Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196492 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabiah Firdausiah
"Sekarang ini perusahaan membutuhkan karyawan dengan perilaku kerja inovatif, oleh karenanya sangat penting untuk mempersiapkan karyawan memiliki perilaku ini sejak mereka masih mahasiswa. Penelitian korelasional ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa. Efikasi diri kreatif diukur dengan alat ukur yang dibuat oleh Tierney dan Farmer (2002). Perilaku kerja inovatif diukur dengan alat ukur yang dikembangkan oleh Janssen (2000) yang kemudian item-itemnya dimodifikasi agar sesuai dengan keadaan responden yaitu mahasiswa. Responden penelitian yang datanya dapat dianalisa berjumlah 539 mahasiswa jenjang sarjana S1 di Universitas Indonesia dan merupakan mahasiswa yang minimal sedang menempuh semester empat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik statistik Pearson Correlation. Ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa, r(538) = 0,67, p= 0,00 (p < 0,01, one-tailed). Effect size untuk analisis ini dapat dikatakan termasuk large effect karena r> 0,5. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri kreatif mahasiswa, maka semakin tinggi pula perilaku kerja inovatif mereka. Hasil ini dari penelitian ini bisa memberikan manfaat yaitu, menambah literatur tentang perilaku kerja inovatif pada mahasiswa dan memberikan masukan kepada pihak kampus untuk meningkatkan efikasi diri kreatif mahasiwanya agar perilaku kerja inovatifnya bisa meningkat pula, dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan program pelatihan.

Nowadays, companies need employees with innovative work behavior. Therefore, it is very important to prepare employees to have this behavior since they are still in college. This correlational research was then conducted to look at the relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students. Creative self-efficacy is measured by a measurement by Tierney and Farmer (2002). Innovative work behavior is measured by a measurement by Janssen (2000), the items were modified to correspond with the condition of college students. The data that can be analyzed were from 539 undergraduate students at Universitas Indonesia and were at least taking their fourth semester. This research is a quantitative study, using the Pearson Correlation statistical technique the researcher found that there is a positive and significant relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students, r(538) = 0.67, p= 0.00 (p<0.01, one-tailed). The effect size for this analysis can be included as a large effect, because r> 0.5. Thus, it can be said that the higher the students' creative self-efficacy, the higher their innovative work behavior. These results can provide benefits such as adding literature on innovative work behavior among college students and providing input for the universities to improve the students' creative self-efficacy so that their innovative work behavior can also improve, by joining extracurricular activities and training programs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarsih
"

Inovasi yang dilakukan oleh karyawan berperan penting untuk performa dan kelangsungan organisasi, sehingga mahasiswa sebagai calon karyawan diharapkan dapat memupuk perilaku kerja inovatif sejak di perguruan tinggi. Namun, penelitian tentang perilaku kerja inovatif masih belum banyak ditemukan pada kalangan mahasiswa. Maka dari itu penelitian ini mencoba melihat salah satu faktor internal individu, yaitu kepribadian proaktif dan hubungannya dengan perilaku kerja inovatif di mahasiswa. Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 539 mahasiswa program sarjana di Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun, yang setidaknya sedang menjalani tahun kedua perkuliahan. Kepribadian proaktif diukur menggunakan skala yang dikembangkan oleh Bateman dan Crant (1993). Perilaku kerja inovatif diukur menggunakan skala yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan dimodifikasi agar sesuai dengan kehidupan mahasiswa. Teknik analisis Pearson Correlation digunakan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel tersebut, r(539) = 0,64, p < 0,01, one tailed. Dengan demikian, mahasiswa dengan tingkat kepribadian proaktif yang relatif lebih tinggi akan lebih sering melakukan perilaku kerja inovatif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan dorongan bagi pihak perguruan tinggi untuk mengembangkan kepribadian proaktif mahasiswa agar dapat meningkatkan perilaku kerja inovatif.


Employee innovation plays an important role in organizational performance and survival, consequently today's students as future’s workers are expected to be able to cultivate innovative work behavior since in college. However, research on innovative work behavior still not widely found among college students. Therefore, this research aimed to investigate the correlation between one of the internal individual factors, namely proactive personality and its relationship with innovative work behavior among college students. This quantitative research conducted on 539 undergraduate students in Universitas Indonesia, with ages ranging from 18-25 years and the students should at least in their second year of university. Proactive personality was measured using a scale developed by Bateman and Crant (1993). Innovative work behavior was measured using a scale developed by Janssen (2000) with some modification to ensure that the scale was suitable for college students. The hypothesis was tested using Pearson Correlation. This study finds that there is a positive and significant relationship between proactive personality and innovative work behavior, r(539) = 0,64, p < 0,01, one-tailed. Thus, college students who have a relatively higher level of proactive personality will engage in innovative work behavior more often. This result can be used as an input and encouragement for the universities to develop the students’ proactive personality so they can engage in innovative work behavior more often.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatina Zahra Aurelia
"ABSTRAK
Persaingan antar perusahaan pada masa ini membutuhkan ide inovatif dari karyawannya. Kemampuan inovatif karyawan dapat dilihat sejak individu masih menjadi mahasiswa. Salah satunya dalam bagaimana mahasiswa mempersepsikan kemampuan, potensi, dan peran yang dimilikinya dalam lingkungan belajar, dikenal juga sebagai pemberdayaan pembelajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemberdayaan pembelajar dengan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 539 mahasiswa Universitas Indonesia yang berada di atas semester 3. Penelitian kuantitatif ini menggunakan dua instrumen, yaitu Innovative Work Behavior Scale dari Janssen (2000) dan Learner Empowerment Scale dari Frymier dkk. (1996). Teknik analisis yang digunakan adalah Pearson Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pemberdayaan Pembelajar dan Perilaku Kerja Inovatif pada mahasiswa. Ketiga dimensi pemberdayaan pembelajar (meaningfulness, competence, impact) juga secara signifikan berhubungan dengan perilaku kerja inovatif, dengan dimensi impact sebagai penentu terkuat. Penelitian lanjutan yang dapat dilakukan adalah mencari faktor yang mampu menjelaskan hubungan kedua variabel ini.

ABSTRACT
Competition between companies nowadays relies on innovations from their employees. Potential of innovative employees could be seen since they were college students. One of the many ways to see their potential is by looking at how they perceive their capabilities, impacts, and meaning in academic settings, also known as learner empowerment. This study aims to look at the relationship between Learner Empowerment and Innovative Work Behavior in University of Indonesia college students. This research was conducted to 539 students from the University of Indonesia who are above freshman year. This quantitative research uses two instruments, the innovative work behavior scale by Janssen (2000) and the learner empowerment scale by Frymier et al. (1996). Analysis techniques used are Pearsons Correlation, Independent Sample T-Test, and One-way ANOVA. Results showed that there's a significant relationship between learner empowerment and innovative work behavior. Also the three dimensions of learner empowerment (meaningfulness, competence, impact) have significant relationships to innovative work behavior, with impact as the strongest determinant. Further research that can be done is to explore factors that explains the relationship between these two variables."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyah Fauziah Ramadhanti
"Inovasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perusahaan pada era globalisasi saat ini dan tentunya tidak terlepas dari peran karyawan yang bekerja secara inovatif pula. Namun, perilaku kerja inovatif ini perlu dipersiapkan ketika berada di perguruan tinggi sebelum memasuki dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku pencarian informasi dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa Universitas Indonesia yang berjumlah 539 mahasiswa. Penelitian ini merupakan perilaku korelasional dengan menggunakan alat ukur perilaku pencarian informasi yang dikonstruksi oleh peneliti dan tim, serta menggunakan Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan telah diadaptasi oleh Etikariena & Muluk (2014). Data partisipan pada penelitian dianalisis menggunakan Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara perilaku pencarian informasi dan perilaku kerja inovatif. Keenam dimensi perilaku pencarian informasi juga berkorelasi secara signifikan dengan perilaku kerja inovatif, yaitu kebutuhan informasi, sumber informasi, pengevaluasian informasi, pengambilan informasi, penggunaan informasi, dan etika informasi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan oleh tenaga pendidik atau universitas untuk mengembangkan perilaku pencarian informasi yang dapat memunculkan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa.

Innovation is important for organization in this globalization era and surely it cannot be separated from employee's innovative work behavior. However, innovative work behavior needs to be prepared when in college before entering the world of employment. This study was conducted to examine the relationship between information-seeking behavior and innovative work behavior on University of Indonesia students involved 539 students. This research was quantitative research that using an information-seeking behavior instrument constructed by researcher and team, also using Innovative Work Behavior Scale from Janssen (2000) and has been adapted by Etikariena & Muluk (2014). Data were analyzed using the Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, and One-way ANOVA. Results from this research indicates that there is significant relationship between information-seeking behavior and innovative work behavior. The six dimensions of information-seeking behavior also correlate significantly with innovative work behavior, that are information need, information source, information evaluation, information retrieval, information utilization, and information ethics. This research hopefully can be considered by educators to develop student's information-seeking behavior that can lead to innovative work behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deviyanti Anggini Putri
"Revolusi industri 4.0 memberikan dampak bagi perusahaan untuk selalu siap dalam menghadapi perubahan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan inovatif, yang dapat diperoleh melalui perilaku kerja inovatif. Akan tetapi, perlu menjadi pertimbangan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja sejak berada di bangku perkuliahan agar mahasiswa dapat lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Penelitian ini berfokus pada peran efikasi diri inovasi sebagai mediator dalam hubungan perilaku berbagi pengetahuan dengan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini dilakukan pada 306 mahasiswa yang berasal dari 14 fakultas yang sedang menempuh semester 2 hingga semester 8. Penelitian ini diukur menggunakan skala Innovative Work Behavior (IWB) yang dikembangkan Janssen (2000), Knowledge Sharing Behavior (KSB) yang dikembangkan oleh Chen dkk. (2009), dan Innovation Self-Efficacy (ISE.6) yang dikembangkan oleh Dungs dkk. (2017). Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa efikasi diri inovasi memiliki efek mediasi secara parsial pada hubungan perilaku berbagi pengetahuan dengan perilaku kerja inovatif (ab = 0.59, p<0.01, CI [0.3972–0.8086]). Dengan demikian, karena mediasi bersifat parsial maka ada atau tidak adanya mediator tetap akan memiliki pengaruh, sehingga perilaku berbagi pengetahuan dapat memengaruhi perilaku kerja inovatif walaupun tanpa harus melewati variabel efikasi diri inovasi. Penelitian ini memberikan implikasi bagi institusi, perusahaan, atau pemerintah untuk mengembangkan program yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku kerja inovatif individunya tersebut.

The industrial revolution 4.0 has an impact on companies to always be ready to face change. One way that can be used to overcome this is by being innovative, which can be obtained through innovative work behavior. However, it is necessary to consider preparing prospective workers since they are in college so that students can be better prepared to face challenges in the world of work. This study focuses on the role of innovation self-efficacy as a mediator in the relationship between knowledge-sharing behavior and innovative work behavior. This research was conducted on 306 students from 14 faculties who were taking semester 2 to semester 8. This research was measured using the Innovative Work Behavior (IWB) scale developed by Janssen (2000), Knowledge Sharing Behavior (KSB) developed by Chen et al. (2009), and Innovation Self-Efficacy (ISE.6) developed by Dungs et al. (2017). The results of the mediation analysis showed that innovation self-efficacy had a partially mediating effect on the relationship between knowledge sharing behavior and innovative work behavior (ab = 0.59, p<0.01, CI [0.3972–0.8086]). Thus, because the mediation is partial, the presence or absence of a mediator will still have an influence, so that knowledge sharing behavior can affect innovative work behavior even without having to go through the innovation self-efficacy variable. This research has implications for institutions, companies, or governments to develop programs that aim to improve the individual's innovative work behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Purnomo
"Pengangguran dan pekembangan sistem persaingan organisasi menunjukkan sistem daya saing baru pada level dunia kerja. Kebutuhan akan sumber daya manusia yang siap untuk berubah menunjukkan dibutuhkannya individu dengan kesiapan untuk berani memberikan keputusan dan memimpin, setidaknya dimulai dari diri sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya kepemimpinan dan kesiapan diri pada mahasiswa sebagai salah satu calon sumber daya manusia dalam dunia kerja. Penelitian ini dilakukan untuk melihat self-leadership melalui creative self-efficacy CSE mahasiswa. Creative self-efficacy yang didefinisikan sebagai keyakinan individu atas kemampuan dirinya untuk melakukan suatu tugas spesifik dalam menciptakan hal yang baru, orisinil, dan solusi yang sesuai Abbot 2010. Dalam creative self-efficacy terdapat dua dimensi penyusunnya, yaitu creative thinking self-efficacy CTSE dan creative performance self-efficacy CPSE. Self-Leadership didefinisikan sebagai proses dimana individu mengontrol perilaku mereka sendiri, mempengaruhi dan mengarahkan diri mereka melalui penggunaan strategi perilaku dan kognitif. Strategi tersebut disusun oleh dimensi behaviour-focused strategies, natural reward strategies, dan constructive thought pattern strategies. Pengukuran terhadap CSE diukur melalui Revised Model of CTSE II and CPSE II Inventories yang dikembangkan oleh Abbot 2010, sementara self-leadership diukur melalui Revised Self-Leadership Questionnaire yang dikembangkan oleh Houghton dan Neck 2002. Penelitian ini dilakukan dengan sampel partisipan yang berada di lingkungan Universitas Indonesia N=146. Analisis statistik pearson correlation menunjukkan hubungan yang positif secara signifikan terdapat pada creative thinking self-efficacy dan self-leadership r = 0,394, p = 0,000, signifikan pada LoS 0,01 dan creative performance self-efficacy dan self-leadership r = 0,561, p = 0,000, signifikan pada LoS 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa creative self-efficacy yang semakin baik atau tinggi mahasiswa, maka semakin baik atau tinggi juga self-leadership nya. Selain itu, hasil penelitian korelasi terhadap creative self-efficacy dan dimensi self-leadership menunjukkan bahwa constructive pattern though strategies memiliki hubungan terkuat dibandingkan dimensi lainnya.

Unemployment and development of an organization 39s competitive system show a new competitiveness system at the world level of work. The need for ready to change human resources demonstrates the need for an individual with the readiness to dare to make decisions and lead, at least starting with oneself. This shows the importance of leadership and readiness of the students as one of the candidates of human resources in the world of work. This research is conducted to see self leadership through student self efficacy CSE. Creative self efficacy is defined as the individual 39 s belief in his or her ability to perform a specific task in creating the novel, original, and appropriate solutions of Abbot 2010. In creative self efficacy there are two dimensions of the compilers, namely creative thinking self efficacy CTSE and creative performance self efficacy CPSE. Self Leadership is defined as the process by which individuals control their own behavior, influence and direct themselves through the use of behavioral and cognitive strategies. The strategy is structured by the dimensions of behaviour focused strategies, natural reward strategies, and constructive thought patterns strategies. Measurements of CSE were measured through the Revised Model of CTSE II and CPSE II Inventories developed by Abbot 2010, while self leadership was measured through the Revised Self Leadership Questionnaire developed by Houghton and Neck 2002. This research was conducted with sample of participants who were in University of Indonesia N 146. Pearson correlation statistic analysis showed a positive correlation significantly in creative thinking self efficacy and self leadership r 0,394, p 0,000, significant at LoS 0,01 and creative performance self efficacy and self leadership r 0,561, p 0,000, significant at LoS 0.01. This shows that the creative self efficacy of the better or higher the student, the better or higher also his self leadership. In addition, the results of a correlation study on creative self efficacy and the self leadership dimension show that constructive patterns though strategies have the strongest relationship compared to other dimensions. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah
"Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Universitas ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara hambatan kontekstual dan efikasi diri dalam keputusan karier pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 518 mahasiswa Universitas Indonesia S1 regular angkatan 2013. Penelitian kuantitatif ini menggunakan alat ukur CDSE-SF (Taylor dan Betz, 1983) untuk mengukur efikasi diri dalam keputusan karier dan alat ukur contextual barriers scale (Lent dan Brown, 2001) untuk mengukur hambatan kontekstual. Hasilnya penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan negatif antara hambatan kontekstual hambatan kontekstual dan efikasi diri dalam keputusan karier. Artinya, semakin tinggi hambatan kontekstual yang dihadapi mahasiswa Univesitas Indonesia, maka semakin rendah efikasi diri dalam keputusan karier yang dimiliki mahasiswa Universitas Indonesia. Perbandingan besarnya kontribusi dimensi-dimensi hambatan kontekstual terhadap efikasi diri dalam keputusan karier menunjukkan bahwa dimensi lingkungan perguruan tinggi memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Sedangkan dimensi keluarga merupakan dimensi dengan kontribusi terrendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, Badan Konseling Mahasiswa (BKM) bekerja sama dengan Career Development Center (CDC) dan pihak fakultas disarankan membentuk pelatihan-pelatihan yang membekali mahasiswa Universitas Indonesia untuk dapat menghadapi berbagai hambatan kontekstual dalam pekembangan karier.

This research was conducted to examine the relationship between contextual barriers and career decision self-efficacy on students at University of Indonesia. This research was conducted with a sample of students at University of Indonesia S1 2013. This quantitative study uses CDSE-SF (Taylor dan Betz, 1983) to measure career decision self-efficacy and contextual barriers scale (Lent dan Brown, 2001) to measure contextual barriers. The result of research showed a significant negative correlation between contextual barriers and career decision self-efficacy. That is, the higher of contextual barries faced by students at University of Indonesia, the lower career decision self-efficacy owned by students at University of Indonesa. Comparisons of contribution of dimension of contextual barriers to career decision self-efficacy shows that the education environmental dimension have a greater contribution than the other dimensions. While the family dimension is the dimension with the lowest contribution. Based on the result, Badan Konseling Mahasiswa (BKM) in collaboration with Career Development Center (CDC) and the faculy recomended form of training which equip students at University of Indonesia to be able to confront various contextual barriers in career development."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolla Chintya Pitaloka
"

Penelitian sebelumnya terhadap lulusan universitas di Indonesia menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara keahlian lulusan dengan yang dibutuhkan industri saat ini dan tertinggal dari negara lainnya, terutama negara ASEAN, dalam kemampuan berinovasi. Kemampuan berinovasi dapat dikembangkan sejak menjadi mahasiswa melalui penentuan variabel yang tepat, sehingga mahasiswa dapat fokus mengembangkan kemampuan diri. Penelitian kuantitatif korelasional dilakukan untuk melihat hubungan antara kemampuan belajar dari pengalaman dengan kemampuan berinovasi. Alat ukur yang digunakan yaitu Innovative Work Behavioral Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan alat ukur Learning Agility Assessment Scale yang dipublikasikan dalam Gravett dan Caldwell (2016). Kedua alat ukur tersebut dimodifikasi untuk menyesuaikan pada kondisi mahasiswa. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Perguruan Tinggi Universitas Indonesia yang berada di masa studi minimal semester 3 sebanyak 539 orang. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis statistik Pearson’s Correlation. Didapatkan hasil bahwa learning agility berhubungan positif secara signifikan dengan perilaku kerja inovatif, r(537) = 0,61, p < 0,001. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan oleh universitas dalam mengembangkan program yang dapat membantu mengasah kemampuan learning agility sehingga meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berinovasi.


Previous research has shown that university graduates in Indonesia face significant skill gap and behind from any country, spesifically among ASEAN countries, in term of innovation ability. Innovative ability can be developed for university students with the right variables. Thus, it might help student to focus on their self-development. Quantitative and correlational research conducted to know how learning agility might related to innovative work behavior. Innovative Work Behavioral Scale developed by Janssen (2000) and Learning Agility Assessment Scale, developed and published by Gravett and Caldwell (2016), were used in study. Both scales were adapted and translated so they would fit with the undergraduates’ context. In result, 539 of minimum Second year/3rd semester University Indonesia students were chosen. The statistics analysis technique used for hypothesis testing was Pearson’s Correlation. The result showed that learning agility is positively correlated with the innovative work behavior, r(537) = 0,61, p < 0,001. After this study, the result might be used as one of the references for university to develop program where student could develop their learning agility and become more innovative.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Amalia Meiliyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara optimisme dan general self-efficacy (GSE) pada mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi di Universitas Indonesia (UI). Optimisme didefinisikan sebagai ekspektasi atau pengharapan yang bersifat umum pada seorang individu, bahwa hal-hal baik akan terjadi dan hal-hal buruk hampir minim akan terjadi di masa mendatang. GSE didefiniskan sebagai persepsi dan belief individu tentang dirinya sebagai orang yang mampu untuk melakukan beragam tugas dalam berbagai macam situasi secara efektif pada konteks yang luas. Pengambilan data dilakukan pada 250 partisipan mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi di UI dengan menggunakan dua buah kuesioner, Life Orientation Test Revised (LOT-R) untuk mengukur optimisme dan General Self-Efficacy Scale (GSES) untuk mengukur GSE. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara optimisme dan GSE (r = 0.263, p = 0.000) pada mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi di UI. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi skor optimisme individu, maka semakin tinggi pula skor GSE.

The aim of this study was to investigate the correlation between optimism and general self-efficacy (GSE) among students of Bidikmisi Scholarship at Universitas Indonesia. Optimism was defined as „„the generalized outcome expectancies in individuals that good things will happen in the future and bad things will be minimal”. GSE was defined as “individuals‟ perception and belief in their tendency to view themselves as capable of performing task demands across variety of different situations effectively in a broad array of contexts”. Two questionnaires, Life Orientation Test Revised (LOT-R) measured optimism and General Self-Efficacy Scale (GSES) measured GSE, were used to obtain data from 250 students of Bidikmisi Scholarship at Universitas Indonesia as participants. The result of Pearson Correlation Test indicated positive and significant correlation between optimism and GSE (r = 0.263, p = 0.000). The result explained that the higher score of optimism, would be followed by higher score of GSE."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haidar Zuhdi
"Perilaku kerja inovatif tidak dapat dibangun secara singkat, maka dari itu penting sekali menyiapkan kemampuan inovasi kerja dimulai dari mahasiswa yang merupakan calon karyawan nantinya. Penelitian ini berfokus pada peran mediasi perilaku berbagi pengetahuan pada hubungan keterbukaan terhadap pengalaman dan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini menggunakan sampel berupa Mahasiswa yang berasal dari Universitas Indonesia dengan jumlah 306 responden yang terdiri dari 14 fakultas. Penelitian ini diukur menggunakan Innovative Work Behavior Scale oleh Janssen (2000), NEO PI-3 Scale oleh McCrae dkk. (2005), dan Knowledge Sharing Behavior Scale oleh Chen dkk. (2009) Hasil analisis mediasi menunjukan bahwa perilaku berbagi pengetahuan memiliki efek mediasi parsial pada hubungan antara keterbukaan terhadap pengalaman dan perilaku kerja inovatif. Dengan demikian, perilaku berbagi pengetahuan dapat menjadi mediator dalam hubungan antara keterbukaan terhadap pengalaman dan perilaku kerja inovatif. Meski begitu, keterbukaan terhadap pengalaman juga dapat berhubungan dengan perilaku kerja inovatif secara langsung tanpa harus melewati perilaku berbagi pengetahuan terlebih dahulu. Kemudian, hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk program pelatihan inovasi yang ditujukan untuk Mahasiswa Universitas Indonesia sehingga mereka dapat lebih siap melakukan inovasi di tempat kerja.

Innovative work behavior can’t be built in a short time, it’s very important to prepare work innovation skills starting from students who are prospective employees later. This study focuses on the mediating role of knowledge-sharing behavior on the relationship between openness to experience and innovative work behavior. This study used a sample of Universitas Indonesia students totaling 306 respondents consisting of 14 faculties. This study was measure using the Innovative Work Behavior scale developed by Janssen (2000), NEO PI-3 Scale developed by McCrae et al. (2005), and Knowledge Sharing Behavior Scale developed by Chen et al. (2009). The results of the mediation analysis show that knowledge sharing behavior has a partial mediating effect on the relationship between openness to experience and innovative work behavior. Thus, knowledge sharing behavior can be a mediator in the relationship between openness to experience and innovative work behavior. However, openness to experience can also be directly related to innovative work behavior without having to go through knowledge sharing behavior first. Therefore, the results of this study can be used for training about innovation programs that will be given to Universitas Indonesia students so that they can be better prepared to innovate in the workplace."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>