Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78923 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Kusuma Mahardini
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektivitas stimulasi elektrik saraf tibialis posterior pada pasien overactive bladder (OAB). Penelitian ini menggunakan desain uji eksperimental Randomized Control Trial. Subjek penelitian merupakan pasien OAB diatas usia 18 tahun. Dua puluh pasien dibagi secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Semua subjek dari kedua kelompok mendapatkan tatalaksana standar berupa terapi perilaku, latihan otot dasar panggul dan pemberian antimuskarinik imidafenacine 2 x 0,1 mg. Sebagai tambahan, kelompok perlakuan diberikan stimulasi elektrik saraf tibialis posterior secara transkutan 10 Hz, 200 us, dengan intensitas yang masih dapat ditoleransi pasien, dilakukan 2x/minggu selama 8 minggu. Hasil keluaran penelitian ini berupa Overactive Bladder Symptom Score (OABSS) dan parameter catatan berkemih sebelum intervensi (T0), setelah 4 minggu (T1) dan setelah 8 minggu intervensi (T2). Analisis statistik dilakukan untuk membandingkan perubahan nilai OABSS dan parameter catatan berkemih sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyatakan bahwa stimulasi elektrik saraf tibialis posterior efektif dalam menurunkan frekuensi berkemih pada pasien OAB setelah diberikan intervensi selama 8 minggu. Rerata penurunan frekuensi berkemih pada kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing sebesar 6,81±3,09 dan 3,74±1,83 dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,009. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan waktu intervensi yang lebih lama untuk menilai efektivitas stimulasi elektrik saraf tibialis posterior pada pasien OAB.

This thesis was aimed to determine the effectiveness of posterior tibial nerve stimulation in overactive bladder (OAB). This study design was randomized control trial. The subjects were OAB patients aged over 18 years old. Twenty subjects were randomly divided into 2 groups: intervention and control groups. The subjects from both groups received standard therapy consist of : behavioral therapy, pelvic floor exercise and antimuscarinic (imidafenacine 0,1 mg twice daily). In addition, the intervention group was given transcutaneous posterior tibial nerve stimulation of 10 Hz, 200 us, 30 minutes, with an intensity tolerable pain, 2 times/ week for 8 weeks. The Overactive Bladder Symptom Score (OABSS) and voiding diary parameters were used to measure before the intervention (T0), after 4 weeks (T1) and after 8 weeks of intervention(T2). Statistical analysis was performed to compare changes in OABSS and voiding diary between the intervention and control groups. The results stated that the posterior tibial nerve stimulation was effective in reducing the frequency of urination in OAB patients after being given an intervention for 8 weeks. The mean reduction in voiding frequency in the intervention and control groups was 6.81 ± 3.09 and 3.74 ± 1.83, respectively, and a significant difference was obtained with a value of p = 0.009. Further studies are needed with longer intervention times to assess the effectiveness of posterior tibial nerve electrical stimulation in OAB patients"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Eva Dana
"Tujuan : Untuk mengetahui apakah neuromodulasi dengan stimulasi saraf tibialis posterior bermanfaat untuk memperbaiki fungsi buli-buli neurogenik baik pada tipe hiperrefleksia maupun tipe hipo/arefleksia. Desain : Studi intervensi pra dan pasca perlakuan. Metode : Intervensi terapi neuromodulasi dengan stimulasi saraf tibialis posterior sebanyak 10 kali terhadap 9 anak dengan buli-buli neurogenik akibat lesi medula spinalis. Perbaikan fungsi buli-buli setelah intervensi terapi, dinilai dengan melihat perubahan kapasitas buli-buli, compliance buli-buli, urin residu, tekanan detrusor saat pengosongan bUIi-buli (untuk tipe hiperrefleksia) dan detrusor leak point pressure (untuk tipe hipo/arefleksia).

Objective: To investigate whether neuromodulation with posterior tibial nerve stimulation can be used to improve hyperreffexic or hipo/areffexic neurogenic bladder function. Design: Pre and post treatment Intervention study. Method: Nine children with neurogenic bladder because of spinal cord lesion were given neuromodulation with 10 times stimulation of posterior tibial nerve. Urodynamic studies were compared pre and post treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurul Khalisha
"Menstruasi merupakan proses alami yang terjadi pada tubuh perempuan yaitu saat lapisan rahim terlepas melalui vagina. Menstruasi merupakan bagian normal dari kesehatan reproduksi dan menandakan bahwa tubuh perempuan mampu bereproduksi. Dismenore adalah sensasi nyeri pada perut bagian bawah yang kadang dapat merambat ke pinggul, punggung bagian bawah, dan paha. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi patologis, sedangkan dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis. Dismenore primer dapat dikurangi dengan terapi, salah satunya dengan metode TENS. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah metode pereda nyeri yang melibatkan penggunaan arus listrik ringan. Metode ini menggunakan konsep Gate Control Theory yang memberi sensasi baru untuk mengalihkan perhatian dari nyeri yang lain. Alat yang diusulkan menggunakan metode TENS yang dapat dibuat dengan menggunakan motor driver yang mendapatkan tegangan tinggi dari baterai yang dihubungkan ke boost converter (XL6009). Output tegangan yang dihasilkan diolah oleh mikrokontroler (Arduino Nano) sebelum disalurkan ke pad elektroda yang menempel di kulit relawan. Sistem ini diuji pada lima subjek yang sedang mengalami dismenore primer. Keefektifan alat ini diuji secara kualitatif dengan metode kaji nyeri PQRST. Rangkaian pembatas arus didesain untuk keamanan. Setiap subjek menggunakan tegangan yang berbeda-beda. Tegangan yang digunakan sebesar 10-30V. Pulsa listrik yang dihasilkan berbentuk biphasic square wave dengan frekuensi 120Hz dan duty cycle 30% sesuai yang diharapkan. Dari 5 orang subjek memberi nilai 4,4 poin untuk kenyamanan, 4,8 poin untuk kemudahan, 3,2 poin untuk portabilitas, dan 2 poin untuk estetika. Poin yang rendah untuk portabilitas dan estetika disebabkan alat diuji coba ketika belum menggunakan casing.

Menstruation is a natural process that occurs in a woman's body, namely when the uterine lining is shed through the vagina. Menstruation is a normal part of reproductive health and indicates that a woman's body is capable of reproduction. Dysmenorrhea is a painful sensation in the lower abdomen that can sometimes spread to the hips, lower back and thighs. Primary dysmenorrhea is menstrual pain that is not based on a pathological condition, while secondary dysmenorrhea is menstrual pain that is based on a pathological condition. Primary dysmenorrhea can be reduced with therapy, one of which is the TENS method. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) is a pain relief method that involves the use of a mild electric current. This method uses the concept of Gate Control Theory which provides new sensations to divert attention from other pain. The proposed device uses the TENS method which can be made using a motor driver that gets high voltage from a battery connected to a boost converter (XL6009). The resulting voltage output is processed by a microcontroller (Arduino Nano) before being distributed to the electrode pad attached to the volunteer's skin. This system was tested on five subjects who were experiencing primary dysmenorrhea. The effectiveness of this device was tested qualitatively with the PQRST pain assessment method. The current limiting circuit is designed for safety. Each subject uses different voltages. The voltage used is 10-30V. The electrical pulses produced are in the form of a biphasic square wave with a frequency of 120Hz and a duty cycle of 30% as expected. From the 5 subjects, they rated 4.4 points for comfort, 4.8 points for convenience, 3.2 points for portability, and 2 points for aesthetics. Low points for portability and aesthetics are due to the device being tested before having a casing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Lubbna
"Masa batita adalah masa emas dan kritis yang perlu dioptimalkan dalam melakukan stimulasi perkembangan agar keterlambatan perkembangan dapat dicegah, terutama oleh ibu yang secara emosional lebih dekat dengan anak. Fenomena keterlambatan perkembangan anak di Indonesia masih terjadi karena kurangnya stimulasi saat usia batita, terutama anak di daerah pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stimulasi perkembangan batita oleh ibu. Desain penelitian ini deskriptif sederhana dengan metode consecutive sampling terhadap 92 ibu di Desa Jungjang Kecamatan Arjawinangun, Cirebon. Hasilnya, lebih banyak ibu yang sering melakukan stimulasi perkembangan pada aspek bicara dan bahasa serta sosialisasi kemandirian (51,1 % dan 51,1 %) daripada aspek motorik kasar dan motorik halus (43,5 % dan 44,6 %), dan berdasarkan keseluruhan aspek perkembangan, lebih banyak ibu yang jarang melakukan stimulasi (51,1 %) dibandingkan ibu yang sering melakukan stimulasi (48,9 %). Disarankan bagi tenaga kesehatan terutama perawat anak agar mengoptimalkan edukasi mengenai stimulasi perkembangan anak pada ibu-ibu di pedesaan.

Toddler period was golden and critical age which needed to be optimized by parents to stimulate their child developments so that developmental delay could be prevented, especially by mother who has closer emotional bound with children. Children developmental delay phenomena in Indonesia, especially in rural area, was still exist caused by lack of development stimulation when they were in toddler age. The aim of this descriptive study is to describe development stimulation of toddler age children by mother. This study with consecutive sampling method is included 92 mothers in Jungjang Village, Arjawinangun, Cirebon. The results were mothers who often give stimulation of talking, language, socialization and autonomy aspects (51,1 % and 51,1 %) were more than gross motoric and fine motoric aspects (43,5 % and 44,6 %), and according to whole aspects of development, mothers who rarely give stimulation (51,1 %) is more than mothers who often give stimulation (48,9 %). It’s recommended for health services and pediatric nurses, especially in rural area, to educate the mothers about the importance of stimulating their children in toddler age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novan Satya Pamungkas
"Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui manfaat elektroakustimulasi dalam mengatasi keluhan mual dan muntah pada trimester pertama kehamilan.
Metode
Empat puluh pasien dengan emesis gravidarum dibagi ke dalam 2 kelompok secara acak. Kelompok kontrol diberikan vitamin B6 3x30 mg per hari dan kelompok yang ingin diteliti diberikan alat elektroakustimulasi. Derajat keparahan mual dan muntah pasien dinilai pra dan 3 hari pasca perlakuan dengan menggunakan kuesioner PUQE.
Hasil
Penelitian ini diikuti oleh 40 ibu hamil. Tidak didapatkan adanya perbedaan usia kehamilan dan skor PUQE pra perlakuan pada kedua kelompok. 3 hari pasca perlakuan didapatkan pengurangan skor PUQE yang bermakna secara statistik baik pada kelompok vitamin B6 (p= .004) maupun pada kelompok elektroakustimulasi (p= .000). Namun, perubahan skor PUQE pada kedua kelompok tersebut tidak berbeda bermakna scara statistik (p= .286).
Kesimpulan
Elektroakustimulasi efektif untuk mengatasi mual dan muntah pada trimester pertama kehamilan. Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara elektroakustimulasi dan vitamin B6 dalam mengatasi mual dan muntah pada trimester pertama kehamilan.

Objective
To evaluate the effectiveness of electroacustimulation in reducing nausea and vomiting in the first trimester of pregnancy.
Study design
Pregnant volunteers with symptoms of nausea and vomiting below 14 weeks of gestation participated in a 3-day clinical trial. Participants were randomly assigned to receive a device for electroacustimulation therapy or vitamin B6 with the dosage of 3 x 30 mg per day. The primary outcome measure was self-recorded symptoms according to PUQE scoring system before and after 3-days treatment.
Results
Fourty pregnant women completed this study. There were no differences between groups in gestational age at entry and PUQE score pre-treatment. After 3 day therapy, there were significant decrease in PUQE score in group receiving B6 (p= .004) and also in electroacustimulation group (p= .000). However, the change in PUQE score was not significantly different between the two groups (p= .286).
Conclusion
Electroacustimulation is effective for reducing nausea and vomiting in first trimester of pregnancy. There were no different in effectivity between vitamin B6 and electroacustimulation for reducing nausea and vomiting in first trimester of pregnancy."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33200
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damiaan Denys, editor
"Deep brain stimulation : a new frontier in psychiatry provides an overview of current developments and the future possibilities of deep brain stimulation for patients with therapy-refractory psychiatric disorders. The side-by-side presentation of clinical applications and animal research provides a truly translational approach. Also included is a special chapter on the ethical issues involved in deep brain stimulation in psychiatry."
Berlin: [, Springer], 2012
e20417734
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Mulyati
"Penurunan kesadaran merupakan salah satu kondisi kritis yang perlu mendapatkan penanganan dan intervensi yang cepat dan tepat. Kecepatan dan ketepatan intervensi akan mencegah berbagai komplikasi jangka pendek dan jangka panjang pada pasien. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh intervensi stimulasi sensori berbasis teori caring dan uncertainty terhadap proses pemulihan pasien penurunan kesadaran. Penelitian ini terbagi atas dua tahap yaitu penelitian kualitatif (fenomenologi dan diskusi kelompok terfokus) yang melibatkan 24 informan, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan intervensi stimulasi sensori dan penelitian kuantitatif (quasi eksperimen) yang melibatkan 63 responden secara consecutive sampling, yang dibagi dalam kelompok intervensi 1 dan 2 serta kelompok kontrol. Penelitian tahap ini dilakukan di tiga Rumah sakit, 2 di Jakarta dan 1 di Bengkulu. Hasil penelitian tahap satu didapatkan 5 tema dari hasil wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus yang dijadikan sebagai salah sumber untuk menyusun intervensi stimulasi sensori yang dirangkum dalam buku panduan intervensi stimulasi sensori untuk pasien dan perawat dan keluarga. Hasil penelitian tahap dua didapatkan bahwa stimulasi sensori memberikan perbedaan bermakna pada tingkat kesadaran, fungsi sensori dan hemodinamik laju pernapasan dan saturasi okdigen dengan nilai (P<0.05. Tetapi tidak memberikan perbedaan secara bermakna secara uji statistik (P>0.05) pada indikator hemodinamik yang lainnya di antara 3 kelompok terhadap proses pemulihan kesadaran. Meskipun demikian secara klinis terlihat dapat memperpendek masa proses pemulihan kesadaran berdasarkan nilai mean tiap kelompok. Kesimpulan hasil penelitian yaitu intervensi stimulasi sensori dapat mempersingkat proses pemulihan kesadaran pasien.

Decreased awareness is a critical condition that needs to get fast and appropriate treatment and intervention. Speed ​​and accuracy of intervention will prevent various short-term and long-term complications in patients. This study aims to identify the effect of sensory stimulation interventions based on caring theory and uncertainty on the recovery process of patients with reduced consciousness. This study was divided into two stages, namely qualitative research (phenomenology and focus group discussions) involving 24 informants, then followed by the preparation of sensory stimulation interventions and quantitative research (quasi experiments). involving 63 respondents respectively consecutive sampling, divided into intervention groups 1 and 2 as well as the control group. This stage of the research was conducted in three hospitals, 2 in Jakarta and 1 in Bengkulu. The results of the first phase of the study obtained 5 themes from the results of in-depth interviews and focus group discussions which were used as a source for developing sensory stimulation interventions which are summarized in a sensory stimulation intervention manual for patients and caregivers and families. The results of the second phase of the study found that sensory stimulation provided significant differences in the level of consciousness and hemodynamics of respiratory rate and oxygen saturation with a value of (P<0.05. However, it did not provide significant statistical differences (P>0.05) in sensory function and other hemodynamic indicators among the 3 groups on the process of recovering consciousness. However, clinically it appears to shorten the period of consciousness recovery based on the mean value of each group. The conclusion of the results of the study is that sensory stimulation interventions can shorten the process of restoring patient consciousness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Wulan
"Bayi Prematur lahir disertai berbagai masalah kesehatan. Masalah yang sering terjadi adalah distress pernapasan dan lemahnya refleks hisap dan menelan yang mengakibatkan masalah pemberian nutrisi. Stimulasi NNS dan latihan oral motorik dapat membantu bayi prematur untuk meningkatkan kemampuan menghisap dan menelan. Penelitian ini menggunakan rancangan uji klinik acak terkontrol dengan menggunakan pendekatan pre dan post test control group. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 bayi prematur yang dirawat di tiga RSUD di sekitar Kota Sukabumi. Sampel terbagi menjadi dua kelompok intervensi, masing-masing 13 responden untuk setiap kelompok.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata skor kesiapan minum sebelum dan setelah intervensi stimulasi NNS dan latihan oral motorik pada bayi prematur dengan pemasangan alat bantu napas NCPAP p0,05. Stimulai NNS dan latihan oral motorik dapat meningkatkan kesiapan minum pada bayi prematur dengan pemasangan alat bantu napas NCPAP yang ditandai dengan peningkatan skor kesiapan minum melalui oral, sehingga perlu diimplementasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi prematur. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah membandingkan stimulasi NNS, latihan oral motorik, dan gabungan dari kedua intervensi tersebut.

Premature baby is born with various health problems. The most common problems are respiratory distress and poor suction and swallowing reflexes that lead to nutritional problems. NNS stimulation and oral motor stimulation can help premature babies to improve their ability to suck and swallow. This study used a randomized controlled clinical trial design using pre and post test control group approaches. The sample in this study amounted to 26 premature infants treated in three hospitals around the city of Sukabumi, 13 respondents for each intervention group.
The results of this study indicate that there is a significant difference mean of oral feeding readiness score before and after NNS stimulation and oral motor stimulation intervention in premature infant with NCPAP p 0.05 . Stimulation of NNS and oral motor may improve oral feeding readiness in premature infants with NCPAP characterized by increasing oral feeding readiness scores, so it needs to be implemented in nursing care in premature infants. The recommendation for further research is to compare NNS stimulation and oral motor exercise with a combination of both interventions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elita Wibisono, Harrina E. Rahardjo
"Overactive bladder (OAB) merupakan suatu kondisi yang
sering terjadi dan diperkirakan sekitar 455 juta orang (11%
penduduk dunia) pernah mengalami gejala tersebut. Kondisi
ini dapat memberikan dampak yang signifikan bagi kualitas
hidup pasien. Tatalaksana lini pertama OAB adalah terapi
konservatif dan medikamentosa dengan obat antimuskarinik.
Bagi pasien yang resisten terhadap pilihan terapi tersebut,
terdapat beberapa alternatif tatalaksana, antara lain operasi,
stimulasi elektrik, dan injeksi toksin botulinum. Dari antara
pilihan tersebut, percutaneous tibial nerve stimulation
(PTNS) merupakan pilihan yang invasif minimal. PTNS bekerja
dengan menstimulasi pleksus saraf sakral, sekelompok saraf
yang berperan dalam regulasi fungsi kandung kemih. Setelah
mendapat sertifikasi food and drug administration (FDA) pada
tahun 2007, PTNS semakin banyak digunakan dengan hasil
menjanjikan. Pada tinjauan pustaka ini disajikan berbagai
studi nonkomparatif dan komparatif yang membandingkan
PTNS dengan prosedur sham, terapi antimuskarinik, dan terapi
kombinasi yang menggabungkan PTNS dan antimuskarinik
dengan data yang mendukung penggunaan PTNS pada OAB."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Karuniati
"Penuaan erat kaitannya dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia. Salah satu masalah keperawatan yang muncul dari penurunan fungsi kognitif adalah kerusakan memori. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah kerusakan memori yaitu terapi stimulasi kognitif. Metode yang digunakan adalah latihan orientasi, terapi ingatan atau gambar, dan latihan aktivitas. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu memaparkan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami kerusakan memori dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) sebagai instrumen evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan skor MMSE yaitu sebelum intervensi 15 dan sesudah dilakukan intervensi menjadi 21. Terapi ini dilakukan selama 4 minggu dalam 24 kali intervensi dengan durasi 30-45 menit. Perawat diharapkan dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi kognitif lansia dengan menggunakan terapi ini. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan terapi kognitif lain untuk menangani masalah kerusakan memori seperti terapi kognitif dengan keterampilan motorik halus dan latihan memori.

The aging associated with cognitive impairment in older adult. Impaired memory is one of nursing problems often showed cognitive impairment in older adult. Interventions that can be provided to impaired memory is cognitive stimulation therapy. The methods used is the orientation training, memorable therapy and activity training. This paper intense to describe the nursing care of older adult whose suffered impairment memory by Mini Mental State Examination (MMSE) as it’s evaluation instrument. The result of the evaluation showed that the increase of MMSE score from 15 to 21. This therapy for 4 weeks in 24 sessions with a duration of 30 to 45 minutes. Nurses are excepted to maintain or improve cognitive function of older adult using this therapy. Further research is excepted to perform other cognitive therapy to provided with memory impairment such as cognitve therapy with fine motoric skills and memory training."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas ndonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>