Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shera Cynthia Islami
"Latar Belakang: Berdasarkan laporan Riskesdas (2018), terdapat sekitar 77 juta perokok berusia diatas 15 tahun di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai merokok pada saat remaja dan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadikan remaja sebagai target untuk pencegahan dan intervensi kebiasaan merokok. Pengetahuan dan kesadaran mengenai bahaya merokok serta motivasi berhenti merokok diketahui mejadi faktor dalam mencegah kebiasaan merokok dan memprediksi peluang seseorang berhenti merokok. Tujuan: Untuk mengetahui kesadaran dan tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok pada rongga mulut serta motivasi berhenti merokok pada siswa SMA di Jakarta beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode penelitian: Studi analisis cross-sectional pada 552 siswa SMA di Jakarta. Kesadaran dan tingkat pengetahuan diukur menggunakan kuesioner penelitian AlAbdullah, dkk (2019). Kuesioner penelitian Joly, dkk (2017) digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok. Kedua kuesioner selanjutnya melalui proses adaptasi lintas budaya, uji validitas, dan uji reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan data dilakukan melalui dua tahap yaitu total sampling di SMAN 77 Jakarta Pusat pada tahap pertama dan convenience sampling pada tahap kedua. Hasil: Mayoritas siswa (n = 493, 89,3%) telah sadar akan bahaya merokok pada rongga mulut. Terdapat 324 (65,72%) siswa dari siswa yang sadar masih memiliki tingkat masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, yaitu hanya dapat mengetahui paling banyak empat dari sepuluh efek spesifik merokok terhadap rongga mulut. Efek spesifik merokok terhadap rongga mulut yang paling banyak diketahui oleh siswa adalah bau mulut dan yang paling sedikit siswa ketahui adalah nyeri saat mengunyah. Terdapat hubungan bermakna antara beberapa karakteristik sosiodemografi terhadap kesadaran dan pengetahuan siswa. Siswa perempuan, memiliki niat berhenti merokok dan belum lama merokok memiliki kesadaran lebih baik. Siswa yang tidak pernah merokok memiliki kesadaran dan tingkat pengetahuan lebih baik. Selain itu, motivasi berhenti merokok masih rendah pada 22 (43,1%) dari 51 siswa yang pernah merokok. Terdapat korelasi linear antara skor motivasi berhenti merokok terhadap ratarata nilai rapor, status berhenti merokok, lama merokok, dan niat berhenti merokok. Semakin tinggi nilai rapor, semakin lama siswa telah berhenti merokok, dan pada siswa yang memiliki niat berhenti merokok, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa untuk berhenti merokok, hal sebaliknya terjadi pada siswa yang semakin lama merokok. Lebih lanjut, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat motivasi berhenti merokok terhadap kesadaran (p = 0,136) dan tingkat pengetahuan (p = 0,504) mengenai bahaya merokok pada rongga mulut. Kesimpulan: Mayoritas siswa SMA di Jakarta telah sadar bahwa merokok membahayakan rongga mulut, namun tingkat pengetahuan mengenai efek spesifik rokok terhadap rongga mulut dan tingkat motivasi berhenti merokok masih rendah. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai bahaya merokok pada remaja sebagai upaya mencegah perilaku merokok pada remaja dan membantu remaja berhenti merokok

Background: According to Riskesdas (2018), there are over 77 million 15-years-old and above smokers in Indonesia. The fact that most of smokers in Indonesia start smoking during adolescent makes it as the right target for prevention and intervention of smoking. Awareness and knowledges about the jeopardy effect of smoking on health have known to be protective factors for smoking. Meanwhile, motivation to stop smoking plays role in predicting smoking cessation. Objective: To asess the awareness and knowledge about the jeopardy effects of smoking on oral health and smoking cessation motivation among high school students in Jakarta along with their contributing variables. Method: An analytic questionnaire-based cross-sectional study was conducted among 552 high school students in Jakarta. Questionnaire from AlAbdullah, et al (2019) was used to asses awareness and knowledge. Smoking cessation motivation was assed using questionnaire from Joly, et al (2017). Both questionnaires have undergone cross-cultural adaptation, validity, and reliability test. There were two steps of data collection, the first step was using total sampling on students from Public Senior Highschool number 77 in Central Jakarta and the second step was using convenience sampling to senior high school students in Jakarta. Results: The majority of students were aware (n = 493, 89.3%) about the jeopardy effects of smoking on oral health. However, there were 324 (65,72%) students that still had low knowledge level among students who aware, students mentioned were only able to mention maximum four specific effects of smoking on oral health. The most known effect was bad odor and the least was painful chewing. There were significant associations between awareness with gender, intention to quit smoking, smoking status, and duration of smoking. Female students, students who have intention to quit smoking, never smoke, and have shorter smoking duration were more likely to aware than the contra group. With respect to knowledge, students who have never smoked were more likely to have higher knowledge level. Aside of that, the level of smoking cessation motivation was still low on 22 (43,1%) over 51 students who have smoked. There are linier correlations between motivation score with academic score, abstinence duration, smoking period, and the intention to quit smoking. The higher academic score, the longer abstinence from smoking, the shorter smoking duration, and having intention to quit smoking, the higher the motivation to quit smoking will be. However, there was no any statistically significant difference between smoking cessation motivation with awareness (p = 0.136) and knowledge (p = 0.504). Conclusion: Most of the students were aware that smoking affects oral health. However, the level of knowledge about further effects and smoking cessation motivation was still low. Thus, more interventions are required to address these issues in order to prevent adolescencts from smoking and promote smoking cessation on adolescents who smoke."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shera Cynthia Islami
"Latar Belakang: Berdasarkan laporan Riskesdas (2018), terdapat sekitar 77 juta perokok
berusia diatas 15 tahun di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai merokok pada
saat remaja dan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadikan remaja
sebagai target untuk pencegahan dan intervensi kebiasaan merokok. Pengetahuan dan
kesadaran mengenai bahaya merokok serta motivasi berhenti merokok diketahui mejadi
faktor dalam mencegah kebiasaan merokok dan memprediksi peluang seseorang berhenti
merokok. Tujuan: Untuk mengetahui kesadaran dan tingkat pengetahuan tentang bahaya
merokok pada rongga mulut serta motivasi berhenti merokok pada siswa SMA di Jakarta
beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode penelitian: Studi analisis
cross-sectional pada 552 siswa SMA di Jakarta. Kesadaran dan tingkat pengetahuan
diukur menggunakan kuesioner penelitian AlAbdullah, dkk (2019). Kuesioner penelitian
Joly, dkk (2017) digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok. Kedua
kuesioner selanjutnya melalui proses adaptasi lintas budaya, uji validitas, dan uji
reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan data dilakukan melalui dua
tahap yaitu total sampling di SMAN 77 Jakarta Pusat pada tahap pertama dan
convenience sampling pada tahap kedua. Hasil: Mayoritas siswa (n = 493, 89,3%) telah
sadar akan bahaya merokok pada rongga mulut. Terdapat 324 (65,72%) siswa dari siswa
yang sadar masih memiliki tingkat masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah,
yaitu hanya dapat mengetahui paling banyak empat dari sepuluh efek spesifik merokok
terhadap rongga mulut. Efek spesifik merokok terhadap rongga mulut yang paling banyak
diketahui oleh siswa adalah bau mulut dan yang paling sedikit siswa ketahui adalah nyeri saat mengunyah. Terdapat hubungan bermakna antara beberapa karakteristik sosiodemografi
terhadap kesadaran dan pengetahuan siswa. Siswa perempuan, memiliki niat
berhenti merokok dan belum lama merokok memiliki kesadaran lebih baik. Siswa yang
tidak pernah merokok memiliki kesadaran dan tingkat pengetahuan lebih baik. Selain itu,
motivasi berhenti merokok masih rendah pada 22 (43,1%) dari 51 siswa yang pernah
merokok. Terdapat korelasi linear antara skor motivasi berhenti merokok terhadap ratarata
nilai rapor, status berhenti merokok, lama merokok, dan niat berhenti merokok. Semakin tinggi nilai rapor, semakin lama siswa telah berhenti merokok, dan pada siswa yang memiliki niat berhenti merokok, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa untuk berhenti merokok, hal sebaliknya terjadi pada siswa yang semakin lama merokok. Lebih lanjut, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat motivasi berhenti merokok terhadap kesadaran (p = 0,136) dan tingkat pengetahuan (p = 0,504) mengenai bahaya merokok pada rongga mulut. Kesimpulan: Mayoritas siswa SMA di Jakarta telah sadar bahwa merokok membahayakan rongga mulut, namun tingkat pengetahuan mengenai efek spesifik rokok terhadap rongga mulut dan tingkat motivasi berhenti merokok masih rendah. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai bahaya merokok pada remaja sebagai upaya mencegah perilaku
merokok pada remaja dan membantu remaja berhenti merokok.

Background: According to Riskesdas (2018), there are over 77 million 15-years-old and
above smokers in Indonesia. The fact that most of smokers in Indonesia start smoking
during adolescent makes it as the right target for prevention and intervention of smoking.
Awareness and knowledges about the jeopardy effect of smoking on health have known
to be protective factors for smoking. Meanwhile, motivation to stop smoking plays role
in predicting smoking cessation. Objective: To asess the awareness and knowledge about
the jeopardy effects of smoking on oral health and smoking cessation motivation among
high school students in Jakarta along with their contributing variables. Method: An
analytic questionnaire-based cross-sectional study was conducted among 552 high school
students in Jakarta. Questionnaire from AlAbdullah, et al (2019) was used to asses
awareness and knowledge. Smoking cessation motivation was assed using questionnaire
from Joly, et al (2017). Both questionnaires have undergone cross-cultural adaptation,
validity, and reliability test. There were two steps of data collection, the first step was
using total sampling on students from Public Senior Highschool number 77 in Central
Jakarta and the second step was using convenience sampling to senior high school
students in Jakarta. Results: The majority of students were aware (n = 493, 89.3%) about
the jeopardy effects of smoking on oral health. However, there were 324 (65,72%)
students that still had low knowledge level among students who aware, students
mentioned were only able to mention maximum four specific effects of smoking on oral
health. The most known effect was bad odor and the least was painful chewing. There
were significant associations between awareness with gender, intention to quit smoking,
smoking status, and duration of smoking. Female students, students who have intention to quit smoking, never smoke, and have shorter smoking duration were more likely to
aware than the contra group. With respect to knowledge, students who have never smoked
were more likely to have higher knowledge level. Aside of that, the level of smoking
cessation motivation was still low on 22 (43,1%) over 51 students who have smoked.
There are linier correlations between motivation score with academic score, abstinence
duration, smoking period, and the intention to quit smoking. The higher academic score,
the longer abstinence from smoking, the shorter smoking duration, and having intention
to quit smoking, the higher the motivation to quit smoking will be. However, there was
no any statistically significant difference between smoking cessation motivation with
awareness (p = 0.136) and knowledge (p = 0.504). Conclusion: Most of the students were
aware that smoking affects oral health. However, the level of knowledge about further
effects and smoking cessation motivation was still low. Thus, more interventions are
required to address these issues in order to prevent adolescencts from smoking and
promote smoking cessation on adolescents who smoke.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silke Ramadhani Tresnatri
"Latar belakang: Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menimbulkan
berbagai macam masalah pada kesehatan termasuk pada gigi dan mulut. Jumlah perokok
di Indonesia tinggi dan menurut Riskesdas (2013) usia pertama kali merokok paling
tinggi di Indonesia adalah pada kelompok umur 15 – 19 tahun yang merupakan remaja.
Selain itu, jumlah perokok yang merupakan pelajar di Bogor juga cukup tinggi. Oleh
karena itu, perlu dilakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pada
remaja khususnya siswa SMAN 3 bogor mengenai dampak merokok terhadap kesehatan
gigi dan mulut menggunakan media poster. Tujuan: Mengetahui efektivitas poster
melalui daring dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dari siswa SMA mengenai
dampak merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut Metode: Dilakukan penelitian
secara daring dengan kuesioner yang menggunakan desain studi pre-experimental dengan
rancangan one group pretest-posttest design pada siswa SMAN 3 Bogor yang berusia 15-
19 tahun. Responden penelitian terdiri dari 410 orang yang dipilih melalui metode
purposive sampling. Hasil: Berdasarkan uji Wilcoxon, terdapat perbedaan bermakna
secara statistik pada rerata nilai pre-test dan post-test pengetahuan (p < 0,05) namun tidak
ada perbedaan bermakna pada rerata sikap (p > 0,05). Berdasarkan uji Effect Size Cohen’s
d, efektivitas poster dalam meningkatkan pengetahuan siswa mengenai dampak merokok
terhadap kesehatan gigi dan mulut relatif kecil. Kesimpulan: Terdapat peningkatan
pengetahuan namun tidak terjadi peningkatan sikap pada siswa SMAN 3 Bogor.
Evektivitas poster dalam meningkatkan pengetahuan relatif kecil dan poster tidak efektif
dalam meningkatkan sikap

Background: Smoking is one of the risk factors that can cause a lot of problems in health
including oral health. The number of smokers in Indonesia is high and according to
Riskesdas (2013) the highest age group to start smoking is between 15 to 19 years old
which is the teenager. Other than that, the number of smokers amongst students in Bogor
is quite high. Based on those statements, the need to educate students in 3 Senior High
School Bogor is important to increase the knowledge and attitude of the students about
smoking effects on oral health by using poster as a media which was posted online.
Objectives: To identify the effectivity of online posted poster in increasing knowledge
and attitude of senior high school’s students about smoking effects on oral health.
Methods: This research has been done through online questionaires by using preexperimental
study with one group pretest-posttest design towards the students in 3
Senior High School Bogor aged 15-19. Result: Based on Wilcoxon test, there is
statistically significant difference between the mean of pre-test and post-test score in
knowledge (p < 0,05) but there is no statistically significant difference in attitude. Based
on Effect Size Cohen’s d test, the effectivity of poster in increasing knowledge of the
students about smoking effect on oral health is relatively small. Conclusion: There is an
increase in knowledge but there is no increase in attitude of the 3 Senior High School
Bogor’s students. Poster effectivity in increasing knowledge is relatively small and poster
is not effective in increasing attitude.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Andriani Zahra
"Latar Belakang: Merokok telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan selama empat abad terakhir, menyebabkan lebih dari 8 juta kematian dini setiap tahun. Di Indonesia, 28,96% penduduk usia 15 tahun ke atas adalah perokok. Meskipun banyak yang menyadari dampak buruknya, praktik ini masih tinggi. Penelitian di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) FKG UI mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok terhadap kesehatan mulut dengan sikap mereka terhadap berhenti merokok. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok terhadap kesehatan mulut dengan sikap pasien terhadap upaya berhenti merokok. Metode: Studi analitik potong lintang menggunakan kuesioner pada pasien RSKGM FKG UI. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik SPSS. Hasil: Sebanyak 75 pasien RSKGM FKG UI berpartisipasi. Responden (>50%) merokok setiap hari, dengan dominasi responden laki-laki dan kelompok usia remaja akhir. Responden (60%) menyatakan menggunakan rokok filter. Responden (42,7%) menggunakan rokok konvensional kurang dari 12 batang/hari. Jenis kelamin, frekuensi merokok, dan tipe rokok yang diugnakan berhubungan dengan pengetahuan pasien terhadap efek merokok. Berhenti merokok dalam jangka waktu tertentu dan frekuensi merokok berhubungan dengan sikap pasien terhadap berhenti merokok. Terdapat korelasi positif yang lemah antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok dan sikap mereka untuk berhenti merokok, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan pasien tentang dampak merokok, semakin besar pengaruhnya terhadap sikap pasien untuk berhenti merokok. Kesimpulan: Sebagian besar responden penelitian sudah menyadari dampak berbahaya dari merokok. Mayoritas responden penelitian berkeinginan untuk berhenti merokok namun tidak ingin berpartisipasi dalam program berhenti merokok.

Background: Smoking poses a significant health threat, causing over 8 million premature deaths annually globally. In Indonesia, where 28.96% of the population aged 15 and above are smokers, the prevalence remains high despite widespread awareness of its detrimental effects. Research at the Dental Hospital of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia (FDUIDH) investigated the correlation between patient knowledge regarding smoking's impact on oral health and their willingness to quit. Aim: To know the association between patients’ knowledge on the effects of smoking on oral health with their attitude towards its cessation. Methods: Cross-sectional analytical study using questionnaires on FDUIDH patients. Data were analysed using SPSS statistical software. Results: A total of 75 FDUIDH patients participated. Respondents (>50%) smoke every day, with a predominance of male respondents and the late teens age group. Respondents (60%) stated that they used filter cigarettes. Respondents (42.7%) used conventional cigarettes less than 12 cigarettes/day. Gender, frequency of smoking, and the types of cigarettes are related to patients' knowledge of the effects of smoking. Stopped smoking within a certain period and frequency of smoking are related to patients' attitudes towards smoking cessation. There is a weak positive correlation between patients' knowledge about the effects of smoking and their attitude of smoking cessation, implying that the better the patient's knowledge of the effects of smoking, the greater the influence it has on the patient's attitude towards quitting. Conclusion: Most research participants are already aware of the harmful effects of smoking. The majority of research respondents desire to quit smoking but do not want to participate in a smoking cessation programme."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Lita Yohana
"

Riwayat merokok pada calon pengantin merupakan hal penting yang perlu dikaji dalam masa prakonsepsi untuk mendapatkan kehamilan dan keturunan yg sehat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran riwayat merokok pada calon pengantin. Penelitian deskriptif ini melibatkan 361 responden yang ditentukan dengan teknik convenience sampling. Riwayat merokok dinilai dengan kuesioner Global Adults Tobbaco Survey (GATS) tahun 2014 dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 53,5% perokok pasif, 37,4% perokok aktif dan 9,1% mantan perokok. Hasil penelitian ini dapat menjadi data dan masukan bagi pengembangan pelayanan Program Calon Pengantin khususnya di DKI Jakarta untuk mengkaji riwayat/ perilaku merokok sebagai bagian dalam pemeriksaan kesehatan dan konseling calon pengantin.


Smoking history of the prospective bride and groom is one of the important things to be assessed during preconception order to get a healthy pregnancy and generation. This study aimed to identify the history of smoking among the prospective bride and groom. This descriptive study involved 361 respondents who were selected through convenience sampling technique. The data regarding to smoking history was collected with the Global Adults Tobbaco Survey (GATS) questionnaire 2014. Data were analyzed by univariate analysis. The results found there were 53.5% of passive smokers, 37.4% of active smokers, and 9.1% of former smokers among the respondents. The results of this study can become a basis data for the development of the Prospective Bride and Groom Health Intervention, especially in DKI Jakarta, to analyze the history of smoking as well as its behavior as part of the health examination and counseling for prospects in general.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumboyono
"Tingginya prevalensi remaja-awal yang mencoba merokok, mengindikasikan perlunya pengembangan upaya perlindungan terhadap remaja oleh seluruh elemen masyarakat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model KeKAR dalam menanggulangi perilaku merokok pada siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Malang.Penelitian merupakan riset operasional dengan tiga tahap penelitian yaitu: fenomenologi, pengembangan model, daneksperimen semu. Fenomenologi melibatkan 25 informan (perawat, guru, remaja dan orang tua).
Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan semi-terstruktur. Hasil wawancara ditranskripsi dan dianalisis secara manual menggunakan metode Colaizzi. Pengembangan Model KeKAR diawali dengan studi literatur Teori Pencapaian Tujuan, Karakteristik Risiko, Model Ketangguhan Protektif, Komunitas sebagai Mitra, Model Intervensi Roda, dan Pengalaman Merokok pada Perokok Pemula. Selanjutnya dilakukan validasi model melalui survei terhadap 248 responden.
Data dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling. Model KeKAR yang telah tervalidasi, kemudian dikembangkan menjadi buku Model dan Modul KeKAR untuk dinilai kelayakannya oleh pakar kesehatan komunitas. Implementasi Model KeKAR diberikan kepada masing-masing 60 partisipan di kelompok Model KeKAR dan kelompok kontrol. Intervensi diberikan selama tiga bulan, diawali dengan pelatihan kepada perawat, guru pembina kesehatan sekolah, orang tua, teman sebaya serta siswa. Kemudian dilanjutkan dengan pendampingan implementasi Model KeKAR. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.
Permasalahan utama penanggulangan perilaku merokok pada remaja-awal ialah kontinuitas respons komunitas sekolah yang bervariasi mulai dari asertif hingga reaktif. Model KeKAR merupakan model intevensi yang layak untuk memberdayakan komunitas sekolah dalam membentuk ketangguhan diri remaja guna menolak inisiasi merokok. Implementasi Model KeKAR meningkatkan secara bermakna skor perilaku anti-rokok pada remaja-awal berupa ketiadaan intensi merokok; konsumsi rokok; penerimaan ajakan merokok; dan keinginan merokok pada masa yang akan datang. Model KeKAR berkontribusi positif dalam upaya penanggulangan perilaku merokok pada siswa SMP di Kota Malang.

High prevalence of smoking among early-teenagers indicates the need for efforts of all elements of society to protect teenagers from smoking. This study aimed to determine the effect of the Anti-Smoking Community Resilience Model (ASCRM) for controlling smoking behaviour among middle school students in Malang. The study was employed action research design consisted of three phases: phenomenology, model development, and quasi-experiments. The first phase was the phenomenological study which involved 25 informants (7 students; 7 fathers of students; 7 teachers; 4 nurses).
Data were collected using in-depth interviews and analysed manually using Colaizzis method. The development of the ASCRM Model as the second phase began through a literature review based on goal attainment theory, risk characteristics, the model of protective resilience, community-as-partner model, intervention wheel model, and smoking experience of novice smokers, which then continued by a survey of 248 respondents conducted to validate the model.
The data were analysed using Structural Equation Modelling. The validated ASCRM Model was developed into ASCRM Module and assessed for fitness by community health experts. In the third phase, The ASCRM Model had designed to the quasi-experimental involved 60 students as the treatment group and 60 students as a control group. Data were analysed using the Mann-Whitney U test.
The main problem of regard controlling smoking behaviour in early-teenagers is the continuity of school community responses that vary from assertive until reactive. The ASCRM model is a fit intervention model to empower the school community for developing teenager self-resilience to refuse smoking initiation. Implementation of ASCRM Model significantly increased student score of smoke-free behaviour included the absence of smoking intention; cigarette consumption; acceptance of smoking; and the urge to smoke in the future. The ASCRM model positively contributed to the control of smoking behaviour among middle school students in Malang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Fairuz Auza
"Latar belakang: Terdapat peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia berdasarkan perbandingan data Riskesdas 2016 dan Riskesdas 2018. Jika dibandingkan dengan data pada tahun 2016, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan terdapat peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia sebesar 0,3% dengan perokok usia 10- 18 tahun mencapai 9,1%. Beberapa faktor yang melatarbelakangi terbentuknya perilaku merokokpadasiswaadalahhargadiri,tekanandalampertemanan,danpolaasuhnegatif. Metode: Studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri, tekanan dalam pertemanan, dan pola asuh negatif dengan perilaku merokok m elalui Angket Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta pada bulan November 2023.Penelitianmelibatkan160respondendarikelas10dan11diSMAN38danSMAN 90 Jakarta yang diambil secara stratified proportional random sampling. Hasil: Tidak ada hubungan yang siginifikan antara harga diri (p -value 0,725) dan pola asuh negatif (p-value 0,942) dengan perilaku merokok. Namun, ada hubungan yang signifikan antara tekanan dalam pertemanan (p-value 0,004) dengan perilaku merokok. Kesimpulan: Disarankan bagi SMAN 38 dan SMAN 90 mengadakan program peer educator terkait dampak negatif dari rokok untuk membantu mengurangi tekanan merokok dalam lingkaran pertemanan siswa.

Background: There is an increase in the number of teenage smokers in Indonesia based on a comparison of Basic Health Research of the year 2016 and 2018. When compared with 2016 data, the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) shows that there is an increase in the number of teenage smokers in Indonesia by 0.3% with smokers aged 10 - 18 years reached 9.1%. Several factors behind the formation of smoking behavior in studentsareself-esteem,peerpressure,andnegativeparentingpatterns.Method:Across- sectional approach which aims to determine the relationship between self -esteem, peer pressure, and negative parenting patterns with smoking behavior through the Adolescent Behavior Questionnaire for Middle School Students in DKI Jakarta in November 2023. The research involved 160 respondents from grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta using stratified proportional random sampling. Results: There is no significant relationshipbetweenself-esteem(p-value0,725)andnegativeparentingpatterns(p-value 0,942) and smoking behavior. However, there is a significant relationship between peer pressure (p-value 0,004) and smoking behavior. Conclusion: It is recommended for SMAN 38 and SMAN 90 to hold a peer educator program regarding the negative impacts of smoking to help reduce the pressure to smoke within students' circle of friends."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Wahansa Sugiarto
"ABSTRAK
Nama : Danang Wahansa SugiartoProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Hubungan Smoking Media Literacy dengan Status Merokok Siswa SMANegeri di Wilayah Kecamatan Purwakarta Kabupaten PurwakartaTahun 2018Pembimbing : Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIHDi Indonesia, tren usia mulai merokok paling banyak ada pada remaja rentang usia 15-19 tahun, yang merupakan usia SMA. Di Kabupaten Purwakarta, jumlah proporsi perokok lebih tinggi dibanding angka provinsi. Diketahui bahwa paparan media sangat berpengaruh terhadap inisiasi remaja untuk merokok. Dikembangkanlah suatu konsep strategi pengendalian tembakau berbasis sekolah, yaitu literasi media smoking media literacy [SML] . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan SML dengan status merokok siswa SMA negeri di wilayah Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta setelah jenis kelamin, pendidikan orang tua, parenting, orang terdekat yang merokok orang tua, saudara kandung, dan teman sebaya , capaian prestasi di sekolah, depresi, self-esteem, sifat memberontak, dan sifat mencari sensasi dikendalikan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang dilaksanakan pada April-Mei 2018 di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden yang berjumlah 310 siswa-siswi SMA negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 14,2 responden yang berstatus merokok. Nilai rata-rata skor SML responden adalah 68,94. Hasil regresi logistik ganda menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara SML dengan status merokok setelah jenis kelamin, saudara yang merokok, teman sebaya yang merokok, capaian prestasi di sekolah, dan sifat memberontak dikendalikan nilai p = 0,048; CI = 1,008-7,085 . Perlunya pendidikan dan pemahaman literasi media, promosi kesehatan dengan pendekatan media sosial, dan lebih menggalakkan upaya kesehatan dengan pendekatan keluarga dapat mengurangi penggunaan rokok pada remaja.Kata kunci: literasi media, merokok, smoking media literacy, remaja, siswa SMA

ABSTRACT
Name Danang Wahansa SugiartoStudy Program Public Health ScienceTitle Association of Smoking Media Literacy and Smoking Status of PublicHigh School Students in Purwakarta District Purwakarta Regency 2018Supervisor Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIHIn Indonesia, the trend of age to start smoking is most prevalent in adolescents rsquo age range 15 19 years, which is the age of high school. In Purwakarta Regency, the number of proportion of smokers is higher than the provincial rate. It is known that media exposure is very influential factor on the initiation of adolescents to smoke. Therefore, a concept of school based tobacco control strategy was developed, namely media literacy smoking media literacy SML . The purpose of this research is to know the relation of SML with smoking status of public high school students in Purwakarta District Purwakarta Regency after controlled by sex, parent education, parenting, parents, siblings, and peers who smoke, school achievement, depression, self esteem, rebelliousness, and sensation seeking. This research used a quantitative research with cross sectional design conducted in April May 2018 in Purwakarta District Purwakarta Regency. Data were collected by self administered questionnaires with 310 students of public senior high school. The results showed that there were 14.2 of respondents who had smoking. Mean of SML score was 68.94 on a scale of 100 . The result of logistic regression showed that there is a significant correlation between SML and smoking status after controlled by sex, sibling who smoke, peers who smoke, school achievement, and rebelliousness p value 0,048 CI 1,008 7,085 . The need for education and understanding of media literacy, health promotion with media social approach, and further promoting health efforts with family approaches may reduce smoking use in adolescents.Keywords media literacy, smoking, smoking media literacy, adolescents, high schoolstudents"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Suryadinata Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis adanya hubungan faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung di Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yang bersifat cross sectional. Uji statistik chisquare yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Uji statistik chisquare digunakan untuk melihat variabel independen mana yang berhubungan dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Sampel penelitian berjumlah 87 orang siswa-siswi dari 660 orang siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster sampling yaitu jumlah sampel penelitian yang diambil pada masing-masing kelompok kelas berdasarkan rumus cluster sampling. Instrumen dikembangkan dari teori perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pengetahuan tentang merokok, sikap terhadap merokok, keterpaparan iklan rokok oleh media cetak dan elektronik, keterpaparan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudahan untuk memperoleh rokok, praktek merokok teman sebaya, perilaku merokok dari orang tua dan kontrol guru. Dari hasil penelitian, uji statistik chisquare menghasilkan lima variabel independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan kebiasaan merokok, yaitu ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p = 0,002) < 0,05 (OR = 10,214), pengetahuan tentang merokok (p = 0,042) < 0,05 (OR = 3,122), sikap terhadap merokok (p = 0,000) < 0,05 (OR = 10,074), praktek merokok teman sebaya (p = 0,000) < 0,05 (OR = 7,422) dan perilaku merokok dari orang tua (p = 0,028) < 0,05 (OR = 3,030). Sedangkan variabel umur, keterpaparan iklan rokok oleh media cetak dan elektronik, keterpaparan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudahan untuk memperoleh rokok dan kontrol guru. tidak mempunyai hubungan yang bermakna.

This study aims to prove the hypothesis of an association of predisposing factors, reinforcing and enabling the smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. The method used was a descriptive analysis cross sectional. Chi-square statistical test used to analyze the relationship between predisposing, reinforcing and enabling the smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Chi-square statistical test is used to see where the independent variables related to smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Sample was 87 students from 660 vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Sampling using a cluster sampling method, namely the amount of sample taken at each class group by cluster sampling formula. The instrument was developed from the theory of health related behaviors. The variables examined in this study were age, gender, smoking knowledge, attitudes toward smoking, exposure to cigarette advertising by print and electronic media, activity events sponsored by tobacco companies, the ease of obtaining cigarettes, the practice of smoking peers, behavior smoking from parents and teachers control. From the research, the chi-square statistical test yielded five independent variables that have a significant relationship with smoking behavior, ie there is a significant association between the sexes (p = 0.002) < 0.05 (OR = 10.214), smoking knowledge (p = 0.042) < 0,05 (OR = 3.122), attitudes towards smoking (p = 0.000) < 0.05 (OR = 10.074), the practice of smoking peers (p = 0.000) < 0.05 (OR = 7.422) and smoking behavior of parents (p = 0.028) < 0.05 (OR = 3.030). While the variables of age, exposure to cigarette advertising by print and electronic media, activity events sponsored by tobacco companies, the ease of obtaining cigarettes and teacher control. not have a meaningful relationship."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Meidina
"Prevalensi perokok yang berhasil berhenti merokok di Indonesia diketahui menunjukkan angka yang rendah. Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang mengonsumsi rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh smoking abstinence self-efficacy (SASE) dan frekuensi perilaku merokok terhadap perilaku sehat mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki keinginan berhenti merokok. Perilaku sehat yang diukur dalam penelitian ini meliputi sarapan, kudapan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, dan menimbang berat badan. Penelitian korelasional ini melibatkan 153 partisipan yang terdiri dari 102 laki-laki, dan 51 perempuan dengan usia 18-25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SASE adalah prediktor yang lebih kuat memengaruhi perilaku sehat dibandingkan dengan frekuensi perilaku merokok. Pengukuran yang lebih mendalam terkait faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku sehat pada perokok yang ingin berhenti dapat dieksplor lebih jauh.

Prevalence of smokers who succeed in their quit attempt in Indonesia is decreasing. Undergraduate students are a group of people who consume cigarettes. This study aims to investigate the effect of smoking abstinence self-efficacy (SASE) and cigarette smoking frequency on health behavior among undergraduate students of Universitas Indonesia who willing to quit smoking. The aspect of health behavior that are measured in this study are breakfast, snacking, physical activity, consumption of alcohol, consumption of cigarettes, and keep in healthy weight. The correlational study took a participants totally 153 students, 102 male, and 51 female in 18-25 years old. Results indicated that SASE was the strongest predictor of health behavior rather than cigarette smoking frequency. Further measurements related to factors that can influence health behavior in smokers who willing to quit can be explored further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>