Ditemukan 130283 dokumen yang sesuai dengan query
Don Ozzy Rihhandini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan moderasi dimensi job crafting (peningkatan sumberdaya struktural pekerjaan, peningkatan sumberdaya sosial pekerjaan, dan peningkatan tantangan pekerjaan) pada pengaruh antara persepsi beban kerja rendah terhadap kebosanan kerja, terutama pada karyawan generasi milenial. Sebagai salah satu generasi yang berada pada usia produktif, generasi milenial memiliki karakteristik lebih mudah mengalami kebosanan kerja sehingga perlu dieksplorasi lebih lanjut. Selain itu kondisi kemajuan teknologi dan informasi semakin mempermudah pekerjaan karyawan dan dapat mengakibatkan rendahnya beban kerja yang dimiliki oleh karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur beban kerja rendah (Naude Underload Work Scale) pada dimensi persepsi beban kerja rendah, kebosanan kerja (Dutch Boredom Scale) dan Dutch Job Crafting Scale. Penelitian ini melibatkan 327 karyawan generasi milenial pada rentang usia 23-40 tahun. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi dan uji moderasi Model 1 PROCESS Hayes. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat peranan moderasi peningkatan tantangan pekerjaan pada pengaruh antara persepsi beban kerja rendah dan kebosanan kerja.
This study aims to explore the moderation role of job crafting dimensions (increasing structural job resources, increasing social job resources, and increasing challenging job demands) on the effect of perception of underload work on job boredom, especially among millennial employee. As a part of productive age, millennial employee has the characteristics of experiencing boredom at work more easily. Therefore, it is necessary to explored further especially with advances in technology nowadays that make the work easier and can result in a low workload for employee. This research was quantitative research using underload work scale (Naude Underload Work Scale) on perception of underload work dimension, boredom at work scale (Dutch Boredom Scale) and Dutch Job Crafting Scale. This research involved 327 millennial employees aged 23-40. The analysis used in this study was correlation test and moderation test of Model 1 PROCESS Hayes. The results of the research found that there was a moderating role of increasing challenging job demands on the effect between perceptions of underload work and job boredom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Farhan Rasyid
"Dalam kondisi pandemi COVID-19, kebosanan kerja pada karyawan milenial merupakan hal yang sering terjadi. Kebosanan kerja dapat menimbulkan menurunnya kinerja kerja dan juga komitmen karyawan kepada perusahaan menurun. Hal tersebut tentunya akan berdampak kepada kinerja perusahaan dan kinerja karyawan. Tetapi, peneliti berargumentasi bahwa kebosanan kerja pada karyawan milenial dapat berkurang jika karyawan milenial memiliki tingkat kepribadian proaktif dan job crafting yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran peran job crafting sebagai mediator hubungan antara kepribadian proaktif dengan kebosanan kerja pada karyawan milenial di masa pandemi. Untuk memenuhi tujuan ini, peneliti menggunakan 3 alat ukur, yaitu Proactive Personality Scale (PPS) untuk mengukur kepribadian proaktif, Job Crafting Scale (JBS) untuk mengukur job crafting, dan Dutch Boredom Scale (DUBS) untuk mengukur kebosanan kerja. Penelilian ini menggunakan analisis regresi terhadap 177 partisipan. Data dianalisis menggunakan PROCESS macro Hayes pada SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa job crafting dapat memediasi penuh hubungan antara kepribadian proaktif dan kebosanan kerja pada karyawan milenial di masa pandemi. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kepribadian proaktif dan job crafting maka semakin rendah kebosanan kerja pada karyawan milenial di masa pandemi.
During pandemic covid-19, boredom at work on millennial employees frequently happens. Work boredom can lead to decreased work performance and also decreased employee commitment to the company. This will certainly have an impact on company performance and employee career paths. We assume that work boredom on millennial employees will decrease if they have a high level of proactive personality and job crafting. This study was conducted to provide an overview of the role of job crafting as a mediator of the relationship between proactive personality and work boredom on millennial employees during the pandemic. To fulfill this objective, the researcher using 3 measuring instruments, namely Proactive Personality Scale (PPS) to measure proactive personality, Job Crafting Scale (JBS) to measure job crafting, and Dutch Boredom Scale (DUBS) to measure boredom. This study using regression analysis of 177 participants. Data were analyzed using Hayes’s PROCESS macro on SPSS. The results show that job crafting can fully mediate the relationship between proactive personality and work boredom in millennial employees during the pandemic. This shows that the higher the proactive personality and job crafting, the lower the work boredom for millennial employees during the pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Arif Hanafi
"Pekerja generasi Y lebih sering mengalami kebosanan kerja dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Salah satu penyebab kebosanan kerja adalah kebermaknaan kerja yang rendah. Namun, mereka juga aktif melakukan coping dari kondisi tersebut dengan melakukan job crafting. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran moderasi job crafting dalam hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Pengambilan sampel aksidental dilakukan kepada 327 pekerja generasi Y (usia 23-40 tahun) di seluruh Indonesia. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner alat ukur kebosanan kerja, kebermaknaan kerja, dan job crafting. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda moderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu dimensi job crafting, yaitu meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang memoderasi hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Sementara itu, tidak ada peran moderasi dari meningkatkan sumber daya struktural pekerjaan dan meningkatkan sumber daya sosial pekerjaan. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi kebosanan kerja yang dikarenakan pekerjaan tidak bermakna, pekerja generasi Y dapat secara proaktif untuk terlibat pada tugas-tugas yang lebih menantang; para manajer juga dapat memberikan tugas yang menantang kepada mereka; dan perusahaan dapat memberikan pelatihan job crafting terkait cara-cara pekerja generasi Y meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang, sehingga mereka dapat menemukan kebermaknaaan kerja dan mengurangi kebosanan kerja.
Generation Y workers are more likely to experience job boredom than previous generations. One of the causes of job boredom is low meaningful work. However, they are also actively coping with these conditions by doing job crafting. This research aimed to see the moderating role of job crafting in the relationship between meaningful work and job boredom. Accidental sampling was conducted on 327 generation Y workers (23-40 years old) throughout Indonesia. Method of data collection used a questionnaire measuring job boredom, meaningful work, and job crafting. The data analysis technique used was a moderated multiple regression analysis. The results of this study showed that one dimension of job crafting which is increasing challenging job demands moderated the relationship between meaningful work and job boredom. Meanwhile, there was no moderating role from increasing structural job resources and increasing social job resources. The implication of this research is to decrease job boredom due to meaningless work, generation Y workers could be proactively involved in more challenging tasks; managers could also assign them challenging assignments; and companies could provide job crafting training on ways for generation Y workers to increase challenging job demands, so they can find meaningful work and decrease job boredom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Eileenthia Nimas Aryane
"Dibandingkan dengan generasi lainnya, karyawan milenial identik dengan tingkat kecenderungan turnover yang lebih tinggi. Meski begitu, adanya perilaku proaktif dalam mengubah aspek pekerjaan melalui job crafting diketahui dapat mempertahankan keberadaan karyawan pada pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara job crafting dengan turnover intention yang dimediasi oleh keterikatan kerja pada karyawan milenial di Indonesia. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini, antara lain: Job Crafting Scale, UWES Short Version, dan Turnover Intention Scale. Partisipan dalam penelitian ini adalah karyawan generasi milenial (usia 24-40 tahun) dengan masa kerja minimal 1 tahun, dengan rincian 122 partisipan laki-laki dan 137 partisipan perempuan (N = 259). Melalui analisis regresi mediasi menggunakan Makro PROCESS oleh Hayes, ditemukan hasil bahwa keterikatan kerja memediasi sebagian hubungan antara job crafting dengan turnover intention. Hal ini menggambarkan jika job crafting dapat memberikan dampak secara langsung terhadap turnover intention (c' = .08, p < .05), namun juga dapat berdampak secara tidak langsung melalui adanya peran keterikatan kerja sebagai perantara (ab = -.14, p < .05).
Millennials employees tend to have a higher level of turnover intention compared with other generations. However, employees that proactively craft their job was found to have a lower turnover intention. Therefore, this study aims to examine the relationship between job crafting and turnover intention mediated by work engagement among millennial employees in Indonesia. The instruments used in this study include Job Crafting Scale, UWES Short Version, and Turnover Intention Scale. Participants in this study were millennials employees (aged 24-40 years) with a minimum working period of 1 year, with details of 122 male participants and 137 female participants (N = 259). Through mediation regression analysis using the Macro PROCESS by Hayes, it was found that work engagement partially mediates the relationship between job crafting and turnover intention. This illustrates that job crafting can directly affect the turnover intention (c' = .08, p < .05), but also indirectly affect the turnover intention through work engagement as a mediator (ab = -.14, p < .05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lidana Ega Nerissa
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh proactive personality dan career adaptability dalam memprediksi in-role performance melalui job crafting dan work engagement. Hipotesis yang diusulkan bahwa karyawan yang memiliki kepribadian proaktif dan kemampuan beradaptasi karir kemungkinan besar akan merancang pekerjaan mereka untuk tetap terlibat dan meningkatkan kinerja mereka. Temuan dari studi sebelumnya telah diintegrasikan ke dalam model keseluruhan yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterlibatan kerja serta meningkatkan kinerja peran di tempat kerja saat ini. Data dikumpulkan dari 180 karyawan generasi milenial yang bekerja di berbagai industri. Hasil dari penelitian menemukan bahwa karyawan yang memiliki proactive personality dan career adaptability dapat merancang pekerjaan mereka sehingga sehingga meningkatkan work engagement dan in-role performance. Hasil dari penelitian mendukung hipotesis yang diusulkan. Namun, hubungan career adaptability dan work engagement dimediasi penuh oleh job crafting sehingga hubungan langsung antara career adaptability dan work engagement tidak signifikan.
This paper aims to investigate whether proactive personality and career adaptability could predict work engagement and in-role performance through job crafting behaviours and analyzed their effect using PLS SEM. The study hypothesised that employees who have a proactive personality and career adaptability would be most likely to design their jobs to stay engaged and improve their performance. Findings from previous studies have been integrated into an overall model that can be used to develop work engagement as well as advance the in-role performance in today’s workplace. Data were collected among 180 of employees belonging to the millennial generation working in various organisations. The results found that employees having proactive personality and adaptability in their career were most likely to craft their job, and in turn, was predictive of the work engagement and their performance as well. Most of the results indicated support for the hypotheses. Job crafting was found to be mediating the career adaptability and work engagement relationship fully. However, the direct relationship between career adaptability and work engagement is not significant. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Meira Annisa Humaira
"Transisi angkatan kerja ke generasi Z membuat perusahaan perlu memperhatikan karakteristik unik yang dimiliki generasi Z dibandingkan generasi sebelumnya. Gen Z berani untuk berperilaku sesuai nilai yang diprioritaskannya, salah satunya adalah well-being. Hal ini berkaitan erat dengan fenomena quiet quitting. Quiet quitting merupakan karyawan yang tidak berhenti bekerja secara resmi namun tidak melampaui batas dasar kewajiban mereka. Salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya quiet quitting adalah employee well-being yang rendah. Kebebasan dan kemandirian melalui job crafting berpotensi menekan perilaku quiet quitting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran moderasi dari job crafting dalam memperlemah hubungan employee well-being dan quiet quitting. Partisipan penelitian ini berjumlah 268 karyawan generasi Z yang sedang bekerja, sudah melewati tahap probation (3 bulan), dan memiliki atasan. Pengambilan partisipan menggunakan metode convenience sampling dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Analisis moderasi dilakukan dengan menggunakan macro process Hayes model 1. Hasil analisis data hipotesis mempunyai nilai (p) 0.170 > 0.05. Hal ini berarti tidak ada efek moderasi job crafting yang memperlemah hubungan employee well-being dan quiet quitting pada karyawan generasi Z. Hasil penelitian ini memberikan inisiatif penting bagi perusahaan untuk meningkatkan employee well-being sebagai upaya mengurangi perilaku quiet quitting.
The transition of the workforce to generation Z made companies need to pay attention to the unique characteristics that generation Z had compared to previous generations. Gen Z dared to behave according to their prioritized values, one of which was well-being. This was closely related to the phenomenon of quiet quitting. Quiet quitting was an employee who did not officially stop working but did not exceed the basic limits of their obligations. One of the factors associated with quiet quitting was low employee well-being. Freedom and independence through job crafting had the potential to suppress quiet quitting behavior. This study aimed to examine the moderating role of job crafting in weakening the relationship between employee well-being and quiet quitting. The participants of this study amounted to 268 generation Z employees who were currently working, had passed the probation stage (3 months), and had a supervisor. Participants were collected using a convenience sampling method by distributing questionnaires online. Moderation analysis was conducted using macro process Hayes model 1. The results of the hypothesis data analysis had a value (p) of 0.170 > 0.05. This meant that there was no moderating effect of job crafting that weakened the relationship between employee well-being and quiet quitting in generation Z employees. The results of this study provided important initiatives for companies to improve employee well-being as an effort to reduce quiet quitting behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Afra Ghina Rahmi
"Jam kerja yang berlebihan memberikan dampak bagi individu dan perusahaan. Bagi individu, jam kerja yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan waktu antara pekerjaan dan keluarga, sehingga terdapat konflik antara peran dalam pekerjaan dan keluarga. Untuk mengatasi konflik pekerjaan dan keluarga, dibutuhkan pemberian jam kerja yang fleksibel yang memungkinkan pegawai untuk dapat mengatur jam untuk bekerja dan keluarga, yang dapat diwakili melalui kreasi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kreasi kerja dengan konflik pekerjaan dan keluarga pada pegawai milenial di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 347 partisipan dengan karakteristik yaitu pegawai perusahaan negeri atau swasta dengan rentang usia 24-40 tahun dan telah bekerja selama minimal 1 tahun. Dalam penelitian ini dilakukan uji psikometri yang meliputi uji reliabilitas dengan metode cronbach’s alpha dan uji validitas dengan metode face validity dan content validity. Melalui perhitungan uji reliabilitas, alat ukur kreasi kerja dan konflik pekerjaan dan keluarga terbukti memiliki konsistensi internal yang baik dengan nilai α=0,78 untuk alat ukur Job Crafting Scale (Tims et al., 2012) dan α=0.891 untuk alat ukur Work Family Conflict Scale (Netemeyer et al., 1996). Analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara kreasi kerja dengan konflik pekerjaan dan keluarga r= -.10*, p<0.05. Akan tetapi, tidak terdapat korelasi antara dimensi meningkatkan sumber daya kerja struktural, menurunkan tuntutan pekerjaan yang menghambat, dan meningkatkan sumber daya tugas sosial. Oleh karena itu, disimpulkan apabila kreasi kerja dapat digunakan untuk mengurangi konflik pekerjaan dan keluarga.
Excessive working hours have an impact on individuals and companies. For individuals, excessive working hours can cause an imbalance of time between work and family, so that it creates a conflict between work and family roles. To overcome work and family conflict, it is necessary to allow flexible working hours so that employees are able to set free-hours for their work and family, which can be represented through job crafting. This study aims to determine the relationship between job crafting and work and family conflict among millennial employees in Indonesia. This is a quantitative study involving 347 participants with its characteristics as an employees of public or private companies with an age range of 24-40 years and have worked for at least a year. This study used psychometric tests which included reliability tests (Cronbach's Alpha method) and validity tests included the face validity and content validity methods. Through the calculation of the reliability test, the measuring tool for job crafting and work and family conflict were proven to have a good internal consistency with a value of α=0.78 for the job crafting scale (Tims et al., 2012) and α=0.891 for the work family conflict scale (Netemeyer et al., 1996). Using a Spearman correlation analysis, the result shows that there is a negatively significant correlation between job crafting and work and family conflict r= -.10*, p<0.05. However, it is found that there is no correlation between the dimensions of increasing structural work resources, decreasing inhibiting job demands, and increasing social task resources. Therefore, it is concluded that job crafting could be used to reduce work and family conflicts."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Wan Devy Indhira Syahfitri
"Era industri pada saat ini didominasi oleh generasi Milenial sebagai tenaga kerja dibandingkan generasi lainnya. Penelitian ini menguji hubungan antara optimisme dan kesuksesan karir subjektif dengan job crafting sebagai variabel mediasi pada karyawan generasi Milenial. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan teori konservasi sumber daya (COR) untuk menjelaskan perilaku individu berdasarkan kebutuhan masa depan dalam memperoleh dan memelihara sumber daya yang berasal dari diri sendiri dan sosial dalam mencapai tujuan yang dihargai secara pribadi. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu Subjective Career Success Inventory, Psychological Capital Questionnaire (PCQ) dan he Job Crafting Questionnaire (Slemp,Vella-Bredrock 2013). Responden dalam penelitian ini 295 orang karyawan milenial. Pengolahan data menggunakan SPSS Process Hayes Model 4. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa job crafting memediasi secara penuh hubungan antara optimisme dengan kesuksesan karir subjektif.
The current industrial era is dominated by the Millennial generation as a workforce compared to other generations. This study examines the relationship between optimism and subjective career success with job crafting as a mediating variable in Millennial generation employees. The approach in this study used the theory of resource conservation (COR) to explain individual behavior based on future needs in obtaining and maintaining resources derived from self and social in achieving goals that are valued personally. This research was quantitative research by using the Subjective Career Success Inventory (SCSI) by Shockley et al (2015) which has been translated into Indonesian by Ingarianti, Suhariadi and Fajrianthi (2022) for subjective career success variables; The Psychological Capital Questionnaire (PCQ) by Luthans, Avolio, Avey, & Norman (2007) for the optimism variable and The Job Crafting Questionnaire by Slemp and Vella-Bredrock (2013) for the job crafting variable. Respondents in this study were a total of 295 respondents. Data processing used is using SPSS with Process Model 4 to see the mediating relationship between job crafting on optimism on subjective career success. The results in this study indicate that the effect of job crafting fully-mediated the role of optimism on subjective career success."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Nazva Abiya
"Topik generasi milenial di tempat kerja telah menarik perhatian karena pekerja dari generasi ini mengalami peningkatan jumlah di dalam organisasi. Karena jumlah pekerja milenial yang signifikan di masa depan, mereka diharapkan dapat berkontribusi pada kesuksesan organisasi. Studi telah mengakui peran penting innovative work behavior dalam menciptakan inovasi di organisasi. Perilaku ini juga dipengaruhi oleh pengaturan organisasi, seperti gaya kepemimpinan. Dibandingkan dengan gaya kepemimpinan tradisional, servant leadership berfokus pada pengelolaan karyawan melalui tindakan penuh perhatian dan kepedulian. Diketahui pula job crafting telah terbukti memainkan peran penting dalam kesuksesan karier individu. Penelitian ini mengusulkan dan menguji pengaruh servant leadership terhadap work engagement dan innovative work behavior. Penelitian ini juga mengkaji peran dari mediasi job crafting. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan menggunakan survei terhadap 204 responden milenial dari berbagai sektor pekerjaan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa servant leadership berpengaruh positif dan signifikan terhadap dan innovative work behavior dan work engagement. Temuan lebih lanjut menunjukkan bahwa job crafting memiliki efek mediasi pada hubungan servant leadership terhadap work engagement dan tidak memiliki efek mediasi pada servant leadership dan innovative work behavior karyawan.
The topic of the millennial generation in the workplace has driven attention as members of this cohort have formed a growing increase in organisations. Due to the significant number of millennial workers in the future, they are also expected to contribute to organization success. Studies have acknowledged the important role of employee innovative work behavior in facilitating innovations at organizations. This behavior is also influenced by organizational settings, such as the leadership style. Compared to the traditional leadership styles, servant leadership is expected to change the hierarchical perspective by focusing on managing employees through considerate action and caring. It is also known that job crafting has been shown to play an important role in individual career success. This study proposes and examines the effect of servant leadership on work engagement and innovative work behavior. The study employed a quantitative design using surveis to 204 millennial respondents from various work sectors in Indonesia. The results show that servant leadership will have a positive and significant effect on innovative behavior. Further findings indicate that job crafting has a mediating effect on the relationship of servant leadership to work engagement and no mediaton effect between servant leadership and employee’s innovative work behavior. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Kantate, Sere Eunice
"Maraknya berita PHK yang terjadi dari dampak Pandemi Covid-19 maupun efisiensi perusahaan sebagai langkah preventif dalam menghadapi resesi, tidak jarang memengaruhi pandangan individu terhadap keberlangsungan perusahaannya maupun keberlangsungan dirinya dalam perusahaan tersebut (job insecurity). Hal ini berdampak pada bagaimana keterlibatan individu dalam perusahaannya atau work engagement. Padahal, banyak penelitian sebelumnya yang menemukan pentingnya work engagement dalam bekerja. Diketahui bahwa beberapa variabel yang memengaruhi hubungan dari job insecurity dan work engagement adalah kepercayaan akan kemampuan individu dalam menyelesaikan pekerjaannya (occupational self-efficacy) dan melakukan modifikasi pekerjaan (job crafting) yang dilakukan individu. Sehingga, tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh mediasi dari occupational self-efficacy dan job crafting pada pengaruh job crafting terhadap work engagement. Penelitian ini memiliki 243 responden di Indonesia dan data yang didapat akan diuji dan dianalisis dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) Melalui pengolahan kuantitatif tersebut, ditemukan hasil yang signifikan bahwa variabel occupational self-efficacy dan job crafting memediasi pengaruh job insecurity terhadap work engagement. Dapat disimpulan bahwa tingkat ketidakamanan kerja yang rendah cenderung mendorong individu untuk lebih memiliki kemampuan diri dalam bekerja dan juga melakukan perubahan dalam pekerjaannya, yang berdampak pada meningkatnya keterlibatan kerja.
The current issue regarding the massive round of layoffs is influenced by two major factors: the spillover effect of the COVID-19 pandemic and the global recession forecast in the coming years. This issue might trigger another problem in the people management area, particularly regarding job insecurity. Previous studies found that job insecurity has a negative effect on work engagement. Furthermore, there are two mediating factors that affect work engagement, namely occupational self-efficacy and job crafting. The goal of this research is to better understand the role of occupational self-efficacy and job crafting as mediators of the effect of job insecurity on work engagement. This study involved 243 respondents who were Indonesian employees, and the data is being analyzed with the Structural Equation Modeling (SEM) method with Lisrel 8.80. The findings indicate that occupational self-efficacy and job crafting have a significant impact as mediators of the effects of job insecurity on work engagement. In conclusion, low job insecurity increased employees' occupational self-efficacy and job crafting, which in turn influenced overall work engagement."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library