Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Amalia Putri
"Latar belakang: Preeklamsia dengan gejala berat adalah gangguan kehamilan berupa onset baru hipertensi dan proteinuria disertai gejala berat pada usia gestasi ≥20 minggu. Sindrom kehamilan ini merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia. Terdapat berbagai faktor risiko preeklamsia, salah satunya adalah usia maternal ekstrem (<20 tahun dan >35 tahun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia maternal ekstrem dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 100 sampel ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan metode consecutive sampling. Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di RSCM. Data pasien diperoleh dari laporan jaga tindakan persalinan dan rekam medis elektronik Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM pada periode Maret 2019-Oktober 2019.  
Hasil: Subjek penelitian ini memiliki karakteristik sebagian besar berasal dari DKI Jakarta, berusia 20-35 tahun, bekerja, status paritas nullipara, dan usia gestasi ≥37 minggu. Sebanyak 34% (17 dari 50 subjek) pada kelompok ibu dengan preeklamsia gejala berat dan 16% (8 dari 50 subjek) pada kelompok ibu tanpa preeklamsia gejala berat berusia ekstrem. Berdasarkan analisis bivariat dengan uji Chi-square, diperoleh hubungan yang signifikan (p = 0.038) antara usia maternal ekstrem dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat (OR 2,705, IK 95% 1,040-7,036).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara usia maternal dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat di RSCM. Usia maternal ekstrem (<20 tahun dan >35 tahun) merupakan faktor risiko preeklamsia dengan gejala berat.

Introduction: Preeclampsia with severe features is a pregnancy disorder of new onset hypertension and proteinuria after 20 weeks gestational age. It is the leading cause of maternal and perinatal morbidity and mortality worldwide. There are various risk factors of preeclampsia, one of them is extreme maternal age (<20 years and >35 years). This study aims to determine the association between extreme maternal age and preeclampsia with severe features incidence.
Method: A cross-sectional study was conducted on 100 samples of pregnant women who met the inclusion and exclusion criteria using consecutive sampling method. The population in this study are pregnant women who gave birth at RSCM. Patient’s data was obtained from the delivery report and electronic health record of the Obstetrics and Gynecology Department RSCM from March to October 2019.

Result: The subjects of this study are mostly from DKI Jakarta, aged 20-35 years, working, nullipara, and have gestational age ≥37 weeks. A total of 34% (17 of 50 subjects) in the preeclampsia group and 16% (8 of 50 subjects) in the control group are in the extreme age. Based on Chi-square test, there is a significant association (p = 0.038) between extreme maternal age and the incidence of preeclampsia with severe features (OR 2.705, 95% CI 1.040-7.036).
Conclusion: There is a significant association between maternal age and the incidence of severe preeclampsia in RSCM. Extreme maternal age is a risk factor of preeclampsia with severe features.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filza Amara Kamila Harlena
"Latar belakang: Preeklamsia dengan gejala berat adalah salah satu penyakit hipertensi ibu hamil. Penyakit ini meningkatkan kejadian komplikasi dan kematian maternal dan neonatus. Banyak karakteristik ibu hamil yang diasosiasikan sebagai faktor risiko preeklamsia berat, diantaranya adalah paritas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara paritas dan kejadian preeklamsia berat pada ibu hamil. Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan menggunakan data yang diambil dari laporan jaga Departemen Obstetri dan Ginekologi tahun 2019 dengan metode consecutive sampling. Populasi yang digunakan adalah ibu hamil yang melahirkan di RSCM tahun 2019. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi-square dengan nilai kemaknaan p<0,05. Hasil: Dari 108 ibu hamil diinklusikan sebagian besar adalah warga DKI Jakarta, tidak bekerja, berusia 20-35 tahun, berstatus paritas nulipara, dan berusia kehamilan ≥37 minggu. Uji bivariat menunjukkan hubungan bermakna antara paritas dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat (p = 0,045). Setiap paritas mempunyai efek yang berbeda-beda terhadap kejadian preeklamsia berat, odds ratio yang didapat adalah sebagai berikut: nulipara (OR 0,47; 95%CI 0,22-1,02), primipara (OR 0,91; 95%CI 0,39-2,13), dan multipara (OR 2,94; 95%CI 1,19-7,26). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara paritas dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat. Multiparitas merupakan satu-satunya paritas yang menjadi faktor risiko preeklamsia berat.

Background: Preeclampsia with severe features is one of hypertension disorders of pregnancy. It can increase maternal and neonate complication as well as their mortality rate. There are many maternal characteristics that can be considered as risk factors of preeclampsia with severe features, parity being one of it. Therefore, this study aims to determine the association between parity and preeclampsia with severe features incidence in pregnant women. Methods: This cross-sectional study was conducted in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) using data collected consecutively from morning conference report of Obstetrics and Gynecology Department, 2019. The case population is pregnant women who gave birth at RSCM in 2019. The association of parity and severe preeclampsia incidence was analyzed using Chi-square test (degree of confidence 95%). Results: From 108 pregnant women included in this study, majority of the patients belong to these characteristics: located in DKI Jakarta, aged 20-35 years old, nullipara, and have gestational age ≥37 weeks. The Chi-square test showed that parity has significant association with preeclampsia with severe features (p = 0,029). Each parity category showcased different odds ratios, meaning they have different effect towards preeclampsia with severe features incidence. Said odds ratios are as followed: nullipara (OR 0,47; 95%CI 0,22-1,02), primipara (OR 0,91; 95%CI 0,39-2,13), and multipara (OR 2,94; 95%CI 1,19-7,26). Conclusion: There is a significant association between parity and preeclampsia with severe features incidence. Multiparity is the only parity that becomes the risk factor of severe preeclampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fasya Rizkiaputri
"Latar belakang: Preeklampsia dengan gejala berat menunjukkan perburukkan yang progresif pada kondisi ibu dan fetus, dimana persalinan segera diperlukan. Metode persalinan yang sering ditemukan pada preeklampsia dengan gejala berat adalah seksio sesarea, meskipun metode ini memiliki risiko jangka panjang dan pendek pada ibu dan bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan dari preeklampsia dengan gejala berat dan kejadian seksio sesarea pada ibu hamil. Metode: Studi cross sectional dilakukan menggunakan rekam medik pasien ibu hamil di Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM pada bulan Maret-Oktober 2019. Sampel diambil dengan metode consecutive. Data diagnosis preeklampsia dan metode persalinan diambil dan diuji menggunakan uji Chisquare untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan gejala berat dan seksio sesarea. Hasil: Didapatkan jumlah 68 sampel yang dianalisis, dengan frekuensi ibu dengan preeklampsia dengan gejala berat 34 orang dan 34 lainnya hamil normal. Karakteristik ibu adalah: 75% berasal dari DKI Jakarta, 51,5% tidak bekerja, 77,9% berusia ideal, 63,2% multipara, 64,7% aterm, dan 64,7% bersalin seksio sesarea. Sebanyak 76,5% pasien preeklampsia dengan gejala berat dan 52,5% pasien tanpa preeklampsia dengan gejala berat bersalin sesar. Hasil uji bivariat adalah p=0,042; IK95%:1,021-8,173; OR=2,889. Indikasi paling umum di pasien preeklamsia dengan gejala berat adalah komplikasi ibu, seperti impending eclampsia, sedangkan pada ibu hamil normal adalah ketuban pecah dini. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan gejala berat dan seksio sesarea. Studi selanjutnya sebaiknya menganalisis lebih jauh mengenai riwayat penyakit ibu, kegagalan induksi, dan nilai Bishop

Introduction: Preeclampsia with severe features shows a progressive worsening of the condition of the mother and fetus, for which immediate delivery is required. The method that is often found in preeclampsia with severe features is cesarean section, although this method has long and short term risks to both the baby and the mother. The purpose of this study is to determine the relationship of preeclampsia with severe features and the incidence of cesarean section in pregnant women. Method: Cross-sectional study was conducted using the medical records of pregnant women at the Department of Obstetrics and Gynecology FKUI-RSCM in March-October 2019. Samples were taken using the consecutive method. Data on the diagnosis of preeclampsia and method of delivery were taken and tested using the Chi-square test to determine the relationship between preeclampsia with severe symptoms and cesarean section. Result: A total of 68 samples were analyzed, where 34 of those are patient with preeclampsia with severe features and the other 34 were not. A total of 76.5% of preeclampsia with severe features patients and 52.5% of patients without preeclampsia with severe symptoms had cesarean delivery. The test results showed a significant relationship between preeclampsia with severe symptoms and cesarean section (p=0.042; 95% CI: 1.021-8.173; OR=2.889). The most common indication for patients with preeclampsia with severe features is maternal complication (impending eclampsia), meanwhile in healthy patients is premature rupture of membrane. Conclusion: There is a meaningful relationship between preeclampsia with severe features and cesarean section. Future studies should further analyze factors such as induction failur, Bishop score, and maternal disease history."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewiyana
"Latar Belakang: Komplikasi kehamilan adalah masalah kesehatan yang sering terjadi selama hamil dan berdampak pada mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi baru lahir. Studi terdahulu menunjukkan hubungan antara usia dengan jenis komplikasi kehamilan secara spesifik. Peneliti tidak menemukan studi di Indonesia yang membahas komplikasi kehamilan secara umum pada kelompok usia <20 tahun dan ≥35 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia ibu saat hamil dengan kejadian komplikasi kehamilan di Indonesia menggunakan data IFLS V 2014/2015.
Metode: Sampel yang di analisis pada penelitian ini berjumlah 1.325 setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis multivariat menggunakan uji multiple cox regression digunakan untuk mengetahui pengaruh usia ibu yang berisiko dalam menyebabkan komplikasi kehamilan pada populasi ibu yang pernah melahirkan pada tahun 2013-2015. Pada penelitian ini dilakukan analisis pada sub populasi untuk jenis komplikasi tertentu. Dikontrol oleh kovariat konsumsi zat besi, kelengkapan ANC10T, riwayat hipertensi, DM dan TBC.
Hasil: Hasil studi menunjukkan prevalensi komplikasi kehamilan sebesar 24%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik. Hasil akhir analisis multivariat, komplikasi kehamilan secara umum pada usia ibu saat hamil <20 tahun (aPR 0,98, 95% CI 0,60–1,57), sedangkan usia ibu saat hamil ≥35 tahun memiliki risiko 1,16 kali mengalami komplikasi kehamilan dibandingkan kelompok usia ibu saat hamil 20-34 tahun setelah dikontrol dengan kovariat (aPR 1,16, 95% CI 0,85–1,57). Sub populasi komplikasi kehamilan pada usia ibu saat hamil <20 tahun memiliki risiko 1,35 kali mengalami komplikasi kehamilan (aPR 1,35, 95%CI 0,71-2,46), sedangkan usia ibu saat hamil ≥35 tahun memiliki risiko 1,18 kali mengalami komplikasi kehamilan (aPR 1,18, 95%CI 0,78-1,83) setelah dikontrol kovariat. Sub populasi pada komplikasi perdarahan antepartum, pada usia ibu saat hamil <20 tahun memiliki risiko 1,35 kali mengalami komplikasi kehamilan (aPR 1,35, 95% CI 0,54–3,42), sedangkan usia ibu saat hamil ≥35 tahun memiliki risiko 1,65 kali mengalami komplikasi kehamilan setelah dikontrol kovariat (aPR 1,65, 95% CI 0,92–2,96).
Kesimpulan: Terdapat peningkatan risiko pada sub populasi komplikasi kehamilan dan sub populasi komplikasi perdarahan antepartum yang berusia <20 tahun atau lebih dari ≥35 tahun, walaupun tidak bermakna secara statistik. Perlu penguatan deteksi dini pada kelompok usia berisiko, disertai penguatan edukasi pengenalan tanda bahaya komplikasi kehamilan yang umum terjadi, serta selalu menjaga kualitas dari layanan antenatal.

Background: Pregnancy complications are common health issues during pregnancy and impact maternal and neonatal mortality and morbidity. Previous studies shown a relationship between age and specific types of pregnancy complications. Author did not find studies in Indonesia that discussed pregnancy complications in general, particularly for maternal age of <20 years and ≥35 years. This study aims to analyze the association between maternal age and the occurrence of pregnancy complications in Indonesia using IFLS V data.
Methods: The total samples analyzed in this study were 1,325 after fulfilling the inclusion and exclusion criteria. Multivariate analysis with multiple cox regression was used to determine the effect of maternal age at risk in causing pregnancy complications in a population of mothers who gave birth in the years 2013-2015. This study analyzed sub-populations for specific types of complications controlled by covariates of iron consumption, ANC 10T completeness, history of hypertension, diabetes mellitus, and tuberculosis.
Results: The results showed that the prevalence of pregnancy complications was 24%. There was no statistically significant relationship. The final results of the multivariate analysis showed that pregnancy complications in general occurred in maternal age <20 years (aPR 0.98, 95% CI 0.60–1.57), while maternal age ≥35 years had a 1.16 times higher risk of experiencing pregnancy complications compared to maternal age 20-34 years after controlling covariates (aPR 1.16, 95% CI 0.85–1.57). The sub-population pregnancy complications analysis showed that maternal age <20 years had a 1.35 times higher risk of experiencing pregnancy complications (aPR 1.35, 95% CI 0.71-2.46), while maternal age ≥35 years had a 1.18 times higher risk of experiencing pregnancy complications (aPR 1.18, 95% CI 0.78-1.83) after controlling covariates. The sub-population antepartum hemorrhage, maternal age <20 years had a 1.35 times higher risk (aPR 1.35, 95% CI 0.54–3.42), while maternal age ≥35 years had a 1.65 times higher risk after controlling covariates (aPR 1.65, 95% CI 0.92–2.96).
Conclusion: There is an increased risk in the subpopulation of pregnancy complications and antepartum hemorrhage among maternal age <20 years or ≥35 years old during pregnancy, although the results were not statistically significant. The finding suggests the needs for adequate efforts for early detection among high risk pregnant women along with strengthening education on recognizing common danger signs of pregnancy complications and consistently maintaining the quality of antenatal care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhani
"Provinsi Sumatera Barat merupakan 5 provinsi dengan proporsi SC tertinggi yaitu 23,6%. Proporsi SC di Kota Pariaman dan RSUD Pariaman termasuk kategori sangat tinggi lebih dari 40%. Sejumlah penelitian menunjukkan usia maternal dan paritas sebagai faktor yang konsisten dan berkontribusi besar terhadap tingginya proporsi persalinan SC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia maternal dan paritas dengan persalinan SC. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan populasi sumber ibu bersalin di RSUD Pariaman tahun 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana. Analisis data mencakup analisis deskriptif, bivariat, stratifikasi, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara usia maternal dengan persalinan SC setelah dikontrol faktor paritas, dan riwayat SC (RR=1,27; 95%CI=1,020 –1,597) dan terdapat hubungan paritas dengan persalinan SC setelah dikontrol faktor usia maternal, riwayat SC dan komplikasi kehamilan (RR=1,85; 95%CI=1,37 – 2,50). Dapat disimpulkan, ibu dengan usia maternal lanjut dan ibu nullipara berisiko lebih besar melahirkan secara SC. Oleh karena itu perlu diprioritaskan intervensi menurunkan SC yang fokus pada kelompok ibu usia maternal lanjut dan nullipara.

West Sumatra province includes 5 provinces with the highest proportion of SC, which is 23.6%. The proportion of SC in Pariaman City and Pariaman Public Hospital is in the very high category of more than 40%. Numerous studies point to maternal age and parity as consistent factors that contribute greatly to the high proportion of SC deliveries. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal age and parity with SC delivery. The design of this study is a retrospective cohort, with the source population being maternity mothers at RSUD Pariaman in 2023. Sampling is done using a simple random technique. Data analysis includes descriptive, bivariate, stratified, and multivariate analyses. The results showed a significant relationship between maternal age and SC delivery after controlling for parity and SC history (RR = 1,27; 95% CI = 1,020–1,597), and there was a significant association between parity and SC delivery after controlling for maternal age, SC history, and pregnancy complications (RR = 1,85; 95% CI = 1,37–2,50). It can be concluded that mothers with advanced maternal age and nulliparity are at greater risk of giving birth to SC. Therefore, it is necessary to prioritize interventions to reduce SC that focus on advanced maternal age, and nullipara groups."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Hari Kurniawan
"Tesis ini bertujuan mengetahui kadar vitamin D dan zinc serum pasien preeklamsia berat dan hamil normal, mengetahui hubungan antara kadar vitamin D dan zinc dengan kejadian preklamsia berat, dan prevalensi preeklamsia berat di RSCM. Penelitian ini merupakan observasional potong lintang. Subyek penelitian adalah perempuan hamil yang menjalani persalinan di Kamar Bersalin RSCM pada Januari sampai dengan April 2014. Terdapat 22 subyek kelompok preeklamsia berat dan 22 subyek kelompok hamil dengan tekanan darah normal. Hasil penelitian didapatkan rerata kadar vitamin D dan median kadar zinc lebih rendah pada kelompok preeklamsia berat dibandingkan hamil normal, namun tidak berbeda bermakna. Kadar vitamin D dan zinc tidak berhubungan bermakna dengan kejadian preklamsia berat, dengan p=0,689 dan 0=0,517. Prevalensi hipertensi dalam kehamilan di RSCM adalah 31,07%, dengan rincian sebagai berikut: hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklamsia ringan, preeklamsia berat, preeklamsia berat superimposed, sindrom HELLP, dan eklamsia gravidarum adalah 0,54%, 2,14%, 1,96%, 17,14%, 3,21%, 4,64%, dan 1,44%.

The purpose of this investigation was to examine the maternal plasma level of vitamin D and zinc in cases of severe preeclampsia compare to normal pregnancy, to know association between level of vitamin D and zinc and severe preeclampsia, and to know prevalence of severe preeclampsia in Cipto Mangunkusumo. This is a cross sectional observational study. Subjects were pregnant women who gave birth in delivery room Cipto Mangunkusumo Hospital in between January and April 2014. There are 22 subjects in severe preeclampsia group and 22 subjects in normotensive pregnancy. Subject with severe preeclampsia were noted to have lower maternal vitamin D and zinc level to normotensive pregnancy with not significant statistically (p 0,689 and p 0,517). Prevalence of hypertension in Cipto Mangunkusumo hospital is 31,07% which is contain of: chronic hypertension 0,54%, gestational hypertension 2,14%, mild preeclampsia 1,96%, severe preeclampsia 17,14%, superimposed severe preeclampsia 3,21%, HELLP syndrome 4,64%, and eclampsia 1,44%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Paramita Wardhani
"Latar Belakang : Preeklampsia masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil. Hingga saat ini masih belum ada program penapisan untuk memprediksi preeklampsia di Indonesia. Pada tahun 2018 di Jakarta, dilakukan penelitianmengenai faktor-faktor risiko maternal dan profil biofisik yang dinilai dapat meningkatkan kejadian preeklampsia. Namun, hasil penelitian tersebut masih perlu dilakukan validasi eksternal untuk mengonfirmasi bahwa hasilnya valid dan bisa diaplikasikan pada situasi, waktu, tempat yang berbeda. Tujuan: Melakukan validasi eksternal hasilpenelitian terdahulu Metode: Desain kohort prospektif. Semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RSCM, RSUK JoharBaru, dan RSUK Tebet dari April-November 2018 diikuti hingga bersalin/terjadi preeklampsia pada Januari 2019. Hasil: Total subjek 467 orang. Insidens preeklampsia dari ketiga rumah sakit adalah 18,2%. Hasil penelitian dianalisis secara bivariat dilanjutkan multivariat. Hasil penelitian yang secara statistik signifikan adalah hipertensi kronik, riwayat preeklampsia, tekanan arteri rerata≥ 95 mmHg, dan indeks pulsatilitas a.uterina tinggi. AUC-ROC (kemampuan diskriminasi untuk memprediksi preeklampsia) 85%. Sehingga merupakan instrumen yang baik untuk uji diagnostik. Hasil ROC dari penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang serupa. Cut off dari penelitian ini 0,91 (sensitivitas 79% dan spesifisitas 84%). Hasil uji validitas eksternal dari penelitian sebelumnya diterapkan pada penelitian ini dan menunjukkan hasil yang valid dan memiliki akurasi yang baik. Kesimpulan: Faktor-faktor yang meningkatkan risiko preeklampsia, yaitu hipertensi kronik, riwayat preeklampsia, tekanan arteri rerata ≥95 mmHg, dan indeks pulsatilitas a.uterina tinggi. Hasil perbandingan uji diagnostik dan uji validitas eksternalbaik.

Background: preeclampsia is still leading causes of morbidity and mortality in pregnant women. Until today, there is still no screening program to predict preeclampsia in Indonesia. In Jakarta 2018, conducted research on maternal risk factors and biophysical profile to predict preeclampsia. However, the results still needs to be performed external validation to confirm that the results of the study are valid and can be applied on different situations, populations, and times. Objective: to perform external validation of the previous studyMethods: A prospective cohort design. Participants are all pregnant women who perform antenatal care in RSCM, RSUK JoharBaru, and RSUK Tebet from April-November 2018. They will be followed until January 2019. Results: Total participants 467 subject. Incidence of preeclampsia from 3 hospitals was 18,2%. The results had been analyzed bivariate continuing multivariate. The results of this study which statistically significant werechronic hypertension, history ofpreeclampsia, mean arterial pressure≥ 95 mmHg, and high pulsatility index of uterine artery. AUC-ROC (discrimination ability to predict preeclampsia) was 85%. Therefore, it is a good instrument fordiagnostic test. The ROC result of previous study seen shows the similar result.Cut off of this study was 0,91 (79% sensitivity and 84% specificity). The result of external validity test from previous study which applied to this study was valid and showed a good accuracy.Conclusion: Several factors increase the risk of preeclampsia, such as chronic hypertension,history of preeclampsia, mean arterial pressure≥ 95 mmHg, and high pulsatility index of uterine artery. The results of diagnostic test and external validation test are good."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Munawaroh
"ABSTRAK
Latar Belakang: Abortus spontan merupakan salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia. Pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dimana World Health Organization memperkirakan abortus memiliki peran 5,7% terhadap kematian ibu di Asia. Prevalensi kejadian abortus spontan di Indonesia tahun 2010 ialah sebesar 4%. Sementara itu, usia paternal diketahui sebagai salah satu faktor yang berkontribusi pada terjadinya abnormalitas kromosom, morbiditas, dan mortalitas neonatus, dan kejadian abortus.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional analitik. Data yang digunakan ialah rekam medis pasien hamil di Instalasi Gawat Darurat serta Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta, bulan Januari-Desember 2011. Data usia paternal diambil dari pasien hamil yang mengalami abortus spontan dan non-abortus serta dianalisis menggunakan SPSS versi 20.
Hasil : Dari total 2518 pasien hamil, didapatkan prevalensi abortus sebesar 8,1%. Data usia paternal didapatkan pada 45,3% (1.139/2.518 kasus) dengan 21,7% usia paternal pada pasien abortus berada pada kelompok usia <35 tahun. Median (Rata-rata ± Standar Deviasi) dari usia paternal pada pasien abortus ialah 34 tahun (34,61± 8,94), sedangkan pasien non-abortus ialah 31 tahun (32,37± 7,14). Melalui uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan rerata bermakna usia paternal pada pasien abortus dengan non-abortus (p=0,012).

ABSTRACT
Background : Miscarriage has been known to be one of the cause of maternal death. Maternal death in Indonesia, 2007, was 228/100.000 livebirths, while World Health Organization predicted that miscarriage was contributing 5,7% for maternal death in Asia. In Indonesia, the prevalence of miscarriage in 2010 is 4%. Paternal age has been known to be a contributing factor for chromosomal abnormalities, morbidity and mortality of neonates, and miscarriage.
Methods : The study is a cross-sectional analitic using medial records data from Emergency Department and Obstetric and Gynecology Department in Cipto Mangunkusumo Hospital, January ? December 2011. Paternal age data collected from miscarriage woman and non-miscarriage pregnant woman then analyzed using SPSS version 20.
Results : From total 2518 pregnant woman, the prevalence of miscarriage was 8,1% (203/2518 cases). Paternal age data perform in 45,3% (1139/2518 cases) in
Which 21,7% of paternal age in miscarriage patients are in range <35 years old. The median (mean ± standard deviation) from paternal age in miscarriage woman was 34 years old (34,61 ± 8,94) and non-miscarriage pregnant woman was 31 years old (32,37 ± 7,14). Using Mann-Whitney U test, there was a strong difference of paternal age in miscarriage and non-miscarriage pregnant woman (p=0,012)."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neny Utami
"ABSTRAK
Perilaku mencari pertolongan kesehatan pada ibu hamil memiliki peran yang penting dalam pencegahan komplikasi kehamilan yang berisiko. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi perilaku mencari pertolongan kesehatan pada ibu hamil pre-eklampsia berat dan faktor yang berkontribusi. Metode penelitian adalah cross sectional dengan convenience sampling pada pengambilan sampel. Responden berjumlah 217 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan pelayanan (nilai p=0,049), pengambilan keputusan (nilai p =0,001) dan tingkat pengetahuan tanda dan bahaya kehamilan (nilai p= 0,001) berkontribusi pada perilaku mencari pertolongan kesehatan pada ibu hamil pre-eklampsia berat. Faktor yang paling dominan berkontribusi pada perilaku mencrai pertolongan kesehatan pada ibu hamil pre-eklampsia berat menunjukkan bahwa pengambilan keputusan OR=2,741(95%CI; 1,49-5,02) dan tingkat pengetahuan tanda dan bahaya kehamilan OR=0,25 (95%CI; 0,13-0,48). Tenaga kesehatan diharapkan mampu meningkatkan edukasi tentang pengambilan keputusan dalam pemanfaatan layanan kesehatan pada masa kehamilan.

ABSTRACT
Maternal health seeking behavior has an important role in the prevention of high risk pregnancy complications. The purpose of this study is to identified the maternal helath seeking behaviour with severe pre-eclampsia and contributing factors. The research method is cross sectional with convenience sampling. There were 217 respondents who met the inclusion criteria. The results of this study indicate that service satisfaction(p value =0,049), decision making (p value = 0,001) and the level of knowledge of signs and dangers of pregnancy (p value = 0,001) are factors that contribute to the maternal health seeking behaviour with severe pre-eclampsia. The dominant factors influencing the maternal health seeking behavior with severe pre-eclampsia were decision making OR=2,741(95%CI; 1,49-5,02) and the level of knowledge of signs and dangers of pregnancy OR=0,25 (95%CI; 0,13-0,48). Health workers are expected to be able to increase education about decision making in utilizing health services during pregnancy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maynia Meigas Gumbardania
"Maternal self-efficacy penting pada keterampilan perawatan bayi karena memfasilitasi penyesuaian dan pengalaman terhadap peran ibu. Ibu remaja mungkin memiliki maternal self-efficacy yang rendah dan mengalami ketidaksiapan menjalani peran menjadi ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan maternal self-efficacy dengan pencapaian peran menjadi ibu.
Desain penelitian ini adalah studi korelatif dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 103 ibu remaja yang memiliki bayi usia 1-4 bulan di Kota Bogor yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen data demografi, Maternal Efficacy Questionnaire (MEQ), dan Maternal Role Attainment Scael Form-B (MRAS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara maternal self-efficacy dengan pencapaian peran menjadi ibu (p<0.05). Selain itu diperoleh hasil bahwa ibu remaja memiliki maternal self-efficacy dan nilai pencapaian peran menjadi ibu yang tinggi. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pendidikan, pelayanan kesehatan, dan penelitian keperawatan untuk meningkatkan kemampuan remaja yang sudah harus berperan sebagai ibu untuk mencapai perannya.

Maternal self-efficacy is important on baby care skills because it facilitates adjustment and enhances mothers role. On the other hand, adolescent mothers may experience a low maternal self-efficacy and unpreparedness on becoming a mother. The purpose of this study was to identify the correlation between maternal self-efficacy and maternal role attainment.
This research used correlative design with cross-sectional method and involved 103 adolescent mothers who were having an infant of 1-4 month olds in Kota Bogor selected by consecutive sampling. Demographic questionnaire, Maternal Efficacy Questionnaire (MEQ) and Maternal Role Attainment Scale Form-B (MRAS) instruments were used in this study.
The results showed a significant correlation between maternal self-efficacy and maternal role attainment (p <0.05). This research found that the adolescent mothers had high maternal self-efficacy and high score of maternal role attainment. This study would be beneficial for nursing education, health services, and research to improve the ability of adolescent mothers to achieve their maternal role.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>