Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicky Wahyuni Hapsari
"Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari 1 April – 29 April 2022 di Apotek Kimia Farma 382 K2. Metode Pelaksanaan dilakukan secara deskriptif, kemudian dipilih sebanyak 10 (satu) resep untuk dianalisa. Berdasarkan dari resep tersebut terdapat duplikasi atau polifarmasi, hal ini dapat memicu terjadi medication error, mengingat informasi yang terdapat dalam aspek klinis berperan penting dalam rasionalitas terapi pengobatan pasien, seperti indikasi, aturan pakai, dosis, efek samping, kontra indikasi dan mekanisme kerja yang dapat mempengaruhi adanya interaksi obat pada resep pasien. Hal ini dapat terjadi karena dokter kurang berhati-hati dalam menulis resep yang diberikan, sehingga terjadi kesalahan pemberian (medication error). Untuk dapat mengatasi hal tersebut dapat diganti dengan obat alternatif lain yang tidak menimbulkan efek medication error sehingga aman diberikan kepada pasien agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Prescription review is carried out to analyze the presence of drug-related problems, if a drug-related problem is found, it must be consulted with the doctor who wrote the prescription. Pharmacists must review prescriptions according to administrative requirements, pharmaceutical requirements, and clinical requirements. Pharmacist Professional Work Practice in Pharmacy was carried out for 1 month, starting from April 1 - April 29, 2022 at Apotek Kimia Farma 382 K2. The implementation method was carried out descriptively, then 10 recipes were selected for analysis. Based on these prescriptions, there is duplication or polypharmacy, this can trigger medication error, considering that information contained in clinical aspects plays an important role in the rationality of patient treatment therapy, such as indications, rules of use, doses, side effects, contra-indications and mechanisms of action which can affect drug interactions in patient prescriptions. This can occur because doctors are less careful in writing the prescriptions given, resulting in medication error. To be able to overcome this, it can be replaced with other alternative drugs that do not cause the effect of medication errors so that it is safe to give to patients in order to get maximum results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saintica Luthfia Utama
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Salah satu komponen penting dalam pelayanan kefarmasian di apotek adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pengelolaan sediaan farmasi di apotek harus diatur untuk menjamin ketersediaan produk dalam jumlah memadai. Pengelolaan persediaan farmasi dapat diatur melalui beberapa metode, salah satunya adalah metode pareto atau ABC. Metode ini memfokuskan pengelola apotek pada penentuan item-item yang penting terhadap keberlangsungan operasional apotek sehingga dapat diatur prioritas pengawasan dan pengendalian terhadap persediaan tersebut. Penelitian dilakukan terhadap resep yang diterima di PPO Kimia Farma no.382 dan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode analisis pareto pemakaian dan pareto nilai investasi. Berdasarkan analisis pareto pemakaian, kelompok pareto A terdiri atas 13 item obat (14.77%), kelompok pareto B terdiri atas 13 item obat (14.77%), kelompok pareto C terdiri atas 12 item obat (70,45%) , sementara berfasartan analisis pareto nilai investasi, kelompok pareto A terdiri atas 12 item obat (13,63%) dengan nilai investasi 70,44% (Rp 88.851.753), kelompok pareto B terdiri atas 16 item obat (18,18%) dengan nilai investasi 19,49% (Rp 24.580.213) dan kelompok pareto C terdiri atas 12 item obat (68,18%) dengan nilai investasi 10,07% (Rp 12.701.220).

A pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmaceutical practice is carried out by pharmacists. One of the important components in pharmaceutical services in pharmacies is the management of pharmaceutical supplies, medical devices and consumable medical materials. Management of pharmaceutical preparations in pharmacies must be regulated to ensure the availability of products in adequate quantities. Pharmaceutical inventory management can be managed using several methods, one of which is the Pareto or ABC method. This method focuses pharmacy managers on determining items that are important to the continuity of pharmacy operations so that priorities for monitoring and controlling these supplies can be set. Research was carried out on recipes received at PPO Kimia Farma no. 382 and was carried out using a quantitative approach using the Pareto usage and Pareto investment value analysis methods. Based on Pareto analysis of usage, Pareto group A consists of 13 drug items (14.77%), Pareto group B consists of 13 drug items (14.77%), Pareto group C consists of 12 drug items (70.45%), while based on Pareto analysis investment value, Pareto group A consists of 12 drug items (13.63%) with an investment value of 70.44% (Rp. 88,851,753), Pareto group B consists of 16 drug items (18.18%) with an investment value of 19, 49% (Rp. 24,580,213) and Pareto group C consists of 12 drug items (68.18%) with an investment value of 10.07% (Rp. 12,701,220)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferina Rahmalia Fauziah
"

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Salah satu pelayanan farmasi klinik di apotek adalah pengkajian resep. Pengkajian resep meliputi kajian administratif, farmasetik, dan klinis. Hal-hal yang termasuk dalam kajian klinis diantaranya yaitu ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra indikasi, dan interaksi. kajian klinis ini perlu dilakukan agar pengobatan untuk pasien tepat sehingga target terapi pasien dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melakukan pengkajian klinis resep di Apotek Kimia Farma Siliwangi Cirebon bulan September 2022, diantaranya yaitu resep geriatri, pediatri, narkotika, psikotropika, dan polifarmasi. Melalui tugas khusus ini diketahui pada beberapa resep geriatri, pediatri, narkotika, dan psikotropika secara klinis untuk indikasi, dosis, waktu dan cara pemberian sudah sesuai, namun terdapat beberapa interaksi obat sehingga perlu dilakukan monitoring dan penyesuaian dosis, dan jika terdapat antibiotik pada resep disarankan tidak diracik bersama dengan obat lainnya. Untuk resep polifarmasi sebaiknya diperhatikan kembali karena polifarmasi dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat dan mungkin juga terdapat duplikasi obat.


Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacy practice is done by pharmacist. The Standards for Pharmaceutical Services in Pharmacies include standards for the management of pharmaceutical products, medical devices, consumable medical material, and clinical pharmacy services. One of the clinical pharmacy services in a pharmacy is prescription review. Prescription reviews include administrative, pharmaceutical, and clinical reviews. Things included in clinical studies such as the accuracy of drug indications and dosages, rules, method and duration of drug use, duplication and/or polypharmacy, unwanted drug reactions, contraindications, and interactions. This clinical study needs to be carried out so that the treatment for the patient is accurate so that the patient's therapeutic target can be achieved. Therefore, this research was conducted to obtain a clinical review of prescriptions at the Kimia Farma Siliwangi Pharmacy Cirebon in September 2022, including geriatric, pediatric, narcotics, psychotropic, and polypharmacy prescriptions. Through this special assignment it is known that several geriatric, pediatric, narcotics and psychotropic prescriptions are clinically appropriate for indications, dosage, time and method of administration, but there are several drug interactions so it is necessary to do monitoring and adjust doses, and if there is an antibiotic in the prescription it is recommended not mixed with other drugs. For polypharmacy prescriptions, must be reconsidered because polypharmacy can increase the risk of drug interactions and there may also be drug duplication.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezha Alausy Fauzan
"Pengkajian resep merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi klinik yang dilakukan apoteker mulai dari pengkajian administratif, farmasetik serta klinis sebelum diracik. Apoteker sebagai mitra kerja dokter harus memahami dan mengkaji resep yang berpotensi menimbulkan kesalahan pengobatan melalui kajian terhadap kejadian medication error sesuai yang tercantum pada Standar Pelayanan Kefarmasian. Tujuan dari pengkajian resep ini yakni untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat ditinjau dari indikator pola peresepan berdasarkan kelengkapan administrasi dan indikator potensi medication error resep polifarmasi di Apotek Kimia Farma 11 Bandung. Kajian ini dilakukan selama Bulan Agustus 2020 yang bertempat di Apotek Kimia Farma 11 Bandung, Jl. WR. Supratman No. 72, Bandung. Kajian dilakukan selama Bulan Agustus 2020 terhadap 50 lembar resep yang berasal dari Klinik Kimia Farma Supratman dan di luar klinik, dengan melihat kejelasan penulisan terkait obat, kelengkapan resep serta gambaran mengenai interaksi obat pada 2 resep (polifarmasi). Dari hasil pengamatan, ditemukan banyak kelengkapan penulisan resep yang rendah berupa informasi nomor izin praktek dokter/SIP (48%), usia (46%), berat badan (4%) dan alamat pasien (22%). Dari 2 kajian resep secara klinis, terdapat interaksi obat antara Clopidogrel dengan Curcumin/Piracetam (resiko pendarahan) juga dengan obat antikolesterol Simvastatin/Artovastatin (penurunan kadar Clopidogrel).

Prescription assessment is one part of clinical pharmacy services performed by
pharmacists, starting from administrative, pharmaceutical, and clinical assessments
before formulation. Pharmacists as a doctor’s work partner must understand
prescriptions that have the potential to cause medication errors through a review of
its incidence as stated in the Pharmaceutical Service Standards. The purpose of this
prescription review is to determine the rationality of drug use in terms of prescribing
pattern indicators based on administrative completeness and potential indicators of
polypharmacy prescription medication errors at Kimia Farma 11 Pharmacy in
Bandung. This study was conducted during August 2020 at Kimia Farma 11
Bandung Pharmacy, Jalan WR. Supratman No. 72, Bandung. The study was carried
out during August 2020 on 50 prescription sheets originating from the Kimia Farma
Supratman Clinic and outside the clinic, by looking at the clarity of writing related
to drugs, completeness of prescriptions, and an overview of drug interactions on
two polypharmacy prescriptions. From the observations, it was found that there
were many low completeness in writing prescriptions in the form of information on
the doctor’s practice license number (48%), age (46%), body weight (4%) and the
patient’s address (22%). From two clinical prescription studies, there were drug
interactions between Clopidogrel and Curcumin/Piracetam (risk of bleeding) as
well as the anti-cholesterol drug Simvastatin/Artovastatin (decreased levels of
Clopidogrel).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep pasien di Apotek Kimia Farma 115 Pamulang pada periode Desember 2023. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian waktu tunggu pelayanan resep dengan standar yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observatif, di mana data diperoleh melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pasien dimulai saat resep diserahkan hingga obat diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu rata-rata pelayanan resep obat non racik adalah 15,7 menit, sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan rata-rata adalah 25,1 menit. Waktu tunggu pelayanan obat non racik sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008, tetapi belum memenuhi standar pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016. Waktu tunggu pelayanan obat racikan telah sesuai dengan kedua peraturan tersebut. Berdasarkan hasil observasi, waktu tunggu yang lebih lama pada obat non racik dapat disebabkan oleh faktor penumpukan obat yang telah diberi etiket yang tidak langsung diserahkan kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut terkait tingkat kepuasan pasien serta mengidentifikasi lebih dalam faktor-faktor yang menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan, khususnya pada jam-jam sibuk dan waktu pergantian shift karyawan.

This study aims to analyze the prescription service waiting time for patients at Kimia Farma Pharmacy 115 Pamulang during the period of December 2023. The evaluation was conducted to determine the compliance of prescription service waiting time with the standards set by the Indonesian Ministry of Health. This study utilized a descriptive observational method, where data were obtained through direct recording of patient waiting times, from the moment the prescription was handed over until the medication was dispensed. The results showed that the average waiting time for non-compounded prescriptions was 15.7 minutes, while the average waiting time for compounded prescriptions was 25.1 minutes. The waiting time for non-compounded prescriptions met the requirements of Ministry of Health Regulation No. 129/Menkes/SK/II/2008, but did not comply with the standards set in Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016. The waiting time for compounded prescriptions, however, was in accordance with both regulations. Based on observations, the longer waiting time for non-compounded prescriptions was due to the accumulation of medications that had been labeled but were not immediately handed over to the patients. This study recommends conducting further evaluations on patient satisfaction and identifying the factors that cause longer waiting times, especially during peak hours and shift changes. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Elisa Br.
"Laporan ini membahas pengkajian resep Program Rujuk Balik (PRB) pada pasien gagal jantung di Apotek Kimia Farma 0048 Matraman. Gagal jantung merupakan kondisi kronis yang memengaruhi jutaan orang di dunia dan memerlukan penanganan medis yang kompleks. Pengkajian resep dilakukan untuk mencegah medication error dan memastikan keamanan serta efektivitas terapi. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan mengkaji dua resep PRB pasien gagal jantung. Hasil pengkajian menunjukkan beberapa ketidaksesuaian dalam aspek administratif, seperti tidak tercantumnya nomor SIP dokter, jenis kelamin, dan berat badan pasien. Selain itu, terdapat interaksi obat yang perlu pemantauan rutin, seperti interaksi antara asam asetilsalisilat dengan valsartan serta ramipril dengan asetosal. Secara keseluruhan, obat-obatan yang diresepkan telah sesuai dengan indikasi pasien gagal jantung, namun diperlukan penyesuaian dosis dan pemantauan efek samping. Kesimpulannya, pengkajian resep penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas terapi, serta menghindari kesalahan pengobatan. 

This report discusses the evaluation of Back Referral Program (PRB) prescriptions for heart failure patients at Kimia Farma 0048 Matraman Pharmacy. Heart failure is a chronic condition affecting millions worldwide, requiring complex medical management. Prescription evaluation is essential to prevent medication errors and ensure therapy safety and effectiveness. The method used was a literature study, analyzing two PRB prescriptions for heart failure patients. The evaluation revealed several administrative discrepancies, such as the absence of the doctor's SIP number, patient gender, and weight. Additionally, there were drug interactions requiring regular monitoring, such as between acetylsalicylic acid and valsartan, and ramipril with acetylsalicylic acid. Overall, the prescribed medications were appropriate for heart failure patients, but dose adjustments and side effect monitoring are necessary. In conclusion, prescription evaluation is crucial to ensure therapy safety and effectiveness, and to avoid medication errors. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Nadya Syahira
"Pengkajian dan pelayanan resep dari dokter untuk pasien menjadi salah satu pelayanan kefarmasian penting di apotek khususnya dalam pelayanan farmasi klinik. Laporan ini menganalisis resep obat untuk penyakit selesma dan faringitis yang diterima di Apotek Kimia Farma 298 Bendungan Hilir selama Oktober 2023. Terdapat berbagai aspek dalam kegiatan pengkajian resep diantaranya meliputi aspek administrasi, farmasetika, dan klinis. Tujuannya adalah mengkaji kelengkapan resep berdasarkan aspek administrasi, farmasetis, dan klinis sesuai standar pelayanan kefarmasian. Penelitian ini juga membahas terapi farmakologi dan non-farmakologi yang diberikan kepada pasien dengan keluhan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Hasil analisis menunjukkan bahwa resep yang diterima telah memenuhi persyaratan aspek administrasi dan farmasetik, termasuk keabsahan data dan ketersediaan informasi yang relevan. Tidak ditemukan interaksi obat yang membahayakan pasien. Obat yang diresepkan, seperti lameson, bisolvon, rhinos-SR, dan cefat, telah sesuai dengan indikasi dan dosis untuk pengobatan selesma dan faringitis. Namun, informasi tambahan seperti berat badan pasien diperlukan untuk penyesuaian dosis yang lebih akurat, terutama bagi pasien dengan kondisi khusus seperti obesitas atau malnutrisi. Kesimpulannya, resep yang dianalisis sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian, memberikan jaminan keamanan dan efektivitas terapi bagi pasien.

The evaluation and dispensing of prescriptions by doctors for patients are crucial pharmaceutical services, particularly in clinical pharmacy practice. This report analyzes prescriptions for common cold (selesma) and pharyngitis received at Kimia Farma 298 Bendungan Hilir Pharmacy in October 2023. The analysis encompasses three critical aspects: administrative, pharmaceutical, and clinical, in alignment with established pharmaceutical care standards. It also explores the pharmacological and non-pharmacological therapies provided to patients presenting with upper respiratory tract infections (URTI). The findings reveal that the prescriptions fulfilled administrative and pharmaceutical criteria, including data validity, prescription completeness, and the availability of relevant patient information. Importantly, no harmful drug interactions were identified, ensuring the safety of prescribed medications. The drugs evaluated, such as lameson, bisolvon, rhinos-SR, and cefat, were deemed appropriate in terms of their indications and dosages for the treatment of common cold and pharyngitis. However, the study highlights the need for additional patient-specific information, such as body weight, to ensure precise dosage adjustments, especially for individuals with conditions like obesity or malnutrition. In conclusion, the analyzed prescriptions adhere to pharmaceutical care standards, ensuring therapy safety and effectiveness for patients. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Nathanael
"Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengkaji pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 berdasarkan kelengkapan dan kerasionalan resep yang diterima serta kebutuhan pasien terhadap produk farmasi melalui analisis hasil kegiatan konseling, swamedikasi, dan telefarmasi, serta mengkaji kebutuhan perbekalan farmasi di apotek dengan metode Pareto ABC dalam kegiatan perencanaan sediaan farmasi. Pada tugas khusus ini, dalam mengkaji pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 dilakukan pengkajian administratif, farmasetika, dan klinis terhadap 32 resep, konseling terhadap 71 pasien, pelayanan swamedikasi terhadap 90 pasien, dan pelayanan telefarmasi terhadap 43 pasien. Dalam mengkaji kebutuhan perbekalan farmasi, jumlah dan harga seluruh sediaan obat dianalisis dengan menghitung nilai investasi masing-masing sediaan dan diurutkan dari yang terbesar, kemudian dijumlahkan secara kumulatif baik harga maupun persentase untuk dikelompokkan menjadi Grade A (80%), B (15%), dan C (5%). Dari analisis Pareto ABC, diperoleh jumlah investasi kelompok A sebesar Rp719.953.455,00 dengan 3 item tertinggi, yaitu Rhinos SR Capsules, Forxiga Tablets 10 mg, dan Cataflam Tablets 50 mg. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian farmasetik dan klinis dari 32 resep sudah cukup baik, namun tidak dengan kesesuaian administratif. Pasien yang mendapatkan pelayanan konseling dan telefarmasi didominasi oleh pasien geriatrik dengan jenis pelayanan BPJS, sehingga membutuhkan pemantauan berkala dan konseling. Pada kegiatan konseling dan swamedikasi, ditemukan bahwa hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, batuk, flu, dan sakit tenggorokan adalah penyakit dengan prevalensi tinggi di area sekitar apotek.

The special assignment at Apotek Kimia Farma Utama Raya 563 aims to evaluate pharmaceutical services by assessing prescription completeness, rationality, and patient pharmaceutical needs through counseling, self-medication, and telepharmacy analysis. The evaluation also includes an assessment of pharmaceutical supply needs using the Pareto ABC method. Administrative, pharmaceutical, and clinical evaluations were conducted on 32 prescriptions, counseling for 71 patients, self-medication for 90 patients, and telepharmacy for 43 patients. The Pareto ABC analysis revealed a total investment of Rp719,953,455.00 for Group A, highlighting the top three items: Rhinos SR Capsules, Forxiga Tablets 10 mg, and Cataflam Tablets 50 mg. While the pharmaceutical and clinical appropriateness of prescriptions was deemed satisfactory, administrative aspects fell short. Patients benefiting from counseling and telepharmacy services were mainly geriatric with BPJS coverage, necessitating regular monitoring and counseling. Counseling and self-medication activities identified high prevalences of hypertension, diabetes mellitus, heart disease, cough, flu, and sore throat in the pharmacy's vicinity. Overall, the assessment provides insights into improving administrative aspects and tailoring pharmaceutical services to address prevalent health issues in the community."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Irsandi Johan
"Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat , masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio-pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Pengkajian resep adalah salah satu bagian dari layanan farmasi klinik yang dilakukan oleh apoteker untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan menghindari terjadinya medication error terutama pada tahap peresepan (presribing error). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa contoh resep pada Apotek Kimia Farma 494 Beji. Pelaksanaan dilakukan secara deskriptif dengan melakukan pengkajian resep berdasarakan aspek administratif, aspek farmasetik, dan aspek klinis sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016. Pengkajian dari aspek administratif menunjukkan bahwa resep yang telah dikaji masih terdapat resep tidak memiliki data berat badan pasien, SIP dokter, paraf dokter, jenis kelamin pasien, tanggal penulisan resep, umur pasien, dan tanpa nama dokter. Pengkajian dari aspek farmasetik menunjukkan bahwa terdapat resep yang tidak memenuhi kriteria dari segi bentuk sediaan dan ketercampuran obat. Pengkajian dari aspek klinis menunjukkan bahwa terdapat resep yang tidak sesuai dengan dosis penggunaan obat, aturan penggunaan obat, lama penggunaan obat, duplikasi, dan adanya interaksi.

Pharmacists must understand and be aware of the possibility of medication errors during the service process and identify, prevent, and address issues related to drugs, pharmacoeconomics, and social pharmacy. To avoid this, pharmacists must carry out practices according to service standards. Prescription review is one part of clinical pharmacy services performed by pharmacists to analyze drug-related problems and prevent medication errors, especially at the prescribing stage. This study aims to assess several prescriptions at Kimia Farma 494 Beji Pharmacy. Implementation is carried out descriptively by reviewing prescriptions based on administrative aspects, pharmaceutical aspects and clinical aspects in accordance with Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016. Administrative aspect assessments show that the prescriptions reviewed still lack patient weight data, doctor's SIP, doctor's signature, patient gender, prescription writing date, patient age, and doctor's name. Pharmaceutical aspect assessments indicate that there are prescriptions that do not meet criteria in terms of dosage form and drug compatibility. Clinical aspect assessments reveal that there are prescriptions that do not comply with drug dosage, drug use rules, duration of drug use, duplication, and presence of interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Firdiena Titian Ratu
"Pengkajian dan pelayanan resep serta dispensing merupakan bagian dari standar pelayanan farmasi klinik di apotek. Pelayanan resep yang teliti dengan waktu tunggu yang singkat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Evaluasi mengenai waktu tunggu pelayanan penting dilakukan sebagai salah satu indikator evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di apotek untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi dalam meningkatkan kepuasan juga kenyamanan pasien. Evaluasi dilakukan melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan tiap resep obat jadi dan obat racikan di Apotek Roxy Poltangan. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata waktu pelayanan baik obat jadi maupun racikan sudah sesuai dan dapat dikatakan baik karena masih berada dalam rentang 15-30 menit. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pelayanan resep di Apotek Roxy Poltangan yaitu jenis resep, jumlah staf yang bertugas, jumlah obat yang diambil, dan sistem komputer yang digunakan.

Assessment and prescription and dispensing services are part of the clinical pharmacy service standards in pharmacies. Careful prescription service with short waiting times is one of the efforts to increase patient satisfaction and comfort. Evaluation of waiting time for important services is carried out as an indicator for evaluating the quality of pharmaceutical services in pharmacies to determine the speed of pharmaceutical services in increasing patient satisfaction and comfort. Evaluation was carried out through direct observation and recording of waiting times for each finished drug prescription and concoction drug at the Roxy Poltangan Pharmacy. The evaluation results show that the average service time for both finished and concoction drugs is appropriate and can be said to be good because it is still in the range of 15-30 minutes. Factors that affect prescription service time at the Roxy Poltangan Pharmacy are the type of prescription, the number of staff on duty, the number of drugs taken, and the computer system used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>