Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Tsabita Husna
"Riset evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis dampak program Pendidikan Kesetaraan dalam mewujudkan social well-being peserta didik. Literatur terkait topik ini masih belum mengangkat sisi perubahan social well-being peserta didik, padahal aspek ini dapat menjadi perhatian utama yang digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh program bagi penerima manfaat. Evaluasi ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Kerangka analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) digunakan untuk menilai implementasi dan dampak program, analisis SWOT untuk melihat aspek tata kelola program, serta analisis dampak dengan fokus pada parameter social well-being (Personal, Relational, Societal). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa implementasi program berdampak cukup baik pada social well-being peserta, terutama pada aspek personal. Program mampu meningkatkan kepuasan hidup peserta, meningkatkan kapabilitas interaksi, serta meningkatkan kepercayaan mereka terhadap institusi yang ada di masyarakat. Lebih lanjut, hasil evaluasi CIPP memperlihatkan bahwa dimensi context dan process lebih menonjol dibandingkan dua dimensi lainnya. Dari sisi tata kelola, keterbatasan dana dan kurangnya SDM tutor masih menjadi kelemahan utama. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap implementasi program yang diselenggarakan. Program Pendidikan Kesetaraan terlihat masih fokus pada target output dan kurang memperhatikan outcome atau dampaknya. Sehingga, evaluasi program serupa perlu menaruh perhatian pada dua dimensi tersebut.

This evaluation research aims to analyze the impact of the Education Equivalency Program in creating the student's social well-being. The literature related to this topic still has not addressed the transformation in the student's social well-being, even though this aspect can be the primary concern that is used to see how the program affects the beneficiaries. This evaluation was conducted using qualitative methods with in-depth interviews and observation techniques. The CIPP (Context, Input, Process, Product) framework analysis is used to assess program implementation and impact, SWOT analysis to see the program's governance aspects, and impact analysis focuses on social well-being parameters (Personal, Relational, Societal). The evaluation results showed that the program's implementation had a reasonably good impact on the participants' social well-being, especially on the personal aspect. The program can increase participants' life satisfaction, interaction capabilities, and trust in institutions in the community. Furthermore, the results of the CIPP evaluation show that the context and process dimensions are more prominent than the other two dimensions. In terms of governance, limited funds and lack of human resources for tutors are still the main weaknesses that affect the program's implementation. The Education Equivalency Program still focuses on output targets and less on outcomes or impacts. Thus, evaluating a similar program needs to consider these two dimensions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahidul Rasyid
"Studi mengenai social well-being sudah menjadi fokus kajian Konsorsium SWB di Asia. Social well-being melihat kualitas hidup seseorang secara personal dan relasional dalam konteks karakteristik masyarakat tempat tinggalnya. Studi terdahulu menyebutkan bahwa faktor determinan sosial well-being terbagi secara struktural dan kultural. Penelitian ini berupaya melihat pengaruh tingkat modal sosial terhadap kondisi social well-being masyarakat. Kebaharuan yang ditawarkan dalam studi ini adalah melihat kondisi social well-being berdasarkan kelompok penerima manfaat program CSR (beneficiaries) dengan bukan penerima manfaat program CSR. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan teknik stratified random sampling, studi ini menemukan bahwa modal sosial memiliki korelasi positif yang cukup kuat dengan kondisi social well-being masyarakat Pulau Kelapa. Lebih lanjut, hubungan kedua variabel tersebut menguat pada kelompok penerima program CSR perusahaan migas, disisi lain melemah pada warga yang bukan penerima manfaat program CSR. Secara teoritik, karakteristik komunitas yang homogen, kedekatan komunitas yang cenderung kuat karena adanya ikatan patrimonial, dan kemampuan pengorganisasian sosial yang baik di komunitas merupakan hal-hal yang dapat menjelaskan hasil ini.

The study of social well-being has become the focus of studies of the SWB Consortium in Asia. Social well-being looks at a person's quality of life personally and relatively in the context of the characteristics of the community in which he lives. Previous studies state that the determinants of social well-being are structurally and culturally divided. This study seeks to see the effect of the level of social capital on the condition of social well-being of society. The novelty offered in this study is looking at the condition of social well-being based on groups of beneficiaries of CSR programs with non-beneficiaries of CSR programs. By using quantitative methods and stratified random sampling techniques, this study found that social capital has a fairly strong positive correlation with the social well-being condition of the Coconut Island community. Furthermore, the relationship between the two variables strengthened in the group of oil and gas company CSR program recipients, while on the other hand, it weakened in residents who were not beneficiaries of CSR programs. Theoretically, the characteristics of a homogeneous community, the closeness of a community that tends to be strong due to patrimonial ties, and the ability of good social organizing in the community are things that can explain this result."
2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Habib Alvin Aneldi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan praktek digital terhadap social well-being mahasiswa di Jabodetabek. Pada penelitian sebelumnya melihat kerangka dari analisis digital well-being sebagai bentuk penggunaan perangkat digital yang mempengaruhi kondisi kesejahteraan subjektif melalui konsumsi konten yang sesuai dengan algoritma mereka yang pada akhirnya berdampak kepada perilaku dalam memenuhi kebutuhan akan social well-being. Dalam memperkaya studi sebelumnya dan menyederhanakan definisi konseptual dari analisis digital well-being, peneliti berusaha untuk menjelaskan social well-being mahasiswa melalui praktek digital yang dilakukan dengan menjelaskan hubungannya terhadap dimensi integrasi, aktualisasi, penerimaan, kontribusi dan koherensi sosial. Praktek digital mampu memberikan pengaruh yang membentuk interaksi mereka dalam menjalankan fungsi di masyarakat sebagai tolak ukur dari social well-being. Sehingga semakin tinggi praktek digital yang dilakukan maka akan semakin tinggi social well-being yang dirasakan oleh mahasiswa dan sebaliknya. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada 210 mahasiswa yang berdomisili di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa di Jabodetabek memiliki tingkat social well-being yang tinggi dan tingkat praktek digital yang tinggi. Praktek digital berupa penggunaan perangkat digital untuk kebutuhan sosialisasi dan komunikasi digital, hiburan digital dan praktek kreatif serta untuk kebutuhan manajemen diri, informasi, pendidikan dan pekerjaan terbukti berhubungan dengan tingkat social well-being mahasiswa

This study aims to analyze the relationship of digital practice to social well-being of students in Jabodetabek. In previous studies, we saw the framework of digital well-being analysis as a form of using digital devices that affect subjective well-being conditions through consumption of content that is in accordance with their algorithm, which in turn affects behavior in meeting the need for social well-being. Enriching the previous studies and simplifying the conceptual definition of digital well-being analysis, the researcher tries to explain the social well-being of students through digital practice by explaining their relationship to the dimensions of integration, actualization, acceptance, contribution and social coherence. Digital practice is able to provide an influence that shapes their interactions in carrying out functions in society as a benchmark for social well-being. So that the higher the digital practice carried out, the higher the social well-being felt by students and vice versa. This research uses a quantitative approach with data collection techniques through distributing questionnaires to 210 students who live in Jabodetabek. The results show that respondents have a high level of social well-being and a high level of digital practice. Digital practice in the form of using digital devices for digital socialization and communication, creative entertainment and practice, and informational managements is proven to be related to the level of social well-being of students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dio Anggara
"ABSTRACT
Penelitian ini menjelaskan pengaruh tingkat dukungan sosial terhadap tingkat well-being mahasiswa migran penerima program Afirmasi Pendidikan ADik Papua dan Daerah 3T terdepan, terluar, dan tertinggal di Universitas Indonesia. Studi-studi sebelumnya memperlihatkan bahwa mahasiswa memiliki permasalahan terkait ketidaksiapan mental, hubungn sosial, dan ekonomi. Studi melihat permasalahan mahasiswa migran sebagai bentuk rendahnya tingkat well-being yang disebabkan oleh rendahnya tingkat dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengen teknik pengumpulan data diperoleh melalui survei kepada 34 mahasiswa, wawancara mendalam kepada 6 mahasiswa, studi dokumen, dan observasi. Dalam analisis dukungan sosial, pihak yang dinilai paling memberikan dukungan adalah teman dan orang tua, sedangkan yang kurang memberikan dukungan adalah pemerintah daerah. Sementara itu dalam analisis well-being, skor terendah terdapat pada mental well-being. Uji regresi menunjukkan terdapat tiga model yang memiliki pengaruh signifikan terhadap well-being mahasiswa yaitu dukungan emosional, dukungan jaringan, dan dukungan informasi. Sementara itu, peneliti menduga terdapat varibel lain yang turut mempengaruhi well-being mahasiswa yaitu jaringan kelompok keagamaan mahasiswa berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dan religiositas mahasiswa berdasarkan studi litelatur.

ABSTRACT
This study explains the effect of social support level to migrants students well being receiving Papua Education Affirmative ADIK program and 3T Outside, Outermost and Left behind regions at the University of Indonesia. Previous studies discussed that students have problems related to mental, social, and economic unpreparedness. This study explains the migrant students problems as a form of low levels of well being caused by low levels of social support. This study uses quantitative approaches with data collection techniques obtained through surveys to 34 students, in depth interviews to 6 students, document studies, and observations. In the analysis of social support, the parties who are most likely to provide support are friends and parents, while the local governments give less supports. Meanwhile, in a well being analysis, the lowest score is in the well being mentality. Regression test showed that there are three models that have significant influence on student well being that is emotional support, network support, and information support. Meanwhile, the researcher suspect that there are other variables that influence the well being of students, namely the network of religious groups of students based on in depth interviews and observation and students religiosity based on review study."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Salsabila
"Banyaknya peristiwa yang terjadi menyangkut Gojek membuat para pengemudi Gojek menjadi dekat satu sama lain dan memiliki sense of community. Pro-kontra yang terjadi mengenai keberadaan Gojek mungkin mengganggu social well being para pengemudi Gojek. Dari penelitian-penelitian sebelumnya, dapat diketahui terdapat hubungan antara sense of community dan social well being.
Penelitian ini pun ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara sense of community dan social well being pada pengemudi Gojek di Jabodetabek. Data diambil dari 61 partisipan. Peneliti menggunakan Sense of Community Index - 2 untuk mengukur sense of community dan Social Well Being Scale untuk mengukur social well being.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sense of community dan social well being pada pengemudi Gojek di Jabodetabek. Selain itu, ditemukan bahwa dimensi integration and fulfillment of needs dan shared emotional connection pada sense of community paling baik dalam memprediksi social well being pada pengemudi Gojek di Jabodetabek.

Many events that happened involving Gojek has brought the Gojek drivers to be closer to each other and to have a senes of community. However, the pros and cons that occured regarding the existence of Gojek might also disturb their social well being. From previous studies, it is found that there is a relationship between the sense of community and social well being.
This study aims to find out whether there is a significant relationship between the sense of community and social well being of Gojek drivers in Jabodetabek or not. The data was taken from 61 participants. The writer used the Sense of Community Index - 2 to measure the sense of community and also Social Well Being Scale to measure social well being.
The results of this study showed that there is a positively significant relationship between the sense of community and social well being of the Gojek drivers in Jabodetabek. Furthermore, it was found that the dimensions of integration and fulfillment of needs and shared emotional connection in the sense of community work best in predicting the social well being of the Gojek drivers in Jabodetabek.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Noor Aminah Saleh
"Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan oleh Badan Pusat Statistik menemukan bahwa Maluku Utara telah menempati peringkat pertama sebagai provinsi paling bahagia di Indonesia selama lima tahun berturut-turut. Meskipun begitu, Maluku Utara tergolong sebagai salah satu provinsi di Indonesia dengan tingkat kesetaraan gender yang rendah. Populasi dewasa muda di Maluku Utara juga kerap kali menjadi korban dan pelaku dalam data mengenai kasus-kasus kekerasan dalam hubungan. Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali hubungan antara kesejahteraan subjektif dan sikap terhadap kesetaraan gender pada 226 orang dewasa muda berusia 20 - 40 tahun di Maluku Utara. Gender Egalitarianism Attitude digunakan untuk mengukur sikap terhadap kesetaraan gender, dan The PERMA-Profiler digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan negatif signifikan antara kesejahteraan subjektif dan sikap terhadap kesetaraan gender. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber dalam meneliti egalitarianisme gender di Indonesia, dan dapat digunakan sebagai acuan Indeks Pembangunan Gender di Indonesia, terutama di Maluku Utara.

The Happiness Level Measurement Survey by the Central Statistics Agency found that North Moluccas has consistently ranked first as the happiest province in Indonesia for five consecutive years. However, North Moluccas is categorized as one of the provinces in Indonesia with a low level of gender equality. The young adult population in North Moluccas often becomes victims and perpetrators in romantic relationship violence data. Therefore, this study reexamines the relationship between subjective well-being and attitudes toward gender equality among 226 young adults aged 20 - 40 in North Moluccas. The Gender Egalitarianism Attitude is used to measure attitudes toward gender equality, and The PERMA-Profiler is used to measure subjective well-being. The results of the correlation analysis show a significant negative relationship between subjective well-being and attitudes toward gender equality. The findings of this research can serve as a source for studying gender egalitarianism in Indonesia and can be used as a reference for the Gender Development Index in Indonesia, especially in North Moluccas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francisia Saveria Sika Ery Seda
"Perspektif Studi Pembangunan khususnya Perspektif Pembangunan Alternatif di dalam konteks Relasi Triangulasi Negara Pasar Masyarakat ini bukan hanya bisa membantu lebih memahami dan mendapatkan solusi bersama yang nyata, tetapi juga suatu keberpihakan pada masyarakat termasuk komunitas, tetapi khususnya, kelompok kelompok rentan yang marginal dan dieksklusikan. Gejala Social Well-being sangat erat berkaitan dengan kebahagiaan sehingga sementara kalangan menggunakan Indeks Kebahagiaan untuk menjelaskan Social Well-being. Kebahagiaan merupakan salah satu konsep utama di dalam kajian mengenai manusia dan masyarakat. Sehingga Sosiologi termasuk Studi Pembangunan memiliki perhatian dan kajian khusus mengenai Kebahagiaan termasuk Social Well-being, Keadilan Sosial, Kebebasan, Eksklusi Sosial, Inklusi Sosial, Transformasi Sosial. Kebijakan Sosial Inklusif Negara dibarengi dengan Kepedulian Pasar dan Kemandirian Masyarakat termasuk komunitas lokal merupakan salah satu sarana bagaimana Sosiologi khususnya, Studi Pembangunan, dapat berkontribusi secara nyata melalui kajian penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
PGB-Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Anggis Laras Damayanti
"ABSTRAK
Anak-anak di Indonesia cenderung memiliki tingkat kesejahteraan obyektif yang rendah, tetapi kesejahteraan subyektif yang menarik dari anak-anak Indonesia cukup tinggi. Sejumlah penelitian sebelumnya menemukan bahwa struktur sosial ekonomi dan keluarga sebagai faktor yang berkontribusi pada tingkat kesejahteraan subjektif anak-anak yang tinggi. Untuk memperkaya studi sebelumnya, peneliti menggunakan faktor lain untuk menjelaskan tingginya tingkat kesejahteraan subjektif anak-anak, yaitu dukungan sosial dari orang tua, guru, dan teman. Dalam penelitian ini, jenis kelamin dan tingkat sekolah digunakan sebagai variabel kontrol dalam melihat hubungan antara dukungan sosial dan kesejahteraan subjektif anak-anak. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan survei terhadap 340 anak-anak dari SMP Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Depok yang dipilih melalui multistage stratified random sampling. Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak memiliki tingkat kesejahteraan subjektif dan dukungan sosial yang tinggi. Dukungan sosial dari orang tua, guru, dan teman berkorelasi positif dengan kesejahteraan subjektif anak-anak. Selanjutnya, hasil menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi hubungan antara dukungan sosial dan kesejahteraan subyektif anak-anak dengan model elaborasi dari pola spesifikasi, sedangkan tingkat sekolah mempengaruhi hubungan antara dua variabel dengan model elaborasi dari pola penjelasan.

ABSTRACT
Children in Indonesia tend to have low levels of objective well-being, but attractive subjective well-being of Indonesian children is quite high. A number of previous studies have found that socioeconomic and family structures are factors that contribute to the high level of subjective well-being of children. To enrich previous studies, researchers used other factors to explain the high level of subjective well-being of children, namely social support from parents, teachers, and friends. In this study, gender and school level were used as control variables in seeing the relationship between social support and children's subjective well-being. This research was conducted using a survey of 340 children from SMP Negeri 2 and SMA Negeri 3 Depok selected through multistage stratified random sampling. The results show that children have a high level of subjective well-being and social support. Social support from parents, teachers and friends is positively correlated with children's subjective well-being. Furthermore, the results show that gender influences the relationship between social support and subjective well-being of children with the elaboration model of the specification pattern, while the school level influences the relationship between the two variables with the elaboration model of the explanation pattern."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Vania Maharani Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara penggunaan media sosial dan stres sosial terhadap social well-being. Studi-studi mengenai social well-being di Asia menemukan bahwa aspek non-ekonomi seperti nilai dan norma budaya, tradisi, relasi dan agama yang beragam antar negara memiliki asosiasi terhadap social well-being sehingga aspek tersebut perlu diperhitungkan. Peneliti berargumen bahwa penggunaan media sosial dan stres sosial memiliki hubungan dengan social well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penggunaan media sosial terhadap tingkat social well-being dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres sosial terhadap tingkat social well-being. Fungsi media sosial pada masa pandemi menjadi aspek vital sehingga menjadikan temuan ini berlawanan dengan temuan sebelumnya, media sosial memberikan lebih banyak manfaat secara positif sehingga meredam sisi negatif dari media sosial. Temuan penelitian menunjukkan bahwa aspek ekonomi masih menjadi faktor yang menentukan kepuasan hidup individu. Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah menggunakan data primer yang diambil melalui teknik survei yang disebarkan secara daring pada sampel dari populasi yaitu Jabodetabek yang berusia usia 19 hingga 40 tahun dengan total 419 responden. Peneliti juga menggunakan wawancara mendalam untuk mengumpulkan data pendukung

This study aims to examine the relationship between social media use and social stress on social welfare. Studies on social well-being in Asia find that non-economic aspects such as cultural values and norms, traditions, relations and religions that vary between countries have associations with social well-being, therefore these aspects need to be taken into account. Researcher argue that social media use and social stress have a relationship with social well-being. The results showed that there was a significant relationship between the level of social media use and the level of social well-being and there was no significant relationship between the level of social stress and the level of social well-being. The function of social media during the pandemic is an important aspect so that this finding is contrary to previous findings, social media provides more benefits in a positive way so that it is viewed negatively than social media. The research findings show that the economic aspect is still a factor that determines individual life satisfaction. The method used in this quantitative research is to use primary data taken through survey techniques that are boldly distributed to a sample of the population, namely Jabodetabek aged 19 to 40 years with a total of 419 respondents. Researchers also use indepth interview to collect supporting data."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Ainina Cahyaningtyas
"Dukungan sosial ditemukan dapat berperan sebagai variabel penyangga ketika individu mengalami situasi stres. Peranan ini menjadi penting ketika individu mengalami kondisi stres yang dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan subjektifnya. Pada situasi ekonomi yang mengalami kenaikan, kelompok generasi sandwich yang berperan untuk mengurus orang tua dan anak dalam satu waktu menjadi rentan untuk mengalami stres finansial yang dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan subjektifnya. Terkait dengan hubungan tersebut, penelitian ini mengkaji peran dari dukungan sosial sebagai variabel moderator pada hubungan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif. Penelitian ini melibatkan 135 responden generasi sandwich berusia 35-60 tahun yang memberikan dukungan finansial kepada anak dan orang tua. Analisis korelasional Pearson yang dilakukan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif menunjukkan adanya korelasi negatif yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi stres finansial maka akan semakin rendah kesejahteraan subjektif individu. Meskipun demikian, tidak terdapat peran moderasi yang signifikan dari dukungan sosial dalam hubungan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif.

Previous studies found that social support could have a moderating effect during one’s stressful situation. This role became important as the individual experienced a stressful situation that could have a negative impact towards its well-being. During the economic situation where inflation arises, the sandwich generation group whose role is to take care of parents and children at one time became vulnerable to experience financial stress which can have a negative impact on their subjective well-being. Related to this relationship, this study examined the role of social support as a moderator variable. This study involved 135 sandwich generation respondents, ranging from 35 to 60 years old, who provided financial support to their children and parents. Pearson’s correlation analysis conducted between financial stress and subjective well-being showed a significantly negative relationship, indicating that higher financial stress would lead to a lower subjective well-being. However, there is no significant moderating role of social support in the relationship between financial stress and subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>