Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manggala Purwakancana N.
"Ketangkasan karyawan diartikan sebagai kemampuan karyawan untuk bereaksi dan beradaptasi terhadap perubahan dengan cepat dan tepat (Alavi Wahab, 2013). Untuk tetap dapat berkompetisi dengan perkembangan bisnis secara global, PT X selaku pelaku bisnis menerapkan pendekatan ketangkasan ini di semua lini bisnisnya. Studi 1 bertujuan untuk melihat hubungan keterlibatan karyawan dan keterikatan kerja pada ketangkasan tenaga kerja. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT X yang berjumlah 154 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik convenience sampling. Survei dilakukan dengan menggunakan instrumen keterlibatan karyawan (Adham, 2014), kuesioner keterikatan kerja (Scaufeli & Bakker, 2003), dan kuesioner ketangkasan tenaga kerja (Sherehiy, 2007). Hasil analisis korelasional menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keterikatan kerja dan ketangkasan karyawan (r = 0.56, p 0.05). Terdapat hubungan antara keterlibatan karyawan dan ketangkasan karyawan (r = 0.48 , p 0.05). Pada studi 2, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Responden intervensi terdiri dari 16 orang karyawan PT X. hasil studi intervensi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor rata-rata yang signifikan pada keterikatan kerja (Z = -2.941, p 0.05) dan tidak terjadi peningkatan skor yang signifikan pada rata-rata ketangkasan karyawan (Z = -0.238, p 0.05).

Workforce agility is defined as the ability of employees to react and adapt to changes quickly and appropriately (Alavi & Wahab, 2013). To be able to compete with global business development, PT X as a business person applies this agility approach in all lines of business. Study 1 aims to look at the relationship of employee involvement and work engagement in workforce agility. Respondents in this study were permanent employees of PT X, amounting to 154 people. Data collection using convenience sampling techniques. The survey was conducted using employee involvement instruments (Adham, 2014), work engagement questionnaires (Scaufeli & Bakker, 2003), and workforce agility questionnaires (Sherehiy, 2007). Correlational analysis results show that there is a relationship between work engagement and workforce agility (r = 0.56, p 0.05). There is a relationship between employee involvement and workforce agility (r = 0.48, p 0.05). In study 2, research used purposive sampling technique. Intervention respondents consisted of 16 employees from PT X. The results of the intervention study showed that there was a significant increase in the average score on work engagement (Z = -2,941, p 0.05) and there was no significant increase in the average employee agility (Z = -0.238, p 0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Purnamasari
"Penelitian ini terdiri dari 2 studi yaitu studi 1 dengan melakukan penelitian korelasi dan studi 2 dengan melakukan intervensi. Studi 1 bertujuan untuk mengetahui hubungan rasa berdaya psikologis dan ketangkasan karyawan pada karyawan PT X yang bergerak di bidang manufaktur alat berat. Responden penelitian adalah 154 karyawan indirect atau karyawan non produksi. Pengukuran rasa berdaya psikologis menggunakan alat ukur rasa berdaya psikologis yang dikembangkan oleh Spreitzer (1995) yang telah diadaptasi oleh Mangundjaya (2014), sedangkan ketangkasan karyawan diukur dengan menggunakan alat ukur ketangkasan karyawan dari Sherehiy 2008.
Hasil studi 1 menunjukkan bahwa rasa berdaya psikologis memiliki hubungan positif yang signifikan dengan ketangkasan karyawan (r = 0.57, p< 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menentukan intervensi yang akan diberikan yaitu pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan rasa berdaya psikologis dalam kegiatan pelatihan Agile Development: Believe in yourself. Responden intervensi adalah empat belas orang karyawan yang memiliki rasa berdaya psikologis dan ketangkasan karyawan yang tergolong rendah. Selanjutnya peneliti melakukan pengukuran sesudah kegiatan pelatihan yang menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan mampu meningkatkan skor ketangkasan karyawan (Z = -2.493, p<0.05), namun belum mampu meningkatkan skor rasa berdaya psikologis (Z = -1.822, p>0.05).

This study consisted of 2 studies, study 1 by conducting correlation research and study 2 conducting interventions. Study 1 aims to determine relationship of psychological empowerment and workforce agility. The study was conducted at PT X, a manufacture company. The respondents were 154 indirect employees. Measurement of psychological empowerment is performed using psychological empowerment scale from Mangundjaya (2014), who adapted from Spreitzer (1995), whereas workforce agility is measured by using workforce agility scale from Sherehiy (2008).
Results of preliminary data suggest that psychological empowerment positively and significantly correlated with workforce agility (r = 0.57, p< 0.05). Based on these results, researchers determined that the intervention to be given is training to improve psychological empowerment with Agile Development: Believe in yourself training. Respondents of interventions are 14 employees whose psychological empowerment and workforce agility are low. Furthermore, researchers conducted a post-test measurements which indicate that interventions can increase workforce agility (Z = -2.493, p<0.05). Yet, it cannot improve the psychological empowerment (Z = -1.822, p>0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jazmi Nadhila Kamil
"Perputaran karyawan secara sukarela (voluntary turnover) dapat terjadi apabila karyawan memiliki keinginan untuk berpindah yang kuat. Saat ini terdapat beberapa industri yang memiliki perputaran karyawan yang cukup tinggi, yakni melebihi 10% (Gillies, 1994). Salah satunya, PT X yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan dengan angka voluntary turnover pada tahun 2023 sebesar 12,8% dan tren 3 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor dorongan internal individu, keterikatan karyawan, dan praktik kerja kinerja tinggi terhadap keinginan karyawan untuk berpindah di PT X Tahun 2024. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method (kuantitatif dan kualitatif) dengan pendekatan cross sectional. Data kuantitatif didapatkan dengan menggunakan kuesioner dengan responden sebanyak 65 orang dan diolah menggunakan aplikasi SPSS. Sedangkan, data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam dan didapatkan 6 perwakilan responden sebagai informan. Hasil kuantitatif penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara faktor dorongan internal individu (usia) dan praktik kerja kinerja tinggi (penilaian kinerja dan pemberdayaan karyawan). Hasil kualitatif penelitian diolah secara tematik dan didapatkan beberapa tema yang berkaitan dengan keinginan berpindah karyawan antara lain jumlah tanggungan keluarga, usia, kondisi keluarga, beban kerja yang menyebabkan rasa lelah, ketidakpuasan gaji, tidak ada umpan balik dan ketidakadilan dalam penilaian kinerja, kurangnya reward dan sistem penggajian yang tidak disesuaikan dengan kompetensi, tidak ada hubungan antara hasil penilaian kinerja yang dilakukan dengan kenaikan gaji, kurangnya dampak pelatihan terhadap pekerjaan dan tidak dapat mengajukan pelatihan non mandatory, gaya kepemimpinan yang kurang sesuai, hambatan dalam berpendapat di luar lingkup kerja, dan karyawan merasa tidak dihargai. Kemudian, gabungan antara hasil kuantitatif dan kualitatif menunjukkan adanya hal-hal yang diperluas maupun dikonfirmasi. Untuk itu, diperlukan beberapa peningkatan dalam manajemen PT X sebagai upaya untuk meningkatkan retensi karyawan dan kinerja organisasi. 

Voluntary turnover can occur if employees have a strong desire to move. Currently there are several industries that have high employee turnover, which exceeds 10% (Gillies, 1994). One of them is PT X, which is engaged in health services with a voluntary turnover rate in 2023 of 12.8% and the trend for the last 3 years shows an increase. For this reason, this study was conducted with the aim of knowing the relationship between the individual factors, employee engagement, and high performance work practices on employees' desire to move at PT X in 2024. The method used in this research is mixed method (quantitative and qualitative) with a cross sectional approach. Quantitative data was obtained using a questionnaire with 65 respondents and processed using the SPSS application. Meanwhile, qualitative data was obtained through in-depth interviews and obtained 6 representatives of respondents as informants. The quantitative results showed that there was a significant relationship between individual factors (age) and high performance work practices (performance appraisal and employee empowerment). The qualitative results of the research were processed thematically and obtained several themes related to the desire to move employees, including the number of family dependents, age, family conditions, workload that causes fatigue, salary dissatisfaction, no feedback and unfairness in performance appraisal, lack of rewards, and a pay system that is not based on competence, there is no relationship between the results of performance appraisals conducted and salary increases, lack of training impact on work and not being able to apply for non-mandatory training, inappropriate leadership style, obstacles in arguing outside the scope of work, and employees feel unappreciated. Then, the combination of quantitative and qualitative results shows that there are things that are expanded or confirmed. Therefore, some improvements are needed in the management of PT X in an effort to improve employee retention and organizational performance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inten Dwi Puspa Dewi
"Pengembangan organisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai efektivitas organisasi. Fenomena yang diangkat pada penelitian ini merupakan perubahan nilai organisasi di sebuah perusahaan retail dengan tajuk SUCI (Sense of Urgency, Unity, Cost-Control, dan Integrity). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterikatan karyawan dan komitmen afektif karyawan terhadap perubahan nilai organisasi (studi 1), serta untuk mengetahui efektivitas intervensi melalui pelatihan keterampilan yang dapat membantu karyawan untuk memahami pengimplementasian nilai organisasi berjudul  ‘SUCI Is The New Me’ (studi 2) pada karyawan PT X.  Subjek penelitian pada studi 1 adalah 327 karyawan PT X dengan karakteristik yaitu karyawan aktif dengan masa kerja minimal 1 tahun. Data studi 1 dianalisis menggunakan uji  korelasi Pearson  menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara keterikatan karyawan dan komitmen afektif untuk berubah (r = 0.451,  p<0.01). Adapun berdasarkan uji regresi ditemukan bahwa keterikatan karyawan menyumbang variasi sebesar 20% terhadap komitmen afektif untuk berubah.  Pada studi 2 subjek penelitian adalah 7 orang karyawan PT X. Pada studi 2 peneliti melakukan analisis evaluasi pembelajaran serta pengukuran ulang variabel keterikatan karyawan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed-Rank Test. Hasil analisis evaluasi pembelajaran dan variabel keterikatan karyawan menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan  terkait keterikatan karyawan atas nilai SUCI.

Organizational development is an effort to achieve organizations effectiveness.  The phenomena brought in this study was an organizational core-values change called as SUCI (Sense of Urgency, Unity, Cost-Control, dan Integrity). This study was conducted to determine the relationship between employee engagement and affective commitment to change (study 1), and to determine the effectiveness of core value soft-skills training named ‘SUCI Is The New Me’  (study 2). Study 1 were include 327 employees of PT X. Data were analysed using Pearson correlation and regression analysis. Data analysis showed a significant and positive relationship between employee engagement and affective commitment to change (r = 0.451,  p<0.01). The findings also indicate that employee engagement give a 20% variation in affective commitment to change. Meanwhile research subject for study 2 were include 7 employees of PT X. Researcher did analysis on knowledge evaluation and employee engagement variable using Wilcoxon-Signed Rank Test. Based on the results of evaluation  it was found that the training provided were effective to increase employees knowledge level of engagement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panuju, Nina Febriani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterikatan karyawan dengan komitmen afektif organisasi pada karyawan PT X. Hasil studi korelasi terhadap 103 orang karyawan tetap di PT X menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterikatan karyawan dengan komitmen afektif organisasi (r=0.65, p<0.01). Berdasarkan hasil studi korelasi tersebut, peneliti menerapkan program perubahan secara terencana melalui pelatihan Make Things Happen. Secara keseluruhan hasil pre-test dan post-test terhadap 13 orang responden menunjukkan adanya peningkatan pada evaluasi pembelajaran yang signifikan. Meskipun demikian, berdasarkan uji Wilcoxon Signed-Rank Test, hasil pre-test dan post-test terhadap 5 orang responden yang menjadi target utama pelatihan, menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil yang tidak signifikan dapat disebabkan jumlah responden penelitian yang terlalu kecil dan adanya limitasi lainnya pada penelitian ini.

This study aims on examining the relationship between employee engagement (EE) and affective organization commitment (AOC). The result of correlational study on 103 permanent employees of PT X showed that there was significantly positive relationship between EE and AOC (r=0.65, p<0.01). Based on the result of said correlational study, the researcher implement structured change programme through Make Things Happen training. Overall the pre-test and post-test result to 13 respondents showed improvement on learning evaluation significantly. However, based on Wilcoxon Signed-Rank Test, the result of pre-test and post-test on 5 respondents who were the main target of tis study showed insignificant result. The insignificant result caused by the small amount of respondents and some limitations in this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Sekti Ariyanti
"Karyawan sebagai modal insani adalah faktor penting untuk mengejar sustainable competitiveness, yang pemanfaatannya sangat dipengaruhi keterikatan kerja karyawan. Penelitian bertujuan mengembangkan intervensi untuk meningkatkan keterikatan kerja karyawan di PT X. Penelitian menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan data melalui kuisioner. Kuisioner yang digunakan merupakan hasil adaptasi dari UWES, Perceived Organizational Support dan Organizational Commitment, dengan reliabilitas total 0.937 dan dalam rentang 0.633 hingga 0.891 per dimensi untuk N=46. Hasilnya, pengaruh signifikan berasal dari persepsi atas dukungan organisasi, terutama dukungan pimpinan. Rancangan intervensi ini merupakan implementasi kegiatan berbagi pengetahuan yang dimotori oleh manajer untuk memperbaiki persepsi atas dukungan supervisor agar keterikatan kerja karyawan dapat ditingkatkan.

Employee as human capital is important factor to ensure organization manage sustainable competitiveness. The extent to which organization able to gain advantage of human capital depends on the employees? work engagement. Only engaged workforce will provide necessary support for organization to deal with such a dynamic business world. This study aimed to develop intervention to increase employees? work engagement PT X. This is a quantitative research, using questionnaires adapted from UWES, Perceived Organizational Support and Organizational Commitment with total reliability 0.937 and ranged from 0.633 to 0.891 per dimension, with N= 46. Result of the study reveal that perceived organizational support, in specific supervisor support significantly affecting employees? work engagement. Based on this finding, it is recommended that implementation of knowledge sharing activities, run by managers would fit to increase perception of supervisor support as enabler to improve employees? work engagement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30741
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Maulany Din El Fath
"ABSTRAK
Organisasi dituntut dapat bersaing pada era revolusi industri 4.0. Kondisi ini menyebabkan organisasi membutuhkan karyawan dengan keterikatan kerja tinggi sebagai aset yang menentukan arah kinerja dan daya saing perusahaan. Dukungan sosial merupakan salah satu prediktor yang diduga berperan kuat pada keterikatan karyawan. Penelitian ini terdiri atas dua studi, yaitu studi pertama bertujuan untuk melihat pengaruh dukungan sosial terhadap keterikatan di PT XYZ dan studi kedua bertujuan untuk memberikan intervensi berupa program peningkatan dukungan sosial. Studi 1 terhadap 11 karyawan Departemen F PT XYZ menggunakan kuesioner Utrecht Work Engagement Scale 9 Version (UWES-9) oleh Schaufeli, Bakker dan Salanova (2006) dan kuesioner Coworker Support oleh Tews, Michel dan Ellingson (2013). Hasil Studi 1 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari dukungan sosial terhadap keterikatan kerja (r0.64, p .05). Hasil Studi 1 kemudian dilanjutkan dengan melakukan Studi 2 yakni melaksanakan intervensi berupa program peningkatan dukungan sosial antar rekan kerja yang diberi nama We4Us. Hasil evaluasi pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan mean pengetahuan tentang dukungan sosial yang signifikan (Z -1.99, p.05). Hasil evaluasi perilaku terhadap dukungan sosial menggunakan metode time series, ditemukan tidak terdapat peningkatan yang signifikan ( X4.34, p.05), dan terakhir uji beda sebelum dan sesudah intervensi pada variabel dukungan sosial tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan (Z -0.17, p.05).

ABSTRACT
Organizations were in high demand to compete in the 4.0 industrial revolution. This era made the organization needs employees with high work engagement as assets that determine the competitiveness and performances of the company. Social support as predictors that suspected of having a substantial role in employee engagement. This research consisted of two studies the first study aimed to see the effect of social support on engagement at PT XYZ and the second study designed to provide an intervention in the form of a program to increase social support. Study 1 consisted of 11 employees from the F Department of PT XYZ with the used of The Utrecht Work Engagement Scale 9 Version (UWES-9) questionnaire by Schaufeli, Bakker, and Salanova (2006) and the Coworker Support Questionnaire by Tews, Michel, and Ellingson (2013). Study 1 showed that there is a significant relationship between social support to work engagement (r 0.64, p .05). The results of Study 1 then continued with Study 2, which carried out an intervention program to increase social support among the employees named We4Us Workshop. Evaluation of learning showed a significant increase in employees knowledge of social support (Z -1.99, p .05). Evaluation of behavior using time series method revealed no significant increment (X2 4.34, p .05). The last is pretest-posttest of social support did not show any considerable increment (Z -0.17,p .05).
"
2019
T55174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Nurul Kurniasih
"Persaingan bisnis di sektor keuangan meningkat seiring dengan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi dan krisis global. Keterikatan kerja dan kepuasan kerja karyawan menjadi salah satu variabel penting yang dapat meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan guna memenangkan persaingan bisnis. Skripsi ini membahas hubungan antara keterikatan kerja dan kepuasan kerja karyawan di PT. PG Asset Management. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterikatan kerja dan kepuasan kerja karyawan PT. PG Asset Management.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksplanatif. Data dikumpulkan melalui survei dengan teknik total sampling pada seluruh karyawan tetap yang memiliki lama kerja minimal satu tahun di PT. PG Asset Management. Responden penelitian berjumlah 36 karyawan.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa keterikatan kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan, serta memiliki kekuatan hubungan yang erat dengan kepuasan kerja.

Competition in the financial sector has increased. Work engagement and job satisfaction become an important variable that can be used by organizations to win the business competition. This research has a purpose to analyze the relationship between work engagement and job satisfaction among employees in PT. PG Asset Management. Unlike previous studies, this study only focused on analyzing the relationship between work engagement and job satisfaction without involving the intermediate variables.
This research is a quantitative research and the data consists of a questionnaire study, litelatur’s review, and interviews with relevant respondents. The data were collected by means of survey with total sampling technique to all of permanent employee who have worked for minimum of one year in PT. PG Asset Management.
The result of this research shows that there was a significant and positive relationship between work engagement and job satisfaction among employees in PT. PG Asset Management. The strength of the relationship between this two variables is classified as "strong" based on Criteria of Correlation Coefficient Guildford (Guilford's Emprirical Rule).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nugraha Saefudin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan karyawan di PT X. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Psychological Capital Questionnaire (PCQ) yang terdiri dari 12 item (I± = 0,84)  dan Employee Engagement yang terdiri dari 15 item (I± = 0,91). Alat ukur Psychological Capital Questionnaire (PCQ) dikembangkan oleh Luthans (2008) yang diadaptasi Mangundjaya (2015), sedangkan alat ukur Employee Engagement dikembangkan oleh Hewitt (2010) dan diadaptasi Mangundjaya (2013). Pengukuran dilakukan pada 107 responden yang ditunjuk sebagai sampel penelitian dengan karakteristik merupakan karyawan tetap, telah bekerja minimal 1 tahun, memiliki latar belakang pendidikan minimal D3 dan memiliki hasil penilaian kinerja minimal cukup baik. Peneliti menggunakan Pearson Correlation untuk menguji hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan karyawan.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara modal psikologis dengan keterikatan karyawan (r=0,54, p<0,01). Peneliti selanjutnya merancang program intervensi berupa pelatihan "Be A HERO in The Workplace" yang diharapkan dapat meningkatkan keterikatan karyawan pada pekerjaannya. Kegiatan intervensi diikuti 15 orang partisipan yang merupakan perwakilan dari responden pada pengambilan data awal penelitian. Evaluasi yang dilakukan pada intervensi pelatihan ini adalah evaluasi reaksi (level 1) dan evaluasi pembelajaran (level 2). Hasil evaluasi reaksi menunjukkan partisipan secara umum merasa puas dengan materi, fasilitas dan fasilitator pelatihan. Selanjutnya peneliti menggunakan uji perbedaan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk mengukur apakah ada perbedaan pengetahuan mengenai modal psikologis pada saat sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Hasil dari evaluasi pembelajaran yaitu terdapat peningkatan pengetahuan tentang modal psikologis yang signifikan setelah partisipan mengikuti kegiatan pelatihan (Z=-3,09, p<0,01).

This study aims to determine the relationship between psychological capital and employee engagement at PT X. Instrument used are Psychological Capital Questionnaire (I± = 0.84) and Employee Engagement (I± = 0.91). Psychological Capital Questionnaire (PCQ) was developed by Luthans (2008) and adapted by Mangundjaya (2015), while the Employee Engagement measure was developed by Hewitt (2010) and adapted by Mangundjaya (2013). The questionnaire was given to 107 respondents with characteristics: permanent employees, have worked at least 1 year with minimum education background of diploma (D3), and also had performance appraisal result. The relationship between psychological capital and employee engagement was measured using Pearson Correlation.
Results showed that psychological capital has a positive and significant relationship with employee engagement (r = 0.54, p <0.01). Furthermore, Intervention program, named Be A HERO in The Workplace, was designed to increase employee engagement. The intervention was followed by 15 participants, who were representatives of respondents during initial data collection. Evaluations carried out on this training intervention are reaction evaluation (level 1) and learning evaluation (level 2. The results of the reaction evaluation showed that participants were generally satisfied with the training materials, facilities and facilitators. The Wilcoxon Signed Ranks Test result showed that there's significant differences knowledges in psychological capital at the time before and after training (Z=-3,09, p<0.01). To conclude, the psychological capital training can be considered as an effective program intervention to improve employee's knowledge of psychological capital, which has an impact on employee engagement."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T52069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Zulfa Qatrunnada
"ABSTRAK
Perusahaan membutuhkan karyawan yang tidak hanya bertalenta, tetapi juga memiliki keterikatan kerja. Keterikatan kerja dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya adalah keadilan interaksi dan persepsi dukungan organisasi (POS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji keterkaitan antar variabel tersebut dan menindaklanjuti hasil studi dengan suatu program intervensi pada karyawan Departemen R&A di PT X. Penelitian ini terdiri dari dua studi. Studi 1 adalah studi korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keadilan interaksi dan POS dengan keterikatan kerja. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner keadilan interaksi oleh Colquitt (2001), Short Version of Perceived Organizational Support (SPOS-8) oleh Rhoades dan Eisenberger (2002), dan Utrecht Work Engagement Scale versi singkat (UWES-9) oleh Schaufeli, Bakker, dan Salanova (2006). Data dari 66 responden yang diolah menunjukkan bahwa keadilan interaksi (r= .48, p < .05) dan POS (r= .50, p < .05) memiliki hubungan positif dengan keterikatan kerja. Berdasarkan hasil studi dan sebab kepraktisan, peneliti merancang studi dengan program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan interaksi pada karyawan Departemen R&A. Program intervensi diberikan pada 5 partisipan yang merupakan atasan langsung dan dipersepsikan oleh bawahan memiliki skor keadilan interaksi rendah. Intervensi melalui serangkaian program WeCare4Share menunjukkan secara signifikan meningkatkan pengetahuan tentang keadilan interaksi (z = -2.07, p < .05) dan perubahan perilaku (z= -2.46, p < .05) pada atasan. Hasil uji perbedaan rata-rata variabel penelitian sebelum dan sesudah program intervensi menunjukkan terdapat peningkatan rata-rata skor yang signifikan pada keadilan interaksi (z= -3.31, p < .05) sesudah pelaksanaan intervensi. Dengan demikian, program WeCare4Share menunjukkan secara efektif dapat meningkatkan keadilan interaksi pada karyawan Departemen R&A di PT X.

ABSTRACT
An organization needs employees who are not only talented but also have an engagement in their work. Work engagement is influenced by some predictors include interactional justice and perceived organizational support (POS). The research aims to explain the relationship between these variables and examine the intervention program based on those results for R&A Department at PT X. This research consists of two studies. Study 1 is a correlational study that aims to explain the relationship between Interactional Justice, POS, and Work Engagement. Measurement instrument used Interactional Justice Questionnaire by Colquitt (2001), Short Version of Perceived Organizational Support (SPOS-8) by Rhoades and Eisenberger (2002), and Utrecht Work Engagement Scale Short Version (UWES-9) by Schaufelli, Bakker, & Salanova (2006). Data from 66 respondents showed that interactional justice (r= .48, p < .05) and POS (r = .50, p < .05) have a positive relationship with work engagement. Based on that result and practical reason, the researcher design an intervention program aims to increase interactional justice for R&A Department. The intervention program was given to 5 participants who were direct supervisors and perceived by their subordinates with low interactional justice scores. Intervention through WeCare4Share Program showed there was a significant increase in interactional justices knowledge (z = -2.07, p < .05) and behavioral change (z= -2.46, p < .05) in participants. The result of pretest and posttest variable also showed that there is a significant increase mean score in interactional justice (z= -3.31, p< .05) after the intervention program. Therefore, WeCare4Share Program succeeded to be effective in increasing interactional justice for R&A Department at PT X."
2019
T55121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>