Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enda Safitri
"ABSTRAK
Penyakit ginjal diabetik adalah suatu komplikasi yang disebabkan oleh diabetes melitus. Perkembangan penyakit ini mengarah kepada penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) dan kardiovaskular yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Hal ini menunjukkan pentingnya manajemen terapi pada penyakit ginjal diabetik. Saat ini kontrol glikemik dan tekanan darah adalah manajemen utama pada penyakit ginjal diabetik. Walaupun demikian, diketahui beberapa pasien tetap mengalami progresivitas menjadi ESRD. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukannya terapi baru untuk penyakit ginjal diabetik. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan penelitian penelitian untuk menemukan target terapi baru yang berpotensi untuk terapi penyakit ginjal diabetik. Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri, menelaah dan mensintesis hasil studi perkembangan terbaru untuk terapi penyakit ginjal diabetik pada golongan obat inhibitor sodium-glucose cotransporter 2 (SGLT2 inhibitor), agonis glucagon-like peptide-1 (GLP-1 agonist), antagonis endothelin-1 receptor (ET-1 antagonist) dan antagonis nonsteroidal mineralocorticoid receptor. Penelusuran literatur dilakukan dengan sistematik pada pusat data Pubmed, ScienceDirect, dan SpringerLink dan dipilah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Efektivitas obat dievaluasi melalui kadar albuminuria dan estimasi laju filtrasi glomerulus. Berdasarkan hasil studi literatur 3 tahun terakhir, diperoleh hasil bahwa inhibitor SGLT2 dan agonis GLP 1 terbukti memiliki efek perlindungan ginjal dan kardiovaskular pada pasien diabetes melitus tipe 2. Kedua golongan tersebut juga dapat menurunkan tekanan darah dan berat badan. Studi saat ini juga menunjukkan antagonis ET 1 dan antagonis nonsteroidal mineralocorticoid receptor juga memiliki potensi sebagai terapi penyakit ginjal diabetik dikarenakan efeknya yang dapat mengurangi albuminuria pasien diabetes melitus tipe 2. Namun demikian untuk memastikan efikasi dan keamanan obat harus dilakukan uji klinis lebih lanjut.

ABSTRACT
Diabetic kidney disease is a complication caused by diabetes mellitus. The development of the disease leads to end-stage renal disease (ESRD) and cardiovascular disease which increases patients morbidity and mortality. This show the importance of therapeutic management in diabetic kidney disease. Nowadays, glycemic control and blood pressure are the main management of diabetic kidney disease. However, it is known that some diabetes patients still progress to ESRD, highlighting the need to identify novel therapies for diabetic kidney disease. The last few years research has been carried out to find new therapeutic targets for therapy diabetic kidney disease. This article review aims explore, examine, and synthesize to new therapeutic studies for diabetic kidney disease in sodium glucose cotransporter 2 (SGLT2) inhibitor, glucagon-like peptide-1 (GLP-1) agonist, endothelin 1 receptor (ET-1) antagonist, dan nonsteroidal mineralocorticoid receptor antagonist. Literature searches were carried out systematically in Pubmed, ScienceDirect, and SpringerLink data centers and sorted according to inclusion and exclusion criteria. Efficacy of the drug was evaluated through the levels of albuminuria and estimated glomerular filtration rate (eGFR). Recent study showed that SGLT2 inhibitors and GLP 1 agonist have renal and cardiovascular protective effects in patient with type 2 diabetes mellitus. Both groups can also reduced blood pressure and body weight. Current studies show that ET-1 antagonists and nonsteroidal mineralocorticoid receptor antagonists also have the potential to treat diabetic kidney disease because of their effect on reducing albuminuria in patient with type 2 diabetes mellitus. However, to ensure efficacy and safety of the drug further clinical trials must be carried out."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhonna Dwi Safitri
"ABSTRAK
Dalam satu dekade terakhir, para peneliti berfokus dalam upaya penemuan biomarker proteindan peptida untuk penyakit ginjal diabetik. Reviewini bertujuan untuk menelusuri, menelaah, dan mensintesisterkaitperkembangan terkini protein dan peptida sebagai biomarker untuk penyakit ginjal diabetik. Penelusuranliteratur dilakukan secara sistematis dengan melakukan penelusuran studi observasionalpada databaseseperti Sciencedirect, Springerlink, dan PubMed yang dipublikasikan dari Januari 2018 hingga April 2020. Setelah melakukan proses penyaringan, terdapat 20 artikel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Berdasarkan literatur tersebut, biomarker protein dan peptida yang ditemukan menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk memprediksi penyakit ginjal diabetik. Biomarker baru diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan peran biomarker dalam mekanisme patogenesis penyakit ginjal diabetik, seperti biomarker pada glomerulus (ANGPTL4, beta-2 microglobulin, Smad1, dan glypican-5), biomarker inflamasi (MCP-1 dan adiponectin), dan biomarker pada tubulus (NGAL, VDBP, megalin, sKlotho, dan KIM-1). Selain itu, pengembangan panel biomarker diduga memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan biomarker tunggaldalam diagnosis penyakit ginjal diabetik. Semua biomarker yang dibahas pada review ini menunjukkan hubungan dengan albuminuria dan nilai eLFG. Namun, belum ada biomarker baru yang memiliki kemampuan prognosismelebihi albuminuria ataupun nilai eLFG. Hingga saat ini penggunaan biomarker protein dan peptida baru pada praktik klinis masih sangat terbatas.

ABSTRACT
In the past decade, researchers are focused on the discovery of protein and peptide biomarkers for diabetic kidney disease (DKD). This paper aims to search, analyze, and synthesizethe current updates regarding the development of proteins and peptides as biomarkers for DKD. We systematically searched ScienceDirect, Springerlink, and PubMed (January 2018 until April 2020) databases for observational studies of protein and peptide biomarkers in patients with diabetes mellitus. Following the screening process, only 20 research articles met the inclusion criteria. Protein and peptide biomarkers found showed promising results for predicting DKD. These biomarkers include glomerular biomarkers (ANGPTL4, beta-2microglobulin, Smad1, and glypican-5), inflammatory biomarkers (MCP-1 and adiponectin), and tubular biomarkers (NGAL, VDBP, megalin,sKlotho,and KIM-1). Besides, the developmentof a panel biomarker showed a more promising result than a single biomarker at diagnosing DKD. All biomarkers discussed in this review correlate with albuminuria and eGFR. However, there's still no biomarker that has a prognostic value beyond albuminuria or eGFR. Until now, the use of biomarker proteins and peptides in clinical practice is still very restricted."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Melia
"ABSTRAK
Penyakit ginjal diabetes merupakan komplikasi mikrovaskuler yang menyerang pasien diabetes melitus tipe 2. Dalam perkembangan penyakit ginjal diabetes, sistem renin-angiotensin intrarenal merupakan faktor yang berperan penting.. Hal ini menjadikan angiotensinogen sebagai salah satu komponen sistem renin-angiotensin yang berpotensi menjadi penanda kerusakan ginjal. Article review ini bertujuan untuk menelusur dan menelaah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kadar angiotensinogen dalam urin sebagai penanda klinis penyakit ginjal diabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penyusunan article review dilakukan dengan mengumpulkan jurnal-jurnal penelitian pada pangkalan data daring, yaitu ScienceDirect, Pubmed, dan Scopus. Penelusuran menghasilkan tujuh jurnal penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Studi artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki korelasi positif yang signifikan dengan ekspresi mRNA angiotensinogen, kreatinin urin, dan faktor terkait spesi oksigen reaktif. Angiotensinogen juga menunjukkan korelasi negatif yang signifikan terhadap estimasi laju filtrasi glomerulus. Hasil telaah beberapa artikel menunjukkan bahwa angiotensinogen memiliki performa yang baik dalam menggambarkan kondisi ginjal subjek penelitian. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi yang signifikan antara angiotensinogen dengan parameter-parameter lain yang terlibat dalam patofisiologi penyakit ginjal diabetes melitus yang terdiri dari estimasi laju filtrasi glomerulus, ekspresi mRNA angiotensinogen, kadar faktor spesi oksigen reaktif, dan kadar albumin kreatinin urin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yana Aurora Prathita
"Pendahuluan: Diabetes Mellitus (DM) terutama DM tipe II merupakan salah satu penyakit degeneratif yang memiliki peningkatan insiden dalam dekade terakhir. Komplikasi mikrovaskular yang sering ditemui pada DM tipe II adalah penyakit ginjal akibat diabetes. Akupunktur merupakan bentuk pengobatan yang telah banyak digunakan pada pengobatan diabetes dan penyakit akibat komplikasi diabetes. Tujuan penelitian ini adalah melihat efek akupunktur terhadap gambaran histologi ginjal yang diinduksi DM tipe II terhadap ginjal.
Metode : Penelitian ini mengamati jaringan ginjal secara histologi di bawah mikroskop cahaya. Sampel diambil dari organ ginjal hewan coba dari penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa STZ dapat menyebabkan hiperglikemia akibat kerusakan sel b pankreas. Sampel sebanyak 18 ginjal yang terdiri dari kelompok kontrol, kelompok DM dan kelompok DM+Akupunktur. Kemudian masing-masing ginjal diproses hingga menjadi preparat dan dipulas menggunakan Hematoxylin Eosin (HE) dan Masson’s Trichrome (MT). Dilakukan pengamatan dan analisis pada endotel, podosit, sel mesangial, membran basal pada glomerulus, dan sel-sel tubulus ginjal serta ada tidak nya pembentukkan jaringan ikat di setiap kelompok. Hasil-hasil yang diperoleh kemudian di uji secara statistik.
Hasil : Didapatkan perbedaan yang bermakna terhadap kerusakan sel-sel tubulus ginjal antara kelompok kontrol dengan kelompok DM. Sebaliknya tidak didapatkan adanya perbedaan bermakna terhadap kerusakan sel-sel tubulus ginjal antara kelompok kontrol dibandingkan kelompok DM + Akupunktur. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada kerusakan sel endotel dan podosit, penebalan membran basal dan densitas mesangial antara kelompok kontrol dengan kelompok DM dan kelompok DM dengan kelompok DM+Akupunktur.
Kesimpulan : Pemberian akupunktur pada tikus DM Tipe II dapat memperbaiki kerusakan sel-sel tubulus ginjal

Introduction: Diabetes Mellitus (DM), especially DM type II is a degenerative disease that has an increasing incidence in the last decade. Microvascular complications that are often encountered in type II DM are kidney disease due to diabetes. Acupuncture has been widely used in the treatment of diabetes and complications of diabetes. The purpose of this study was to examine the effect of acupuncture on the renal histology induced by type II DM on the kidneys.
Methods : This study observes kidney tissue histologically under a light microscope. Samples were taken from the kidney organs of experimental animals from previous studies which proved that STZ can cause hyperglycemia due to damage to pancreatic b cells. A sample of 18 kidneys consisted of a control group, a DM group and a DM+Acupuncture group. Then each kidney was processed into preparations and stained using Hematoxylin Eosin (HE) and Masson's Trichrome (MT). Observations and analyzes were carried out on endothelium, podocytes, mesangial cells, glomerular basement membrane, and renal tubular cells as well as the presence or absence of connective tissue formation in each group. The results obtained were then tested statistically.
Results : There were significant differences in renal tubular cell damage between the control group and the DM group. On the other hand, there was no significant difference in renal tubular cell damage between the control group and the DM + Acupuncture group. There were no significant differences in endothelial and podocyte cell damage, basement membrane thickening and mesangial density between the control group and the DM group and the DM group and the DM+Acupuncture group.
Conclusion: Administration of acupuncture in Type II DM rats can repair damage to renal tubular cells
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri
"Wilayah perkotaan merupakan pusat segala aktivitas sosial, pemerintahan, maupun ekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup seseorang. DM tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan di wilayah perkotaan. Seorang individu dengan DM memiliki risiko yang tinggi mengalami ulkus kaki diabetikum. Tanpa perawatan yang baik, ulkus kaki diabetikum dapat menyebabkan infeksi meluas dan dilakukan amputasi. Penggunaan madu dalam perawatan luka ulkus kaki diabetikum sudah banyak terbukti sangat baik karena madu memiliki berbagai sifat antara antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, dan kadar osmotik tinggi sehingga baik untuk penyembuhan luka serta madu dapat meminimalisir bau yang muncul dari luka a. Evaluasi hasil intervensi pada luka klien tidak tercium aroma tidak sedang, jumlah slough berkurang, dan tanda-tanda inflamasi tidak menghilang.

The urban area is the center of all governance, economic, and social activities, that may affect change a person's lifestyle. Type 2 diabetes is one of the non-communicable diseases that are found in urban areas. An individual with diabetes have an increased risk of diabetic foot ulcers. Without good care, diabetic foot ulcers can lead to widespread infection and amputation. The use of honey in wound care diabetic foot ulcer has been proven to be very good because honey has various components such as antimicrobial, antioxidant, anti-inflammatory, and high levels of osmotic, so honey be good for wound healing. Besides that, honey can minimize arising malodors from a wound. Evaluation of the results of the intervention on the client does not smell malodor of the wound, reduced the amount of slough, and no inflammatory signs disappeared.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Ermawati Putri
"Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif dengan prevalensi yang terus meningkat khususnya di daerah perkotaan akibat adanya perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi kalori serta minim melakukan aktivitas fisik. Salah satu komplikasi DM adalah terjadinya ulkus diabetik khususnya di bagian ekstremitas bawah dan berisiko untuk mengalami infeksi dan sepsis. Masalah tersebut jika tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan sepsis berat, syok sepsis, Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS), dan kematian. Oleh sebab itu, diperlukan deteksi dini dan penanganan segera agar dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien dengan sepsis.

Diabetes mellitus (DM) is one of metabolic diseases with hyperglycemia characteristic that occurs due to abnormal insulin secretion, action of insulin, or both them. Diabetes mellitus is a degenerative disease with increasing prevalence, especially in urban areas due to changes in lifestyle of the people who tend to consume foods that are high fat, high calories and lack of physical activity. One of the complications of diabetes is diabetic foot ulcers especially in the lower extremities and at risk for infection and sepsis. These problems if not treated properly can lead to severe sepsis, septic shock, multiple organ dysfunction syndrome (MODS), and death. Therefore, early detection and treatment is required immediately in order to improve the survival rate of patients with sepsis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fandiar Nur Isdiaty
"Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi di masyarakat perkotaan. Karakteristik masyarakat perkotaan yang heterogen rentan terhadap perubahan gaya hidup sehat yaitu pola makan tinggi kalori dan pola aktivitas rendah yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan munculnya komplikasi mikrovaskuler, salah satunya adalah ulkus kaki diabetik. Ulkus kaki diabetik yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami proses penyembuhan yang lama bahkan dapat muncul dampak lanjut yaitu amputasi kaki. Penyembuhan ulkus kaki memerlukan sirkulasi yang adekuat pada kaki untuk menyalurkan nutrisi ke sel-sel. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melakukan analisis keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dikaitkan dengan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan intervensi ROM ankle dalam mengatasi masalah sirkulasi pada pasien dengan ulkus kaki diabetik. Rekomendasi penulisan ini adalah perawat perlu mengajarkan dan menerapkan ROM ankle pada pasien dengan ulkus kaki diabetik untuk meningkatkan sirkulasi ke kaki sehingga mendukung percepatan proses penyembuhan luka.

Diabetes mellitus is one of non-communicable disease that happens in urban people. The heterogeneous urban people are susceptible to health behavior changes such as high calorie eating and low level activity pattern which can cause type 2 diabetes mellitus. Uncontrolled diabetes can cause micro vascular complication named diabetic foot ulcer. Diabetic foot ulcer with poor management promotes delayed of healing process even can cause foot amputation. The healing process of diabetic foot ulcer needs adequate circulation to distribute nutrition into cells. This study aimed to analyze urban health nursing linked to nursing care of type 2 diabetes mellitus patient with intervention of ankle ROM to accelerate wound healing process in diabetic foot ulcer. This study recommends nurses to teach and apply ankle ROM in diabetic foot ulcer patients due to increase foot circulation so that support acceleration of wound healing process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Esrom Kanine
"Ketidakberdayaan dimanifestasikan melalui respon verbal, emosional, partisipasi dalam aktivitas sehari-hari dan tanggung jawab dalam diri.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi generalis dan logoterapi individu terhadap respon ketidakberdayaan klien DM di Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Utara. Metode penelitian adalah quasi experiment dengan desain pre-post test with control group. Sampel penelitian diperoleh secara purpossive sampling dengan jumlah 70 responden terdiri dari 35 responden untuk kelompok intervensi dan 35 responden untuk kelompok kontrol.
Hasil penelitian didapatkan bahwa respon ketidakberdayaan klien DM menurun secara signifikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan terapi generalis dan logoterapi individu (p-value = 0,00 ; α < 0,05). Terapi generalis dan logoterapi individu terbukti menurunkan respon ketidakberdayaan pada klien DM dan direkomendasikan untuk diterapkan sebagai terapi perawatan dalam merawat klien DM dengan respon ketidakberdayaan.

Diabetes Mellitus included chronic disease that caused of the problems of powerlessness. The powerlessness is manifestation verbal and emotional respons, participation in activities of daily living and involvement in learning about care responsibilities. This aim of this study was to investigate the influence of individual logotherapy and general therapy upon the powerlessness response of the DM in the Hospital of North Sulawesi Province. The research method was quasi experimental pre-post test with control group. The data was gathered at before and after giving the individual logotherapy and general therapyto the clients with DM of the problems of powerlessness. The amount of samples were 70 respondents which were 35 respondents of intervention group and 35 respondents of control group. The difference of the powerlessness response is the analyzed with t-test.
The result of this study showed that the powerlessness response of DM given the general therapy and individual logotherapy significantly decreases to intervention group (p-value < 0,05) compared to the group which is not treated with the individual logotherapy. The general therapy and individual logotherapy are proven to be able to decrease the powerlessness response upon the DM clients and are recommended to be applied as a nurturing therapy in looking after the DM clients with powerlessness response.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyati
"Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan. Tahun 2012 didapatkan data sebesar 80% kematian terjadi akibat diabetes. kondisi ini berhubungan dengan terjadinya komplikasi serius pada pasien diabetes yaitu adanya hipoglikemi, ketoasidosis, gangguan sirkulasi (makrovaskuler dan mikrovaskuler), neuropati. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian terapi prilaku aktivitas (senam kaki) dapat mengurangi gangguan sirkulasi pada pasien diabetes.Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai terapi prilaku aktivitas (senam kaki) pada pasien diabetes untuk memperbaiki gangguan sirkulasi dan dapat mengurangi komplikasi serius tersebut. Hasilnya pada pasien ini adalah tidak terjadi penurunan dalam nilai ABI (achiles brachial index), dan tidak terjadi penurunan sensasi rasa (panas dan nyeri) pada kaki. Rekomendasi penulisan ini adalah agar perawat melakukan pemantauan terhadap perubahan sensasi dan dapat melakukan pemeriksaan ABI.

Diabetics is one of the health problems occurs in urban areas. In 2012, Diabetics is 80% cause of deaths in urban area This condition relates to the occurrence of serious complications in patients with diabetes such as hypoglycemia, ketoacidosis, circulatory disorders (macrovascular and microvascular), and neuropathy. Previous research suggests that behavioral therapy activities (gymnastics feet) can reduce circulation disorders in patients diabetes. The purpose of this paper is to analyze evidence based practice on behavioral therapy activities (gymnastics feet) in diabetic patients to improve impaired circulation and reduce the serious complications. The result of this study indicates there is no increasing in the patient's ABI (Achiles brachial index), and no declining in the patient's feet sensation (hot and Pain). It is highly recommend that nurses can perform Achiles brachial Index (ABI) monitoring and feeth sensation monitoring periodically.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Widowati
"Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit tidak menular yang banyak ditemui di kawasan perkotaan. Faktor risiko penyakit tersebut di wilayah perkotaan antara lain obesitas, penurunan aktivitas, dan tingkat stres. Glukosa darah yang tidak terkontrol dalam waktu yang berkepanjangan akan menimbulkan komplikasi jangka panjang, salah satunya, yaitu masalah kaki. Salah satu bentuk intervensi aktivitas fisik yang dapat diberikan kepada penderita diabetes melitus tipe 2 antara lain senam kaki. Senam kaki bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah dan mencegah terjadinya komplikasi kaki yang masih jarang diterapkan di rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intervensi senam kaki untuk menurunkan glukosa darah dan meningkatkan sensitivitas kaki pasien diabetes melitus tipe 2 di Lantai 5 Utara, Gedung Teratai, RSUP Fatmawati. Hasil analisis intervensi menunjukan aktivitas fisik khususnya senam kaki efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah hingga 36 mg/dl. Intervensi keperawatan berupa senam kaki perlu dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus sebelum pemberian terapi medikasi.

Type 2 diabetes mellitus is a noncommunicable diseases that is mostly found in urban areas. The risk factors of diabetes in urban areas are obesity, decreased activity, and stress levels. Uncontrolled blood glucose in a prolonged time will cause long-term complications, one of them is foot problems. One of physical exercise intervention that can given to diabetes mellitus is foot exercise. Foot exercise can help blood circulation and prevent foot complication that is rarely applied at the hospital.
This study aimed to analyze the foot exercise intervention to improve blood glucose and increase patient’s foot sensitivity with type 2 diabetes mellitus at 5th North Floor, Teratai Building, Fatmawati Hospital. The analysis of foot exercise intervention for diabetes patient shows that it can lower the blood glucose levels down to 36 mg/dl. Nursing intervention such as foot exercise is necessary to be given before medication therapy administration in diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>