Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114657 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmahwati
"Orang tua yang bekerja dapat memiliki waktu terbatas untuk memberikan perhatian pada anak remajanya dan berakibat menerapkan pola asuh yang keliru. Sehingga, remaja akhir yang masih memerlukan bimbingan dari orang tua dapat berisiko mengalami kebingungan dalam proses eksplorasi diri yang dapat menyebabkan masalah mental emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 174 orang yang merupakan remaja usia 18-19 tahun. Instrumen penelitian menggunakan Parenting Style and Dimensions Questionnaire dan Self-Reporting Questionnaire-20. Hasil penelitian dengan uji Kolmogorov Smirnov menyatakan adanya hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir dengan nilai p 0,007 (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi orang tua untuk dapat menerapkan pola asuh yang sesuai dan seimbang serta menjadi informasi penunjang bagi perawat dalam perawatan pada remaja akhir.

Working parents may have limited time to pay attention to their adolescents which results in wrong parenting. Thus, late adolescents who still need guidance from their parents can be at risk of experiencing confusion in the self-exploration process which can cause mental emotional problems. This study aimed to determine the relationship between parenting working parents with mental emotional distress in late adolescents. The research design used a cross-sectional design with a sample of 174 people who were adolescents aged 18-19 years. Parenting Style and Dimensions Questionnaire was used in identifying parenting style and Self-Reporting Questionnaire-20 to explore mental emotional problem. The results showed that there was a significant relationship between the parenting pattern of working parents with mental emotional disorders in late adolescence (p<0.05). The results of this study can be used as information for parents to apply appropriate and balanced parenting styles as well as supporting information for nurses in the care of late adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Puspitasari
"Remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan hingga menyebabkan adanya transisi peran. Proses transisi peran ini dianggap sebagai masa-masa krusial sebab remaja menjadi lebih rentan mengalami tekanan psikologis yang berujung pada munculnya gangguan mental emosional. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif orang tua dan teman sebaya untuk membantu remaja mencegah dan menangani kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan dukungan sosial teman sebaya terhadap gangguan mental emosional pada remaja. Gangguan mental emosional (GME) diukur menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), pola asuh orang tua diukur dengan Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), dan dukungan sosial teman sebaya diukur dengan Social Provisions Scale (SPS). Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional pada 336 remaja di SMK Kemala Bhayangkari Delog dan SMA Negeri 66 Jakarta yang dipilih secara non acak (non-probability sampling) dengan metode stratified sampling. Hasil penelitian diperoleh hampir setengah dari total remaja terindikasi GME dengan skor borderline-abnormal. Selain itu, diketahui juga bahwa sebagian besar orang tua remaja menerapkan pola asuh permisif dan remaja yang memeroleh dukungan sosial teman sebaya kategori tinggi mendominasi dengan persentase >92%. Hasil analisis uji chi square mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap GME pada remaja (p = 0,428) dan tidak ada pula hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap GME pada remaja (p = 0,597). Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk promosi kesehatan jiwa dalam upaya pencegahan gangguan mental emosional pada remaja.

Adolescents experience rapid growth and development, even leading to role transition. This role transition process is considered a crucial time because adolescents become more vulnerable to psychological stress that leads to the emergence of mental emotional distress Therefore, an active role of parents and peers is needed to help adolescents prevent and handle these conditions. This study aims to determine the relationship between parenting and peer social support on mental emotional distress in adolescents. Mental emotional distress were measured using the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), parenting styles were measured with the Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), and peer social support was measured with the Social Provisions Scale (SPS). The research design used was a cross sectional research design on 336 respondents at SMK Kemala Bhayangkari Delog and SMA Negeri 66 Jakarta who were non-randomly selected (non-probability sampling) with stratified sampling method. The results showed that almost half of the total adolescents indicated experiencing mental emotional disorders with borderline-abnormal scores. In addition, it is also known that most adolescents' parents apply permissive parenting and adolescents who get high category peer social support dominate with a percentage of >92%. The results of the chi square test analysis showed that there was no significant relationship between parenting styles and mental emotional distress in adolescents (p = 0.428) and there was also no significant relationship between peer social support and mental emotional distress in adolescents (p = 0.597). The results of this study can be one of the references for mental health promotion in an effort to prevent mental emotional distress in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Justine Elisse
"Tingginya penggunaan internet di kalangan remaja Indonesia menyebabkan mereka rentan terhadap penggunaan internet bermasalah. Penggunaan internet yang bermasalah ini dapat memicu berbagai masalah psikologis, termasuk distres psikologis. Salah satu faktor yang berkaitan dengan penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis adalah pola pengasuhan orang tua. Oleh sebab itu, penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana peran pola pengasuhan positif orang tua dalam memoderasi hubungan penggunaan internet bermasalah dengan distres psikologis pada remaja di Indonesia. Penelitian kuantitatif non-eksperimental ini dilakukan pada 305 remaja berusia 15-18 tahun yang merupakan pengguna internet aktif dan diasuh oleh orang tua. Penggunaan internet bermasalah diukur menggunakan instrumen Generalized Problematic Internet Use-II (GPIUS-II), distres psikologis diukur menggunakan instrumen Depression, Anxiety, and Scale-21 (DASS-21), dan pola asuh positif diukur menggunakan instrumen Parent as Social Context Questionnaire (PSCQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh positif tidak berperan secara signifikan sebagai moderator hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis remaja, walaupun ditemukan arah hubungan yang melemahkan. Peneliti menyarankan pentingnya meneliti faktor-faktor lain dalam memoderasi hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis pada remaja, mengingat penelitian ini juga menemukan adanya hubungan positif antara penggunaan internet bermasalah dengan distres psikologis. Salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan adalah peran pola asuh negatif.

The high internet usage among Indonesian adolescents makes them vulnerable to problematic internet use. This problematic use of the internet can lead to various psychological problems, including psychological distress. One factor related to problematic internet use (PIU) and psychological distress is parenting style. This study aims to examine the moderating role of positive parenting style in the relationship between PIU and psychological distress among adolescents in Indonesia. This nonexperimental quantitative study involved 305 adolescents aged 15-18 years, who are active internet users and live with their parents. PIU was measured using the Generalized Problematic Internet Use-II (GPIUS-II), psychological distress was measured using the Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), and positive parenting style was measured using the Parent as Social Context Questionnaire (PSCQ). The results showed that positive parenting style did not significantly moderate the relationship between PIU and psychological distress, although a weakening direction was observed. This study suggests the importance of investigating other factors that may moderate the relationship between problematic internet use and psychological distress in adolescents, as a positive relationship between PIU and psychological distress was also found. One factor that could be considered is the role of negative parenting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ariyanti
"Pola asuh orang tua merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap gangguan perilaku emosional remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua terhadap gangguan perilaku emosianal pada remaja. Desain penelitian ini menggunakan Metode Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional pada 380 responden terhadap 3 sekolah di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Istrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang digunakan sudah baku digunakan untuk mengenali masalah perilaku emosional pada remaja yaitu Strenght and Difficulties Questionnaire (SDQ) dan Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ)-Short Version untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua. Hasil penelitian ini yaitu pola asuh permisif paling berpengaruh pada gangguan perilaku emosional kategori abnormal sebanyak 57,6%, diikuti dengan pola asuh otoriter sebanyak 56,6%, dan yang paling sedikit mempengaruhi remaja yaitu pola asuh demokratis sebanyak 18,5%. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik pola asuh orang tua berhubungan terhadap gangguan perilaku emosional remaja.

Parenting is a very big factor in the emotional behavior disorder of adolescents. This study is to identify the relationship between parental parenting and emotional behavior disorders in adolescents. This research design uses a Quantitative Method with a Cross Sectional approach on 380 respondents to 3 schools in Cilincing District, North Jakarta. The instrument used is a standard questionnaire used to identify emotional behavioral problems in adolescents, namely the Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) and the Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ)-Short Version to determine the type of parenting pattern. The results of this research are permissive parenting has the most influence on emotional behavioral disorders in the abnormal category as much as 57.6%, followed by authoritarian parenting as much as 56.6%, and the least influence on adolescents is democratic parenting as much as 18.5%. The results of the chi-square statistical test obtained a p value of 0.000. It can be concluded that statistically parenting patterns are related to emotional behavioral disorders in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amry Muhaimin Ramadhan
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan irasional dan kecenderungan mengalami distres psikologis pada remaja. Keberadaan ayah yang digambarkan melalui status buruh migran non buruh migran dianggap memiliki pengaruh dalam memperkuat atau melemahkan hubungan antara dua variabel utama. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat remaja rentan untuk mengalami distres psikologis, khususnya remaja yang tumbuh tanpa figur ayah dalam jangka waktu tertentu. Studi korelasional ini menggunakan data yang didapat dari remaja yang tinggal di salah satu daerah dengan tingkat persentase buruh migran yang tinggi, Karawang (N=479). Shortened General Attitude and Belief Scale (SGABS) digunakan untuk mengukur kepercayaan irasional, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) digunakan untuk mengukur kecenderungan depresi dan kecemasan, dan data demografis berupa status ayah (TKI non TKI) digunakan untuk menggambarkan keberadaan ayah. Hasil analisis moderasi secara umum menunjukkan keberadaan ayah tidak signifikan memengaruhi kekuatan hubungan antara dua variabel utama (b = 0.001, p >0.129).

This study aimed to determine the relationship between irrational beliefs and the tendency to experience psychological distress among adolescents. Fathers presence described through the status of igrant workers - non-migrant workers, is considered to have an effect for strengthening or weakening the relationship between the two main variables. This research needs to be done because adolescents are vulnerable to experiencing psychological distress, especially adolescents who grow or grew up without a father presence in a certain period of time. This correlational study uses data obtained from adolescents who live in one area with a high percentage of migrant workers, Karawang (N = 479). The shortened General Attitude and Beliefs Scale (SGABS) was used to measure irrational beliefs, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) was used to measure tendencies of depression and anxiety, and demographic data in the form of father status (migrant workers - non-migrant workers) were used to describe father's presence. The results of the moderation analysis generally indicate that the presence of fathers did not significantly influence the strength of the relationship between the two main variables (b = 0.001, p >0.129)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Lazuardy Rahmani
"Populasi remaja di era saat ini tumbuh dengan paparan penggunaan internet yang sangat masif sehingga meningkatkan resiko munculnya perilaku penggunaan internet bermasalah. Penggunaan internet bermasalah dijelaskan sebagai adanya gejala kognitif dan perilaku penggunaan internet yang berdampak pada berbagai konsekuensi negatif, salah satunya munculnya distres psikologis. Disisi lain, studi menunjukkan bahwa dukungan sosial diduga dapat berperan sebagai salah satu faktor protektif dari kemunculan distres psikologis sebagai dampak dari penggunaan internet yang bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran dukungan sosial sebagai moderator hubungan antara penggunaan internet bermasalah dengan distres psikologis pada remaja. Penelitian dengan desain kuantitatif dilakukan pada 323 remaja berusia 15-18 tahun dengan menyebarkan instrumen kuesioner Generalized Problematic Internet Use Scale-II (GPIUS-II), Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Hasil menunjukkan bahwa dukungan sosial, khususnya yang bersumber dari keluarga, berperan sebagai moderator dalam hubungan antara penggunaan internet bermasalah dan distres psikologis remaja. Temuan ini memperkuat pentingnya peran dukungan sosial sebagai salah satu faktor yang dapat menurunkan dampak negatif dari penggunaan internet bermasalah.

he adolescent population in the current era is growing with extensive exposure to internet usage, which is increasing the risk of problematic internet use behaviors. Problematic internet use is characterized by cognitive and behavioral symptoms that lead to various negative consequences, including psychological distress. On the other hand, social support is suspected to act as a protective factor against the psychological distress resulting from problematic internet use. This study aims to examine the role of social support as a moderator in the relationship between problematic internet use and psychological distress in adolescents. A quantitative research design was conducted with 323 adolescents aged 15-18 years, utilizing Generalized Problematic Internet Use Scale-II (GPIUS-II), Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21), and Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Results show that social support, especially from family, significantly moderated the relationship between problematic internet use and psychological distress in adolescents. These findings highlight the crucial role of social support to reduce the negative impacts of adolescents’ problematic internet use."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiza Annisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pola asuh orang tua (ayah dan ibu) yang dipersepsi oleh anak dan urutan kelahiran anak dengan kemandirian emosional pada remaja akhir. Partisipan dalam penelitian ini adalah 280 orang mahasiswa angkatan pertama Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh ayah dengan kemandirian emosional, tapi interaksi antara pola asuh ayah dan urutan kelahiran anak tidak berhubungan dengan kemandirian emosional. Pola asuh ibu berhubungan dengan kemandirian emosional dan terdapat interaksi antara pola asuh ibu dan urutan kelahiran anak dengan kemandirian emosional. Urutan kelahiran anak tidak berhubungan dengan kemandirian emosional.

The purpose of this research is to identified the relationship between perceived parenting style (father and mother) by children and child birth order with emotional autonomy in late adolescent. Participants of this research are 280 freshman students in University of Indonesia. The main results shows that there is relationship between perceived parenting style of father and emotional autonomy, but interaction between perceived parenting style of father and child birth order is not related. Perceived parenting style of mother is related with emotional autonomy and so is the interaction between parenting style of mother and child birth order. There is no relationship between child birth order itself with emotional autonomy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiella Damaputri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara distres psikologis dan hardiness pada mahasiswa. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang berjumlah 1962 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 untuk mengukur distres pikologis dan Dispositional Resilience Scale 15-Revised DRS 15-R untuk mengukur hardiness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan hardiness r=-0,252, n=1962.

This study was conducted to examine the correlation between psychological distress and hardiness among college students. Respondents in this study were 1962 students from various colleges in Indonesia. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 to measure psychological distress and Dispositional Resilience Scale 15 Revised DRS 15 R to measure hardiness. The result indicated there is a significant negative correlation between psychological distress and hardiness r 0,252, n 1962, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Salsabilla Ibrahim
"Fenomena COVID-19 menimbulkan distres pada dewasa muda. Distres dewasa muda salah satunya disebabkan oleh interaksi di dalam keluarga, saat dewasa muda harus tinggal bersama keluarga selama masa pandemi. Studi kuantitatif ini bertujuan untuk melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor distres psikologis pada dewasa muda selama pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 411 orang berusia 18 sampai 25 tahun (M=20,7). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device (FAD) dan General Health Questionnaire (GHQ-12). Ditemukan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi distres psikologis pada orang dewasa muda (R2 = 0,235, p<0,05) dan dimensi komunikasi dalam keberfungsian keluarga dapat memprediksi secara signifikan distres psikologis dewasa muda (β= -0,245, p<0,05). Lebih lanjut, ditemukan distres psikologis yang lebih tinggi pada dewasa muda perempuan dibandingkan laki-laki dan laki-laki mempersepsikan keberfungsian keluarganya lebih baik dari perempuan.

The COVID-19 phenomenon causes distress in young adults. One of the causes of young adults distress is due to interactions within the family, when young adults have to live with their families during the pandemic. This quantitative study aims to look at family functioning as a predictor of psychological distress in young adults during the COVID-19 pandemic. The participants in this study were 411 people aged 18 to 25 years (M=20,7). The measuring instruments used in this study were the Family Assessment Device (FAD) and the General Health Questionnaire (GHQ-12). It was found that family functioning significantly predicts psychological distress in young adults (R2 = 0.235, p<0.05) and the communication dimension in family functioning can significantly predict psychological distress in young adults (β= -0.245, p<0.05). Furthermore, it was found that psychological distress was higher in young adult women than men and men perceived their family functioning as better than women. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Adni Fauziah
"ABSTRAK
Prevalensi merokok pada remaja lebih tinggi dibandingkan kelompok dewasa
karena remaja merupakan masa transisi yang cenderung tidak stabil psikologisnya.
Hasil Global Youth Tobacco Survey tahun 2014 melaporkan konsumsi tembakau
pada remaja sebesar 20,3%, yaitu 19,4% perokok saat ini dan 2,1% bukan perokok.
Distres emosional pada remaja dilaporkan memiliki hubungan terhadap perilaku
merokok. Penelitian ini mempelajari besar efek distres emosional terhadap perilaku
merokok remaja di Indonesia. Data survei Riskesdas 2013 dianalisis dengan
menggunakan regresi logistik berganda dengan mempertimbangkan desain survei.
Variabel confounding yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan kepala
rumah tangga, sosial ekonomi keluarga, dan anggota rumah tangga yang merokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa odds remaja yang merokok mengalami distres
emosional sebesar 1,82 kali dibandingkan dengan remaja yang tidak merokok
setelah dikontrol oleh variabel umur, pendidikan kepala rumah tangga, tempat
tinggal, dan sosial ekonomi (OR=1,82; 95% CI 1,66-1,99). Odds remaja yang
merokok mengalami distres emosional sebesar 1,82 kali dibandingkan dengan
remaja yang tidak merokok setelah dikontrol oleh variabel umur, pendidikan kepala
rumah tangga, tempat tinggal, dan sosial ekonomi.

ABSTRACT
Smoking prevalence in adolescent is higher than adult due to transition fase caused
unstabil psychology. In 2014, Global Youth Tobacco Survey reported the current
use of any tobacco product by youth was 20,3%, of which 19,4% were current
tobacco smokers and 2,1% were current smokeless tobacco users. Emotional
distress in adolescent associated with smoking behaviour. The aimed was to study
emotional distress effect to smoking behavior among adolescent in Indonesia.
National Health Research Data Survey in 2013 was analyzed by using multiple
logistic regression. Result showed that odds adolescent smoker had to emotional
distress 1,82 than adolescent nonsmoker adjusted by age, household education,
addressed and family?s socio economic. (OR=1,82; 95% CI 1,66-1,99). Odds
Adolescent smoker had to emotional distress 1,82 than adolescent nonsmoker
adjusted by age, household education, addressed and family?s socio economic."
2016
T46042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>