes mellitus aged 1 – 18 years old in Jabotabek areas. Data was collected from filling out logbook for 14 days. Analysis used Spearman method according to the type of databased on type of data. The result of the study showed that there was no compliance relationship of blood glucose examination with prepandrial blood glucose level (p>0,05). It was found that there was no association with the level of insulin compliance with prepandrial blood glucose levels (p>0,05). Nevertheless, univariate data showed that the level of insulin compliance was appropriate, but not so with the level of blood glucose adherence that is not good. This research gives scientific basis in giving nursing care to children with type 1 diabetes that self care in children with type 1 diabetes mellitus must be monitored and increased to get good quality of life.
Key words : Type 1 diabetes mellitus, adherence of glucose checkup, insulin adherence
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Aditya Toga Sumondang
"Pendahuluan. Stress pembedahan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keluaran pasca pembedahan ortopedi, khususnya pada populasi diabetes mellitus tipe dua dimana regulasi glukosa sangat penting baik sebelum maupun pasca bedah. Kadar glukosa dan C-reactive protein merupakan biomarker yang akan meningkat bila terjadi stress pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar rerata glukosa dan C-reactive protein pada subjek penelitian dengan diberikan lidokain intravena dan kontrol pada operasi ortopedi.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar yang mengikutsertakan 42 pasien yang menjalani pembedahan ortopedi. Sampel dilakukan pengelompokan dengan metode randomisasi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah pasien yang diberikan lidokain intravena selama pembedahan dalam anestesia umum. Kelompok kedua adalah pasien dalam anestesia umum tanpa lidokain. Pada kedua kelompok dilakukan dua kali pemeriksaan sampel glukosa dan C-reactive protein pada sebelum operasi dan sesudah operasi. Kedua kelompok dilakukan uji hipotesis untuk melihat perbedaan rerata glukosa dan C-reactive protein dengan analisa statistik menggunakan software SPSS.
Hasil. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata kadar glukosa dan C-reactive protein antara kelompok pasien dengan lidokain intravena dan kontrol. Rerata kadar glukosa pasca pembedahan lebih rendah pada kelompok lidokain dibandingkan kelompok kontrol, namun tidak berbeda bermakna (p>0.05). Tidak terdapat perbedaan rerata C-reactive protein pada kelompok lidokain dan kelompok kontrol (p>0.05).
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan kadar glukosa dan C-reactive protein yang bermakna antara kelompok lidokain dan kelompok kontrol pada operasi ortopedi dalam anestesia umum pada populasi dengan diabetes mellitus tipe dua.

Introduction. Surgical stress is a factor that can influence orthopaedic postoperative outcomes, particularly in the type two diabetes mellitus population where blood sugar regulation is critical both before and after surgery. Blood sugar levels and C-reactive protein are biomarkers that will increase in the event of surgical stress. This study aimed to compare the average levels of blood sugar and C-reactive protein in study subjects with intravenous lidocaine and control in orthopaedic surgery.
Methods. The study was a randomized clinical trial that included 42 patients undergoing orthopaedic surgery. Samples were grouped by randomization method into two groups. The first group were patients who were given lidocaine intravenously during surgery under general anaesthesia. The second group is patients under general anaesthesia without lidocaine. In both groups, two blood sugar and c-reactive protein samples were examined before surgery and after surgery. Both groups tested the hypothesis to see the difference in average blood sugar and C-reactive protein with statistical analysis using SPSS software.
Results. There were no significant differences between mean blood sugar levels and C-reactive protein between the intravenous and control lidocaine groups. Average postoperative blood sugar levels were lower in the lidocaine group than in the control group, but not significantly different (p>0.05). There was no difference in mean C-reactive protein in the lidocaine group and the control group (p>0.05).
Conclusions. There were no significant differences in blood sugar and C-reactive protein levels between the lidocaine group and the control group in orthopaedic surgery under general anaesthesia in the population with type two diabetes mellitus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>