Ditemukan 157648 dokumen yang sesuai dengan query
Felicia Shelley Tju
"Pandemi Covid-19 dapat menyebabkan trauma pada masyarakat yang terdampak, baik akibat dari karantina, masalah finansial, kematian massal, ketakutan akan menularkan kepada orang lain, hingga terpapar virus Covid-19 itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat trauma dan posttraumatic growth yang signifikan di antara masyarakat dewasa muda yang memiliki jumlah stresor terkait pandemi Covid-19 yang berbeda. Partisipan dalam penelitian ini adalah 138 individu dewasa muda dengan rentang umur 20–40 tahun (M = 24.47, SD = 4.52). Trauma diukur dengan alat ukur Impact of Event Scale Revised (IES-R) dan posttraumatic growth diukur dengan alat ukur Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Hasil pengujian one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat trauma yang signifikan (F(3, 134) = 3.028, p = 0.032) dan tidak terdapat perbedaan tingkat posttraumatic growth (F(3,134) = 1.256, p = 0.292) antar partisipan dengan jumlah stresor terkait pandemi Covid-19 yang berbeda.
The Covid-19 pandemic can cause trauma to the people who are affected, be it because of the quarantine, financial problems, mass death, the fear of transmitting the virus to others, up to close encounter with the Covid-19 virus itself. This study aimed to see if there is any significant difference in the level of trauma and posttraumatic growth among young adults who had different amounts of Covid-19 related stressors. The participants in this study are 138 young adults aged 20–40 years old (M = 24.47, SD = 4.52). Trauma was measured with Impact of Event Scale Revised (IES-R) and posttraumatic growth was measured with Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). One-way ANOVA analysis revealed that there is a significant difference in the level of trauma (F(3, 134) = 3.028, p = 0.032) and there is no significant difference in the level of posttraumatic growth (F(3,134) = 1.256, p = 0.292) between participants with different amounts of Covid-19 pandemic related stressors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ahastari Nataliza
"Peristiwa ditinggalkan oleh orang yang dicintai terkategori ke dalam pengalaman traumatis karena peristiwa tersebut terjadi tanpa kesanggupan seseorang untuk mengendalikan yang diikuti dengan perasaan tak berdaya. Individu berusia dewasa muda yang mengalami kematian salah satu orangtuanya menjadi partisipan dalam penelitian ini; dimana berbagai tugas perkembangan dalam masa ini harus dijalankan agar tercapainya kemantapan dalam fase kehidupan dewasa berikutnya. Terapi Posttraumatic Growth Path (PTGP) dipilih menjadi salah satu metode intervensi untuk membantu individu mencapai pertumbuhan pasca trauma dengan pemaknaan yang lebih positif. Terapi dilakukan secara individual yang terdiri dari 4 sesi (deal, feel, heal, dan seal) dan berlangsung selama 5 minggu. Desain penelitian adalah pretest posttest dengan pemilihan partisipan menggunakan metode purposive sampling. Partisipan adalah tiga individu dewasa muda (19-25 tahun) yang mengalami kematian salah satu orangtuanya dan mengeluhkan beberapa simtom gangguan stres pasca trauma serta kesulitannya untuk mengatasi perasaan berdukanya. Untuk mengukur efektivitas terapi, partisipan diwawancarai dan mengisi kuesioner Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Setelah intervensi dilakukan, ketiga partisipan menunjukkan adanya penurunan simtom pada stres pasca trauma yang dirasakan dan kesiapan untuk melangkah maju melanjutkan kehidupannya. Hasil ini menunjukkan bahwa PTGP dapat membantu meningkatkan pertumbuhan pasca trauma dan mengurangi simtom-simtom psikologis yang dialami individu. Penelitian selanjutnya dapat difokuskan untuk menyediakan intervensi psikologis pada individu yang mengalami kematian anggota keluarga lainnya atau pasangan hidup pada masa perkembangan lainnya.
The event of death of the loved one is categorized as a traumatic event because the person who experienced does not have the control to prevent followed by a feeling of helplessness. Young adults who experienced grieving caused by the death one of the parents participated in this study. The developmental task during young adults has to be on its course for them to be able to establish firmly in the next adult developmental phase. The Posttraumatic Growth Path (PTGP) model therapy was chosen to be one of the intervention methods to help those individual to experienced posttraumatic growth and to have better and positive understanding of the event. This therapy was conducted individually which consist of four session (deal, feel, heal and seal) in five weeks. This study design is pre test post test with purposive sampling method in selecting the participants. The participants are three young adults who experienced the death one of the parents and reported symptoms of posttraumatic stress and also difficulties in overcoming the grieving reactions. To determine the effectivity of the therapy, participants was interviewed and filling in the questionnaire Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). After the intervention, all of the three participants reported reduction of the symptoms; more adaptive to the changes occurred after the death, and readiness to step forward to continue living. This result shows that Posttraumatic Growth Path (PTGP) was proved to be able to enhance posttraumatic growth. Future research must focus on the intervention to individual who experienced the death of other family member or spousal death in other developmental period."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T40851
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rahmaya Sholiha
"Secara psikologis, gagal ginjal kronis dapat memunculkan beberapa gejala negatif, seperti stres pascatrauma, perasaan tidak berdaya, dan depresi. Dampak psikologis yang bersifat negatif tersebut, relatif dihayati lebih berat oleh penderita yang berjenis kelamin laki dan berusia dewasa muda karena mereka secara sosial dipandang sebagai sosok yang lebih aktif, dan sedang memusatkan perhatiannya pada pencapaian berbagai ambisi hidup. Selain memperoleh dampak negatif dari penyakitnya, penderita gagal ginjal kronis juga merasakan dampak yang positif, berupa posttraumatic growth (PTG). PTG merupakan pertumbuhan atau perubahan diri positif yang muncul setelah individu mengalami persitiwa traumatis. Salah satu bentuk intervensi yang dapat meningkatkan PTG individu adalah Model Posttraumatic Growth Path (PTGP). Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Model PTGP dalam meningkatkan PTG pada laki-laki usia dewasa muda yang mengalami gagal ginjal kronis dan menjalani pengobatan hemodialisis. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-post design dan melibatkan 3 orang partisipan laki-laki berusia dewasa muda. Intervensi model PGTP dilakukan sebanyak 4 sesi. Dua dari tiga partisipan mengalami peningkatan PTG setelah mengikuti intervensi, yang ditandai dengan meningkatnya skor dimensi-dimensi PTG pada PTGI. Teknik yang dianggap banyak membantu partisipan adalah relaksasi, metafora pohon, hero archetype, analogi boks, dan penentuan PTG channeling serta tindakan spesifik yang bisa dilakukan.
Psychologically, chronic kidney failure can cause negative symptoms, such us posttraumatic stress, helpless, and depression. Young adult men perceive these psychologically effects harder than women and other cohorts because they feel they are perceived as more active figure and striving they ambitions. Instead of the negative effects, they experience the positive, called posttraumatic growth (PTG). PTG is self positive change after the person experience a traumatic event. Such intervention to enhance PTG is Model Posttraumatic Growth Path (PTGP). The aim of this study is to examine effectiveness of intervention with Model PTGP to enhance PTG in young adult men who suffer chronic kidney disease and have haemodialysis. The one group pre-post design applied in study with 3 participants during 4 session intervention. At the end of intervention, 2 of 3 participants have enhanced PTG indicated by the improvement of PTGI score. The techniques used in this intervention are relaxation technique, tree metaphor, hero archetype, box analogy, and PTG channeling."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34940
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Gilberta Permata Mahanani
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas dari Acceptance Commitment Therapy ACT untuk meningkatkan posttraumatic growth pada Dewasa Muda yang pernah mengalami kekerasan dalam berpacaran. Konflik seringkali muncul dalam hubungan berpacaran pada Dewasa Muda. Penyelesaian konflik yang tidak tepat dapat mengakibatkan kekerasan. Sampai saat ini penanganan kasus kekerasan dalam berpacaran di Indonesia belum memiliki landasan hukum, sehingga para korban tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan dapat menimbulkan permasalahan kesehatan mental seperti trauma psikologis. Acceptance Commitment Therapy ACT . ACT terbukti dapat menangani permasalahan trauma psikologis, namun belum pernah dikaitkan dengan posttraumatic growth. Terdapat 7 partisipan yang memiliki skor dibawah cutoff pada setiap domain Posttraumatic Growth Inventory PTGI dan skor diatas cutoff simtom depresif Global Health Questionnaire-12 GHQ-12 . Partisipan dbiagi dalam dua kelompok, kelompok eksperimen akan menerima treatment berupa pemberian intervensi 5 sesi Acceptance Commitment Therapy ACT , sedangkan kelompok kontrol akan mendapatkan intervensi setelah kelompok partisipan selesai. Seluruh partisipan eksperimen mengalami peningkatan skor PTGI dan penurunan skor GHQ-12, terdapat satu partisipan kelompok ekserimen yang tidak mencapai batas cutoff skor pada dua domain PTGI, sedangkan seluruh partisipan kelompok kontrol tindak mencapai batas cutoff skor PTGI dan GHQ-12. Perlu dipertimbangkan untuk menambahkan sesi acceptance pada penelitian selanjutnya. Kata Kunci : Acceptance Commitment Therapy ; Dewasa Muda; Kekerasan dalam Berpacaran; Posttraumatic Growth.
The purpose of this study was to test the effectiveness of Acceptance Commitment Therapy ACT to improve posttraumatic growth in young adults who had experienced violence in dating. Conflict often appears in dating relationships in young adults. Inappropriate conflict resolution may result in violence. Until now the handling of cases of violence in dating in Indonesia has no legal basis, so the victims do not get the right handling and can cause mental health problems such as psychological trauma. Acceptance Commitment Therapy ACT . ACT has been shown to address the problem of psychological trauma, but has never been associated with posttraumatic growth. There were 7 participants who scored below the cutoff on each Posttraumatic Growth Inventory PTGI domain and scored above the depressive symptom of Global Health Questionnaire 12 GHQ 12 . Participants were divided into two groups, the experimental group will receive treatment in the form of intervention of 5 sessions of Acceptance Commitment Therapy ACT , while the control group will get intervention after the participant group finished. All experimental participants experienced an increase in PTGI scores and a decrease in GHQ 12 score. There was one experimental group participant who did not reach the cutoff score limit on the two PTGI domains, while all control group participants achieved the cutoff scores of PTGI and GHQ 12 scores. It should be considered to add acceptance sessions to further research.Keywords Acceptance Commitment Therapy Young Adult Dating Violence Posttraumatic Growth"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49070
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Femmy Win Thussaadyah
"Perundungan siber termasuk kejadian traumatis yang masih banyak ditemukan saat ini. Dampak yang ditimbulkan cukup serius, seperti gangguan kesejahteraan mental dan kesehatan fisik. Pengungkapan merupakan salah satu metode penanganan yang bisa membantu korban perundungan siber pulih hingga mengalami posttraumatic growth. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth. Penelitian ini melibatkan 77 dewasa muda berusia 18 – 29 tahun yang pernah mengalami perundungan siber. Metode yang digunakan analisis regresi linear. Penelitian ini menemukan adanya peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth (F(1,76) = 4,228, p<,05, R2 = 0,053).
Cyberbullying is one of the most common traumatic incidents to be found today. The impacts are quite serious, such as disruption to mental and physical health. Disclosure is a method of treatment that can help victims of cyberbullying recover until they experience posttraumatic growth. This study was conducted to examine the role of disclosure on posttraumatic growth. This research involved 77 young adults aged 18-29 who had experienced cyberbullying. The method used is linear regression analysis. This study found that disclosure had a role in posttraumatic growth (F(1.76) = 4.228, p<.05, R2 = 0.053)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Saffanah Zahira Hermawan
"Bahasa cinta dianggap sebagai popular psychology karena kurang memiliki bukti ilmiah. Meskipun begitu, Chapman (2010) mengklaim bahwa pasangan yang memiliki bahasa cinta yang sama lebih cocok sehingga mendapatkan rasa puas dalam hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk menambahkan bukti ilmiah bagi konsep bahasa cinta dan melihat perbedaan tingkat kepuasan pernikahan pasangan suami istri di Indonesia yang memiliki bahasa cinta yang sama dan pasangan suami istri yang tidak memiliki bahasa cinta yang sama. 494 pasangan menikah yang berusia 20-40 tahun dan tinggal di Indonesia (N=988) mengikuti penelitian ini. Kepuasan pernikahan diukur menggunakan Satisfaction with Married Life (SWML) dan bahasa cinta diukur menggunakan Five Love Languages Scale (FLLS). Hasil uji komparatif menunjukkan adanya perbedaan tingkat kepuasan pernikahan yang signifikan antara pasangan suami istri yang memiliki bahasa cinta yang sama dan pasangan suami istri yang memiliki bahasa cinta yang berbeda (U = 8336.00, z = -2.710, p < 0.05). Effect size untuk analisis ini sebesar d = 0,4 dan tergolong small effect (d < 0,5) Hasil penelitian menyatakan bahwa pasangan suami istri yang memiliki bahasa cinta yang sama mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan pasangan suami istri yang memiliki bahasa cinta yang berbeda. Hal tersebut menyatakan bahwa kesamaan bahasa cinta memiliki kaitan dengan tingkat kepuasan pernikahan.
Love Language are considered popular psychology because it lacks scientific evidence. Even so, Chapman (2010) claims that couples who share the same love language are more compatible and they feel satisfied in their relationship. This study aims to add scientific evidence to the concept of love language and to see the difference in the level of marital satisfaction of married couples in Indonesia who have the same love language and married couples who don’t share the same love language. 494 married couples aged 20 - 40 years old and lives in Indonesia (N=988) participated in this study. Marital satisfaction was measured using Satisfaction with Married Life (SWML) and love language was measured using Five Love Languages Scale (FLLS). Comparative test results show that there is a significant difference in the level of marital satisfaction between married couples who have the same love language and married couples who have different love languages (U = 8336.00, z = -2.710, p < 0.05). The effect size for this analysis is d = 0,4 and it is classified as small effect (d< 0,5). The results of this study stated that married couples who have the same love language have a higher level of satisfaction than married couples who have different love language. This suggests that the similarity of love languages is related to the level of marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Raissa Fatikha
"Bagi penyintas kanker remaja-dewasa muda, mengidap kanker adalah peristiwa yang sangat menantang dan mengubah hidup. Walaupun dapat membawa dampak negatif, kanker sebaliknya dapat menjadi pemicu dialaminya posttraumatic growth (PTG) pada penyintas kanker remaja-dewasa muda. Salah satu faktor protektif yang berhubungan dengan kemunculan PTG adalah persepsi dukungan sosial. Kemudian, diduga bahwa mekanisme yang dapat menjelaskan terdapatnya hubungan antara persepsi dukungan sosial dan PTG pada penyintas kanker remaja-dewasa muda adalah kemunculan self- compassion. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara persepsi dukungan sosial dan PTG pada penyintas kanker remaja-dewasa muda dengan self-compassion sebagai mediator. Penelitian korelasional ini melibatkan 55 penyintas kanker di Indonesia dengan usia diagnosis 15—39 tahun yang saat ini berusia 18—39 tahun (Musia = 27,64; SD usia = 5,74; 78,18% perempuan). Alat ukur yang digunakan adalah PTGI-SF (Posttraumatic Growth Inventory-Short Form), MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), dan SWD-SF (Skala Welas Diri-Short Form). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial dan self-compassion berkorelasi positif signifikan dengan PTG pada penyintas kanker remaja-dewasa muda. Akan tetapi, self-compassion tidak terbukti menjadi mediator pada hubungan antara persepsi dukungan sosial dan PTG pada penyintas kanker remaja-dewasa muda.
For adolescent and young adult (AYA) cancer survivors, living with cancer is a challenging and life-changing experience. Although it causes several negative impacts, cancer can induce the process of experiencing posttraumatic growth (PTG) in AYA cancer survivors. One of the protective factors associated with PTG is perceived social support. Furthermore, it hypothesized that a mechanism that can explain the relationship between perceived social support and PTG is the emergence ofself-compassion. Therefore, this study explores the relationship between perceived social support and PTG in AYA cancer survivors with self-compassion as a mediator. This correlational study involved 55 cancer survivors with the age of diagnosis of 15—39 years old who currently is 18—39 years old (Mage = 27,64; SDage = 5,74; 78,18% female). The instruments used in this study are PTGI-SF (Posttraumatic Growth Inventory-Short Form), MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), and SWD-SF (Skala Welas Diri- Short Form). This study shows that perceived social support and self- compassion correlate positively and significantly with PTG in AYA cancer survivors. However, self-compassion is not mediating the relationship between perceived social support and PTG in AYA cancer survivors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Stefanus Pandu Dhirabrata
"Pandemi berpengaruh besar terhadap kehidupan, terutama perilaku berkendara di Indonesia. Dengan berakhirnya peraturan pembatasan sosial akibat pandemi, penulis hendak membandingkan perilaku berkendara mobil pada pengendara dewasa muda (18-25 tahun) di kawasan jabodetabek pada saat dan setelah pandemi. Pengendara dewasa muda dipilih karena lebih rentan melakukan perilaku berkendara berisiko. Penelitian ini membandingkan persepsi terhadap kondisi lalu lintas, persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara, dan perilaku berkendara berisiko pengendara lain saat dan setelah pandemi. Partisipan penelitian (N=100) mengisi kuesioner mengenai persepsi dan perilaku berkendara saat dan setelah pandemi. Berdasarkan hasil kuesioner, pengendara mempersepsikan kondisi lalu lintas lebih buruk setelah pandemi. Hasil data menunjukkan pengendara mempersepsikan risiko lebih tinggi, melaporkan lebih sering melakukan perilaku berkendara berisiko, dan melihat lebih banyak pengendara lain yang melakukan perilaku berkendara berisiko setelah pandemi. Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya dilakukan upaya dalam meningkatkan kondisi lalu lintas dengan pengembangan moda transportasi umum.
Pandemic has a big impact on our society, especially to driving behaviors in Indonesia. With the pandemic social distancing comes to an end, researcher intend to compare driving behaviors on young adult (18-25 years old) car drivers in jabodetabek region during and after pandemic. Young adult drivers are chosen since they’re more vulnerable to risky driving behavior. This research compares perception to traffic conditions, risk perception, drivers risky driving behavior, and other drivers risky driving behavior during and after pandemic. Each participants (N=100) fill in a questionnaire about driver perception and driving behaviour during and after pandemic. Research results shows drivers perceive worse traffic conditions after pandemic. Research also shows that drivers perceive higher risk, report more risky driving behaviours, and seen more risky driving behaviours on other drivers after pandemic. Research suggests there need to be efforts done to improve traffic conditions with further development of public transportation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mathilda Patricia Ulina
"Pada tahapan usia dewasa muda, individu sedang mengalami berbagai krisis, menentukan tujuan hidup, dan mencari makna hidupnya. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menemukan makna hidup, salah satunya adalah dengan melakukan perilaku prososial, yakni perilaku yang ditujukan untuk menguntungkan orang lain dan dilakukan secara sukarela. Namun, pada tahun 2020, Indonesia dilanda oleh pandemi COVID-19 yang memunculkan berbagai dampak dalam kehidupan manusia dan mengharuskan individu mengubah perilaku dan kebiasaannya. Individu dewasa muda merupakan salah satu kelompok usia yang terdampak oleh pandemi COVID-19. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara perilaku prososial dan makna hidup pada dewasa muda di Indonesia pasca pandemi COVID-19. Penelitian ini diikuti oleh 329 partisipan berusia 18–29 tahun yang bertempat tinggal di Indonesia. Hasil korelasi menggunakan Spearman Correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara perilaku prososial dan makna hidup (r(329) = 0,282, p < 0,01, two-tailed).
During young adulthood, a person is experiencing many types of crises, explores their goals in life, and searches for meaning in life. There are numerous ways to find meaning in life and one of them is engaging in prosocial behavior. Prosocial behavior aims to benefit others and it is done voluntarily. However, in 2020, Indonesia faced the COVID-19 pandemic that brought a lot of impacts on society and forced people to change their behavior and daily routine. One of the age groups that got affected by the COVID-19 pandemic is young adulthood. Based on these findings, this study aimed to find the correlation between prosocial behavior and meaning in life among young adults in Indonesia post-COVID-19 pandemic. This study involved 329 participants aged 18–29 years and living in Indonesia. The Spearman Correlation result showed that there is a significant and positive relationship between prosocial behavior and meaning in life (r(329) = 0,282, p < 0,01, two-tailed)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizki Savitri
"Penyandang tuna daksa dapatan memiliki reaksi yang lebih negatif akibat disabilitas fisik mereka dibandingkan tuna daksa dari lahir karena mereka pernah mengalami hidup normal dan telah menyusun suatu rencana masa depan dengan keadaan normal. Reaksi tersebut adalah simtom Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) dan dampak-dampak psikologis lainnya. Untuk mengatasi dampak tersebut, penyandang tuna daksa dapatan disarankan untuk menjalani serangkaian program rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis, vokasional dan sosial. Akan tetapi, ketiga rehabilitasi ini dipandang tetap perlu mengikutsertakan rehabilitasi psikis dalam program rehabilitasi tersebut. Hal ini dikarenakan sesuai dengan model biopsikososial yaitu semua yang terjadi pada tubuh manusia, akan berdampak pada aspek psikologis dan sosial dari manusia tersebut, dan akan berpengaruh terhadap keseluruhan tingkah laku dari manusia itu. Saat ini, rehabilitasi psikis berupa pemberian intervensi psikologis makin berkembang ke arah peningkatan keberfungsian diri para penyandang tuna daksa, salah satunya adalah Posttraumatic Growth Path (PTGP). PTGP bermanfaat untuk meningkatkan Posttraumatic Growth (PTG) atau pertumbuhan pasca trauma. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Posttraumatic Growth Path (PTGP) dalam meningkatkan Posttraumatic Growth (PTG) pada penyandang tuna daksa dapatan di usia dewasa muda. Pengukuran terhadap PTG menggunakan Posttraumatic Growth Inventory (PTGI) dan metode wawancara dan observasi terhadap partisipan. Setelah menjalankan intervensi dengan menggunakan PTGP, ketiga partisipan mengalami peningkatan PTG, diketahui dari peningkatan skor Posttraumatic Growth Inventory (PTGI) dan evaluasi kualitatif, seperti tahapan penyesuaian diri dari kecacatan permanen, simtom-simtom PTSD, dan dampak psikologis lainnya. PTGP dapat meningkatkan PTG pada penyandang tuna daksa dapatan di usia dewasa muda melalui intervensi dalam 4 sesi dan memunculkan perubahan yang lebih baik dalam kelima domain PTG pada ketiga partisipan.
People with acquired physical disability have more negative reactions due to their physical disability than people with physical disability from their birth because they had experienced a normal life and have devised a plan the future with a normal state. The reaction is a symptom of Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) and other psychological impacts. To address these impacts, People with acquired physical disability are advised to undergo a series of rehabilitation programs, namely medical rehabilitation, vocational and social. However, three rehabilitation programs are considered permanent rehabilitation need to include psychological rehabilitation in the rehabilitation program. This is because according to the biopsychosocial model that is all that happens in the human body, will have an impact on the psychological and social aspects of the human being, and will affect the overall behavior of the human being. Currently, psychological rehabilitation is growing toward selfimprovement of the functioning of people with physical disability, one of which is the Posttraumatic Growth Path (PTGP). PTGP useful to improve Posttraumatic Growth (PTG). Posttraumatic Growth Path (PTGP) in improving the Posttraumatic Growth (PTG) in people with acquired physical disability in early adulthood. Measurement of PTG using Posttraumatic Growth Inventory (PTGI) and methods of interviews and observation. After running the intervention by using PTGP, three participants experienced an increase in PTG, known from an increase in score Posttraumatic Growth Inventory (PTGI) and a qualitative evaluation, such as the adjustment state of permanent disability, the symptoms of PTSD and other psychological effects. PTGP can increase PTG in people with acquired physical disability in early adulthood through intervention in 4 sessions and bring change for the better in the fifth domain of PTG in the all participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35439
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library