Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182383 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurizzati Sharfina
"Perundungan oleh sebaya merupakan fenomena yang penting untuk dibahas karena dampaknya yang terbukti negatif pada regulasi emosi kognitif remaja akhir. Sementara itu, penelitian terdahulu menemukan bahwa perkembangan regulasi emosi kognitif dipengaruhi oleh sosialisasi emosi ibu. Penelitian ini ingin melihat peran moderasi sosialisasi emosi ibu terhadap hubungan antara perundungan oleh sebaya dan regulasi emosi kognitif remaja akhir. Remaja akhir (N=111) yang pernah mengalami perundungan di SMA diuji menggunakan Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS), Cognitive Emotion Regulation Questionnaire (CERQ), dan Emotion as A Child Scale (EAC) Abbreviated version untuk mengukur pengalaman perundungan oleh sebaya, regulasi emosi kognitif, dan persepsi sosialisasi emosi ibu, secara berurutan. Analisis statistik simple moderation menunjukkan bahwa sosialisasi emosi suportif ibu memoderasi hubungan perundungan oleh sebaya dan regulasi emosi kognitif kurang adaptif. Penelitian ini memiliki kekurangan yaitu perundungan oleh sebaya diukur secara retrospektif sehingga pemaknaan partisipan terhadap ingatan pengalaman perundungan mereka dapat mempengaruhi hasil penelitian. Selanjutnya, penelitian terkait perundungan sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu yang tidak terlalu jauh dari pengalaman partisipan.

Peer victimization is an important phenomenon to be discussed since it has proven to be harmful to adolescents’ cognitive emotion regulation. Meanwhile, studies have shown that the development of cognitive emotion regulation is influenced by maternal emotion socialization. This study aimed to explore the role of maternal emotion socialization in moderating the relationship of peer victimization and cognitive emotion regulation of late adolescents. Late adolescents (N=111) who have experienced peer victimization in high school were tested with Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS), Cognitive Emotion Regulation Questionnaire (CERQ), and Emotion as A Child Scale (EAC) Abbreviated version to measure peer victimization, cognitive emotion regulation, and maternal emotion socialization, respectively. Simple moderation analysis showed that maternal emotion socialization moderates peer victimization and maladaptive cognitive emotion regulation. Current research has a limitation in which peer victimization was measured retrospectively, thus adolescents’ meaning of their memories being victimized could affect the research’s result. Furthermore, research in peer victimization should be done in which peer victimization takes place."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ceisha Kartika Novianti
"Anak usia prasekolah rentan mengalami permasalahan regulasi emosi yang berdampak pada aspek psiko-sosial dan akademik, baik pada saat ini maupun usia mendatang. Regulasi emosi anak terbukti berhubungan dengan regulasi emosi ibu dan sosialisasi emosi juga terbukti mampu berperan sebagai mediator dalam hubungan ini. Penelitian ini ingin mengetahui peran sosialisasi emosi sebagai mediator dalam hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Penelitian kuantitatif dengan desain korelasional ini melibatkan 205 ibu dari anak usia prasekolah (3-6 tahun) sebagai partisipan.
Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa tidak terdapat direct effect yang signifikan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah dan tidak terdapat indirect effect yang signifikan melalui sosialisasi emosi secara supportive, tetapi terdapat indirect effect yang ditemukan signifikan melalui sosialisasi emosi secara unsupportive dalam memediasi hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi ibu tidak dapat berhubungan secara langsung dengan regulasi emosi anak usia prasekolah, tetapi harus melewati sosialisasi emosi secara unsupportive terlebih dahulu untuk berhubungan dengan regulasi emosi anak usia prasekolah.

Preschool-aged children are vulnerable to emotional regulation problems that have an impact on psycho-social and academic aspects, both now and in the future. Children's emotional regulation has been shown to be related to maternal emotion regulation and emotional socialization has also been shown to be able to act as a mediator in this relationship. The current study examined the role of emotion socialization as a mediator of the relations between maternal emotional regulation and emotion regulation of preschool-aged children. This quantitative study with a correlational design involved 205 mothers of preschool children (3-6 years old) as participants.
Results of the mediation analysis revealed that there was no significant direct effect between the maternal emotion regulation and preschool-aged children was not significant, and there was no significant indirect effect through supportive emotional socialization, whereas there was significant indirect effect through unsupportive emotional socialization in mediating the relationship between maternal emotion regulation and preschool-aged children. Therefore, it can be concluded that maternal emotional regulation cannot be directly related to emotional regulation of preschool-aged children, but must pass through unsupportive emotional socialization first to correlate with emotional regulation of preschool-aged children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nigel Ashifa Harmen
"ABSTRACT
School is a place for children and adolescent to study, however in some research it was found that bullying also often occur in school. Bullying experience is a negative experience that can affect the student rsquo s mental health. Therefore, this study is aimed to identify the students perception to school environment and obtain the correlation between bullying experience and students perception to school environment.Method This study was using cross sectional design with the subject of this study was students from grade 7 9 in five junior high school in Jakarta. This research was part of another research entitled Adolescent, Mental health, Wellbeing and bullying that received money from DRPM UI. Questionnaire that used was traditional bullying questionnaire from Nansel and 4 questions that stated the students perception to their school environment. One hundred twenty students who randomly selected, were involved in this study and divided into four groups, which are the victims group, perpetrator groups, and both victim and perpetrator groups. All of the data were analyzed with Spearman rsquo s correlation rank test using SPSS for Mac version 21.Result of this research showed that there was a weak correlation between students victim, perpetrator and both perception on school safety and bullying behavior in victims,perpetrator, and victim and perpetrator groups. r 0.2, r 0.3, r 0.25. A weak correlation was found between Teacher or other adult act to stop bullying and bullying experience in victim group, perpetrator group, and both victim and perpetrator group, where the coefficient correlation are r 0.3,r 0.2,r 0.21 respectively. To conclude, a major part of students have a good perception on school environment. Therefore, the school condition need to be maintain hence the students will always feel that their school is giving a consistent support.

ABSTRAK
Sekolah merupakan tempat anak dan remaja menuntut ilmu, namun dalam beberapa penelitian menunjukan bahwa perundungan juga banyak ditemukan dalam sekolah. Pengalaman perudungan tersebut merupakan pengalamn negative yang berdampak terhadap kesehatan jiwa anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengdetifikasi persepsi anak terhadap lingkungan sekolah dan mendapatkan korelasi antara pengalaman perudungan dan persepsi anak terhadap lingkungan sekolah.Metoda: Merupakan penelitian dengan desain potong lintang dengan subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas 7-9 di lima sekolah menengah pertama di Jakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Adolescent, Mental health, Wellbeing and bullying yang mendapatkan dana penelitian dari DRPM UI. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner perundungan tradisional dari Nansel dan empat buah pertanyaan yang menyatakan persepsi siswa/I terhadap lingkungan sekolahna. Seratus dua puluh siswa/i yang di pilih secara acak terlibat dalam penelitian ini dan terbagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok korban perundungan, kelompok pelaku perundungan, dan kelompok korban sekaligus pelaku perundungan. Semua data di analisa dengan uji rangking korelasi Spearman rsquo;s dengan memakai SPSS untuk Mac versi 21.Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat korelasi lemah antara persepsi siswa/i korban,pelaku,keduanya terhadap keamanan sekolah dengan pengalaman perundungan baik pada kelompok korban, pelaku dan kelompok korban dan pelaku dengan masing ndash; masing koefisien korelasi r=-0.2, r=-0.3, r= -0.25. Korelasi lemah ditemukan antara sikap guru atau orang dewasa lainnya untuk menghentikan perundungan dengan dengan pengalaman perundungan pada kelompok korban, pelaku dan kelompok korban dan pelaku dengan masing- masing koefisien korelasi r=-0,3,r=-0,2 dan r=-0,21. Kesimpulan sebagian besar siswa/i mempersepsikan lingkungan sekolah dengan baik, dan berkorelasi lemah dengan pengalaman perundungan. dengan demikian kondisi sekolah tersebut harus tetap dipertahankan agar siswa/i terus merasa bahwa sekolah mereka merupakan sekolah yang memberikan dukungan secara konsisten."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avia Athalia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kesehatan mental dan kemampuan regulasi emosi antara musikus dan non-musikus. Sampel penelitian ini merupakan musikus dan non-musikus yang dibagi berdasarkan aktivitas musik individu mengacu pada Hanna-Plady dan MacKay (2011), berusia 19 ? 40 tahun yang berjumlah 679 orang terdiri atas 338 musikus dan 341 nonmusikus. Tingkat kesehatan mental dalam penelitian ini diukur menggunakan Mental Health Inventory-5 (MHI-5) yang dikembangkan oleh Veit dan Ware (1983), dan kemampuan regulasi emosi diukur dengan Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS) yang dikembangkan oleh Gratz dan Roemer (2003). Hasil dari penelitian ini menemukan adanya perbedaan tingkat kesehatan mental dan kemampuan regulasi emosi yang signifikan antara musikus dan nonmusikus. Kelompok musikus pada penelitian ini memiliki tingkat kesehatan mental dan kemampuan regulasi emosi yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok nonmusikus.

ABSTRACT
The objective of this study is to know the mental health condition and emotion regulation skill difference between musicians and non-musicians. Participants of this study are musicians and non-musicians that are divided by their musical activity refers to the classification of Hanna-Plady and MacKay (2011), aged 19-40 years. There are 679 participants in total which consist of 338 musicians and 341 non-musicians. Mental health was measured using the Mental Health Inventory-5 (MHI-5) developed by Veit and Ware (1983), and emotion regulation was measured using the Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS) developed by Gratz and Roemer (2003). This research found that there is a significant difference between musicians and non-musicians in mental health and emotion regulation. The musicians have significantly higher level of mental health and emotion regulation compared to non-musicians."
2016
S62790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcheli Fitria
"Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu apakah ada peranan dari psychological well being dan collective efficacy terhadap respon bystander dalam kejadian bullying di SMA. Sebagai tambahan, penelitian ini juga melakukan perbandingan pada dua dimensi collective efficacy untuk mengetahui dimensi mana yang paling berperan terhadap respon bystander. Partisipan penelitian ini adalah 229 siswa dari SMA dan SMK di Depok.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa psychological well being dan collective efficacy mempunyai peranan yang signifikan terhadap respon bystander sebagai defender. Sedangkan, pada respon bystander sebagai reinforcer dan outsider tidak ditemukan peranan yang signifikan. Pada dua dimensi collective efficacy, keduanya mempunyai peranan yang signifikan terhadap respon bystander sebagai defender, dengan peranan yang lebih besar berasal dari dimensi informal social control.

This study was conducted to find out whether there is a role of psychological well being and collective efficacy to bystander response in the event of bullying in high school. In addition, this study also did a comparison on the two dimensions of collective efficacy to determine which dimensions are most responsible bystander response. Participants of this study were 229 students from high schools and vocational schools in Depok.
The results of this study indicate that psychological well being and collective efficacy has a significant role as a defender of the bystander response. Meanwhile, the bystander response as reinforcer and an outsider can not find a significant role. In the two-dimensional collective efficacy, both have a significant role as a defender of the bystander response, with a greater role comes from the informal social control dimension.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahratul Jannah
"Dalam waktu yang lama mahasiswa telah tercatat sebagai populasi dengan kualitas tidur yang buruk. Disregulasi emosi diketahui berkontribusi pada kualitas tidur yang buruk. Problematic internet use (PIU) muncul sebagai bentuk coping dari disregulasi emosi yang kemudian memperburuk kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran PIU sebagai mediator antara disregulasi emosi dan kualitas tidur. Partisipan berjumlah 141 mahasiswa aktif (68,8% perempuan, M usia = 20,68, SD = 1,509) dan mengisi kuesioner online. Disregulasi emosi diukur menggunakan Difficulties in Emotion Regulation Scale - Short Form (DERS-SF), kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan PIU diukur menggunakan Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS2). Analisis mediasi menggunakan PROCESS Macro menunjukkan bahwa PIU memediasi hubungan antara disregulasi emosi dan kualitas tidur secara signifikan (ab = 0,022, p < 0,05) dan efek mediasi bersifat partial mediation. Hal ini menunjukkan, semakin tinggi tingkat disregulasi emosi maka akan meningkatkan perilaku PIU sehingga semakin memburuknya kualitas tidur mahasiswa.

In the long run, college students have been documented as a population with poor sleep quality. Emotional dysregulation is known to contribute to poor sleep quality. Problematic Internet Use (PIU) emerges as a form of coping with emotional dysregulation, subsequently worsening sleep quality. This study aims to investigate the role of PIU as a mediator between emotional dysregulation and sleep quality. A total of 141 active students (68.8% female, M age = 20.68, SD = 1.509) completed an online questionnaire. Emotional dysregulation was measured using the Difficulties in Emotion Regulation Scale - Short Form (DERS-SF), sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and PIU was measured using the Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS2). Mediation analysis using the PROCESS Macro indicated that PIU significantly mediated the relationship between emotional dysregulation and sleep quality (ab = 0.022, p < 0.05), and the mediating effect was partial. This suggests that higher levels of emotional dysregulation increase PIU behavior, consequently worsening the sleep quality of students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Rahayu
"Kejadian bullying pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri sebesar 42.8 sesuai dengan data Dinas Pendidikan Kota Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara terapi Gestalt dan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying terhadap harga diri remaja korban bullying. Desain penelitian ini menggunakan Quasi-experimental pre post with kontrol group dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Analisis menggunakan Dependen T Test dan Independen T Test. Terapi gestalt diberikan pada kelompok pertama dan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying diberikan pada kelompok kedua. Harga diri remaja korban bullying yang mendapatkan terapi gestalt lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan harga diri remaja korban bullying yang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang bahaya bullying. Terapi gestalt direkomendasikan diberikan pada remaja korban bullying.

The incidence of bullying in junior high school students amounted to 42.8 according to data from the Department of Education Sukabumi. The purpose of this study was to determine the effect of the difference between Gestalt therapy and health education about the dangers of bullying against young victims of bullying dignity. This study design using Quasi experimental pre post with control group with the number of respondents as many as 40 people. Analysis using T Test Dependent and Independent T Test. Gestalt therapy is given to the first group and the health education about the dangers of bullying given to the second group. Esteem young victims of bullying are getting gestalt therapy is significantly higher than the price of adolescent victims of bullying who received health education about the dangers of bullying. Gestalt therapy is recommended given to young victims of bullying"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Kuswidhiastri
"Regulasi emosi kognitif merupakan keterampilan individu untuk mengelola pikiran dan reaksi emosional dalam menghadapi situasi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbedaan kemampuan menggunakan strategi regulasi emosi kognitif berdasarkan jenis kelekatan dengan orang tua pada remaja akhir. Penelitian dilakukan secara cross-sectional pada 674 orang remaja akhir berusia 18-22 tahun (n perempuan = 75.2%) yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kelekatan aman (46.2%), kelekatan tidak aman-menghindar (48.2%), dan kelekatan tidak aman- ambivalen (5.8%). Penelitian menggunakan analisis One-Way MANOVA untuk mengamati perbedaan kemampuan menggunakan strategi kognitif dalam masing-masing kelompok jenis kelekatan. Penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga jenis kelekatan dalam menggunakan strategi regulasi emosi kognitif (F (18, 1328) = 11.29, p < 0.01; Pillai’s V = .265, η2 = .133). Strategi kognitif yang lebih adaptif lebih mampu digunakan oleh remaja dengan kelekatan aman, sementara remaja dengan kelekatan tidak aman lebih sering menggunakan strategi kognitif yang kurang adaptif. Perbedaan penggunaan strategi kognitif juga ditemukan pada kedua jenis kelekatan tidak aman.

Cognitive emotion regulation is the ability to manage thoughts and emotional reactions when faced with bad situations. This research aims to prove the differences between in the cognitive emotion regulation strategies of late adolescents based on their parental attachment types. Cross-sectional study was conducted on a total sample of 674 late adolescents between 18-22 years (n female = 75.2%) which are divided into three groups based on parental attachment types. A set of One-Way MANOVA was used to assess the differences in the ability to use cognitive emotion regulation strategies between groups. Results showed that there are significant differences in the three types of attachment in using cognitive emotion regulation strategies (F (18, 1328) = 11.29, p < 0.01; Pillai’s V = .265, η2 = .133). Adolescents with secure attachment are more likely to use adaptive cognitive strategies, while those with insecure attachments are more likely to use less adaptive strategies. Differences in cognitive strategy use were also found in the insecureavoidant and insecure-ambivalent attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Fitriyanti
"Mengkonsumsi makanan berlebihan sebagai respon emosi negatif yang dapat merugikan kesehatan individu dan mengarah pada kematian. Di masa pandemi muncul suatu trend menerapkan perilaku sehat yang marak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah benar terdapat efek moderasi yang signifikan dari regulasi emosi pada hubungan emotional eating dan perilaku sehat (aktivitas fisik dan konsumsi makanan sehat) di masa pandemi. Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dan cross-sectional. Partisipan penelitian ini merupakan 129 dewasa muda Indonesia berusia 18-25 tahun (64,3% perempuan; Musia = 21,50, SD = 1,37) yang memiliki tingkat BMI minimal 25 kg/m2. Emotional eating di ukur menggunakan Emotional Eating – Revised (EES-R), regulasi emosi diukur menggunakan Difficulties in Emotion Regulation – Short Form (DERS-SF), dan perilaku sehat diukur menggunakan Skala Perilaku Sehat. Melalui analisis moderator menggunakan Hayes PROCESS ditemukan bahwa tidak adanya peran moderator dari regulasi emosi pada hubungan emotional eating dan perilaku sehat (b = 0,002, t(129) = 1,158, p > 0,001). Artinya, pada tiap tingkat regulasi emosi, tidak terdapat perubahan kekuatan hubungan antara emotional eating dan perilaku sehat yang signifikan. Melalui analisis korelasi Pearson ditemukan emotional eating memiliki korelasi positif dan tidak signifikan dengan perilaku sehat (r (129) = 0,10, p > 0,01); emotional eating memiliki hubungan positif secara signifikan dengan regulasi emosi (r(129) = 0,23, p < 0,01) artinya individu dengan skor tinggi pada regulasi emosi cenderung memiliki tingkat emotional eating yang tinggi pula. Terakhir, regulasi emosi memiliki korelasi positif dan tidak signifikan dengan perilaku sehat (r (129) = 0,03, p > 0,01).

Consuming excessive food as a negative emotional response which can be detrimental to individual health and lead to death. During a pandemic, there is a trend to applying healthy behaviors and widely studied. This research aims is to determine whether there is a significant moderating effect of emotional regulation on the relationship between emotional eating and healthy behavior (physical activity and consumption of healthy foods) during pandemic. The research design used was non-experimental and cross-sectional. Participant in this study were 129 Indonesian young adult aged 18-25 years (64.3% women; Mage = 21.50, SD = 1.37) who had a BMI level at least 25 kg/m2. Emotional eating was measured using Emotional Eating – Revised (EES-R), emotional regulation was measured using Difficulties in Emotion Regulation – Short Form (DERS-SF), and healthy behavior was measured by using Skala Perilaku Sehat. Through a moderator analysis using Hayes PROCESS, it was found that there was no moderating role for emotional regulation on the relationship between emotional eating and healthy behavior (b = .002, t (129) = 1.158, p > .001). This means that at each level of emotional regulation, there is no significant change in the strength of the relationship between emotional eating and healthy behavior. Through Pearson correlation analysis, it was found that emotional eating has a positive and not significant correlation with healthy behavior (r (129) = .10, p > .01); emotional eating has a significant positive relationship with emotional regulation (r (129) = 0.23, p < .01) meaning that individuals with high scores on emotional regulation tend to have high levels of emotional eating as well. Finally, emotion regulation has a positive and not significant correlation with healthy behavior (r (129) = 0.03, p > .01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Rahmadani
"Penelitian ini dilakukan pada divisi after sales di PT XYZ, penyebaran distibusi gender sebanyak 82% laki-laki dan perilaku bullying menjadi hal yang sering dilakukan dan menjadi suatu keakraban. Penelitian ini membahas perilaku bullying di tempat kerja terhadap mental health dan kepuasan kerja. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitiatif dengan metode regresi sederhana. Hasil penelitian ini adalah perilaku bullying berpengaruh negatif terhadap mental health dan tidak berpengaruh pada kepuasan kerja. Selain itu, penelitian ini menunjukkan perbedaan persepsi pada gender korban. Korban bullying adalah mayoritas laki-laki karena sesuai dengan jumlah populasi. Korban perempuan jumlahnya lebih sedikit tetapi memiliki persepsi yang lebih tinggi dari pada laki-laki dikarenakan kelompok minoritas lebih tinggi terhadap risiko bullying.

This research was conducted at division after sales PT XYZ, distribution gender has 82% men and bullying behavior become frequent and become a process of socialization. This study discusses bullying behavior in the workplace on mental health and job satisfaction. The method used in this research is quantitative research with a simple regression method. The results of this study is bullying negatively affects on mental health and has no effect on job satisfaction. In addition, this study showed differences perception on the gender of the victim. The overrepresentation of men among victims is due to the overrepresentation of men in the respective populations. Women victims fewer in sample but have a higher perception of men due to minority in group have a higher risk of bullying."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S63608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>