Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syechan Ari Rinaldo
"Pneumotoraks spontan sekunder adalah kondisi ketika udara atau gas lain memasuki rongga pleura yang dapat disebabkan oleh tuberkulosis paru. Pasien dengan pneumotoraks memiliki beberapa manifestasi klinis seperti nyeri dada pleuritik, meningkatknya frekuensi pernapasan, dan sesak napas. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada pasien adalah pola napas tidak efektif, ketidakstabilan kada glukosa darah, risiko cedera, risiko perluasan infeksi, dan risiko jatuh. Salah satu intervensi keperawatan harus segera dilakukan untuk meningkatkan status pernapasan pada pasien dengan pneumotoraks adalah penerapan posisi Fowler dan latihan pernapasan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa posisi Fowler dan latihan pernapasan dapat meningkatkan status pernapasan. Hasil dari penerapan intervensi tersebut menunjukkan adanya peningkatan status pernapasan dengan indikator keluhan sesak, laju pernapasan, dan oksimetri.

Secondary spontaneous pneumothorax is a condition when air or other gases enter the pleural space that can be caused by pulmonary tuberculosis. Patients with pneumothorax have several clinical manifestations such as pleuritic chest pain, increased respiratory rate and shortness of breath. Nursing diagnosis occured in patient included an ineffective breathing pattern, unstable blood glucose level, risk for suffocation, risk for infection spreading, and risk for fall. Nursing interventions must be carried out immediately mainly to improve respiratory status. There are several interventions that can be performed to improve respiratory status in patients with pneumothorax, including the application of Fowler's position and breathing exercises. Previous studies have shown that Fowler's position and breathing exercises can improve respiratory status. The results of implementing these interventions showed an increase in respiratory status indicated by shortness of breath, respiratory rate, and pulse oximetry.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahardi Mokhtar
"Latar belakang: Pneumotoraks merupakan kondisi terjadinya akumulasi udara di pleura yang dapat menyebabkan kolaps pada paru, dan paling lebih sering terjadi pada periode neonatus dibandingkan dengan periode kehidupan lainnya. Angka insidens pneumotoraks meningkat menjadi 6-7% pada kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Saat ini sudah banyak kemajuan dalam perawatan intensif neonatus, tetapi pneumotoraks tetap menjadi komplikasi pernapasan utama yang menyebabkan kematian. Identifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan pneumotoraks pada neonatus penting agar dapat dilakukan tatalaksana yang tepat dan sebagai evaluasi pencegahan dan tata laksana yang saat ini sudah diterapkan.
Metode: Penelitian kasus kontrol ini melibatkan neonatus usia <28 hari yang lahir cukup bulan di RSCM yang diambil retrospektif secara consecutive sampling mulai perawatan 1 Januari 2021 hingga 31 Desember 2022. Subjek dibagi menjadi kelompok kasus (dengan pneumotoraks) dan kontrol (tanpa pneumotoraks) berdasarkan klinis dan radiologis selama perawatan. Faktor risiko yang ada pada masing-masing kelompok diidentifikasi dari rekam medis. Data kemudian dianalisis menggunakan program SPSS.
Hasil: Total 116 subjek yang diteliti terdiri atas 58 subjek pada kelompok kasus dan 58 subjek pada kelompok kontrol. Angka kejadian pneumotoraks pada bayi di RSCM yaitu 2%. Faktor yang terbukti menjadi risiko terhadap insidens pneumotoraks adalah ventilasi mekanik invasif (OR 3,19; IK 1,01-10,11; p=0,048). Faktor yang tidak terbukti berhubungan dengan pneumotoraks adalah ventilasi tekanan positif saat resusitasi, sindrom distres napas, dan sepsis neonatorum. Angka kematian bayi dengan pneumotoraks adalah 72,4%.
Kesimpulan: Faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna dengan pneumotoraks pada bayi usia <28 hari yang lahir cukup bulan adalah penggunaan ventilasi mekanik invasif.

Background: Pneumothorax is a condition where air accumulation in the pleura can lead to lung collapse, and is more common in the neonatal period compared to other periods of life. The incidence of pneumothorax increases to 6-7% in low birth weight (LBW) neonates. There have been many advances in the intensive care of neonates, but pneumothorax remains a major respiratory complication leading to death. Identification of risk factors associated with pneumothorax in neonates is important for appropriate management and to evaluate current prevention and management.
Method: This case-control study involved neonates aged <28 days who were born at full term at RSCM who were taken retrospectively by consecutive sampling from January 1st 2021 to December 31st 2022. Subjects were divided into case groups (with pneumothorax) and controls (without pneumothorax) based on the clinical and radiology during treatment. The risk factors in each group were identified from medical records. The data were then analysed using the SPSS program.
Result: A total of 116 subjects were studied, consisting of 58 subjects in the case group and 58 subjects in the control group. The incidence rate of pneumothorax in neonates at RSCM was 2%. The factor that proved to be a risk factor for the incidence of pneumothorax in neonates was invasive mechanical ventilation (OR 3.19; IK 1.01-10.11; p=0.048). Factors not associated with pneumothorax were positive pressure ventilation during resuscitation, respiratory distress syndrome, and neonatal sepsis. The mortality rate of neonates with pneumothorax was 72.4%.
Conclusion: Risk factor that significantly associated with pneumothorax in neonates aged <28 days who were born at full term is invasive mechanical ventilation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Solikhah
"Hidropneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Penyebab paling umum hidropneumothorax dikarenakan penyakit Tuberkulosis yang disebut pneumothorax spontan sekunder. Hidropneumothorax menyebabkan masalah keperawatan  ketidakefektifan pola napas. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan berupa pemberian posisi semi fowler dan latihan tarik nafas dalam. Intervensi pemberian posisi semi fowler dan latihan nafas dalam dilakukan selama tiga hari. Hasil intervensi yang didapatkan adalah berkurangnya keluhan sesak dan penurunan frekuensi pernafasan. Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai intervensi keperawatan rekomendasi untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas pada pasien hidropneumothorax.

Hydropneumothorax is a condition in which there is air and fluid in the pleural cavity which causes lung tissue to collapse. The most common cause of hydropneumothorax is a tuberculosis disease called secondary spontaneous pneumothorax. Hydropneumothorax causes nursing problems and ineffective breathing patterns. The nursing interventions that can be given are semi-Fowler’s position and deep breathing exercises. The intervention of giving the semi-Fowler position and deep breathing exercises can be done for three days. The results of the intervention obtained were reduced complaints of shortness of breath and decreased respiratory frequency. This scientific work can be used as a recommended nursing intervention to overcome the problem of ineffective breathing patterns in hydropneumothorax patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lilly Pangestuti
"Efusi pleura merupakan kejadian akumulasi cairan yang berada diantara lapisan parietal dan visceral. Efusi pleura terjadi akibat akumulasi cairan dimana pembentukan cairan pleura yang lebih cepat dibandingkan proses penyerapannya. Dyspnea merupakan pengalaman subjektif pasien tentang ketidaknyamanan saat bernapas dengan kualitas pernapasan ringan, sedang dan berat. Positioning yang tepat dapat memperbaiki proses ventilasi dapat meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak yang dialami oleh pasien. Tujuan : studi ini untuk menganalisis intervensi keperawatan mandiri berupa pengaturan posisi semi-fowler pada pasien dengan masalah pola napas tidak efektif pada kasus efusi pleura. Metode : yang digunakan adalah studi literatur terkait pemberian posisi semi-fowler pada pasien yang memiliki masalah pernapasan. Penerapan posisi semi-fowler merupakan posisi yang direkomendasikan untuk pasien efusi pleura dengan alat ukur MRC Dyspnoea scale. Asuhan keperawatan diberikan kepada pasien kelolaan yaitu Ny. A (60 tahun) dengan Efusi Pleura dan gagal jantung. Asuhan keperawatan dilakukan selama empat hari dengan satu hari periode IGD dan ICCU serta tiga hari pada periode ICCU. Masalah keperawatan utama yang dialami pasien adalah pola nafas tidak efektif. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan, termasuk penerapan posisi semi-fowler. Hasil : studi menunjukan pemberian posisi semifowler berdampak pada peningkatan saturasi oksigen dan penurunan frekuensi napas pada kondisi sesak dengan alat ukur MRC Dyspnoea scale. Analisis studi ini merekomendasikan pengaturan posisi semi-fowler efektif untuk diimplementasikan pada pasien dengan masalah pola napas tidak efektif.

Pleural effusion is an accumulation of fluid between the parietal and visceral layers. Pleural effusion occurs due to fluid accumulation where the formation of pleural fluid is faster than the absorption process. Dyspnea is the patient's subjective experience of discomfort when breathing with mild, moderate and severe respiratory qualities. Positioning The right one can improve the ventilation process can increase lung expansion thereby reducing shortness of breath experienced by patient. Objective : this study was to analyze the intervention Independent nursing in the form of positioning semi-fowler in patients with problems with ineffective breathing patterns in cases of pleural effusion. Method : Which used is a literature study related to position assignment semi-fowler on patients who have respiratory problems.Application of position semi-fowler is the recommended position for pleural effusion patients with measuring instruments MRC Dyspnoea scale. Nursing care given to the managed patient, namely Mrs. A (60 years old) with Pleural Effusion and heart failure. Nursing care is provided for four days with one day during the ER and ICCU period and three days during the ICCU period. The main nursing problem experienced by patients is ineffective breathing patterns. Implementation is carried out in accordance with the nursing plan, including position implementation semi-fowler. Results: studies show position assignment semi-fowler has an impact on increasing oxygen saturation and a decrease in respiratory frequency in shortness of breath with measuring instruments MRC Dyspnoea scale. The analysis of this study recommends positioning semi-fowler effective to implement in patients with breathing pattern problems effective.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asy-Syifa Khoirunisa
"Asma merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan karena adanya respon inflamasi pada jalan napas sehingga menyebabkan gejala berupa sesak, peningkatan frekuensi pernapasan, hingga penurunan saturasi oksigen. Latihan pernapasan diketahui menjadi terapi non farmakologis yang mampu membantu gejala asma. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien asma dengan pemantauan pernapasan dan pemberian Breathing Exercise untuk meningkatkan saturasi oksigen pasien. Setelah dilakukan intervensi selama lima hari, diketahui bahwa saturasi oksigen meningkat, baik dengan melakukan pemantauan pernapasan dengan pemberian aktivitas, maupun dengan pemberian latihan pernapasan. Penulis merekomendasikan penelitian lanjutan untuk pemantauan pernapasan menggunakan skala tertentu dan pemberian latihan pernapasan dalam waktu yang sesuai dengan studi literatur pendahulu.

Nursing Care for Asthma Patients with Breathing Monitoring and Application of Breathing Exercises to Increase Oxygen Saturation. Asthma is a respiratory disorder caused by an inflammatory response in the airways, causing symptoms in the form of shortness of breath, increased respiratory frequency, and decreased oxygen saturation. Breathing Exercise is a non-pharmacological therapy that can help asthma symptoms. This scientific work aims to analyze the nursing care for asthma patients by monitoring breathing and providing breathing exercises to increase the patient's oxygen saturation. After five days of intervention, it was discovered that oxygen saturation increased, both by monitoring breathing by providing activities and by providing breathing exercises. The author recommends further research to monitor breathing using a specific scale and providing breathing exercises for a time that is consistent with previous literature studies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ananditasari
"Efusi pleura merupakan penyakit pada saluran pernapasan akibat pengumpulan cairan dalam ruang pleura. Efusi pleura terjadi karena komplikasi dari penyakit lain, juga disebabkan karena penyakit infeksi maupun non infeksi. Masalah yang ditimbulkan dari efusi pleura yaitu munculnya sesak napas karena menumpuknya cairan dalam rongga pleura. Masalah keperawatan yang muncul yaitu gangguan pola napas. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada Tn. R dengan efusi pleura. Hasil evaluasi yang dilakukan selama empat hari menunjukkan penurunan sesak napas dan penurunan penggunaan otot bantu pernapasan pada Tn. R setelah diberikan posisi semi fowler. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, posisi semi fowler mampu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan.

Pleura effusion is a disease on respiratory tract which caused by an accumulation of liquids on pleural cavity. Pleura effusion happens because of a complication from another disease, either infection or non infection disease. Problem that caused by pleura effusion is an appearance of breathless. It is because of an accumulation of liquids on pleural cavity. Nursing problems that happens are ineffective breathing pattern. This final project scientific nurse analyzed about an affectiveness of semi fowler position to decreasing of breathless on Mr. R with pleura effusion. The results of an evaluation for four days showed decreasing of breathless and used of breath auxiliary muscles on Mr. R after semi fowler positioning. This study recommends, semi fowler positioning can optimize pulmonary expansion and reduce effort of used breath auxiliary muscles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nanda Vitrian
"Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang menyerang unit motorik pada korteks serebral, neuron motorik atas dan neuron motorik bawah. Manifestasi klinis yang umum terjadi pada pasien ALS adalah kelemahan otot. Kelemahan otot terjadi pada otot volunter seperti pada ekstremitas, mulut, tenggorokan, hingga pernapasan. Analisis asuhan keperawatan dilakukan pada kasus seorang pasien laki-laki berusia 54 tahun yang mengalami ALS. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas, risiko aspirasi, gangguan komunikasi verbal, risiko jatuh, gangguan proses keluarga. Tujuan penulisan ini adalah memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan implementasi latihan ROM spherical grip untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak sendi pada pasien ALS. Latihan ROM spherical grip dilakukan dua kali sehari dengan durasi 15 menit selama empat hari Hasil yang didapatkan adalah latihan ROM spherical grip terbukti meningkatkan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada pasien ALS. Dapat disimpulkan, latihan ROM spherical grip dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi serta intervensi ini mudah, aman, dan tidak menimbulkan efek samping.

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) is a progressive neurodegenerative disorder that attacks motor units in the cerebral cortex, upper motor neurons and lower motor neurons. The main clinical manifestation is muscle weakness. Muscle weakness occurs in voluntary muscles such as in the extremities, mouth, throat, and breathing. The nursing care analysis was performed on a 54 years old male patient with ALS. Nursing diagnosis included impaired in physical mobility, activity intolerance, risk for aspiration, impaired verbal communication, risk for adult fall, and interrupted family process. The purpose of this paper is to present the results of the analysis of nursing care for patient with ALS and the implementation of spherical grip ROM exercises to increase muscle strengths and joint range of motion. Spherical grip ROM exercises were performed twice a day for 15 minutes in four days. The result showed that the spherical grip ROM exercises was beneficial in increasing muscle strength and range of join movements in a patient with ALS. To sum up, the spherical grip ROM exercises increases muscle strength and range of joint movement. This intervention is relatively easy, safe, and does not cause side effects."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syan Sarmila
"Salah satu gangguan sistem pernapasan yang umum ditemukan pada bayi dan anak-anak yaitu pneumonia karena bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang matang, sehingga mudah terpapar patogen penyebab pneumonia. Masalah keperawatan utama yang dapat terjadi yaitu bersihan jalan napas tidak efektif karena kondisi pneumonia membuat alveoli diisi dengan sputum yang sulit dikeluarkan, sehingga terasa sakit saat bernapas dan membatasi asupan oksigen. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan terapi fisioterapi dada terhadap perbaikan status pernapasan pada bayi dengan pneumonia. By. Ny. R lahir secara sectio caesarea pada usia gestasi 36-37 minggu atas indikasi hidramnion, kondisi bayi terdengar ronkhi (+/+), gelisah dan rewel, sesak napas (+), retraksi dada (+), frekuensi napas 41x/menit, saturasi oksigen rendah yaitu 80% on high flow nasal dengan flow 4 dan FiO2 25%. Intervensi dilakukan selama 6 hari dengan penerapan intervesi fisioterapi dada. Hasil menunjukkan terdapat perbaikan status pernapasan pada bayi terutama saturasi oksigen dan frekuensi napas stabil pada rentang normal yaitu 30-60x/menit, suara ronkhi minimal, sesak minimal, produksi sekret 15-25 cc. Oleh karena itu, diperlukan terapi fisioterapi dada sesuai indikasi secara rutin untuk pengeluaran sekret sehingga meningkatkan status pernapasan pada pasien dengan pneumonia.

One of the common respiratory system disorders found in infants and children is pneumonia because infants do not have a mature immune system, so they are easily exposed to pathogens that causes pneumonia. The main nursing problem that can occur is ineffective airway clearance because pneumonia conditions make the alveoli filled with sputum that is difficult to remove, making it painful to breathe and limiting oxygen intake. This scientific work aims to analyze the effectiveness of the application of chest physiotherapy therapy on improving respiratory status in infants with pneumonia. By. Ny. R was born by sectio caesarea at 36-37 weeks gestation for indications of hydramnios, the infant condition was heard ronkhi (+/+), restless and fussy, shortness of breath (+), chest retraction (+), respiratory rate 41x/min (normal), low oxygen saturation which is 80% on high flow nasal with flow 4 and FiO2 25%. The intervention was carried out for 6 days with the application of chest physiotherapy interventions. The results showed that there was an improvement in the respiratory status of the infant, especially oxygen saturation and respiratory rate stabilized in the normal range of 30-60x/min, minimal ronkhi sound, minimal tightness, 15-25 cc secretion production. Therefore, chest physiotherapy is needed according to indications routinely for secretion removal so as to improve respiratory status in patients with pneumonia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jihaz Haneen Hakiki
"Efusi pleura merupakan kondisi terkumpulnya cairan didalam rongga pleura yang dapat berupa cairan eksudat dan transudat. Efusi pleura terjadi karena komplikasi dari penyakit yang menyertai. Selain itu dapat disebabkan juga karena penyakit infeksi maupun dan non infeksi. Masalah yang umum muncul pada efusi pleura adalah sesak napas dikarenakan penurunan ekspansi paru sebagai akibat penumpukan cairan di rongga pleura. Masalah keperawatan yang dapat ditegakkan yaitu pola napas tidak efektif. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada Tn. S dengan efusi pleura. Hasil evaluasi yang dilakukan selama empat hari menunjukkan penurunan sesak napas dan penurunan penggunaan otot bantu pernapasan pada Tn. S setelah diberikan posisi semi fowler. Posisi semi fowler mampu menurunkan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan. Posisi semi fowler dapat direkomendasikan untuk memaksimalkan ekspansi paru dan penurunan upaya penggunaan alat bantu otot pernapasan.

Pleural effusion is a condition of fluid accumulation in the pleural cavity which can be fluid exudate and transudate. Pleural effusion occurs because of complications from the accompanying disease. Besides that it is also caused by infectious and non-infectious diseases. A common problem in pleural effusion is shortness of breath due to decrease lung expansion as a result of accumulation of fluid in the pleural cavity. Nursing problems that can be enforced are ineffective breathing patterns. This paper provides an overview of the effectiveness of giving a semi fowler position to decrease shortness of breath in Mr. S pleural effusion. The results of semi fowler position intervention were decreasing in shortness of breath and in using of respiratory muscles in Mr. S. The semi fowler position is recommended to maximize lung expansion and to decrease the use of respiratory muscles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Syani
"Sesak merupakan gejala yang sering terjadi pada pasien efusi pleura. Ketidakefektifan pola napas merupakan masalah keperawatan yang utama pada pasien efusi pleura. Studi ini bertujuan untuk menganalisis penerapan pernapasan diafragma dan fan therapy sebagai manajemen sesak. Metode yang digunakan adalah tinjauan literatur. Hasil studi menemukan bahwa pernapasan diafragma dan fan therapy dapat menurunkan frekuensi napas dan penurunan skor sesak menggunakan Brog Scale, serta peningkatan fungsi paru. Oleh karena itu, pernapasan diafragma dan fan therapy dapat diimplementasikan sebagai manajemen sesak pada pasien efusi pleura.


Dyspnea is a symptom that often occurs in pleural effusion. Ineffective breathing patterns is major nursing problem in pleural effusion patients. The aim of this study is to analyze the application of diaphragmatic breathing and fan therapy as dyspnea management. Literature review is used as a method. This study finds that diaphragmatic breathing and fan therapy decrease respiration rate and Borg Scale of Dyspnea, also increase lungs function. Therefore, the diaphragmatic breathing and fan therapy is recommended as dyspnea management in patient with pleural effusion."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>