Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Lestari
"Fokus penelitian ini adalah tentang manusia yang bekerja dengan komputer sebagai programer komputer di lingkungan kerja bank dan bertujuan untuk mengetahui dampak negatif dari pekerjaan programer komputer dalam bentuk stres kerja, penyebab stres dan manifestasinya. Unsur peralatan kerja (komputer) dimasukkan sebagai salah satu aspek yang dianalisa berkaitan dengan sumber stres kerja dan dampaknya terhadap kinerja manusianya dan organisasi secara keseluruhan.
Penelitian merupakan suatu kajian lapangan dengan noneksperimen. Sampel penelitian ditentukan secara purposif dan berjumlah 90 orang programer komputer yang bekerja di bank. Kriteria responden adalah telah bekerja minimal 1 (satu) tahun dan pendidikan formal minimal SLTA atau minimal mempunyai pendidikan informal di bidang komputer. Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap/cara, yakni dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 3 orang Informan programer (data kualitatif dengan pedoman wawancara) dan melakukan survey terhadap 90 orang programer komputer dengan menggunakan kuesioner (data kuantitatif). Kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu tentang karakteristlk responden, tentang dimensi kerja dan tentang stres kerja sendiri.
Variabel bebas yang ingin dilihat sumbangannya terhadap variabel terikat yaitu Stres Kerja dan kedua dimensinya (job pressure dan lack of support) dibedakan antara faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan kerja (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, status perkawinan dan kepribadian) dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kerja (persepsi terhadap pekerjaan dan persepsi terhadap kondisi kerja fisik). Untuk mengukur kepribadian, sebagai salah satu variabel bebas, digunakan skala Dimensi Kepribadian dari Eysenck (1976), sedangkan untuk mengukur Stres Kerja digunakan alat ukur sires dari Spielberger (1991) yang sedikit dimodifikasi. Uji valliditas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi dari Pearson (Pearson's Product Moment Correlation), sedangkan uji reliabititas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya dampak negatif dari penggunaan komputer, baik pada kondlsi fisik maupun sosial psikologis manusia sebagai pemakainya. Dampak negatif terhadap kondisi fisik meliputi gangguan pada penglihatan, gangguan pada otot-otot dan berbagai keluhan fisik lainnya.Temyata salah satu penyebab gangguan pada fisik ini bersumber dan adanya ketidaknyamanan pada interaksi manusia dan komputer yang disebabkan oleh aspek komputernya, pola kerjanya dan aspek ergonomikanya. Sedangkan dampak negatif terhadap kondisi psikis adalah terjadinya stres kerja yang manifestasinya berupa keluhan pada kondisi fisik (psikosomatis) dan gangguan pada relasi sosialnya, baik di lingkungan kerja, keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas. Artinya, dalam menggunakan komputer kita harus selalu waspada terhadap dampak negatif beserta manifestasinya, seperti "rasa lesu, lelah, bosan, jenuh", "malas bergaul, berkomunikasi", ?lebih senang menyendiri" dan sebagainya. Salah satu karakteristik responden yang menarik untuk ditelusuri lebih jauh adalah kepribadian mereka yang ternyata mayoritas tergolong tipe Ekstraversion yang pada mulanya dianggap kurang cocok dengan kerja sebagai programer komputer.
Dari pengukuran stres yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur JSS (Job Stress Survey) dari Spielberger (1991) terhadap 90 orang programer diketahui tingkat stres kerja mereka selama 6 bulan terakhir tergolong "tinggi". Sedangkan tingkat intensitas dan frekuensi stres dalam 6 bulan terakhir tergolong "sedang" dengan sumber stres kerja yang lebih banyak berasal dari dimensi Unjob pressure" (aspek pola kerja dan tahap-tahap pembuatan program) dibandingkan yang berasal dari dimensi "lack of support". Dari hasii uji hipotesa ternyata hanya varlabel "usia", "persepsi terhadap kondisi kerja fisik" dan "persepsi terhadap pekerjaan sebagai programer" yang terbukti memberikan sumbangan terbesar terhadap tinggi rendahnya tingkat stres kerja dan kedua dimensinya. Hasil wawancara mendaiam lebih jauh mengungkapkan adanya masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah jam kerja yang panjang '(sering lembur) dan penghargaan atau insentif yang dianggap kurang memadai.
Untuk memaksimalkan manfaat penggunaan komputer dan menghindari dampak negatifnya, didiskusikan tentang keterbatasan psikofisiologis manusia dalam berinteraksi dengan komputer. Saran dan rekomendasi yang diberikan terutama berkaitan dengan kepentingan manusia pemakainya dalam konsep "people oriented computer system" (sistem komputer yanga berorientasi untuk kepentingan manusianya) untuk menciptakan ?a caring corporate culture?."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Maura Saputra
"Telah diketahui bahwa stres merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Temporomandilbular Disorders (TMD). Namun selama ini belum ada studi pada individu dengan stres kerja tinggi (misalnya akuntan).
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara intensitas dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode potong lintang yang dilakukan pada 116 akuntan berusia 21-50 tahun di Jakarta. Subjek diminta mengisi dua jenis kuesioneir, yang pertama adalah Kuesioner Job Stress Survey (JSS) untuk mendiagnosis tingkat intensitas dan frekuensi stres kerja, yang kedua adalah Indeks Diagnostik TMD untuk mendiagnosis TMD. Kemudian dilakukan tabulasi silang antara tingkat intensitas dan tingkat frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD.
Hasil penelitian: Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif (p = 0,003). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif (p = 0,032).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara intensitas stres kerja dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif.

It is known that stress is one of the risk factor for Temporomandibular Disorders (TMD). But study on person with high level of job stress (for example accountants) has not been done.
Objectives: The aim of this study was to know the relationship between intensity and frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age.
Methods: A cross sectional study was performed towards 116 accountants aged 21-50 in Jakarta. The subjects were asked to fill two kinds of questionnaire, the first was Job Stress Survey questionnaire (JSS) to examine the intensity and frequency level of job stress, the other was TMD Diagnostic Index to assess the TMD. A cross tabulation was done between the intensity level and also the frequency level of job stress and the TMD occurrence.
Results: Fisher’s Exact test result showed that there was relationship between intensity of job stress and the occurrence of TMD in productive age (p = 0,003). Chi square test result showed that there was relationship between frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age (p = 0,032).
Conclusion: There is relationship between intensity and frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trinzi Mulamawitri
"ABSTRAK
Masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia adalah suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi apalagi dengan semakin maraknya globalisasi. Namun bertugas di luar negeri apalagi jika negara tersebut memiliki latar belakang budaya berbeda adalah hal yang tidak mudah. Selama tinggal di luar negeri, TKA akan mengalami akulturasi psikologis yaitu perubahan yang terjadi pada diri individu akibat kontak dengan budaya lain yang berlangsung secara terus menerus (Graves dalam Berry & Kim, 1988). Selama proses akulturasi inilah acap kali muncul berbagai sumber stres yang diakibatkan adanya perubahan tersebut (Berry, 1994). Adanya nilai-nilai budaya yang bertentangan antara negara asal dan negara yang didatanginya juga meningkatkan stres akulturatif yang dihadapinya (Adler, 1991). Penelitian ini akan melihat gambaran sumber stres akulturatif serta strategi coping yang dilakukan TKA Amerika ketika bekerja di Indonesia. Negara asal Amerika dipilih sebab jumlah ekspatriat terbanyak dari negara Barat berasal dari negara ini (Depnaker, 2002).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui wawancara dan observasi. Subyek yang diperoleh adalah 3 orang manajer Amerika yang telah tinggal di Indonesia selama 1,5 tahun hingga 2,8 tahun. Berbagai masalah dalam pekerjaan yang diakibatkan perbedaan budaya yang dikemukakan oleh Shuetzendorf (1989 dalam Ruky, 2000) serta permasalahan lainnya ternyata dialami oleh semua subyek. Sumber stres utama yang ditemukan pada ketiga subyek adalah adanya penekanan pada hubungan baik dan harmonitas kelompok saat bekerja daripada kinerja individu. Sumber stres lain adalah masalah kurangnya keterbukaan karyawan dalam berkomunikasi, kurangnya inisiatif karyawan dan kurangnya rasa tanggung jawab personal karyawan.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teori Hofstede (1995), Ruky (2000) dan Koentjaraningrat (1997 dalam Ruky, 2000) maka memang terbukti bahwa masalah-masalah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dimensi nilai dalam budaya kerja Amerika dan Indonesia yang mengganggu TK A saat melaksanakan pekerjaannya. Perbedaan utama terlihat dari dimensi individualisme dan kolektivisme antara dua negara yang saling bertentangan. Kemudian adanya kesenjangan power distance juga kerap menimbulkan berbagai masalah. Dalam penelitian ini berdasarkan strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier & Weintraub (1989) ditemukan bahwa strategi coping yang sering digunakan semua subyek untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi active coping.- Strategi emotion focused coping berbentuk acceptance juga sering digunakan secara bersamasama dengan active coping.
Adanya kesamaan latar belakang budaya Amerika dan budaya perusahaan asing tempat mereka bekerja kemungkinan mempengaruhi stressor akulturatif yang dihadapi. Untuk mendapatkan gambaran stressor akulturatif yang lebih kaya maka penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan subyek yang berasal dari berbagai negara dan bekerja untuk perusahaan dalam negeri. Saran terutama diberikan pada perusahaan agar memberikan informasi lebih lanjut tentang budaya kerja Indonesia pada TKA untuk mendorong keterbukaan terhadap budaya lain. Kegiatan konseling bagi TKA untuk mengatasi stres akulturatif juga akan sangat bermanfaat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisma Adiwibawa
"ABSTRAK
Pilot merupakan pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi. Sebagai orang yang
memiliki tanggung jawab besar terhadap keselamatan penerbangan usaha untuk
mengurangi stres pada pilot perlu dilakukan karena dapat mengganggu kinerja
pilot. Psychological capital (PsyCap), yang terdiri dari self-efficacy, hope,
resiliency, dan optimism ditemukan berhubungan negatif dengan stres kerja
(Avey, Luthans, & Jensen, 2009). Di sisi lain, Cavanaugh, Boswell, Roehling, dan
Boudreau (2000) menemukan ada dua jenis stres kerja, yaitu stres kerja akibat
sumber stres yang menantang (challenge stressor) dan stres kerja akibat sumber
stres yang menghambat (hindrance stressor) yang disebut stres kerja dua dimensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan arah hubungan antara
PsyCap dan kedua dimensi dari stres kerja tersebut. Hasil penelitian ini
mendapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara PsyCap dan kedua
dimensi stres kerja. Meskipun demikian, komponen resiliency dari PsyCap
ditemukan memiliki hubungan negatif yang signifikan pada dimensi challenge
dan dimensi hindrance hindrance dari stres kerja

ABSTRACT
Pilot is a job with high stress level. As a personnel who has great responsibility
towards aviation safety, effort to reduce pilots’ stress needs to be done because
it can interfere with the pilots’ performance. Psychological capital (PsyCap),
which consists of self-efficacy, hope, esiliency, and optimism was found
negatively related to job stress (Avey, Luthans, & Jensen, 2009). On the other
hand, Cavanaugh, Boswell, Roehling, and Boudreau (2000) found there are two
types of job stress, stress caused by challenging stressors and stress caused
hindrance stressors, which is called two-dimensional job stress. This study
aimed to investigate the relationship and the direction of the relationship
between PsyCap and two dimensions of the job stress. The results of this study
showed that the relationship between PsyCap and both dimensions of job stress
was non-significant. However, resiliency as one component of PsyCap was
found to have a significant negative relationship with both dimension of job
stress."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Aulia Kamal
"ABSTRAK
Latar belakang: Gangguan diluar pendengaran yang disebabkan oleh bising adalah stres kerja. Dimana intensitas bising yang masih dibawah NAB dapat menimbulkan persepsi stres kerja pada sebagian orang, hal inilah yang disebut sebagai bising subyektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan bising subyektif dengan persepsi stres pekerja menggunakan skor skala persepsi stres atau Perceived Stress Scale (PSS) serta faktor-faktor lain pada pekerja PT K di Jakarta.
Metode penelitian: Penelitian menggunakan metode potong lintang dengan sampel purposif pada pekerja PT K di Jakarta. Data dikumpulkan melalui hasil medical check up dan pengisian kuesioner PSS. Subyek penelitian mempunyai kriteria inklusi bersedia menjadi responden dan bekerja di main office yang terpajan bising dibawah 85 dB. Kriteria eksklusinya adalah pekerja yang telah didiagnosa menderita gangguan jiwa stres dan penyebab stres telah diketahui.
Hasil: Diantara 107 pekerja main office, terdapat 96 orang pekerja yang bersedia menjadi responden. Analisa dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney pada pekerja yang memiliki kebiasaan exercise dengan yang tidak exercise dengan nilai p = 0,090, untuk kesan bising subyektif didapatkan p=0,005 dan untuk persepsi bising subyektif didapatkan nilai p=0,051.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara skor PSS dengan kesan bising subyektif. Sedangkan untuk umur, jenis kelamin, status pendidikan dan pernikahan, masa kerja, jabatan, DM, Hipertensi, kebiasaan merokok, exercise, dan persepsi bising subyektif didapatkan perbedaan skor PSS namun tidak bermakna.

ABSTRACT
Background: Non hearing disorder because of noise is stress at work. Noise intensity under threshold can cause stress perception at work to some people, referred to as subjective noise exposure. This study aims to examine the relationship between subjective noise exposure and stress perception at work using score of Perceived Stress Scale Questionnaire and other factors on workers of PT K in Jakarta.
Methods: Cross sectional descriptive, conducted on 96 workers from main office. Data were collected from medical check up and Perceived Stress Scale Questionnaire. Subject have inclusive criteria were willing to become respondent and work at main office who are exposed to noise under 85 dB. Exclusive criteria were workers who have been diagnosed with stress mental disorder and cause has been known.
Results: Statistical analysis using Mann Whitney test on workers who have exercise habit with who havent give results p= 0.090, to find out if workers feel their work environment noisy or not using Mann Whitney test give result p=0.005. Meanwhile to find out if workers feel annoyed with the noise or not give results p= 0,051.
Conclusion: It can be concluded that there is a significant difference between score of Perceived Stress Scale with subjective noise impression. As for age, sex, education, marital status, years of service, position, diabetes, hypertension, smoking habits, exercise and noise subjective perception gave difference to score of Perceived Stress Scale but not meaningful.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastasia
"Stres sudah menjadi masalah kesehatan secara global karena dampaknya terhadap kesehatan. Penelitian tentang stres yang dialami pengasuh di panti jompo di Indonesia belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran stres pengasuh di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan karakteristik pengasuh, status psikologis pengasuh, karakteristik lansia dan panti jompo serta faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dari bulan Desember 2012 - Januari 2013. Penelitian menggunakan total sampling berjumlah 57 orang.
Penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 77,2%. Kebanyakan pengasuh berumur ≥ 34 tahun (50,9%), berjenis kelamin laki-laki (59,6%), tinggal di wilayah Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri (36,8%), tamat SMA (64,9%), sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%), berpendapatan tinggi (50,9%) dan berpengeluaran tinggi (50,9%), melakukan strategi koping adaptive (94,7%) dan merasa puas (78,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1%, yang mengasuh selama ≥ 4 jam per hari sebanyak 52,6%. Kebanyakan pengasuh tidak memiliki jadwal kerja malam yang rutin (68,4%) dan tidak pernah mengikuti pelatihan khusus mengasuh lansia (50,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1% dan rata-rata jumlah lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia demensia yang paling banyak diasuh adalah lansia demensia berumur > 70 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Sementara faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh adalah kepuasan bekerja (nilai p = 0,05).
Kesimpulannya, stres pengasuh di panti jompo cukup tinggi dan berhubungan dengan kepuasan bekerja.

Stress has become a global health problem because of its impact on health. Research on the stress experienced by caregivers in nursing homes has not been done. The purpose of this research is to describe stress of caregivers in nursing homes in Province of DKI Jakarta based on the characteristics of caregiver, psychological status of caregiver, characteristics of the elderly and nursing home and factors related to stress of caregiver. The research design used was cross sectional from December 2012 - January 2013. Research using total sampling amounted to 57 people.
Research shows the prevalence of stress amounted to 77,2%. Most caregiver ≥ 34 years (50.9%), male (59.6%), living in Jakarta (68,4%), living in their own home (23%), finished high school (64,9%), married (75.4%), having child ≥ 2 (54.4%), high-income and high expenses (50.9%), do adaptive coping strategy (94,7%) and feel satisfied (78,9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1%, caring ≥ 4 hours per day was 52.6%. Most caregiver also does not have regular night work schedule (68,4%) and never follow a special training in caring for the elderly (50.9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1% and the average number of elderly dementia that is taken care of is 11 elderly, elderly dementia who the most widely taken care of are elderly dementia with age > 70 years and women are the most. While factors related to stress of caregivers is the satisfaction of working (p = 0.05).
In conclusion, the stress of caregivers in nursing homes is quite high and is associated with the satisfaction of working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Gede Laksmi Rahayu H.
"Stres merupakan masalah utama yang dihadapi oleh pekerja. Salah satu dampak dari stres ini adalah peningkatan kadar kolesterol. Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara stres dengan kadar kolesterol pada karyawan di Fakultas Kedokteran Universitas X. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara stres dengan kadar kolesterol. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan teknik konsekutif sampling dan jumlah sampel 101 responden. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Fischer (karena tidak memenuhi syarat Chi Square). Pengukuran nilai stres menggunakan kueisioner SRQ 20 dan kadar total kolesterol melalui pengambilan darah dan diperiksa dengan alat self test cholesterol check.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi karyawan tidak memiliki gangguan stres 92,1% dan kadar kolesterol karyawan tinggi dengan nilai ≥ 200 mg/dL sebesar 66,3%. Berdasarkan hasil uji statistika menunjukkan tidak terdapat hubungan antara stres dan peningkatan kolesterol pada karyawan (p : 1.000). Hasil ini dapat disebabkan karena tidak menggunakan pengukuran kadar LDL dan HDL. Penelitian ini menyarankan pada karyawan untuk menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan medical check up secara rutin agar dapat menjadi sarana evaluasi kesehatan.

Stress is one of main problem faced by workers. Stress increase cholesterol level in human body. This research described about correlations between stress and cholesterol level of medical faculty employees X University. The purpose is to identify the correlations between stress and cholesterol level. Cross-sectional research was conducted in 101 sample with consecutive technic sampling. Fischer procedure were used to asses the data in this research (not eligible the Chi Square). Stress level was measured by SRQ-20 questionnaire and cholesterol level was measured by checking blood sample with self-test cholesterol check.
Result of this research showed proportion of employees don?t have any stress disorder 92,1% and proportion of cholesterol level?s employees in high level with score ≥ 200 mg/dL are 66,3%. Based on statistic analysed showed that there?s no correlations between stress and cholesterol level (p : 1.000). This was because this research didn?t measure the LDL and HDL level. It suggest to employees to have a healthy life style and do routine medical check up as an evaluation of health status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hersa Aranti
"Berbagai penelitian telah mengasosiasikan tingkah laku merokok pada remaja dengan stres dan persepsi yang mereka miliki mengenai dampak dari perilaku merokok tersebut. Meskipun begitu, belum terdapat penelitian yang melihat peran persepsi dampak merokok dalam hubungan stres dan perilaku merokok. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana kontribusi persepsi dampak merokok dalam hubungan antara tingkat stres dan intensitas merokok. Terdapat 3 alat ukur yang digunakan yaitu Perceived Stress Scale Cohen et al., 1983 , Stress Scale Dahlam, dalam Herwina 2006 , dan item-item untuk mengukur perception of smoking-related risk and benefits Halpern-Felsher et al., 2004; Song et al., 2008 . Dari 150 partisipan, ditemukan bahwa persepsi dampak merokok yang termasuk keuntungan berhubungan positif dengan intensitas merokok secara signifikan t 1,148 =4,75, p
Various studies have associated adolescents 39 smoking behavior to stress and perception related to the impact of the behavior. Even so, no study has examined the role of perception of smoking impact in the relation between stress and smoking behavior. In this study, the contribution of smoking impact perception in the relationship between stress level and smoking intensity will be examined. Three scales were used which were Perceived Stress Scale Cohen et al., 1983 , Stress Scale Dahlam, in Herwina, 2006 , and items to measure perception of smoking related risk and benefits Halpern Felsher et al., 2004 Song et al., 2008 . From 150 participants, this study found that perception of smoking impact related to benefit is positively related to smoking intensity significantly t 1,148 4,75, p"
2017
S66022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Permata Sari
"Stres merupakan fenomena kehidupan yang pasti dialami semua orang. Stres yang terjadi pada anak usia sekolah memberikan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan anak, bahkan dapat mendorong anak melakukan tindakan bunuh diri. Begitu banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami stres, baik faktor internal maupun eksternal di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Populasi penelitian adalah anak usia sekolah kelas enam SDN Pondok Cina I Depok. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 responden, dengan menggunakan metode purposive sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Chi-Square (p = 0,05).
Penelitian ini mendapatkan hasil tidak adanya pengaruh antara hubungan dengan teman dan beban tugas sekolah terhadap terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah. Sedangkan sikap guru mempengaruhi terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah. Peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya. untuk memilih tempat penelitian yang Iebih sesuai, melakukan uji validitas dan reliabilitas lengkap terhadap instrumen, serta memperbanyak jumlah responden penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5496
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sudjiati
"Intensive Care Unit (ICU) adalah ruangan dimana terdapat usaha perjuangan hidup melawan kematian (Hudak dan Gallo, 1997). Anggota keluarga yang dirawat di ruang ICU mempakan salah satu stressor bagi keluarga karena perasaan tidak pasti, tidak berdaya, situasi tidak tercluga yang dirasakan sebagai suatu ancaman bagi kehidupan anggota keluarga.
Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui faktor-faktor yang, rnempengaruhi stres pada keluarga, meliputi faktor internal (pendidikan, pekerjaan, pengalaman) dan faktor eksternal (prosedur tindakan medis, support sistem, dan komunikasi). Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) minggu pada 30 orang responden, yakni pada tanggal 11-23 Desember 2005 di ruang rawat ICU RS Cipto Mangunkusumo.
Metodologi penelitian menggunakan metode deskriptif sederhana dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Analisis data yang digunakan adalah distribusi Frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian menemukan bahwa faktor internal khususnya pengalaman tidak rnerubah stres pada kelurga. Faktor eksternal, khususnya support sistem dan komunikasi meningkatkan stres pada keluarga. Peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya agar memperluas area penelitian seperti keseriusan penyakit, lama hari rawat yang terkait dengan biaya, dll."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5468
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>