Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Julianto
"

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan tingkat mortalitas dan morbiditas tinggi di Indonesia. Pemberian asuhan keperawatan yang tepat melalui intervensi keperawatan non farmakologi memiliki peran dalam mengatasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas yang banyak ditemui pada pasien CHF. Latihan fisik active range of motion adalah salah satu dari banyak intervensi keperawatan yang dapat diterapkan. Tujuan dari pelaksanaan latihan aktif ROM ini adalah untuk mengatasi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen tubuh. Dengan memperhatikan kondisi klien sebelum dilakukannya intervensi dan waktu pelaksanaan setelah pemberian terapi farmakologi antihipertensi, maka dapat dianalisis melalui evaluasi setelah dilakukan selama empat hari dalam waktu 20 menit setiap kali intervensi dilakukan. Hasil evaluasi tersebut secara subjektif klien tidak melaporkan adanya keluhan dan klien menunjukkan parameter tanda-tanda vital dan hemodinamik dalam batas normal sebagai bagian dari aspek penilaian dari capaian tujuan masalah keperawatan penurunan curah jantung.


Congestive Heart Failure (CHF) are progressive health problems with high mortality and morbidity in Indonesia. The provision of appropriate nursing care through non-pharmacological nursing interventions has a role in overcoming the nursing problem of activity intolerance as the major problem of CHF. Active range of motion is one of many nursing interventions that can be applied. The purpose of performing active ROM exercises is to overcome the imbalance between the bodys oxygen supply and demand. By paying attention to the clients condition before the intervention and the time of implementation after the administration of antihypertensive pharmacological therapy, evaluation of the evaluation can be carried out for four days within 20 minutes of each intervention. The results of the subjective evaluation that the client did not report complaints and the client showed vital signs and hemodynamic parameters within normal limits as part of the report on nursing goals that determine the reduction in cardiac output.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianah
"COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.
COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.

COVID-19 is a respiratory tract infection caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). There is a population that high risk to infection with the SARS-CoV-2 virus, one of which is a comorbid disease that many COVID-19 patients experience, namely Congestive Heart Failure (CHF). Patients with comorbid CHF are more susceptible to infection with SARS-CoV-2 and may experience more severe clinical manifestations. It is thought to be related to the inflammatory process that increases the permeability of the pulmonary blood vessels. Some of the fluid from the blood vessels will be pushed out and into the alveoli. The volume of blood returns from the left ventricle and atrium to the pulmonary veins which then causes pulmonary oedema. Pulmonary oedema is one of the signs of hypervolemia, so it needs to be prevented through fluid management. In this case study, the author reports woman 54 years old with complaints of shortness of breath after activities. The patient said it was difficult to sleep due to shortness of breath at night and after coughing up phlegm, and there was oedema in both legs. The patient is confirmed positive for COVID-19 and has a history of CHF. after the intervention of fluid management for nine days of treatment, the patient experienced improvement, including an increase in oxygen saturation, complaints of shortness of breath and a reduced degree of oedema. This case study shows that fluid management is an effective intervention to treat the problem of hypervolemia in patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianah
"COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.
COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.

COVID-19 is a respiratory tract infection caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). There is a population that high risk to infection with the SARS-CoV-2 virus, one of which is a comorbid disease that many COVID-19 patients experience, namely Congestive Heart Failure (CHF). Patients with comorbid CHF are more susceptible to infection with SARS-CoV-2 and may experience more severe clinical manifestations. It is thought to be related to the inflammatory process that increases the permeability of the pulmonary blood vessels. Some of the fluid from the blood vessels will be pushed out and into the alveoli. The volume of blood returns from the left ventricle and atrium to the pulmonary veins which then causes pulmonary oedema. Pulmonary oedema is one of the signs of hypervolemia, so it needs to be prevented through fluid management. In this case study, the author reports woman 54 years old with complaints of shortness of breath after activities. The patient said it was difficult to sleep due to shortness of breath at night and after coughing up phlegm, and there was oedema in both legs. The patient is confirmed positive for COVID-19 and has a history of CHF. after the intervention of fluid management for nine days of treatment, the patient experienced improvement, including an increase in oxygen saturation, complaints of shortness of breath and a reduced degree of oedema. This case study shows that fluid management is an effective intervention to treat the problem of hypervolemia in patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Febtrina
"Manfaat pengaturan posisi lateral kanan pada pasien gagal jantung sudah banyak diteliti, tetapi masih belum jelas efek posisi lateral kanan pada hemodinamik pasien gagal jantung. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efek posisi istirahat lateral kanan terhadap hemodinamik dan tingkat kenyamanan pasien gagal jantung. Metode yang digunakan yaitu randomized controlled trial (RCT) dengan disain cross - over.
Dua puluh orang sabjek gagal jantung derajat II dan III (15 laki - laki dan 5 perempuan) di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) telah berpartisipasi. Tekanan darah, Mean Arterial Pressure (MAP), denyut jantung, frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen diukur sebelum dan setelah pengaturan posisi menggunakan bedsite monitor sedangkan tingkat kenyamanan menggunakan Verbal Rating Scale Questionnaire. Pengukuran dilakukan pada pagi hari (09.00 - 11.00 WIB) dan sore hari (16.00 - 18.00 WIB).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat efek yang signifikan pada TDS (Pagi: p value 0.000; Sore: p value 0.017), TDD (Pagi: p value 0.004), MAP (Pagi: p value 0.001), denyut jantung (Sore: p value 0.008) sebelum dan setelah dilakukan pengaturan posisi lateral kanan. Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kenyamanan antara kelompok (Sore: p value 0.041). Pengaturan posisi lateral kanan dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan yang digunakan untuk mempertahankan hemodinamik dan kenyamanan pasien gagal jantung.

Benefits of right lateral position on patients with heart failure has been widely studied, but it is still unclear the effects of right lateral position on hemodynamics of patients with heart failure. This study aimed to identify the effect of right lateral resting position on hemodynamic and level of comfort heart failure patients. The method of this research was a randomized controlled trial (RCT) with a cross - over design.
Twenty subject patients with heart failure stage II and III (15 men and 5 women) at Harapan Kita Cardiac Hospital were participated. Blood pressure, Mean Arterial Pressure (MAP), heart rate, respiratory rate and oxygen saturation (SaO2) were measured pre and post setting the position used bedsite monitor where as the level of comfort used the Verbal Rating Scale Questionnaire. Measurements were taken in the morning (09:00 to 11:00 AM) and evening (04:00 to 06:00 PM).
The results of this study showed there are significant effects on the SBP (Morning: p value 0.000; Evening: p value: 0.017), DBP (Morning: p value 0.004), MAP (Morning: p value 0.001), heart rate (Evening: p value 0.008) pre and post setting the right lateral position. There is a significant difference between group on level of comfort (Evening: p value 0.041). Recommendation is directed to include right lateral position as in the nursing intervention in order to maintain hemodynamic and level of comfort on patients with heart failure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Hasanah
"Congestive heart failure merupakan suatu sindrom kompleks yang disebabkan karena gangguan dari struktur maupun fungsi jantung sehingga mengakibatkan gangguan fungsi pompa jantung sebagai pendukung sirkulasi fisiologi manusia. Sindrom heart failure dapat ditandai dengan adanya keluhan sesak nafas, kelelahan, dan terjadinya retensi cairan. Pasien congestive heart failure dengan keluhan sesak nafas akan mengalami perburukan kondisi yang cepat dan tak terkira jika tidak segera ditangani.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh pemberian posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien congestive heart failure.
Metode: Studi kasus dilakukan dengan pendekatan evidence based practice. Implementasi dilakukan selama pasien mengeluhkan adanya sesak.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan keluhan sesak yang dilaporkan oleh pasien selama pemberian posisi semi fowler.
Kesimpulan: Pemberian posisi semi fowler mampu menurunkan keluhan sesak pada pasien yang ditunjukan dengan adanya perubahan laju pernafasan menjadi mendekati nilai normal (20-24 x/menit).

Congestive heart failure is a complex syndrome that can result from any structural or fuctional cardiac disorder that impairs the ability of the heart to function as a pump to support a physiological circulation. The syndrome of heart failure is characterized by symptoms such as breathlessness, fatigue, and fluid retention. Patients who have congestive heart failure with breathlessness, they may worsen rapidly and unpredictably if they not have quick treatment.
Purpose: Aim of study is to analyzing the effect of semi fowler position to reduce breathlessness from patients who have congestive heart failure.
Methode: The case study conducted by evidence based practice approach. Implementation is done for patients with breathlessness.
Result: The results showed that the decrease of breathlessness were report by the patient during administration of semi fowler position.
Conclusion: Giving semi fowler position can reduce breathlessness of the patients indicated by change in respiratory rate to near normal value (20-24 x/minute).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astutiningrum PD
"Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gaya hidup kurang sehat yang sering ditemukan pada masyarakat perkotaan dapat menjadi penyebab gagal jantung kongestif. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien gagal jantung kongestif di ruang rawat penyakit dalam lantai 7 Zona A gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pengenalan latihan napas lambat dalam untuk meningkatkan sensitivitas baroreflek arteri perlu diberikan pada perawat dan pasien.

Congestive heart failure is inability of the heart to pump blood adequately to meet the need of body metabolism. Unhealthy lifestyle which is often found in urban communities can be the cause of congestive heart failure. This final clinical nursing report aimed to analyze nursing care for patient with congestive heart failure in an Internal Medicine Ward, 7th Floor Zone A, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Introducing of Slow Deep Breathing Exercise to increase arterial baroreflex sensitivity is required both for nurses and patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Kunto Prabowo
"ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu masalah yang sering dialami oleh pasien Congestive Heart
Failure (CHF). Masalah ini dikaitkan dengan adanya tekanan psikologis dan masalah
fisik yang dihadapi oleh pasien Congestive Heart Failure (CHF) yang akan berdampak
pada penurunan Health-Related Quality of Live (HRQoL). Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh pemberian terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF). Desain yang digunakan adalah quasi eksperimen
dengan melibatkan 40 orang responden yang dipilih dengan menggunakan teknik
concecutive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil uji bivariat dengan
menggunakan uji parametrik yakni independent t test menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan kecemasan yang bermakna antara kelompok kontrol (p value
=0,0001). Disimpulkan bahwa terapi SEFT berpengaruh terhadap penurunan kecemasan
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF). Hasil penelitian ini dapat
direkomendasikan untuk diterapkan sebagai upaya mengatasi kecemasan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).

ABSTRACT
Anxiety is a problem that is often experienced by patients with Congestive Heart Failure
(CHF). This problem is attributed to the psychological pressure and physical problems
faced by those patients that will impact on the decrease on Health-Related Quality of
Live (HRQoL). This study aimed to determine the effect of SEFT therapy on anxiety
among patients with Congestive Heart Failure. A Quasi experiment design was used in
this study by involving 40 respondents which selected by using a consecutive sampling
technique and divided into two groups. The result of independent t-test showed that
there is a significant difference mean of anxiety between two groups (p value = 0.0001).
It was concluded that SEFT therapy has effect on anxiety reduction among patients with
Congestive Heart Failure (CHF). The results of this study can be recommended as an
intervention to overcome anxiety among patients with Congestive Heart Failure."
2018
T49271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destia Anggraini Rahmawati
"ADHF (Acute decompensated heart failure) merupakan suatu kondisi gagal jantung dengan perubahan mendadak pada jantung untuk berkontraksi, sehingga mengancam nyawa dan dapat menyebabkan edema paru. Gagal jantung dapat dikategorikan menurut nilai ejeksi fraksi, salah satunya heart failure with reduce ejection fracktion (HFrEF) dengan nilai EF ≤40%. Tanda klinis ADHF salah satunya edema pada tungkai. Hal ini terjadi karena kegagalan LV untuk berkontraksi sehingga menyebabkan aliran balik dengan penumpukan cairan diparu, kemudian kembali ke RV dan keluar melalui atrium kanan ke seluruh tubuh, salah satunya ke tungkai. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema tungkai yaitu ankle pumping exercise. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari dengan frekuensi 10 kali/jam, kemudian dievaluasi selama 6 jam dengan metode pitting edema. Hasil intervensi menunjukkan terdapat perubahan derajat edema tungkai dari +3/+3 menjadi +1/+2. Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu alternatif intervensi untuk mengurangi edema tungkai.

ADHF (Acute decompensated heart failure) is a condition of heart failure with sudden changes in the heart to contract, so it is life threatening and can cause pulmonary edema. Heart failure can be categorized according to the value of the ejection fraction, one of which is heart failure with reduced ejection fracture (HFrEF) with an EF value of ≤40%. One of the clinical signs of ADHF is edema in the legs. This occurs due to the failure of the LV to contract causing backflow with a buildup of fluid in the lungs, then back into the RV and out through the right atrium to the rest of the body, including the legs. The intervention to treat leg edema is ankle pumping exercise. This intervention was carried out for 3 days with a frequency of 10 times/hour, then evaluated for 6 hours using the pitting edema. The results of the intervention showed that there was a change in the degree of leg edema from +3/+3 to +1/+2. The results of this scientific work are expected to be an alternative intervention to reduce leg edema."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haniatur Rifqi
"Gagal jantung merupakan masalah berkurangnya kemampuan pompa dari ventrikel jantung. Gagal jantung menjadi salah satu komplikasi yang sering terjadi pada Sindrom Koroner Akut (SKA). Tatalaksana awal pasien gagal jantung dan SKA yaitu pemeriksaan EKG, pemeriksaan laboratorium, tirah baring, dan stabilisasi hemodinamik. Gagal jantung mencerminkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup ke tubuh. Kondisi ini mengakibatkan gangguan sirkulasi darah dan hemodinamik. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung dengan penerapan positioning lateral kanan dan pengaruhnya terhadap perubahan hemodinamik. Metode penulisan yang digunakan adalah case report. Penerapan posisi lateral kanan merupakan posisi yang direkomendasikan untuk pasien gagal jantung. Asuhan keperawatan diberikan kepada pasien kelolaan yaitu Tn. TK (58 tahun) dengan STEMI dan gagal jantung. Asuhan keperawatan dilakukan selama tiga hari dengan satu hari periode IGD serta dua hari periode ICCU. Masalah keperawatan utama yang dialami pasien adalah penurunan curah jantung. Intervensi keperawatan utama yaitu stabilisasi hemodinamik secara non farmakologi maupun farmakologi. Salah satu intervensi non farmakologi yaitu penerapan posisi lateral kanan. Hasil penerapan positioning lateral kanan pada pasien gagal jantung menunjukkan adanya penurunan tekanan darah, MAP, denyut jantung, dan laju pernapasan, serta adanya peningkatan saturasi oksigen. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dirujuk. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan penerapan positioning lateral kanan dapat dilakukan sebagai salah satu intervensi pada masalah penurunan curah jantung untuk stabilisasi hemodinamik pasien gagal jantung di Instalasi Gawat Darurat maupun Intensive Care Unit.

Heart failure is a problem of reduced pumping ability of the heart's ventricles. Heart failure is one of the complications that often occurs in Acute Coronary Syndrome (ACS). Initial management of patients with heart failure and ACS includes ECG examination, laboratory examination, bed rest and hemodynamic stabilization. Heart failure reflects the heart's inability to pump enough blood to the body. This condition results in impaired blood circulation and hemodynamics. The aim of writing this scientific paper is to describe nursing care for heart failure patients by applying right lateral positioning and its effect on hemodynamic changes. The writing method used is a case report. Applying the right lateral position is the recommended position for heart failure patients. Nursing care is provided to managed patients, namely Mr. TK (58 years old) with STEMI and heart failure. Nursing care is provided for three days with one day during the ER and two days during the ICCU period. The main nursing problem experienced by patients is decreased cardiac output. The main nursing intervention is hemodynamic stabilization with non-pharmacological and pharmacological methods. One non-pharmacological intervention is the application of the right lateral position. The results of applying right lateral positioning in heart failure patients showed a decrease in blood pressure, MAP, heart rate and respiratory rate, as well as an increase in oxygen saturation. These results are in line with the results of the research referred to. Based on these results, it is hoped that the application of right lateral positioning can be carried out as an intervention in the problem of decreasing cardiac output to stabilize the hemodynamics of heart failure patients in the Emergency Room and Intensive Care Unit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hetty Christine
"Latar Belakang: Penuaan merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua organ tubuh. Usia lanjut dan sejumlah komorbid yang terjadi seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronik dan penyakit ginjal kronik, merupakan faktor risiko mayor gagal jantung kongestif. Pasien usia lanjut dengan gagal jantung kongestif berisiko tinggi readmisi rumah sakit, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, dehidrasi atau kelebihan cairan, dan mengalami penurunan ambang rasa. Pada tata laksana gagal jantung kongestif, penting untuk membatasi asupan natrium dan cairan yang dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi, sehingga terapi nutrisi diperlukan sejak awal perawatan.
Metode: Laporan serial kasus ini memaparkan empat kasus pasien usia lanjut dengan gagal jantung kongestif, berusia 65-78 tahun dengan minimal satu penyakit komorbid yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit ginjal kronik, penyakit paru obstruktif kronik, dan diabetes melitus. Semua pasien memerlukan dukungan nutrisi. Dua pasien mengalami malnutrisi, satu pasien berat badan lebih dan satu pasien obes I. Masalah nutrisi yang didapatkan antara lain asupan makronutrien dan mikronutrien tidak adekuat dan komposisi nutrisi tidak seimbang selama sakit dan 24 jam terakhir, gangguan elektrolit, hiperurisemia, hiperglikemia, peningkatan kadar kolesterol LDL dan gangguan keseimbangan cairan. Terapi nutrisi gagal jantung kongestif diberikan pada semua pasien disesuaikan dengan penyakit komorbid masing-masing. Suplementasi mikronutrien dan nutrien spesifik diberikan pada keempat pasien. Pemantauan meliputi keluhan subyektif, hemodinamik, tanda dan gejala klinis, analisis dan toleransi asupan, pemeriksaan laboratorium, antropometri, keseimbangan cairan, dan kapasitas fungsional.
Hasil: Keempat pasien menunjukkan peningkatan asupan nutrisi, perbaikan klinis berupa penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi, serta peningkatan kapasitas fungsional.
Kesimpulan: Terapi nutriso yang adekuat dapat memperbaiki kondisi klinis pasien usia lanjut dengan gagal jantung kongestif dan berbagai penyakit komorbid.

Background: Aging is a physiological process, which is occurs in all organs. Elderly people and various comorbidities, such as hypertension, coronary artery disease, diabetes mellitus, chronic obtructive pulmonary disease and chronic kidney disease, are major risk factors of congestive heart failure. Elderly patients with congestive heart failure are at high risk of hospital readmission, malnutrition, micronutrients deficiency, dehydration or fluid overload and decreased sense of taste. In the congestive heart failure therapy, fluid and sodium intake restriction is important, however it may result in decreased nutrition intake so that is necessary to provide early adequate nutrition therapy.
Method: This serial case report describes four cases of congestive heart failure with various comorbidities in the elderly patients, aged 65-78 years old, with at least one comorbid, such as hypertension, coronary artery disease, chronic kidney disease, chronic obstructive pulmonary disease, and diabetes mellitus. All patients required nutrition support. Two patients classified as malnutrition, one overweight and one obese I. Nutrition problems in this serial case report are macromicronutrients intake, and nutrition composition imbalance during ill and 24 hours before hospitalized, electrolyte imbalance, hyperuricemia, hyperglycemia, elevated LDL cholesterol levels, and fluid imbalance. Nutrition therapy for congestive heart failure was given to all patients, and adjusted to the comorbidities in each patient. Micronutrients and specific nutrients supplementation were given to all patients. Monitoring include subjective complaints, hemodynamic, clinical signs and symptoms, analysis and tolerance of food intake, laboratory results, anthropometric, fluid balance, and functional capacity.
Result: During monitoring in the hospital, all patients showed improved food intake, clinical outcomes, such as decreased of blood pressure, heart rate and increased of fungcional capacity.
Conclusion: Adequate nutrition therapy an important role in improving clinical conditions in the elderly patients with congestive heart failure and various comorbidities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>