Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Arlene
"Pendahuluan: Nyeri pada lansia masih merupakan tantangan yang besar bagi tenaga kesehatan. Tatalaksana nyeri akut menjadi penting karena penanganan nyeri akut yang inadekuat telah dihubungkan dengan luaran yang lebih buruk selama hospitalisasi, termasuk nyeri persisten, waktu perawatan yang lebih lama, hambatan pada terapi fisik, keterlambatan ambulasi, dan delirium. Penggunaan farmakoterapi harus lebih berhati-hati karena kelompok lansia lebih rentan terhadap efek samping dan interaksi obat, adanya polifarmasi dan komorbiditas yang lebih banyak. Akupunktur telah diketahui efektif untuk menangani berbagai macam nyeri pada geriatri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh satu sesi akupunktur dalam penurunan skala nyeri pada pasien geriatri dengan nyeri akut.
Metode: Desain studi ini adalah studi uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal. Empat puluh lansia > 60 tahun dengan nyeri yang dialami ≤ 6 bulan atau perburukan dalam ≤ 6 bulan terakhir dan NRS ≥ 4 dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok terapi standar dan kelompok kombinasi terapi standar dan akupunktur. Perlakuan akupunktur dilakukan 1 sesi pada titik Battlefield Acupuncture. Seluruh subyek tetap menerima terapi standar yang ditentukan oleh dokter penanggungjawab pasien. Penilaian skor NRS dan VAS dilakukan 30 menit, 1 jam, dan 2 jam setelah menerima perlakuan.
Hasil: Rerata penurunan skor NRS dan VAS pada kelompok yang menerima kombinasi terapi standar dan akupunktur pada ketiga waktu pengukuran lebih baik secara bermakna dibandingkan dengan kelompok terapi standar (p<0,001).
Kesimpulan: Pemberian satu sesi akupunktur dapat mempengaruhi kecepatan penurunan skala nyeri pada pasien lansia dengan nyeri akut.

Introduction: Pain management in elderly still become problematic for health workers. Adequate acute pain treatment is important because ineffective management for acute pain is associated with poorer outcomes throughout hospitalization, such as persistent pain, longer hospitalization period, delayed ambulation, and delirium. The use of pharmacotherapy in this group should be more cautious because elderly is more susceptible to drug interaction and side effects, polypharmacy, and comorbidities. Acupuncture has been found to be effective and safe in treating various kinds of pain in elderly. The aim of this study was to determine the effect of one session acupuncture on pain scale reduction in geriatric with acute pain.
Methods: This was a single blinded, randomized controlled trial of 40 elders with pain experienced ≤ 6 months or worsening in the last 6 months, with NRS ≥ 4. The subjects were divided into 2 groups: the standard therapy group and the combination of standard therapy and acupuncture group. Acupuncture treatment was performed one time using Battlefield Acupuncture points. All subjects continued to receive standard therapy as determined by the doctor in charge of the patient. NRS and VAS scores were assessed 30 minutes, 1 hour, and 2 hours after receiving treatment to evaluate patient’s outcome.
Results: Both NRS and VAS scores showed significant differences between 2 groups at all measurement times (p<0,001), with the mean reduction of pain scales in the group receiving combination of standard therapy and acupuncture was better than in standard therapy group.
Conclusion: The administration of one session acupuncture can affected pain scale reduction in elderly with acute pain
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryamin
"Pendahuluan : Nyeri kanker bukan hanya terjadi akibat dari kanker itu sendiri namun mencakup pengobatan, efek samping pengobatan, proses diagnosis dan hal lain yang tidak berhubungan dengan penyakit kanker itu sendiri. Dalam penanggulangan nyeri banyak obat analgetik yang digunakan sehingga menimbulkan efek samping. Baik nyeri yang tidak teratasi maupun efek samping pengobatan nyeri dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan nyeri kanker. Salah satu pendekatan terapi non farmakologi yang dapat digunakan adalah menambahkan akupunktur pada terapi standar nyeri. Akupunktur telah terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri. Namun, aplikasi pada pasien kanker masing jarang dilakukan dalam praktek rawat inap rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas manual akupunktur dalam mengurangi intensitas nyeri yang dinilai dengan skor Visual Analog Scale (VAS) dan peningkatan kualitas hidup yang dinilai dengan The European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) Core Quality of Life Questionnaire (QLQ-C30)pada pasien nyeri kanker ginekologi yang dirawat inap .
Metode : Desain studi ini adalah uji klinis acak terkontrol tunggal dengan kontrol terapi standar. Penelitian ini diikuti oleh 58 pasien kanker ginekologi yang mengalami nyeri pada saat rawat inap. Subjek penelitian dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=29) dan kontrol (n=29). Pada kelompok manual akupunktur dan terapi standar diberikan terapi akupunktur pada titik LI4 Hegu, PC6 Neiguan, LR3 Taichong dan ST36 Zusanli, dilakukan setiap hari selama 3 hari, sementara pasien pada kelompok kontrol pasien hanya menerima terapi standar berupa obat analgetik saja.
Hasil : Penambahan terapi manual akupunktur dalam terapi standar didapatkan perbedaan signifikan dalam intensitas nyeri pada hari pertama, penurunan nyeri pada hari pertama dan kedua bila dibanding dengan hanya terapi standar. Pada penilaian kualitas hidup didapatkan peningkatan kualitas hidup yang lebih menyeluruh dengan penambahan manual akupunktur pada terapi standar dibanding hanya terapi standar saja. Penggunaan analegetik pada kelompok manual akupunktur dan terapi standar lebih sedikit dibanding terapi standar
Kesimpulan : Penambahan manual akupunktur pada terapi standar meningkatkan penurunan intensitas nyeri, meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan dosis obat analgetik.

Introduction: Cancer pain does not only occur as a result of cancer itself but includes treatment, side effects of treatment, the diagnosis procedure and other things that are not related to cancer itself. In treating pain, many analgesic drugs are used which can cause side effects. Both unresolved pain and side effects of pain treatment can affect the quality of life of patients with cancer pain. One non-pharmacological therapy approach that can be used is adding acupuncture to standard pain therapy. Acupuncture has been proven to reduce pain intensity. However, its application to cancer patients is rarely carried out in hospital inpatient. The aim of this study was to assess the effectiveness of manual acupuncture in reducing pain intensity as assessed by the Visual Analog Scale (VAS) score and patient quality of life assessed by The European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) Core Quality of Life Questionnaire (QLQ- C30) in hospitalized gynecological cancer pain patients.
Methods: The design of this study is a single randomized controlled clinical trial with standard therapy controls. This study followed 58 gynecological cancer patients who experienced pain during hospitalization. Research subjects were randomly allocated into treatment (n=29) and control (n=29) groups. In the manual acupuncture and standard therapy groups, acupuncture therapy was given at points LI4 Hegu, PC6 Neiguan, LR3 Taichong and ST36 Zusanli, carried out every day for 3 days, while patients in the control group only received standard therapy in the form of analgesic drugs.
Results: The addition of manual acupuncture therapy to standard therapy resulted in a significant difference in pain intensity on the first day, a decrease in pain on the first and second days when compared with standard therapy alone. In assessing the quality of life, it was found that there was a more comprehensive improvement in quality of life with the addition of manual acupuncture to standard therapy compared to standard therapy alone. The use of analgesics in the manual acupuncture and standard therapy groups was less than standard therapy
Conclusion: The addition of manual acupuncture to standard therapy increases pain intensity reduction, improves quality of life and reduces the dose of analgesic drugs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krisma Perdana Harja
"Nyeri merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami populasi geriatri di dunia dan menimbulkan penurunan kualitas hidup, fungsionalitas, serta beban sosioekonomi yang besar. Polifarmasi, tingginya angka kejadian demensia dan gangguan kognitif lain, serta meningkatnya sensitivitas terhadap obat analgesi menyebabkan rentannya populasi geriatri mendapatkan penanganan nyeri yang tidak adekuat. Penanganan nyeri yang tidak adekuat ini disertai berbagai perubahan fisiologis pada populasi geriatri meningkatkan risiko terbentuknya nyeri kronik, kerentaan, depresi dan ansietas, peningkatan morbiditas, serta penurunan kualitas hidup dan fungsionalitas. Populasi geriatri diperkirakan terus meningkat tiap tahunnya baik di Indonesia dan dunia; hal ini disertai dengan sulitnya pemberian analgesi yang adekuat menyebabkan perlunya penanganan nyeri yang efektif dan aman. Berbagai penelitian menunjukkan akupunktur dapat menurunkan nyeri pada populasi geriatri. Studi berupa telaah sistematis ini bertujuan untuk memaparkan peran akupunktur dalam menurunkan skala nyeri pada pasien geriatri dengan nyeri akut. Dilakukan pencarian literatur secara sistematis pada sumber data Google Scholar dan PubMed menggunakan kata kunci acupuncture, manual acupuncture, electroacupuncture, laserpuncture, laser acupuncture, ear acupuncture, battlefield acupuncture, pain, dan acute pain. Setelah studi yang didapatkan disingkirkan duplikasinya serta dipilah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan tujuh studi yang digunakan dalam pembahasan; dengan skala nyeri yang digunakan mencakup Visual Analog Scale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS), McGill Pain Questionnaire (MPQ), dan Brief Pain Inventory (BPI). Dilakukan penilaian kualitas studi menggunakan Cochrane Risk of Bias Tool ver. 2, dan metode Grading of Recommendations, Assessment, Development, and Evaluations (GRADE) dan didapatkan secara umum studi yang didapatkan memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan hasil dari ketujuh studi tersebut didapatkan bahwa pemberian akupunktur dapat menimbulkan penurunan skala nyeri VAS, NRS, MPQ, dan BPI yang signifikan baik secara statistik maupun klinis. Selain itu, didapatkan pula akupunktur dapat menurunkan kebutuhan obat-obat analgesi terutama opioid, serta aman untuk digunakan pada pasien geriatri dengan nyeri akut.

Pain is one of the problems commonly found in geriatric population in the world; pain caused reduction in quality of life and functionality, and increase in socioeconomic burden. Polypharmacy, increase in dementia and other cognitive impairments, and increased sensitivity to analgesics side effects made the geriatric population vulnerable to inadequate analgesia. Inadequate analgesia coupled with various physiological changes in geriatric population increase the risk of forming chronic pain, frailty, depression and anxiety; increase morbidity, and reduce quality of life and functionality. It is estimated that the number of geriatric population will continue to increase in the future, whether in the world or in Indonesia. With the continuously increasing population and difficulty in giving an adequate analgesia, a form of pain management that is effective and safe for geriatric patients with acute pain is required. Many studies showed that acupuncture is effective and safe in the pain management of geriatric patients. This systematic review was done in order to explain the role of acupuncture in reducing pain scale scoring in geriatric patients with acute pain. Systematic literature searching was done using the keyword acupuncture, manual acupuncture, electroacupuncture, laserpuncture, laser acupuncture, ear acupuncture, battlefield acupuncture, pain, and acute pain. with Google Scholar and PubMed as database. After eliminating duplications and applying the inclusion and exclusion criteria, seven studies was found and used for analysis. The studies used in the analysis used Visual Analog Scale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS), McGill Pain Questionnaire (MPQ), and Brief Pain Inventory (BPI). Quality assessment of the studies used in analysis was done using Cochrane Risk of Bias Tool ver. 2 and Grading of Recommendations, Assessment, Development, and Evaluations (GRADE); it was found that overall the quality of the studies used was good. Based on the analysis acupuncture was found to reduce pain scale scoring of VAS, NRS, MPQ, and BPI significantly, whether statistically or clinically. Acupuncture was also found to reduce analgesic requirements, especially opioids, and is safe to be given in geriatric patients with acute pain."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmania Kannesia Dahuri
"Pendahuluan : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) adalah pilihan utama untuk batu ginjal yang berukuran lebih dari 2 cm. Tindakan ini dapat menimbulkan nyeri pasca operasi yang merupakan masalah yang sering terjadi dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Prevalensi nyeri pasca PCNL di Indonesia bervariasi. Penanganan nyeri pasca operasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan efek samping yang minimal. Saat ini, metode standar dalam menangani nyeri pasca operasi yang digunakan di seluruh dunia adalah dengan penggunaan opiod. Namun penggunaan opioid memiliki banyak efek samping dan dapat mempengarui kualitas hidup pada pasien. Sehingga diperlukan tatalaksana yang aman, nyaman dan efektif dalam mengatasi nyeri pasca PCNL, salah satunya adalah dengan Elektroakupunktur telinga Battlefield Acupuncture (BFA).
Metode : Desain studi ini adalah serial kasus dengan jumlah sampel 8 pasien PCNL. Studi dilakukan dari November 2023 sampai Januari 2024. Elektroakupunktur telinga BFA dilakukan selama 30 menit pada kedua telinga, satu jam sebelum PCNL. Luaran yang dinilai adalah skor nyeri ( VAS ), kualitas hidup dengan kuesioner Short Form-36 (SF-36) ,penggunaan analgesik juga efek samping yang dialami pasien dicatat pada studi ini
Hasil : Terapi elektroakupunktur telinga BFA dapat menurunkan skala nyeri berupa Visual Analog Scale ( VAS ) pada pasien operasi PCNL batu ginjal. Pada 24 jam pasca PCNL dan EA BFA, 7 dari 8 pasien dengan presentase 87,5% pasien mengalami penurunan skor VAS dan pada 7 hari pasca PCNL dan EA BFA, ke 8 pasien dengan presentase 100 % pasien mengalami penurunan skor VAS. Terapi elektroakupunktur telinga BFA juga dapat meningkatkan kualitas hidup pada 7 hari pasca tindakan yang diukur dengan menggunakan short form 36 ( SF36 ) pada pasien pasca PCNL dan EA BFA. Terapi elektroakupunktur telinga BFA aman, tidak menimbulkan efek samping dan pada pasien hanya mendapatkan tambahan terapi Paracetamol 1000mg .
Kesimpulan : Terapi Elektroakupunktur BFA dapat diberikan pada pasien PCNL dengan keamanan yang terbukti baik pada ke 8 pasien dengan presentase 100 % pasien tidak mengalami efek samping pasca EA BFA.

Introduction : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is the main choice for kidney stones larger than 2 cm. This procedure can cause post-operative pain, which is a problem that often occurs and can affect the patient's quality of life. The prevalence of post-PCNL pain in Indonesia varies. Postoperative pain management aims to reduce or eliminate pain with minimal side effects. Currently, the standard method of treating post- operative pain used throughout the world is the use of opioids. However, the use of opioids has many side effects and can affect the patient's quality of life. So safe, comfortable and effective treatment is needed to treat post-PCNL pain, one of which is Battlefield Acupuncture (BFA) ear electroacupuncture.
Methods : The design of this study was a case series with a sample size of 8 PCNL patients. The study was conducted from November 2023 to January 2024. BFA ear electroacupuncture was performed for 30 minutes on both ears, one hour before PCNL. The outcomes assessed were pain scores (VAS), quality of life with the Short Form-36 (SF-36) questionnaire, use of analgesics as well as side effects experienced by patients recorded in this study.
Results : BFA ear electroacupuncture therapy can reduce the pain scale in the form of a Visual Analog Scale (VAS) in kidney stone PCNL surgery patients. At 24 hours after PCNL and EA BFA, 7 of 8 patients with a percentage of 87.5% of patients experienced a decrease in VAS scores and at 7 days after PCNL and EA BFA, all 8 patients with a percentage of 100% of patients experienced a decrease in VAS scores. BFA ear electroacupuncture therapy can also improve quality of life 7 days after the procedure as measured using the short form 36 (SF36) in patients after PCNL and EA BFA. BFA ear electroacupuncture therapy is safe, does not cause side effects and patients only receive additional 1000mg Paracetamol therapy.
Conclusion : BFA Electroacupuncture therapy can be given to PCNL patients with proven safety in 8 patients with a 100% percentage of patients not experiencing side effects after EA BFA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaika Rosalin
"Pendahuluan: Kanker ginekologi adalah kanker yang dimulai pada organ reproduksi wanita. Lima jenis utama kanker ginekologi adalah kanker serviks, kanker ovarium, kanker rahim, kanker vagina, dan kanker vulva. Nyeri kanker merupakan gejala yang umum terjadi pada pasien kanker, lebih dari 70% individu dengan kanker stadium lanjut menderita nyeri sedang hingga berat (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) sehingga menimbulkan kesulitan dalam merawat diri sendiri dalam melanjutkan aktivitas hidup sehari-hari dan stress. Penggunaan opioid pada pasien yang mengalami nyeri kanker diketahui memberikan efek analgesia yang memadai untuk nyeri yang lebih berat, namun memiliki efek samping dan dapat menimbulkan kecanduan. Elektroakupunktur dapat berfungsi sebagai terapi komplementer untuk menghilangkan rasa sakit terkait kanker dan pengobatan kanker.
Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal multisenter dilakukan pada 54 pasien nyeri kanker ginekologi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak sesuai kriteria eksklusi. Subjek penelitian dirandomisasi menjadi 2 kelompok, yaitu 27 subjek kelompok elektroakupunktur dan terapi standar dan 27 subjek kelompok terapi standar. Kelompok elektroakupunktur dan terapi standar akan mendapatkan terapi satu kali sehari selama tiga hari berturut-turut, terapi selama 30 menit dengan gelombang continuous, frekuensi 2 Hz, titik akupunktur yang digunakan adalah LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Intensitas nyeri dengan skor VAS, kualitas hidup pasien dengan EORTC QLQ-C30 dan dosis analgetik merupakan luaran primer yang dinilai.
Hasil: Perbandingan rerata penururnan skor VAS hari pertama lebih besar pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dengan nilai p = 0,009, Perbaikan skor kualitas hidup pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar lebih baik daripada kelompok terapi standar saja pada status fungsi fisik, fungsi model diri, fungsi emosi, fungsi kognitif, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafas, nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Sedangkan penilaian pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar pada hari pertama dan hari ketujuh didapatkan hasil bermakna pada status kesehatan menyeluruh, fungsi fisik, fungsi emosi, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, nyeri, insomnia, konstipasi, perbaikan nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Serta penurunan total dosis anlagetik harian lebih besar pada kelompok terapi elektroakupunktur dan terapi standar.
Kesimpulan: Terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dapat menurunkan skor VAS serta dosis analgetik harian disertai perbaikan pada kualitas hidup pasien.

Introduction: Gynecological cancer is cancer that starts in the female reproductive organs. The five main types of gynecological cancer are cervical cancer, ovarian cancer, uterine cancer, vaginal cancer, and vulvar cancer. Cancer pain is a common symptom in cancer patients, more than 70% of individuals with advanced cancer suffer from moderate to severe pain (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) which causes difficulty in caring for themselves in continuing daily life activities and stress. . The use of opioids in patients experiencing cancer pain is known to provide adequate analgesia for more severe pain, but has side effects and can cause addiction. Electroacupuncture may serve as a complementary therapy for cancer-related pain relief and cancer treatment.
Methods: A multicenter single-blind randomized clinical trial was conducted on 54 patients with gynecological cancer pain who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. The research subjects were randomized into 2 groups, namely 27 subjects in the electroacupuncture and standard therapy group and 27 subjects in the standard therapy group. The electroacupuncture and standard therapy groups will receive therapy once a day for three consecutive days, therapy for 30 minutes with continuous waves, frequency 2 Hz, the acupuncture points used are LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Pain intensity with VAS score, quality of life of patients with EORTC QLQ-C30 and analgesic dose were the primary outcomes assessed.
Results: Comparison of the mean reduction in VAS score on the first day was greater in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy with a p value = 0.009, Improvement in score The quality of life in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy was better than the standard therapy group alone in the status of physical function, self-model function, emotional function, cognitive function, social function, fatigue, nausea and vomiting, shortness of breath, appetite with a p value < 0.05. Meanwhile, the assessment in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy on the first day and the seventh day showed significant results on overall health status, physical function, emotional function, social function, fatigue, nausea and vomiting, pain, insomnia, constipation, improvement in appetite with values p < 0.05. And the reduction in total daily analgesic dose was greater in the electroacupuncture therapy and standard therapy groups.
Conclusion: Combination therapy of electroacupuncture and standard therapy can reduce VAS scores and daily analgesic doses accompanied by improvements in the patient's quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Estu Renaning Tyas
"Pendahuluan: Di Amerika Serikat kanker pada anak terjadi pada 2% dari seluruh kasus kanker. Setelah trauma, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak-anak usia lebih dari satu tahun. Beberapa tahun belakangan, kemajuan protokol terapi memberikan perbaikan yang signifikan terhadap prognosis pada pasien kanker anak. Selain itu juga menimbulkan permasalahan baru salah satunya adalah nyeri kanker. Studi klinis terbaru menunjukkan bahwa hampir 50% pasien kanker rawat jalan mengalami nyeri yang belum tertangani dengan baik. Efek samping dari nyeri yang tidak tertangani dengan baik seperti : menurunnya kualitas hidup, susah tidur, peningkatan sensitivitas terhadap nyeri, dan kesulitan dalam tindakan medis, hambatan dalam aktivitas sosial, dan berkembangnya masalah perilaku dan emosional. Akupunktur telah terbukti merupakan terapi tambahan yang efektif jika dilakukan bersama pengobatan farmakologi konvensional untuk mengatasi nyeri kanker dan dapat mengurangi dosis analgetik dan efek sampingnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan obat analgetik, perubahan skor VAS intra kelompok, dan keberhasilan terapi pada kelompok akupunktur dan medikamentosa dan kelompok medikamentosa saja pada nyeri kanker anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan mengambil data di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien anak dengan nyeri kanker yang dirawat di Gedung Pusat Kesehatan Ibu Anak (PKIA) RSCM Kiara pada bulan Januari 2022- Juli 2023.
Hasil: Kedua kelompok dapat menurunkan skor VAS dan terdapat beda signifikan. Akupunktur dan medikamentosa mempunyai peluang untuk dapat mengurangi penggunaan jenis obat analgetik, penggunaan ekstra obat dan pengurangan dosis total morfin harian, namun diperlukan penelitian lebih lanjut. Kedua kelompok memberikan hasil yang baik pada luaran keberhasilan terapi
Kesimpulan: Akupunktur dan medikamentosa mempunyai peluang untuk dapat mengurangi obat analgetik, mengurangi skor VAS, dan memberikan hasil yang baik untuk keberhasilan terapi, namun diperlukan penelitian lebih lanjut.

Introduction: In the United States, childhood cancer occurs in 2% of all cancer cases. After trauma, cancer is the second leading cause of death in children over one year old. In recent years, advances in therapeutic protocols have provided significant improvements in the prognosis of pediatric cancer patients. Apart from that, it also creates new problems, one of which is cancer pain. Recent clinical studies show that nearly 50% of outpatient cancer patients have untreated pain. Side effects of pain that is not handled properly include: decreased quality of life, difficulty sleeping, increased sensitivity to pain, and difficulties in medical procedures, obstacles in social activities, and the development of behavioral and emotional problems. Acupuncture has been shown to be an effective adjunctive therapy when performed alongside conventional pharmacological treatment to treat cancer pain and can reduce analgesic doses and associated effects. The aim of this study was to determine the use of analgesic drugs, changes in intra-group VAS scores, and the success of therapy in the acupuncture and medication group and the medication alone group for childhood cancer pain.
Methode: This study used a retrospective cohort design by taking data at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The reachable population for this study is children with cancer pain who are treated at the Pusat Kesehatan Ibu Anak (PKIA) RSCM Kiara in January 2022-July 2023.
Results: Both groups can reduce the VAS score and there is a significant difference. Acupuncture and medication have the opportunity to reduce analgesic drugs, reduce extra drug use and reduce the total daily dose of morphine, but further research is needed. Both groups gave good results in terms of therapeutic success.
Conclusion: Acupuncture and medication have the opportunity to reduce the use of analgesic drugs, reduce VAS scores, and provide good results for successful therapy, but further research is needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Puspitasari Winarno
"Pendahuluan: Nyeri miofasial yang ditandai dengan titik pemicu (TP) miofasial merupakan penyebab umum nyeri muskuloskeletal dan penyebab utama dari nyeri leher maupun bahu pada populasi pekerja, terutama pekerjaan kantor yang berhubungan dengan komputer berisiko lebih tinggi akibat gerakan berulang, postur tubuh statis, lamanya berada di depan komputer, serta peningkatan penggunaan perangkat genggam. Bila penanganan nyeri miofasial gagal dilakukan tepat waktu, maka dapat mengakibatkan disfungsi, kecacatan, dan kerugian finansial bagi pasien. Akupunktur tanam benang (ATB) merupakan modalitas akupunktur baru yang dapat memberikan stimulasi jangka panjang yang bertujuan memperpanjang efek terapeutik yang sama dengan akupunktur konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek terapi ATB terhadap skor nyeri, Neck Disability Index (NDI), dan ambang nyeri tekan (ANT) pada nyeri miofasial otot upper trapezius.
Metode: Desain penelitian pada penelitian ini adalah sebuah uji klinis acak tersamar ganda. Penelitian ini diikuti oleh 44 orang subjek penelitian yang dibagi kedalam kelompok ATB (n=22) dan sham ATB (n=22). Pasien dengan nyeri miofasial otot upper trapezius TP laten di kedua kelompok akan menerima satu kali terapi ATB menggunakan benang polydioxanone monofilamen merk CARA ukuran 29G x 50 mm atau sham ATB (benang dibuang) pada satu titik pemicu di otot upper trapezius yang akan di follow up pada 3 hari, 1 minggu, 4 minggu, dan 8 minggu setelah terapi.
Hasil: Kedua kelompok terdapat perbaikan intensitas nyeri, disabilitas, dan ANT yang bermakna pada 3 hari, 1 minggu, 4 minggu, maupun 8 minggu setelah terapi (p<0,001). Terapi ATB memiliki efektivitas yang lebih baik terhadap perbaikan intensitas nyeri pada 4 minggu (p=0,007) dan 8 minggu setelah terapi (p=0,004), penurunan skor NDI pada 8 minggu setelah terapi (p=0,004), dan peningkatan nilai ANT pada 4 minggu (p=0,04) dan 8 minggu setelah terapi (p=0,002) dibandingkan sham ATB.
Kesimpulan: ATB memperbaiki intensitas nyeri, disabilitas, dan ANT pasien nyeri miofasial otot upper trapezius.

Introduction: Myofascial pain characterized by myofascial trigger point (MTrP) is a common cause of musculoskeletal pain and the main cause of neck and shoulder pain in the working population, especially computer-related office work which is at higher risk due to repetitive movements, static body postures, and long periods in front of the computer, as well as increased use of handheld devices. If myofascial pain treatment fails to be carried out promptly, it can result in dysfunction, disability, and financial loss for the patient. Thread embedding acupuncture (TEA) is a new modality that can provide long-term stimulation to prolong the same therapeutic effect as conventional acupuncture. This study aimed to determine the effect of ATB therapy on pain scores, Neck Disability Index (NDI), and pressure pain threshold (PPT) in upper trapezius muscle myofascial pain.
Method: The research design in this study was a double-blind, randomized clinical trial. This study was attended by 44 research subjects divided into TEA group (n=22) and sham TEA group (n=22). Patients with latent MTrP in the upper trapezius muscle in both groups will receive once TEA therapy using CARA brand monofilament polydioxanone thread 29G x 50 mm or TEA sham (thread removed) at one TrP in the upper trapezius muscle which will be followed up on 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks after therapy. Results: Both groups experienced significant improvements in pain intensity, disability, and PPT at 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks after therapy (p<0.001). TEA therapy had better effectiveness in improving pain intensity at 4 weeks (p=0.007) and 8 weeks after therapy (p=0.004), NDI scores at 8 weeks after therapy (p=0.004), and PPT at 4 weeks (p=0.04) and 8 weeks after therapy (p=0.002) compared to sham ATB. Conclusion: TEA improves pain intensity, disability, and PPT for patients with myofascial pain in the upper trapezius muscle.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini
"Luka Bakar merupakan suatu kondisi dimana terjadi kerusakan integritas kulit yang dapat menimbulkan nyeri pada pasien. Perawatan luka yang dilakukan dapat menyebabkan nyeri ringan sampai berat. Dampak dari nyeri adalah pelepasan adrenalin yang berdampak pada peningkatan tekanan darah. Metode : menggunakan Quasi-experimental dengan Cross Over Design. Analisa data yang digunakan untuk data numerik skala nyeri pada kelompok kontrol dan intervensi menggunakan uji T berpasangan, sedangkan untuk tekanan darah pada responden yang tidak mendapatkan terapi musik dan yang mendapatkan terapi musik saat perawatan luka menggunakan uji Chi Square. Hasil : secara statistik terdapat perbedaan tingkat skala nyeri yang diberikan terapi musik saat perawatan luka dengan nyeri saat perawatan luka tanpa musik dengan (p=0,001), sedangkan untuk tekanan darah tidak ada pengaruh yang signifikan (p=0,057) . Simpulan : terapi musik dapat digunakan sebagai terapi penunjang saat dilakukan perawatan luka bakar.

Burns is a condition where the skin has damage and cause pain in patients. Wound care can cause unpleasant or painful feelings of pain intensity from mild to severe. The impact of pain is the release of adrenaline which can result in increased blood pressure. Methods: This study used a quasi-experimental with cross over design. Pain scale using the Numeric Pain Scale measuring tool, whereas blood pressure using spignomanometer. To compare the pain scale before being given music therapy and after given music therapy using paired t test analysis, for blood pressure using Chi square analysis. Results: Musical therapy gave a significant effect related to patient’s pain scale during wound care (p=0.001), while it has insignificant effect on blood pressure (p = 0,057). Conclusions: Musical therapy could be use as an adjuvant therapy when wound care is applied on burn patient."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Hapindra Kasim
"Pendahuluan: Sakit gigi akut merupakan masalah yang sering terjadi pada rongga mulut. Sakit gigi bisa disebabkan karena adanya gigi impaksi, dimana gigi tidak dapat atau tidak akan dapat erupsi ke posisi sebagaimana fungsi normalnya. American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMFS) menyatakan bahwa 9 dari 10 orang memiliki setidaknya satu gigi impaksi, dengan prevalensi terbesar pada gigi molar tiga rahang bawah. Laser akupunktur merupakan modalitas akupunktur yang memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri pasca-odontektomi molar tiga. Tujuan penelitian acak terkontrol ini adalah untuk menganalisis perbedaan kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa dalam membantu memperbaiki intensitas nyeri pasien, jarak interinsisal dan bengkak pasca-odontektomi dibandingkan dengan kelompok kombinasi sham laser akupunktur dan medikamentosa.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda, dengan sampel yang dibutuhkan adalah 57 gigi molar tiga mandibula pada subjek pria/ wanita pasca- odontektomi dan diacak menjadi 2 kelompok: (1) kombinasi laser akupunktur dengan obat standar, dan (2) kombinasi sham laser akupunktur dengan obat standar. Subjek akan menerima dua kali terapi, yaitu hari pertama dan ke-3 pasca-odontektomi. Pasien dan penilai hasil tidak mengetahui alokasi kelompok. Laser akupunktur menggunakan laserpen RJ®, program gelombang Nogier E, 4672 Hz, 785 nm, power 70 mW, dengan dosis 4 Joule pada titik akupunktur tubuh dan dosis 1 Joule pada titik telinga.
Hasil: Untuk semua variabel luaran pada hari ke-7, terdapat pengurangan intensitas nyeri pada kelompok kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok sham (p<0,001). Jarak interinsisal untuk kelompok laser juga menunjukan perbaikan dibandingkan kelompok sham (p<0,001), hal yang sama untuk pengurangan dimensi bengkak yang lebih besar pada kelompok laser (p=0,003 dan p<0,001).
Kesimpulan: Kombinasi laser akupunktur dan medikamentosa dapat membantu memperbaiki gejala pasca-odontektomi molar tiga mandibula, khususnya dalam hal intensitas nyeri, jarak interinsisal dan bengkak.

Introduction: Acute tootache is a problem that often occurs in the oral cavity. Toothache can be caused by an impacted tooth, where it can’t or will not erupt into its normal functional position. The American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMFS) states that 9 out of 10 people have at least one impacted tooth, with the greatest prevalence in mandibular third molars. Laser therapy is an acupuncture modality that has benefit of reducing pain after third molar extraction. The aim of this randomized controlled study was to analyze the difference between the combination of laser acupuncture with standard medication in reducing the patient's pain intensity and swelling, as well as improving the interincisal space in Post-Odontectomy Third Mandibular Molar Patients.
Method: This study was a double-blind, randomized controlled trial, with samples consisting of 57 mandibular third molars in post-odontectomy male/female subjects, which randomized into 2 groups: (1) combination of laser acupuncture with standard medications, and (2) combination sham laser acupuncture with standard medications. Subjects will receive two treatments, in the first dan third day of post-odontectomy. Patients and outcome assessors were blinded to group allocation. Laser acupuncture uses an RJ® laserpen with E-Nogier waves programs, 4672 Hz, 785 nm, 70 mW power with 4 Joules dose at the body acupuncture points and 1 Joule at the ear points. Results: For all outcome variables on 7th day, showed the reduction of pain intensity in laser acupuncture and medication combination group was greater compared to the sham (p<0.001). The interincisal space for the laser group was also greater than sham (p<0.001), as was the reduction in swelling which was greater in the laser group (p=0.003 and p<0.001).
Conclusion: The combination of laser acupuncture and medication may help improve post-odontectomy symptoms of mandibular third molars, especially in terms of pain intensity, interincisal space and swelling.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Sukma Sajati
"Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Manajemen nyeri merupakan suatu komponen penting dari perawatan pasien, terutama dalam keadaan darurat dimana rasa sakit dapat menghambat kesempatan untuk mengobati dan mengelola kondisi yang menyebabkan rasa sakit. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk membentuk pedoman manajemen nyeri di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sehingga dapat digunakan secara efektif dan cepat guna mengurangi rasa nyeri yang dirasakan, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam studi ini, Rumah Sakit Universitas Indonesia menjadi subjek evaluasi. Penelitian ini dilakukan dengan desain obeservasional menggunakan analisis deskriptif. Kesimpulan dari studi ini adalah derajat nyeri dapat dibagi secara sederhana menjadi ringan, sedang, berat. Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri menggunakan skala assessment nyeri yaitu Visual Analog Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS), Numeric Rating Scale (NRS), dan Wong Baker Pain Rating Scale. Manajemen nyeri dapat dilakukan tatalaksananya sesuai dengan indikasi nyeri berdasarkan tingkat keparahannya. Manajemen nyeri yang efektif dan cepat dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan, meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit dan meningkatkan kualitas hidup. Berdasarkan studi literatur, obat yang dapat digunakan sebagai terapi untuk kategori nyeri skala sedang yaitu terapi inhalasi (seperti nitrooksida, dan metoksifluran), asetaminofen/parasetamol, obat golongan antiinflamasi non steroid (NSAID) (seperti ibuprofen, naproxen, diklofenak, ketorolak, celecoxib dan metamizol), dan obat golongan opioid (seperti kodein dan tramadol).

Pain is an unpleasant sensory and emotional experience associated with actual, potential or perceived tissue damage in the event of damage. Pain management is an important component of patient care, especially in emergencies where pain can hinder the opportunity to treat and manage the condition causing the pain. Therefore, this study aims to establish guidelines for pain management in the Emergency Room (ER) so that they can be used effectively and quickly to reduce perceived pain, improve the function of diseased body parts and improve quality of life. In this study, the University of Indonesia Hospital was the subject of evaluation. This research was conducted with an observational design using descriptive analysis. This study concludes that the degree of pain can be simply divided into mild, moderate, and severe. There are several ways to help determine the effects of pain using pain assessment scales, namely the Visual Analog Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS), Numeric Rating Scale (NRS), and Wong-Baker Pain Rating Scale. Pain management can be managed according to pain indications based on the severity level. Effective and fast pain management can reduce pain, improve the function of the affected body part and improve quality of life. Based on literature studies, drugs that can be used as therapy for moderate pain are inhalation therapy (such as nitrooxide and methoxyflurane), acetaminophen/paracetamol, non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) (such as ibuprofen, naproxen, diclofenac, ketorolac, celecoxib and metamizole), and opioid class drugs (such as codeine and tramadol)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>