Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adinda Putri Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job satisfaction dan job insecurity, serta peran self-esteem sebagai moderator di dalam hubungan tersebut. Tipe penelitian korelasional kuantitatif merupakan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian, antara lain Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) dari Weiss dkk. (1967) untuk mengukur job satisfaction, Job Insecurity Questionnaire (JIQ) milik De Witte 2000 untuk mengukur job insecurity, serta Rosenbergs Self-esteem Scale (RSES) milik Rosenberg 1965 yang diadaptasi oleh Pierce & Gardner (204) untuk mengukur self-esteem. Partisipan penelitian ini merupakan karyawan yang sedang bekerja full-time selama minimal satu tahun. Perolehan partisipan tersebut menggunakan metode convenience sampling. Dari 103 partisipan, didapatkan hasil yang signifikan pada hubungan antara job satisfaction dan job insecurity r= -.287, n= 03, p< .01), serta efek moderasi self-esteem pada hubungan tersebut bInt = -0.022, t = -2.65, p < 0.05 sig, CI =-0.03-0.005. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi job satisfaction karyawan, semakin rendah job insecurity yang mereka miliki dan self-esteem dapat memoderasi hubungan di antara kedua variabel tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Andina Ramadhiyanti
"Pandemi Covid-19 menimbulkan berbagai perubahan yang terjadi pada aspek kehidupan, termasuk dampak terhadap perusahaan dan karyawan. Krisis kesehatan dan ekonomi yang terjadi membuat perusahaan menerapkan beberapa kebijakan sebagai upaya untuk tetap dapat menjalankan kegiatan operasionalnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat peran grit sebagai moderator pada hubungan antara ketidakamanan kerja dengan kepuasan kerja pada karyawan. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study. Terdapat tiga alat ukur yang digunakan yaitu The Minessota Satisfaction Questionnaire (MSQ) short-form, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), dan short grit scale (Grit-S). Populasi dari penelitian ini adalah karyawan yang perusahaannya melakukan kebijakan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Analisis data secara statistik yang dilakukan yaitu uji asumsi, uji korelasi, dan uji moderasi menggunakan PROCESS Hayes Model 1. Berdasarkan hasil analisis statistik dari 748 partisipan ditemukan terdapat efek interaksi antara ketidakamanan kerja dan grit terhadap kepuasan kerja signifikan (b = -0,02, 95% CI [-0,04, -0,01], t=-3,09, p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa grit berperan sebagai moderator pada hubungan antara ketidakamanan kerja dan kepuasan kerja. Analisis lanjutan yang dilakukan mendapatkan bahwa grit dapat melemahkan pengaruh negatif dari ketidakamanan kerja terhadap kepuasan kerja ketika grit pada tingkat kategori sedang dan tinggi. Hasil penelitian menegaskan pentingnya perusahaan untuk melakukan usaha guna menurunkan ketidakamanan kerja dan meningkatkan kepuasan kerja.

Covid-19 brought changes in various aspects of life, including impact on companies and employees. The health and economic crisis that occurred made the company implements several policies as an effort to continue to be able to carry out its operational activities. This study aims to examine the role of grit as a moderator in the relationship between job insecurity and job satisfaction on employee. The approach of this research is quantitative with a cross sectional study design. There are three measuring tools used, namely The Minesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) short-form, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), and short grit scale (Grit-S). The population of this research is employees whose company implemented policy as result of the Covid-19. S Data analysis was carried out by assumption test, correlation test, and moderation test using PROCESS Hayes Model 1. Based on the statistical analysis from 748 participants, the results show significant interaction effect between job insecurity and grit on job satisfaction (b = -0.02, 95% CI [-0.04, -0.01], t=-3.09, p<0.05). With that, it can be concluded that grit acts as a moderator on the relationship between job insecurity and job satisfaction. Further analysis found that grit can attenuate the negative effect of job insecurity on job satisfaction when grit is in the medium and high category. The results of the study emphasize the importance of companies to make efforts to reduce job insecurity and increase job satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Shafa Ashrina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada efek moderasi dari grit dalam hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja pada karyawan milenial. Sebanyak 300 karyawan, berusia 20-39 tahun, berpartisipasi dalam penelitian ini. Alat pengukur Skala Kepuasan Kerja Umum, Skala Kinerja Peran dan Skala Grit-S digunakan untuk mengukur kepuasan kerja, kinerja dan ketabahan.
Hasil analisis statistik uji moderasi menggunakan PROCESS HAYES versi 3.3 model 1 menunjukkan bahwa grit tidak memoderasi hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja. Ini diduga disebabkan Kepuasan kerja milenial lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungan dan pengawasan yang bagus.
Pemenuhan ini akan mengarah pada kepuasan kerja berhubungan langsung dengan tingkat kinerja, terlepas dari apakah gritnya dimiliki oleh individu yang tinggi atau tidak yang artinya variabel grit belum berperan dalam memperkuat hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja karyawan.

This study aims to see whether there is a moderating effect of grit in the relationship between job satisfaction and performance in millennial employees. A total of 300 employees, aged 20-39 years, participated in this study. Measuring tools for General Job Satisfaction Scale, Role Performance Scale and Grit-S Scale are used to measure job satisfaction, performance and grit.
The results of the statistical analysis of the moderation test using PROCESS HAYES version 3.3 model 1 shows that grit does not moderate the relationship between job satisfaction and performance. This is thought to be due to millennial job satisfaction determined more by environmental factors and good supervision.
This fulfillment will lead to job satisfaction which is directly related to the level of performance, regardless of whether the grit is owned by high individuals or not, which means that the grit variable has not played a role in strengthening the relationship between job satisfaction and employee performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Byarbreda Mahaputra
"Job insecurity seringkali diasumsikan dapat menurunkan tingkat kepuasan kerja. Tetapi, penelitian menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut lebih rumit dibandingkan dengan asumsi. Beberapa studi sebelumnya gagal untuk menjelaskan hasil yang beragam mengenai kekuatan hubungan antara job insecurity dan kepuasan kerja. Hal ini menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut mungkin dimoderasi oleh variabel lain. Dua variabel yang mungkin dapat menjelaskan hubungan job insecurity dan kepuasan kerja adalah employability -yang didefinisikan sebagai persepsi terhadap kemampuan karyawan untuk mencari pekerjaan baru atau tetap bekerja di pekerjaannya saat ini, dan perbedaan status kepegawaian karyawan -tetap dan kontrak. Penelitian ini memiliki hipotesis, employability dapat memoderasi hubungan job insecurity dan kepuasan kerja pada karyawan tetap dan kontrak. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional terhadap 172 karyawan -yang terdiri dari karyawan tetap dan kontrak, perusahaan jasa logistik di Indonesia. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa employability dapat memoderasi hubungan antara job insecurity dan kepuasan kerja pada karyawan tetap, tetapi tidak pada karyawan kontrak. Dampak Hasil penelitian ini terhadap pemahaman hubungan job insecurity dan kepuasan kerja, didiskusikan lebih lanjut.

People often assume that job insecurity will always lead to lower job satisfaction. However, research shoes that the relationship between these two variables is more complicated than that assumption. Previous studies fail to provide conclusive results, which indicate that the relationships between job insecurity and job satisfaction may be moderated by other variables. Two variables that are potential in explaining this relationship is employability, defined as employees perception of their abilities to find a new job, and work status differences (i.e., permanent and contract employees). Therefore, this study hypothesizes that employability will moderate the relationship between job insecurity and job satisfaction for permanent but not contract not contract employees. Adapting scales from previous research, this study conducted a crosssectional survey of 172 employees, comprised of permanent and contract employees, of a logistic services company. Results reveal that employability moderates the relationship between job insecurity and job satisfaction among permanent and contract employees. The implication of these results for the advancement of organizational behavior theory, especially for understanding the impact of job insecurity on job satisfaction, is discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Fathia Dayatri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh job insecurity pada job involvement dengan mempertimbangkan peran moderasi grit pada karyawan di masa pandemi Covid-19. Responden penelitian adalah 762 karyawan organisasi publik dan swasta di Indonesia yang menerapkan perubahan kebijakan karena Covid-19. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Job Involvement Scale, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), dan Short Grit Scale (Grit-S). Data dikumpulkan menggunakan kuesioner secara daring serta dianalisis dengan analisis regresi menggunakan model 1 SPSS PROCESS. Hasil penelitian menemukan bahwa grit terbukti tidak memoderasi hubungan job insecurity dan job involvement. Sebagai implikasinya, temuan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh organisasi sebagai acuan dalam mengantisipasi peningkatan job insecurity karyawan akibat adanya perubahan.

This study aims to determine the relationship between job insecurity and job involvement by considering the role of grit as the moderator in employees during the Covid-19 pandemic. Research respondents are 762 public and private sectors employees who work in organization which implemented policy changes due to Covid-19. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The sampling technique used is accidental sampling. The research measuring instruments consists of Job Involvement Scale, Multidimensional Qualitative Job Insecurity Scale (MQJIS), and Short Grit Scale (Grit-S). Data were collected using an online questionnaire and analyzed using regression analysis, utilizing SPSS PROCESS Model 1. It was found that grit did not moderate the relationship between job insecurity and job involvement. As the implication, the findings of this research can be used by organizations as reference to anticipate the increase of employee job insecurity due to changes."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Safitri
"ABSTRAK
Self esteem adalah aspek penilaian atau penghargaan
individu tentang layak atau tidak layaknya seseorang bagi
dirinya. Penilaian tersebut dapat berupa penilaian yang
positif, negatif, netral atau sjnbi^uous. Tinggi rendahnya
self esteem dipengaruhi oleh selisih antara diri ideal dengan
diri aktual, juga dipengaruhi oleh seberapa jauh seseorang
menerima penghargaan positif tanpa syarat.
Self esteem yang rendah akan menyebabkan individu merasa
ditolak, merasa tidakpuas dan tidak berharga. la memandang
dirinya secara berlebihan, yaitu sangat positif atau sangat
negatif, sehingga terjadi ambivalensi dalam dirinya. la
merasa tidak aman karena tidak dapat menerima elemen-elemen
negatif yang mungkin ada dalam dirinya. Sebaliknya individu
dengan self esteem tinggi akan merasa dirinya berharga sebagai
manusia dengan segala keterbatasannya. Dengan demikian ia
merasa^ aman dan tidak terlalu terpengaruh oleh lingkungan.
Hal inilah yang menyebabkan self esteemnya cenderung stabil.
Penilaian individu terhadap dirinya tidak lepas dari
pengaruh kelompok referensi. Posisi seseorang dalam kelompok
lebih penting dibandingkan dengan status kelompok terhadap
kelompok lain. Individu cenderung menerima nilai-nilai yang
dimiliki oleh kelompok referensinya.
Self esteem mencakup seluruh aspek dalam kehidupan
manusia. Kerja adalah salah satu aspek dalam kehidupan manu
sia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja
adalah bagian dari self esteem. Puas atau tidak puasnya
seseorang terhadap kerja tergantung dari sikap individu
terhadap pekerjaannya.
Penelitian ini menggunakan teori proses sebagai pendekatan
dalam menganalisa kepuasan kerja. Teori proses adalah
teori yang berusaha menjelaskan variabel-variabel (misalnva
harapan, kebutuhan, nilai) dalam interaksinya dengan penvebab
kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri dipengaruhi oleh
faktor individu, faktor organisasi, faktor sosial faktnr
budaya dan faktor lingkungan.
Dasar dari penelitian ini adalah untuk menguji sejauh
mana konsep kerja dianggap penting, sehingga dapat dipenga
ruhi self esteem. Karena meskipun kepuasan keria adalah
bagian dari self esteem, tapi selama konsep kerja bukan hal
yang dominan atau penting dalam diri seseorang, maka kepuasan
kerja belum tentu dapat dipengaruhi oleh self esteem.
Pegawai negeri adalah pegawai dengan karakteristik yang
spesifik karena tugas-tugasnya berkaitan dengan birokrasi
negara dan aturan-aturannya dibuat oleh pemerintah, Pada
kenyataannya banyak ditemukan pegawai negeri yang menampilkan
rasa tidak puas terhadap pekerjaannya.
Dari penelitian ini diperoleh hasil korelasi yang signifikan
antara self esteem dengan kepuasan kerja. Artinya
untuk sampel penelitian ini tingkatan self esteem mempengaruhi
tinggi rendahnya kepuasan kerja.
Meskipun secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan
adanya korelasi antara self esteem dan kepuasan kerja,
akan tetapi pada faktor kepuasan terhadap imbalan finansial
menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan. Hal ini
disebabkan oleh standard gaji pegawai negeri yang tergolong
rendah, sehingga tidak menjadikannya sebagai aspek yang
penting yang mampu dipengaruhi oleh keadaan self esteem.
Untuk penelitian-penelitian sejenis dimasa datang, perlu
dilakukan diferensiasi bidang keahlian untuk lebih mempertajam
hasil penelitian."
1995
S2160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Ayuningtyas
"Akibat besarnya kerugian yang ditimbulkan turnover, dua area penelitian telah berkembang, yaitu (1) area yang meneliti alasan-alasan mengapa individu meninggalkan pekerjaannya (employee turnover) dan (2) area yang meneliti alasan-alasan mengapa individu bertahan dalam pekerjaannya (employee retention). Penelitian ini meneliti tiga variabel yang termasuk dalam pendekatan retensi karyawan, yaitu job embeddedness, job satisfaction, dan organizational trust. Penelitian ini menguji job embeddedness terhadap organizational trust dengan juga menguji efek dari job satisfaction terhadap organizational trust. Dihipotesiskan bahwa baik job embeddedness maupun job satisfaction akan mempengaruhi organizational trust secara positif dan signifikan, di mana efek job embeddedness terhadap organizational trust akan lebih besar daripada efek job satisfaction. Hasil pengujian persamaan model struktural dengan pendekatan regresi berganda yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari 203 partisipan menunjukkan bahwa job embeddedness mempengaruhi organizational trust secara positif dan signifikan (koefisien regresi = 0.82) sedangkan pengaruh job satisfaction terhadap organizational trust adalah negatif dan tidak signifikan (koefisien regresi = -0.07). Dengan demikian, job embeddedness mampu mempengaruhi organizational trust lebih baik dari job satisfaction.

Due to significant losses caused by turnover, two research areas have emerged (1) area studying the reasons why an individual leaves his/her job (employee turnover) and (2) area studying the reasons why an individual retains his/her job (employee retention). This research studies three variables included in retention research approach, which are job embeddedness, job satisfaction, and organizational trust. The influence of job embeddedness and job satisfaction to organizational trust is the focus of this research. It is hypothesized that both job embeddedness and job satisfaction will positively and significantly influence organizational trust. Results from structual equation modeling with multiple regression approach to data gathered from 203 participants shows that job embeddedness is positively and significantly influence organizational trust (regression coefficient = 0.82) while job satisfaction shows a negative and non significant result (regression coefficient = - 0.07). Thus, job embeddedness appears to be a better predictor for organizational trust than job satisfaction."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Amalina
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self-esteem dan job search self-efficacy terhadap perilaku pencarian kerja pada sarjana baru. Sebanyak 346 responden mengisi kuesioner alat ukur self-esteem (Rosenberg Self-Esteem Scale), job search self-efficacy (Job Search Self-Efficacy-Behavior) dan perilaku pencarian kerja (Job Search Beharior Scale). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa self-esteem (β = 0,194, p = 0,000) dan job search self-efficacy (β = 0,499; p = 0,000) memiliki pengaruh positif terhadap perilaku pencarian kerja pada sarjana baru. Lebih lanjut diketahui bahwa variabel job search self-efficacy memiliki kontribusi varian yang unik pada perilaku pencarian kerja pada sarjana baru setelah mengontrol self-esteem.

ABSTRAK
The aim of this research is to examine the influence of self-esteem and job search self-efficacy on job search behaviors among higher education fresh graduates. A total of 346 respondents completed a survey on self-esteem (Rosenberg Self-Esteem Scale), job search self-efficacy (Job Search Self-Efficacy-Behavior), and job search behaviors (Job Search Behavior Scale) variables. Results indicated that both self-esteem (β = 0,194, p = 0,000) and job search self-efficacy (β = 0,499; p = 0,000) positively influenced job search behaviors among fresh graduates. Furthermore, job search self-efficacy explained an incremental variance in job search behaviors above and beyond self-esteem. Theoretical and practical implications are further discussed."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Nandini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psychological wellbeing seperti job insecurity sebagai job demand dan dukungan supervisor sebagai job resources terhadap kepuasan kerja dan kesehatan fisik pekerja. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah melalui Survey Better Work Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan random sampling dari total populasi 172 pabrik yang telah diambil sampelnya sebanyak 84 perusahaan dengan 1017 buruh pada tahun 2012 dan 2015. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang konsisten pada pengaruh kondisi job insecurity dan dukungan supervisor terhadap psikologis wellbeing. Melalui pengaruh psikologis wellbeing ini juga ditemukan pengaruh terhadap kondisi kepuasan kerja dan kesehatan fisik. Pada penelitian ini juga menemukan bahwa gender telah memoderasi hubugan antara psychological wellbeing dan kesehatan fisik buruh.

According to the changes demand in Textile Sector year by year this research aims to investigated the importance of psychological climate in factory like supervisor support and job insecurity to their psychological wellbeing. Furthermore this paper also explore the continual impact of labor rsquo s psychological wellbeing to their job satisfaction and physical health that also an important factors affected their performance at workplace. The data were collected from Better Work Indonesia Survey in 2012 and 2015. This research used quantitative methods from 1017 labors in 84 factory in Indonesia. The result showed significant impact from Supervisor Support and Job Insecurity toward Psychological wellbeing. It is also found that Psychological wellbeing affected to labor rsquo s job satisfaction and physical health. This result contributed to showed the importance of maintaining psychological wellbeing of labors at factory in order to boost and optimatilize their performance. This research also found that gender moderated the relationships between psychological wellbeing and physical health. According to the result it showed that between man and women there is a different way to maintain their health both physical and mental.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>