Ditemukan 113374 dokumen yang sesuai dengan query
Novita Rahmah
"Tingginya angka pernikahan perlu diimbangi dengan kesiapan menikah. Ketidaksiapan menikah dan tidak adanya perencanaan kehamilan dapat berdampak baik secara fisik maupun psikologis bagi ibu dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesiapan menikah dengan perencanaan kehamilan pada calon pengantin perempuan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan metode cross sectional dengan pengambilan data menggunakan teknik convenience sampling berjumlah 258 responden calon pengantin perempuan di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kesiapan menikah dengan perencanaan kehamilan pada calon pengantin perempuan (p= 0,000, α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan dilakukan edukasi sedini mungkin pada remaja dan dewasa awal mengenai hal-hal yang perlu dipersiapakan sebelum menikah. Selain itu, dapat lebih mengoptimaliasasi keharmonisan keluarga dan peran sebagai suami dan istri dalam mempersiapkan pengasuhan dan tumbuh kembang anak.
The growing rates of marriage needs to be followed with marriage readiness as well as planning parenthood as it is necessary to prospective spouses to plan for post-marital life, such as having child. Unpreparedness and absence of pregnancy planning can impact both physically and psychologically to the mother and child. This research aimed to determine the relationship between marriage readiness and planning parenthood among prospective brides. A correlative descriptive design with a cross sectional method were used with a convenience sampling technique in determining the respondents resulting to a total of 258 respondents from Jakarta gathered. The results showed that there was a meaningful relationship between the readiness of marriage and the planning of pregnancy (P = 0.000, α = 0.05). This research recommends education as early as possible in adolescents and early adults regarding matters that need to be prepared before marriage. In addition, the researchers believe this action can enhance the role of husband and wife in planning parenthood and nurturing children in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Iffah Karimah Salsabila
"
ABSTRAKKesiapan menikah merupakan salah satu kunci kesejahteraan dan kesehatan calon pengantin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kesiapan menikah dan karakteristik calon pengantin perempuan di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif sederhana dengan studi cross-sectional, melibatkan 125 calon pengantin perempuan dari 10 Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Kesiapan menikah diukur menggunakan instrumen Criteria for Marriage Readiness yang telah diterjemahkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,8 calon pengantin perempuan di Jakarta Selatan mempunyai kesiapan menikah yang baik. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan, pelayanan, dan penelitian keperawatan untuk meningkatkan kesiapan menikah pada calon pengantin perempuan. Selain itu, perawat dan tenaga kesehatan lainnya sebaiknya memberikan pelayanan kesehatan baik kesehatan reproduksi maupun kesehatan psikologis kepada calon pengantin.
ABSTRACTMarried readiness is one of the keys to the well being and health of the bride. This study aims to identify the description of marriage readiness and characteristics of bride in South Jakarta. The design of this study is a simple quantitative descriptive with cross sectional study, involving 125 bridal candidates from 10 sub districts in South Jakarta selected by consecutive sampling technique. Marital readiness is measured using the translated Criteria for Marriage Readiness instrument. The results showed that 56,8 of bride in South Jakarta have good marriage readiness. This research is expected to be useful for education, service, and nursing research to improve the marriage readiness of the bride. In addition, nurses and health workers should provide health services both reproductive health and psychological health to prospective brides."
2017
S68729
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Charina Septyandari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengukuran perencanaan karir menggunakan alat ukur Career Planning Scale (CPS) yang dikembangkan oleh Gould (1979) dan pengukuran kesiapan menikah menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang merupakan wanita dewasa muda yang bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perencanaan karir dan kesiapan menikah pada wanita dewasa muda yang bekerja (r = 0.241, (p < 0.05). Artinya, semakin baik perencanaan karir individu, maka semakin baik pula kesiapan menikahnya. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat dua area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan perencanaan karir, yaitu keuangan dan pembagian peran suami-istri. Diketahui pula bahwa area minat dan pemanfaatan waktu luang merupakan area yang menjadi prioritas utama sampel dalam penelitian ini. Aspek demografis seperti usia, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, lama berpacaran, dan rencana menikah diketahui tidak berkorelasi secara signifikan terhadap perencanaan karir dan kesiapan menikah.
This study was conducted to determine the relationship between career planning and readiness for marriage among young adults working women. This research is quantitative study with correlational design. The measurement of career planning use Career Planning Scale (CPS) which developed by Gould in 1979, and the measurement of readiness for marriage use Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). The sample of this study are 100 young adults working women. The result of this study indicate that there is a significant positive correlation between career planning and readiness for marriage among young adults working women (r = 0.241, (p < 0.05). It means that the better individual career planning, the higher readiness for marriage too. Based on the result of this study, it is known that there are two areas of readiness for marriage which had a significant positive correlation with career planning. Those are finances and spousal roles. It is also known that the area of interest and the use of leisure time is a priority area for the sample in this study. The demographic aspects such as age, education, occupation, duration of work, duration of dating, and marriage plan are known to be not significantly correlated to career planning and readiness for marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46493
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Febrina Yufrizal
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gairah sebagai komponen cinta dengan kesiapan menikah pada dewasa muda. Gairah merupakan komponen cinta didefinisikan sebagai dorongan pada asmara, romantisme, ketertarikan fisik, hubungan seksual serta fenomena lain yang berhubungan dengan hubungan percintaan (Sternberg, 1986), yang diukur dengan menggunakan Triangular Love Scale. Kesiapan menikah didefinisikan sebagai kemampuan yang dipersepsi oleh individu untuk menjalankan peran dalam pernikahan dan merupakan bagian dari proses memilih pasangan dan pengembangan hubungan (Holman & Li, 1997) yang diukur melalui Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 dewasa muda dengan menggunakan judgmental sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gairah dengan kesiapan menikah pada dewasa muda (r= 0,345, p<0,05, two-tailed).
The aim of this research is to investigate the relationship between passion as component of love and marriage readiness among adulthood. Passion refers to drives that lead to romance, physical attraction, sexual consummation, and another related phenomena in loving relationship (Sternberg, 1986), that measured by using Triangular Love Scale. Marriage readiness is defined as a perceived ability of an individual to perform in marital roles, and see it as an aspect of mate selection/relationship development (Holman & Li, 1997), that measured by using Modification of Marriage Readiness Inventory. The sampel of this research are 120 adulthood by judgmental sampling. The result shows that there is a significant relationship between passion and marriage readiness among young adulthood (r= 0,345, p<0,05, two-tailed)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Abshari Nabilah Fiqi
"Guna membangun hubungan dengan pasangan yang bertahan lama melalui pernikahan, dewasa muda Indonesia perlu memiliki kesiapan menikah. Secara teoritis, terdapat hubungan antara agama khususnya religiusitas dan kesiapan menikah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas Islam dan kesiapan menikah pada dewasa muda. Partisipan penelitian ini adalah 566 dewasa muda muslim berusia 20-30 tahun dan belum menikah se-Indonesia. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online. Alat ukur yang digunakan adalah The Revised Muslim Religiosity-Personality Inventory (R-MRPI) (untuk mengukur religiusitas Islam) dan Adaptasi Alat Ukur Kesiapan Perkawinan California Marriage Readiness Evaluation (CMRE) (untuk mengukur kesiapan menikah). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara religiusitas Islam dan kesiapan menikah pada dewasa muda, r=+.650, N=566, p<0,01. Artinya semakin tinggi religiusitas Islam seseorang maka semakin tinggi kesiapan menikahnya.
In order to build the relationship with romantic partner which lasts forever through marriage, young adults in Indonesia need readiness for marriage. Theoritically, there is relationship between religion espescially religiosity and readiness for marriage. This study examined the relationship between Islamic religiosity and readiness for marriage among young adults. Participants of this study were 566 Moslem young adults in the age range of 20 to 30 years old and have not married yet from Indonesia. This study used online questionnaire method to gather the data. The instruments of this study were The Revised Muslim Religiosity-Personality Inventory (R-MRPI) (to measure Islamic religiosity) and Adaptasi Alat Ukur Kesiapan Perkawinan California Marriage Readiness Evaluation (CMRE) (to measure readiness for marriage). The result showed that there is a positive significant relationship between Islamic religiosity and readiness for marriage among young adults, r=+.650, N=566, p<0,01. This finding suggests that individu who have higher Islamic religiosity will also have higher readiness for marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64187
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Azka Nada Fatharani
"Dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Di Indonesia ditemukan data bahwa tingkat pernikahan sekaligus perceraian didominasi oleh pasangan dari kelompok dewasa awal. Untuk mengurangi perceraian, dibutuhkan kesiapan menikah. Salah satu aspek dalam kesiapan menikah adalah agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah religiusitas berhubungan dengan kesiapan menikah pada dewasa awal di Indonesia. Sebanyak 610 dewasa awal berusia 19-30 tahun di Indonesia menjadi partisipan pada penelitian ini. Perhitungan menggunakan Spearman Correlation dan ditemukan koefisien korelasi sebesar r=0.0373, N=610, P<0.00. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara religiusitas dengan kesiapan menikah. Hal tersebut menandakan bahwa semakin religius seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan menikah yang dimilikinya.
Emerging adulthood is a period of transition from adolescence to adulthood. In Indonesia, it was found that the rate of marriage and divorce is dominated by couples from emerging adulthood. To reduce divorce, it takes readiness to marry. One of the aspect that can influence marriage readiness is religion. This study aims to determine whether religiosity is related to readiness for marriage in emerging adulthood in Indonesia. A total of 610 early adults aged 19-30 years in Indonesia were participants in this study. Calculations using Spearman Correlation and found a correlation coefficient r=0.0373, N=610, P<0.00. Based on these findings, it can be concluded that there is a significant and positive relationship between religiosity and marriage readiness. This indicates that the more religious a person is, the higher his marriage readiness will be."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Asa Akmelia
"Indonesia memeringkati peringkat ke-3 untuk AKI dan urutan ke-2 untuk AKB di Asia Tenggara. Namun persiapan masa prekonsepsi calon pengantin yang baik dapat mengurangi jumlah ini. Persiapan fisik merupakan bagian persiapan yang dilakukan calon pengantin dalam menyambut hari pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Salah satu kegiatan persiapan adalah manajemen berat badan yang dapat dilakukan dengan aktifitas fisik. Proporsi penduduk kurang aktivitas fisik tertinggi berada di DKI Jakarta. Dukungan sosial dari keluarga atau teman dapat berpengaruh pada perilaku kesehatan seseorang. Penelitian ini mencari gambaran karakteristik calon pengantin serta hubungan antara dukungan sosial dengan aktivitas fisik pada calon pengantin. Penelitian dilakukan dengan rancangan studi cross sectional, desain deskriptif korelatif, dan teknik pengambilan convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner daring pada 239 calon pengantin di DKI Jakarta. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan dukungan teman dengan aktivitas fisik calon pengantin (p-value=0.003). Sebagian besar calon pengantin memiliki dukungan keluarga dan teman yang cukup serta telah melakukan aktivitas fisik sesuai rekomendasi. Namun terdapat sebagian kecil calon pengantin yang memiliki berat badan lebih atau obesitas, mendapat dukungan sosial kurang, serta kurang aktivitas fisik. Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat untuk melakukan berbagai intervensi keperawatan, seperti mempromosikan aktivitas fisik kepada teman kerja atau keluarga dengan calon pengantin untuk mempersiapkan dengan baik kondisi fisik calon pengantin sebelum menikah.
Indonesia ranks 3rd for MMR and 2nd for IMR in Southeast Asia. However, good preconception preparation of prospective bride and groom can reduce this number. Weight management as a part of premarital preparation by the couple in welcoming the wedding day as well as the life as spouses is usually done through physical activities or exercises. Meanwhile, it is found that the highest proportion of people or couple with failing rates of physical activity is found in Greater Jakarta. Social support from family or peers can affect one’s health behavior. This study attempted to analyze the characteristics of the prospective bride and groom as well as the relationship between social support and physical activity done by the prospects. This study was conducted with cross sectional study design, correlative descriptive design, and convenience sampling technique. Data were gathered through online questionnaire distributed to 239 prospective brides and grooms throughout Greater Jakarta. The analysis showed that there was a relationship between peer support and physical activity of the prospective bride and groom (p-value = 0.003). Most respondents had sufficient support from family and peer, and willingly carried out physical activities according to professionals’ recommendations. On the other hand, the results also found small proportion of prospective bride and groom who have insufficient social support and physical activity. It is recommended for health workers, especially nurses, to do various nursing interventions, such as promoting physical activity to peers or family with prospective brides and grooms to properly prepare the physical condition of prospects before marriage."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Azaria Zakiah
"Penelitian ini menguji hubungan antara komponen komitmen dari teori segitiga cinta Sternberg dengan kesiapan menikah pada dewasa muda. Pengambilan data dilakukan melalui pemberian kuesioner triangular of love dan kesiapan menikah, baik secara langsung maupun melalui sistem online. Kuesioner diberikan kepada dewasa muda, pria dan wanita berusia 20-40 tahun, yang saat ini sedang menjalin hubungan dan telah merencanakan pernikahan dengan pasangannya, dengan batas waktu maksimal menikah tahun 2013. Dengan menggunakan data dari 120 partisipan, diperoleh hubungan yang positif sebesar 0.463, dengan los 0.01, antara komitmen dengan kesiapan menikah, sehingga semakin tinggi komitmen individu maka akan semakin siap ia untuk menikah. Hubungan juga ditemukan antara komitmen dengan jenis kelamin, dimana partisipan pria ditemukan memiliki tingkat komitmen yang lebih tinggi daripada partisipan wanita. Selain itu, ditemukan pula hubungan antara kesiapan menikah dengan tahun rencana menikah, dimana partisipan yang berencana menikah di tahun 2012 ditemukan memiliki tingkat kesiapan menikah yang lebih tinggi daripada partisipan yang berencana menikah di tahun 2013.
This study examined the relationship between commitment component of Sternberg’s triangular theory of love and readiness for marriage in young adulthood. Data is collected by giving questionnaire of triangular of love and readiness for marriage, either directly to the participants or through online system. Questionnaires given to young adults, men and women aged 20-40 years, who is currently in a relationship and have been planning a wedding with his partner, with a maximum time limit marry in 2013. Using data from 120 participants, researcher found a positive correlation of 0.463, with los 0.01, between commitment and readiness for marriage, so the higher individual’s commitment, the more ready he/she is to marry. The correlation was also found between commitment and gender, where male participants were found to have higher levels of commitment than female participants. In addition, researcher also found a correlation between readiness for marriage and the planned year to get married, in which participants planning to marry in 2012 were found to have higher levels of readiness for marriage than participants who plan to marry in 2013."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Esther Lita Yohana
"
Riwayat merokok pada calon pengantin merupakan hal penting yang perlu dikaji dalam masa prakonsepsi untuk mendapatkan kehamilan dan keturunan yg sehat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran riwayat merokok pada calon pengantin. Penelitian deskriptif ini melibatkan 361 responden yang ditentukan dengan teknik convenience sampling. Riwayat merokok dinilai dengan kuesioner Global Adults Tobbaco Survey (GATS) tahun 2014 dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 53,5% perokok pasif, 37,4% perokok aktif dan 9,1% mantan perokok. Hasil penelitian ini dapat menjadi data dan masukan bagi pengembangan pelayanan Program Calon Pengantin khususnya di DKI Jakarta untuk mengkaji riwayat/ perilaku merokok sebagai bagian dalam pemeriksaan kesehatan dan konseling calon pengantin.
Smoking history of the prospective bride and groom is one of the important things to be assessed during preconception order to get a healthy pregnancy and generation. This study aimed to identify the history of smoking among the prospective bride and groom. This descriptive study involved 361 respondents who were selected through convenience sampling technique. The data regarding to smoking history was collected with the Global Adults Tobbaco Survey (GATS) questionnaire 2014. Data were analyzed by univariate analysis. The results found there were 53.5% of passive smokers, 37.4% of active smokers, and 9.1% of former smokers among the respondents. The results of this study can become a basis data for the development of the Prospective Bride and Groom Health Intervention, especially in DKI Jakarta, to analyze the history of smoking as well as its behavior as part of the health examination and counseling for prospects in general.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Umaira Fotineri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai. Pengukuran sikap terhadap pernikahan menggunakan alat ukur Marita Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), dan pengukuran kesiapan menikah dengan menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiraysti, 2004). Jumlah sampel penelitian ini berjumlah total 55 orang yang merupakan dewasa muda dari keluarga bercerai. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai (r = 0.247, p < 0.05). Artinya semakin positif sikap terhadap pernikahan, maka semakin tinggi kesiapan menikahnya. Dalam penelitian ini, terdapat empat area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan sikap terhadap pernikahan, yaitu komunikasi, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, agama, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Berdasarkan hasil penelitian, usia, jender, tingkat pendidikan, usia ketika orang tua bercerai dan status pernikahan orang tua saat ini memberikan pengaruh kepada sikap anak terhadap pernikahan.
This research was conducted to determine the significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adult whose parents divorced. The measurement of attitudes toward marriage use Marital Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), and the measurement of readiness for marriage use Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). The sample size for the research are 55 young adults whose parents divorced. The result of these research indicate that there is a significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adults whose parents divorced (r = 0.247, p < 0.05). The result means that the more positive attitudes toward marriage, the higher the readiness for marriage. In this research, there are four areas of readiness for marriage which has a significant positive relationship with attitudes toward marriage. Those are communication, family background and relationships with family, religion, also the interest in and use of leisure time. Based on the result of the research, age, gender, educational level, age when parents divorced and marital status of parents today give impact to children?s attitudes toward marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44770
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library