Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85409 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shani Safarah Rohmah
"Tingginya angka perundungan di usia anak-anak memperlihatkan bahwa anak-anak perlu dilatih untuk berempati sejak dini. Empati membuat anak lebih peka dengan lingkungannya dan mempertimbangkan orang lain dalam berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas kegiatan sosiodrama dalam meningkatkan empati
anak berusia 5-7 tahun. Alat ukur empati yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adapatasi dari Bryants Empathy Index for Children dengan skala yang merupakan
adaptasi dari The empathy continuum: Integrated emotional-cognitive scoring system. Desain penelitian ini adalah within subject experimental design, yaitu mengukur empati anak sebelum dan sesudah kegiatan sosiodrama. Kegiatan sosiodrama merupakan aktivitas bermain peran secara berkelompok dengan muatan situasi sosial tertentu.
Kegiatan sosiodrama dalam penelitian ini menggunakan 3 situasi sosial dengan masingmasing menekankan emosi sedih, marah, dan takut. Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah di Kota Cilegon, Banten selama tiga pekan dan melibatkan 30 orang partisipan. Analisis hasil penelitian menggunakan teknik Wilcoxons signed rank test menunjukkan bahwa kegiatan sosiodrama meningkatkan empati anak berusia 5-7 tahun secara signifikan (Z = -4,35, p = ,000). Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir pada populasi yang lebih besar karena keterbatasan jumlah partisipan. Selain itu, efek dari kegiatan sosiodrama bertahan setelah tiga minggu tanpa perlakuan. Di sisi lain hal tersebut juga mengindikasikan bahwa empati anak tidak berkembang lebuh lanjut tanpa adanya program pengembangan empati. Dengan demikian, pihak sekolah dan keluarga perlu memiliki program khusus untuk mendorong perkembangan empati anak.

The high rate of bullying among children shows that children need to learn to empathize as early as possible. Empathy makes children more sensitive to their environment and considers others to behave. This study aims to see the effectiveness of socio-drama activities in increasing empathy for children aged 5-7 years. The measuring instrument used in this study is the adaptation of Bryants Empathy Index for Children with a scale that is the result of an adaptation of the empathy continuum: Integrated emotional cognitive scoring system. The design of this study is within-subject experimental design,
which measures the empathy of children before and after socio-drama activities. Sociodrama activity is a role-playing activity in groups with the content of certain social situations. Sociodrama activities in this study used 3 social situations with each stressing the emotions of sadness, anger, and fear. This research was conducted at a school in Cilegon, Banten for three weeks and involved 30 participants. Analysis of Wilcoxons signed rank test technique showed that socio-drama activity significantly increased the empathy of children aged 5-7 years (Z = -4.35, p = .000). Due to limited participants, this result study could not be generalized to a bigger population. Fortunately, the effect of sociodrama activity persisted after three weeks without any treatment. On the other hand, it also indicates that a childs empathy does not develop further without an empathy development program. Therefore, school and parents sould have a special program to foster the childrens empathy development.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T55165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Permata Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji program intervensi dramatic play untuk meningkatkan empati anak usia 5-6 tahun. Desain penelitian ini adalah non-experimental within subject. Pelaksanaan rangkaian aktivitas penelitian dilakukan secara tatap muka di sekolah RA Al Ikhlas Kabupaten Bandung. Penelitian ini melibatkan guru sebagai fasilitator yang menyampaikan rangkaian aktivitas. Penelitian diawali dengan praintervensi berupa pemberian materi kepada guru terkait empati, dramatic play, dan rancangan intervensi. Partisipan penelitian adalah anak-anak kelas B berusia lima hingga enam tahun (n=5). Alat ukur yang digunakan saat pre-test dan post-test adalah Skala Empati Anak. Hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor rata-rata anak pada waktu pre-test (M=7, SD=1.78) dan post-test 1 (M=11.16, SD=0.70) Z=-1.841ᵇ, p>0.05. Angka menunjukkan dramatic play tidak efektif meningkatkan empati anak. Hasil analisis statistik kedua menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor rata-rata post-test 1 dan rata-rata post-test 2 (M=11.4, SD=0.89) Z=-1.414ᵇ, p>0.05. Angka menunjukkan dramatic play tidak memberi pengaruh setelah jangka waktu tertentu.

This study aims to examine the intervention program “dramatic play” to improving kindergarten’s empathy. This research design is on-experimental within subject. The implementation of research activities was carried out by face-to-face at RA Al Ikhlas School, Bandung Regency. This study involved the teacher as the person who delivered the activities. This study began with pre-intervention to providing materials for teacher related to empathy, dramatic play, and manual program research. The participants were kindergarten children age 5-6 years old (n=5). The measuring instrument used during pre-test and post-test is Skala Empati Anak. Statistical analysis used Wilcoxon Signed Rank Test showed that there was no significant difference on kindergarten’s emotional understanding mean score in pre-test (M=7, SD=1.78) and post-test 1 (M=11.16, SD=0.70) Z=-1.841ᵇ, p>0.05. It shows that dramatic play is no effective in increasing kindergarten’s emotional understanding. The result of the second statistical analysis show that there was no significant difference in the mean score of post-test 1 and post-test 2 (M=11.4, SD=0.89) Z=-1.414ᵇ, p>0.05. It shows that dramatic play doesn’t take effect certain amount of time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Amartiwi Putri Gavinta
"Perilaku agresif sering ditemui pada anak-anak. Anak-anak yang berperilaku agresif cenderung memiliki empati yang rendah, sebab anak yang memiliki empati akan lebih memahami dan peduli pada orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bercerita dengan boneka tangan dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 11 anak usia 4-6 tahun dari TPA di Bekasi sebagai partisipan. Intervensi dilakukan dengan bercerita dengan boneka tangan. Terdapat 4 skrip buku cerita yang menjadi acuan selama bercerita. Intervensi dilakukan selama 4 (empat) hari. Peningkatan empati diukur dengan menggunakan alat ukur Empathy Scale for Children (ESC), berupa 12 kartu bergambar dengan cerita singkat yang terdiri dari 3 cerita bergambar untuk masing-masing emosi, yaitu emosi senang, sedih, marah, dan takut. Analisis data penelitian menggunakan uji beda Wilcoxon signed-rank test menunjukkan perbedaan nilai rata-rata empati yang signifikan (p < 0.05) antara sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bercerita dengan boneka tangan efektif dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun. Post-test kedua yang dilakukan dua minggu setelah intervensi menunjukkan terjadinya peningkatan skor empati yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa efektivitas bercerita dengan boneka tangan dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun masih menetap setelah dua minggu diberikannya intervensi.

Aggressive behavior is often found in children. Children who behave aggressively tend to have low empathy, because children who have empathy will understand and care more about others. This study aims to determine the effectiveness of storytelling using hand puppets in increasing empathy in children aged 4-6 years. This research was conducted by involving 11 children aged 4-6 years from TPA in Bekasi as participants. The intervention was done by telling stories using hand puppets. There are 4 storybook scripts that the researcher will use as a reference during storytelling. The intervention will be carried out for 4 (four) days. Increased empathy was measured using the Empathy Scale for Children (ESC), in the form of 12 picture cards with short stories, each of which consists of 3 picture stories for each emotion, happy, sad, angry, and afraid. Analysis of research data using the different Wilcoxon signed-rank test showed a significant difference in the mean value of empathy (p < 0.05) between before and after the intervention. The results showed that storytelling with hand puppets was effective in increasing empathy in children aged 4-6 years. Post-test 2 conducted two weeks after the intervention showed a significant increase in empathy scores, so it can be said that the way of storytelling with hand puppets increases empathy in children aged 4-6 years persisted after two weeks of receiving the intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarrah Hasyim Abdullah
"ABSTRAK
Pengembangan empati merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi munculnya masalah perilaku sosial seperti perilaku agresif. Penelitian ini membahas mengenai program intervensi kegiatan bercerita menggunakan puppetry untuk meningkatkan pemahaman empati anak usia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas dari kegiatan bercerita dengan menggunakan puppetrydalam meningkatkan pemahaman empati pada anak usia 5-6 tahun. Partisipan pada penelitian ini terdiri dari 11 siswa di PAUD X. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Emosi Dasar-Anak Usia Dini (ED-AUD) yang di adaptasi dari alat ukur Bryant Empathy Scales for Children (Bryant, 1982) dan sistem skoring yang digunakan adalah Empathy Scoring System yang dikembangkan oleh Strayer (1993). Desain penelitian ini adalah One Group Pre-Test-Post Test Design. Kegiatan bercerita dilakukan dengan hand puppet dan stick puppet yang dilakukan selama 5 sesi. Pembuatan cerita dilakukan dengan mempertimbangkan aspek empati mengenai 4 emosi dasar, yaitu senang, marah, sedih, dan takut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bercerita dengan puppetry secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman empati anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan mengukur tingkah laku empati ataupun dengan menggunakan kelompok kontrol.

ABSTRACT
Empathy development is a program that can be done to overcome the emergence of social behavior problems such as aggressive behavior. This study discusses the intervention program of storytelling activities using puppetry to increase empathy understanding of children aged 5-6 years. The purpose of this study is to look at the effectiveness of storytelling activities using puppetry in increasing empathy understanding in children aged 5-6 years. Participants in this study consisted of 11 students in PAUD X. Measuring instruments used in this study were Basic Emotions-Early Childhood (ED-AUD) adapted from the Bryant Empathy Scales for Children (Bryant, 1982) and the scoring system used is the Empathy Scoring System developed by Strayer (1993). The design of this research is One Group Pre-Test-Post Test Design. Storytelling activities were carried out with hand puppets and stick puppets conducted for 5 sessions. The making of the story is done by considering aspects of empathy regarding the 4 basic emotions, which are happy, angry, sad, and afraid. The results showed that storytelling activities with puppetry could significantly increase empathy understanding for children aged 5-6 years. This research can be developed by measuring empathy behavior or by using a control group."
2019
T55323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korifanny Petrisia
"ABSTRAK
Meningkatnya jumlah anak-anak sebagai pelaku beberapa tindak kejahatan memperlihatkan bahwa anak membutuhkan empati sebagai penyangga perilaku. Pemahaman empati akan membantu anak memahami apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga akan peka saat melakukan sebuah perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pembacaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan pemahaman empati anak usia 3-4 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Empathy Scale for Children ESC . Disain penelitian ini adalah one group pre-test-post-test design. Metode pembacaan yang digunakan adalah dialogic reading, yang merupakan metode pembacaan cerita interaktif dengan tanya jawab antara pembaca cerita dengan anak. Pembacaan cerita menggunakan 4 buku cerita bergambar yang bercerita mengenai perasaan senang, sedih, marah dan takut. Pembacaan cerita dilakukan selama 4 hari pada TK XY, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat dengan total partisipan sebanyak 29. Analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan buku cerita bergambar dengan dialogic reading secara signifikan meningkatkan pemahaman empati anak usia 3-4 tahun. Untuk penelitian selanjutnya, dapat melakukan checklist perilaku sebelum dan sesudah intervensi atau melakukan pembacaan buku cerita secara individu dengan orang tua atau guru.

ABSTRACT
The increasing number of children as offenders shows that children need empathy as buffer for their behavior. Empathy understanding will help children to have perspectives of what other people feel, hence children will have some consideration before act. The aim of this research is to test the effectiveness of picture storybook with dialogic reading to develop empathy understanding of children age 3 4 years old. The effectiveness of picture storybook with dialogic reading is measured using Empathy Scale for Children ESC . The Research design is one group pre test post test design. This research using dialogic reading as the reading method, which is interactive reading method between the storyteller and children. The storytelling use 4 picture storybooks each about happy, sad, anger and scare that conducted for 4 days at XY Kindergarten, Payakumbuh, West Sumatra. The statistical results demonstrate that there is significant difference at children rsquo s empathy understanding score before and after the book reading. For further research, can do the behavior checklist before and after the intervention or do one to one book reading with teacher or parent."
2017
T49688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eloisa Nathania
"Empati dan kemampuan mengatur emosi yang baik penting dimiliki anak untuk memiliki kualitas hidup dan hubungan sosial yang baik,. Defisit empati dan masalah emosi pada anak dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan, kualitas hidup, dan hubungan sosial dengan teman serta saudara. Penelitian ini mencari hubungan empati dengan masalah emosi pada anak sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan teknik potong lintang dengan sampel sejumlah 384 yang diambil secara acak dari 620 yang didapatkan secara daring dan langsung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbahasa Indonesia untuk menilai empati anak dan kuesioner SDQ untuk menilai masalah emosi anak. Kedua kuesioner tersebut diisi oleh orangtua anak sekolah dasar yang telah setuju untuk mengikuti penelitian. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square dan uji korelasi Rank Spearman pada SPSS Windows versi 20. Berdasarkan hasil analisis, terdapat hubungan yang bermakna antara empati dengan masalah emosi pada laki-laki, perempuan dan seluruh sampel serta terdapat korelasi berbanding terbalik yang bermakna antara empati dan masalah emosi dengan koefisien korelasi. Hubungan bermakna antara empati dan masalah emosi menunjukkan bahwa anak dengan empati tinggi cenderung lebih sering memunyai masalah emosi dibandingkan anak dengan empati yang rendah.

In order to have good quality of life and social relationships, empathy skills and ability to regulate emotion are important for children. Empathy deficits and emotional problems can cause interference child development, quality of life and social relationships with friends and relatives. This study aims to determine whether there is a relationship between empathy skills and emotional problems in primary school children. This was a cross-sectional study with 384 samples taken randomly from 620 existing data. The instrument used in this study is that has been validated in Indonesian version to determine the level of childrens empathy skills and the SDQ to determine the emotional problems in children. Both of the questionnaire filled out by primary student parents who have agreed to participate in this study. Data analysis was performed by Chi-Square test and Rank Spearman correlation test on SPSS for Windows version 20. Based on the analysis results, there was a significant relationship between empathy skills and emotional problem in boys, girls and there was a negative significant correlation between empathy skills and emotional problems. The significan relationship between empathy skills and emotional problems in primary school children showed that children with better empathy skills are tend to have an emotional problems than children with low empathy skills.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryanti Maranata
"Kandungan nutrisi dalam sayur dan buah sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Konsumsi sayur dan buah yang rendah dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular dan penurunan kemampuan kognitif. Upaya promosi kesehatan anak usia sekolah yang berfokus untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah masih belum bervariasi. Promosi kesehatan yang dilakukan umumnya dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan pembagian leaflet. Metode ini ternyata sudah dianggap biasa dan kurang menarik. Metode sosiodrama merupakan salah satu metode yang menggabungkan permainan peran dan aktivitas kelompok. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh metode sosiodrama terhadap konsumsi sayur dan buah anak usia sekolah dasar. Desain penelitian menggunakan quasi experiment pre and post test control group design. Penentuan responden dilakukan dengan simple random sampling. Responden pada kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing berjumlah 45 orang dengan rentang usia 6-12 tahun. Analisis data dilakukan menggunakan uji dependent paired t test dan independent t tes. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara pemberian metode sosiodrama terhadap pengetahuan (p=0,0001), sikap (p=0,002) dan keterampilan konsumsi buah (p=0,057) sedangkan keterampilan konsumsi sayur tidak berpengaruh secara signifikan (p=0,158). Inisiatif dan kreatifitas yang muncul pada metode sosiodrama menjadikan metode ini dapat direkomendasikan sebagai metode pendidikan kesehatan konsumsi sayur dan buah pada anak usia sekolah dasar.

Nutritional content in vegetables and fruit is crucial for primary school-age children’s growth and development. Accordingly, a low vegetable and fruit consumption rate will likely accrue the risk of non-communicable diseases and cognitive ability degeneration. Nevertheless, health promotive attempts which elevate fruit and vegetable consumption in children are monotonous. Old common health promotion methods for the purpose are lecturing, discussion, and leaflet distribution. These methods are considered unattractive. As such, the sociodrama method is regarded as one of the methods with which we can integrate role-play into group activities. The objective of this research was to analyze the implications of the sociodrama method for primary school-age children’s fruit and vegetable consumption. The research design used was a quasi-experiment pre- and post-test control group design. The simple random sampling technique was used to select respondents. The treatment and control group had 45 respondents each, aged 6-12 years old. Data were analyzed using the dependent paired t-test and independent t-test. Findings indicate a significant correlation between sociodrama method application and knowledge (p = 0.0001), attitudes (p = 0.002), and skills in fruit consumption (p = 0.057) but no significant correlation between sociodrama method application and skills in vegetable consumption (p = 0.158). The sociodrama method, with its ability to boost initiatives and creativity, was thus a recommended health education method to enhance fruit and vegetable consumption in primary school children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kindah Mahdiyyah
"Empati penting dimiliki manusia untuk beradaptasi dalam kehidupan. Untuk beradaptasi di kehidupan sosial, manusia membutuhkan soft skill berupa manajemen perilaku prososial yang baik dan kemampuan dalam membangun relasi teman sebaya. Penelitian ini menggambarkan hubungan empati dengan perilaku prososial dan relasi teman sebaya pada anak sekolah dasar usia 4-14 tahun. Studi dalam penelitian ini yaitu studi potong lintang. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner EQ-C/ SQ-C berbahasa indonesia yang sudah tervalidasi dengan nilai alpha 0,979. Kuesioner EQ-C/SQ-C digunakan untuk mengukur empati anak. Sedangkan, untuk mengukur perilaku prososial dan relasi teman sebaya, peneliti menggunakan kuesioner SDQ. Sejumlah 620 kuesioner diisi oleh orangtua anak sekolah dasar dan dijadikan sampel dari penelitian ini. Orangtua yang dapat mengisi kuesioner memiliki riwayat pendidikan minimal sekolah menengah pertama. Setelah mendapatkan seluruh sampel, dilakukan random sampling dan didapatkan data sejumlah 384 data yang akan dianalisis. Pada proses analisis, brain type dibagi menjadi tiga kelompok, yakni brain type E (Extreme E dan E), brain type B, dan brain type S (Extreme S dan S). Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square menggunakan windows SPSS versi 20. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara empati terhadap perilaku prososial dan relasi teman sebaya (p<0.05).

Empathy is the ability to understand and relate to others feelings or emotion. Empathy is one of the critical skills to alter in life. To adapt in human social life, people requires soft skills in the form of good prosocial behavior and good management in building peer relations. This cross-sectional study describes the relationship of empathy skills with prosocial behavior and peer relations in primary school children aged 4-14 years. The instrument used for this study is Indonesian language EQ-C/SQ-C questionnaire which value 0,979 in Cronbachs alpha to measure childrens empathy skills. To measure prosocial behavior and peer relationships, researchers used the SDQ questionnaire. A total of 620 questionnaires were filled in by parents of primary school children in Indonesia and were sampled for this study. Parents who can fill out the questionnaire have a minimum education of junior high school. Researchers obtained 384 data through random sampling to be analyzed. In the analysis process, empathy skills are devided into three groups, namely type E (Extreme E and E), type B and type S (Extreme S and S). Data analysis was done by Chi-Square test with SPSS program version 20 for both sample. Due to lack of sample (<5) for abnormal prosocial behavior, we look for Fisher test for the result of prosocial behavior. The result shows siginificant outcome. State that there is a relationship between empathy skills with prosocial behavior and peer relationships (p<0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Pertiwi
"Penelitian ini berkaitan dengan intervensi untuk meningkatkan empati remaja yang mengalami penolakan oleh teman sebaya. Intervensi ini dilakukan melalui six-step empathy exercices yang terdiri dari enam langkah latihan dimana tiap latihan terdapat aktivitas tertentu. Dengan meningkatknya empati, diharapkan remaja yang mengalami penolakan, menjadi lebih dapat diterima oleh teman sebayanya. Penelitian ini menggunakan single subject design. Sampel yang dipilih adalah remaja yang mengalami penolakan oleh teman sebaya yang diambil melalui teknik sampling purposive sampling. Setelah dilakukan analisis perbandingan hasil pre-test dan post-test, serta pemenuhan indikator keberhasilan pada tiap sesi intervensi, diperoleh bahwa strategi six-step empathy exercises dapat meningkatkan empati remaja yang mengalami penolakan oleh teman sebaya.

The focus of this research is on an intervention to enhance the empaty of rejected adolescence through six-step empathy exercices. This strategy consists of six step exersices which student have to complete certain activity. By the enhancement of empathy, it is expected that rejected adolescence will be accepted by peers. This research uses a single subject design. The sample of this research was selected by using purposive sampling technique. After analyzing the result of pre-test, posttest, and the fulfillment of successful indicator in every session of intervention, it is understood that six-step empathy exercises is effective to enhance empathy of rejected adolescence.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2013
T36772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Starlettia Viorensika
"Psikologi merupakan salah satu jurusan perkuliahan yang diminati saat ini. Untuk menjadi seorang psikolog yang baik, diperlukan kemampuan untuk berempati agar dapat memahami kliennya (Rogers, 1975). Oleh karena itu, empati dianggap sebagai karakteristik mendasar yang harus dimiliki psikolog. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran empati mahasiswa psikologi dan melihat manfaat pendidikan psikologi dalam mengembangkan empati mahasiswa psikologi. Davis (1996) mendefinisikan empati sebagai sekumpulan konstruk yang berkaitan dengan respon seseorang terhadap pengalaman orang lain. Konstruk ini secara spesifik yaitu meliputi proses yang terjadi pada pengamat serta bentuk afektif dan non-afektif yang dihasilkan dari proses tersebut. Pengukuran empati menggunakan alat ukur Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1980). Partisipan penelitian berjumlah 181 mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan psikologi membantu mahasiswa mengembangkan empatinya namun tingkat empati mahasiswa tingkat awal lebih tinggi daripada tingkat empati mahasiswa tingkat akhir. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan empati untuk meningkatkan empati yang dimiliki mahasiswa.

Psychology is one of the popular college majors nowadays. To be a good psychologist, required the ability to empathize in order to understand their clients (Rogers, 1975). Therefore, empathy is considered as the fundamental characteristics that must be owned by psychologist. This research was conducted to find the overview of empathy among psychology undergraduate students and to find the benefits of psychological education in order to develop empathy of psychology undergraduate students. Davis (1994) defined empathy as a set of constructs having to do with the responses of one individual to the experiences of others. These constructs specifically include the process taking place within the observer and afective and non-affective outcomes which results from those processes. Empathy was measured using Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1986). The participants of this research are 181 University of Indonesia undergraduate psychology students. The main results of this research show that psychological study is useful for the development of empathy, however first year’s empathy level is higher than last year’s empathy level. Therefore, empathy training is needed to improve empathy level of undergradute psychology students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>