Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosa Fitri Amalia
"Kurangnya kemampuan remaja dalam berperilaku asertif menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku seperti tidak mampu mengungkapkan keinginan dengan baik, melanggar hak orang lain dan meminta dengan paksa. Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditingkatkan kemampuan asertif dan resiliensi pada remaja dengan terapi kelompok asertif.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok asertif terhadap kemampuan asertif dan resiliensi pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Pre test-Pos test with control group. Kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing terdiri dari 42 orang. Terapi kelompok asertif dilakukan sebanyak 6 sesi.
Hasil penelitian didapatkan terjadi peningkatan secara signifikan terhadap kemampuan asertif (p= 0,000) dan kemampuan resiliensi (p= 0,015) pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan secara signifikan antara hasil pre test dan post test. Selain itu ditemukan terdapat korelasi yang positif (r= 0,396) antara kemampuan asertif dengan kemampuan resiliensi. Terapi ini direkomendasikan pada pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya kepada anak remaja."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
610 JKI 21:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Widiyatmini
"Anak usia sekolah merupakan tahapan perkembangan psikososial yang berada pada tahap Industry vs Inferiority. Tahap perkembangan anak usia sekolah jika tidak tercapai akan menimbulkan perilaku yang menyimpang. Perilaku agresif adalah perilaku menyimpang yang dapat timbul jika perkembangan anak usia sekolah tidak tercapai secara optimal. Latihan asertif merupakan intervensi keperawatan yang dapat mencegah timbulnya perilaku agresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan dan kemampuan asertif pada anak sekolah setelah diberikan terapi kelompok terapeutik, psikoedukasi keluarga dan latihan asertif. Desain penelitian ini menggunakan metode quasy eksperiment yang melibatkan 40 anak usia sekolah. Hasil menunjukkan bahwa adanya peningkatan perkembangan dan kemampuan asertif anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah, psikoedukasi keluarga, dan latihan asertif lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pada kelompok lain (pvalue < 0.05). Terapi kelompok terapeutik anak sekolah, psikoedukasi keluarga dan latihan asertif direkomendasikan pada anak usia sekolah untuk meningkatkan tugas dan aspek perkembangan anak usia sekolah untuk peningkatan kesehatan jiwa.

School age children are a stage of psychosocial development at an industrial versus inferiority stage..The progress stage of school age if not achieved will result in a distorted behavior. Aggressive behavior is aberrant behavior that can arise if school age development is not reached optimally. Aserative exercise is an intervention of nursing that can prevent aggressive behavior. This study aims to know the difference in development and the acertative skills of schoolchildren after being given therapy of the therapeutic group, psychoeducated family and aserative exercise. This research design uses a quasy experimental method involving 40 school-aged children. Results show that there has been an increase in asertive growth and ability for school age children in meaningful form after being given terapeutic group therapy of school age children, family psychoeducated and aserative exercise is higher in meaning than in group."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anisah
"Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif terhadap perasaan marah, sedangkan marah adalah perasaan yang tidak menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari. Laporan kasus ini bertujuan menunjukkan manfaat terapi asertif dan psikoedukasi keluarga terhadap peningkatan kemampuan klien dan keluarga serta penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada lima klien laki-laki dewasa dengan pemberian terapi asertif yang dilakukan dalam tujuh pertemuan dan psikoedukasi keluarga yang dilakukan dalam tiga pertemuan.
Hasil menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan yang berdampak pada penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan baik secara fisik maupun psikis, mampu mengungkapkan keinginan dan kebutuhan secara asertif. Keluarga mampu merawat klien dengan risiko perilaku kekerasan. Kedua terapi ini dilakukan bersamaan pada klien risiko perilaku kekerasan dengan keluarganya yang menghasilkan kemampuan klien dalam mengendalikan perilaku kekerasan, dukungan keluarga memberikan kontribusi pada kemampuan klien mengatasi masalahnya. Penelitian merupakan tindak lanjut dari case series untuk melihat efektivitas terapi asertif dan terapi psikoedukasi keluarga pada klien risiko perilaku kekerasan.

Violent behavior is a maladaptive response to feelings of anger, while anger is an unpleasant feeling in everyday life. This case report aims to demonstrate the benefits of assertive therapy and family psychoeducation on improving client and family abilities and decreasing signs and symptoms of violent behavior risk in five adult male clients with assertive therapy performed in seven meetings and family psychoeducation conducted in three meetings.
The results show an increase in the ability to control the risk of violent behavior that affects the decrease of signs and symptoms of violent behavior both physically and psychologically, able to express desire and needs assertively. Families are able to care for clients at risk of violent behavior. Both of these therapies are performed simultaneously on the client's risk of violent behavior with his family that results in the client's ability to control violent behavior, family support contributes to the client's ability to resolve the problem. The study is a follow-up of the case series to see the effectiveness of assertive therapy and family psychoeducation therapy on clients' risk of violent behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Malfasari
"Tahap perkembangan anak usia sekolah jika tidak tercapai akan menimbulkan perilaku yang menyimpang. Karya ilmiah ini bertujuan melihat efektifitas terapi kelompok terapeutik (TKT) dan latihan asertif terhadap perkembangan dan kemampuan asertif anak usia sekolah dengan pendekatan model hubungan interpesonal Peplau di kota Bogor. Karya ilmiah ini dilakukan di masyarakat dalam program Community Mental Health nursing (CMHN). Pemberian TKT dapat meningkatkan kemampuan anak secara motorik, kognitif, bahasa, moral, spiritual, emosi, kepribadian dan psikososial dan kemampuan asertif anak. Penambahan latihan asertif setelah TKT dapat meningkatkan aspek emosi anak dan beberapa komponen aspek yang terkait emosi dan kemampuan asertif anak. Peplau membantu memudahkan asuhan keperawatan mulai proses pengkajian hingga evaluasiPerawat CMHN dapat menerapakan terapi ini dengan mengikutsertakan keluarga dan kader kesehatan jiwa. Terapi ini bisa diterapkan di sekolah dalam program Usaha Kesehatan Jiwa di Sekolah untuk mencegah penyimpangan perilaku anak.

Lack of behaviour will be occur when school age children can not achive their development. The purpose of this study was to see effectivity of TKT and AT to school age development and assertiveness ability. This study included to CMHN program. TKT increased motoric, cognitive, language, emotional, personality, moral, spiritual and psychososial ability and also assertive ability. After the School age children was given AT, the emotional ability and some of emotional aspect increased and also assertive ability. Peplau helped to do nursing procces in easy way to children using interpersonal relationship. This therapy can be use in community and school."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oswati Hasanah
"Akupresur merupakan salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore pada remaja. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas terapi akupresur terhadap intensitas dan kualitas nyeri saat dismenore pada remaja usia early adolescent di SMPN 5 dan SMPN 13 Pekanbaru. Desain penelitian ini adalah quasi experiment dengan non-equivalent pretest-postest control group design. Sampel berjumlah 54 orang responden, yang terdiri dari kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan intensitas dan kualitas nyeri yang signifikan setelah akupresur (pvalue< 0,05). Sehingga terapi akupresur disarankan untuk digunakan secara mandiri oleh remaja dan sebagai bagian dari intervensi keperawatan untuk mengatasi dismenore.

Acupressure is nonpharmacologic therapy for dysmenorrhea. The purpose of this research was to identify the effect of acupressure on intensity and quality of pain in adolescent respondents with dysmenorrhea at SMPN 5 and SMPN 13 Pekanbaru. This study was a quasi-experimental pretest-posttest control group design. The samples were 54 respondents, devided into intervention and control group. The result showed that there was significant decrease in the intensity and quality of pain after the acupressure between the two groups (p-value<0.05). Based on these findings, acupressure at LR3-point can be an effective and cost-free for self-care and as part of nursing interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T41464
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wijayati
"Depresi dan persepsi diri negatif merupakan masalah yang sering ditemukan pada caregiver pasien jantung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh terapi kognitif dan latihan asertif terhadap kondisi depresi dan kemampuan mengubah persepsi diri pada caregiver pasien penyakit jantung. Desain penelitian quasi eksperimen dengan, sampel penelitian berjumlah total 105 orang yang terbagi atas 3 kelompok, yaitu kelompok yang mendapat terapi kognitif dan latihan asertif, kelompok yang mendapat terapi kognitif, dan kontrol masing-masing 35 orang. Terapi kognitif dan latihan asertif dilakukan masing-masing selama 4 sesi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan depresi caregiver secara bermakna pada kelompok yang mendapat terapi kognitif (p value < 0,05). Pada kemampuan mengubah persepsi diri terjadi peningkatan secara bermakna pada kelompok yang mendapat terapi kognitif, dan kelompok yang mendapat terapi kognitif dan latihan asertif (p value < 0,05), namun lebih bermakna pada kelompok yang mendapat terapi kognitif dan latihan asertif. Caregiver akan memperoleh manfaat terkait peningkatan kesehatan mental dan terapi kognitif dan latihan asertif ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengatasi depresi dan persepsi negatif caregiver pasien penyakit jantung.

Depression and negative self perception often found in caregiver of patient with heart disease. The purpose of this research was to investigate the influence of cognitive therapy and assertiveness training on depressed condition and ability of changing self perception by caregiver of patient with heart disease. This is a quasi experimental study, and there were 105 subjects participated (70 in experimental groups; 35 in comparison group). These psychotherapies were doing in 4 sessions of each. The subjects had a significant decrease in depressed scores after the cognitive therapy (p value < 0,05). There is a significant increase in ability of changing self perception?s scores after cognitive therapy programme and cognitive therapy and assertiveness training programmes, in spite of the cognitive therapy and assertiveness training programmes are more significant. Caregivers would have benefit of mental health improvement, and these psychotherapies could be provided as a reference to overcome depressed and negative self perception of caregiver who taking care of patient with heart disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30754
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Zulkaida
"ABSTRAK
Perkembangan di berbagai bidang menyebabkan semakin besar
kemungkinan seseorang untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang
dari berbagai kalangan, dengan latar belakang kultur dan gaya hidup yang
berbeda. Hal ini akan berpengaruh terhadap adanya perubahan budaya di
masyarakat, terutama dalam pola komunikasi atau hubungan interpersonal.
Dalam situasi seperti ini, hubungan interpersonal mulai lebih dihargai, karena
dinilai sebagai sumber utama dari kepuasan dan cara mencapai self worth di
dalam kehidupan. Banyak orang menyadari bahwa mereka kurang memiliki
keterampilan dan merasa tidak memiliki kehidupan yang cukup memuaskan,
karena merasakan adanya ktidak-adekuatan personal dalam berinteraksi
dengan orang lain. Ellis (dalam Lange & Jakubowski, 1976) melihat bahwa
cara untuk membantu individu untuk dapat mempertahankan dirinya dalam
dunia yang sulit namun dalam bentuk yang lebih rileks, lebih menyenangkan
dan lebih sehat adalah dengan tingkah laku asertif.
Lange dan Jakubowski (1976) mengatakan karena kebanyakan masalah
psikologi yang melibatkan assertion memiliki komponen kognitif afektif, dan
tingkah laku, maka kombinasi pendekatan kognitif, afektif dan tingkah laku
dalam pelatihan asertif dianggap tepat. Oleh karena itu, mereka kemudian
mengembangkan suatu bentuk pelatihan asertif dengan menggunakan
pendekatan kognitif - tingkah laku (cognitive-behavioral procedures).
Penelitian ini ingin melihat apakah program pelatihan asertif dengan
pendekatan kognitif-tingkah laku dapat menjadi sarana unmk meningkatkan
tingkah laku asertif pada mahasiswa.
Subjek penelitian mahasiswa Universitas Gunadarma tingkat 2 (dua), laki-
laki dan perempuan, berusia antara 18 - 20 tahun, memiliki skor tingkah laku
non asertif yang lebih dominan berdasarkan hasil Tes Skrining Subjek, bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian (mengikuti seluruh program pelatihan
selama 8 kali berturut-turut, mengisi kuesioner dan mengeljakan tugas-tugas
yang diminta - untuk kelompok eksperimen)
Jumlah subjek penelitian 12 orang pada kelompok eksperimen dan 12
orang pada kelompok kontrol. Rancangan yang digunakan di dalam penelitian
ini adalah true experimental design, dengan bentuk randomized matched
prestest-posttest control group design. Pelatihan asertif unluk kelompok
eksperimen diberikan selama 4 minggu dengan 8 kali pertemuan, sekitar 2,5 -
3 jam setiap pertemuan. Adapun untuk kelompok kontrol hanya diberikan
pretest dan posttest.
Untuk mengumpulkan data digunakan Tes Skrining Subjek untuk
menyeleksi individu yang akan diikutsertakan dalam pelatihan, Skala Tingkah
laku sertif yang cligunakan untuk pretest dan posttest (denan I0 aspek yaitu
melakukan percakapan, mencari informasi, mernberikan pendapat, mengajukan
permintaan, menolak permintaan, mengekspresikan perasaan, memberikan
pujian, memberikan kritikan, menerima pujian dan menerima kritikan) Serta
Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Asertif. Untuk analisis data digunakan
Wilcoxon Signed Rank Test, Mann Whitney U Test dan distribusi frekuensi.
Kesimpulan yang diperoleh adalah 1) Ada peningkatan tingkah laku
asertif secara sangat signifikan setelah mengikuti pelatihan. Peningkatan terj adi
dalarn semua aspek tingkah laku asertif 2) Ada perbedaan tingkah laku asertif
secara signifikan antara subjek yang mengikuti pelatihan dengan yang tidak
mengikuti pelatihan. Namun jika dilihat secara lebih khusus berdasarkan aspek-
aspeknya, perbedaan yang signifikan terjadi pada aspek kernampuan
melakukan percakapan dan memberikan kritik. Faktor yang mungkin
menyebabkan adalah karena mated yang diberikan untuk setiap sesi (dan tugas
rumah yang diberikan) cukup banyak sedangkan pertemuan dilakukan
seminggu 2 kali, sehingga selang waktu pertemuan yang hanya 2-3 hari
tampaknya menyebabkan peserta pelatihan rnerasa bebannya menjadi banyak
(karena bersamaan dengan pengerjaan tugas-tugas kuliah) dan menyebabkan
beberapa dari mereka menjadi belum sempat untuk menerapkan secara optimal
berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari di pelatihan. Komponen
active experimentation, dimana subjek diminta untuk mempraktikkan berbagai
materi yang telah dilatihkan ke dalam situasi sosial keseharian (membuat
keputusan, menyelesaikan masalah), tampaknya kurang berjalan dengan
optimal.
Kesmpulan 3) bentuk tingkah laku asertif yang sulit dilakukan subjek
adalah mengekspresikan orasaan dan menolak permintaan 4) materi yang
dianggap membantu meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah
percakapan sosial, memperkenalkan diri, memberikan pujian, seb’ statement,
imajinasi emosi dan memberikan kritikan S) teknik yang dianggap membanlu
meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah diskusi dalam kelompok besar (sharing masalah dan pengalaman)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Usia remaja sangat labil dalam proses pencarian identitas diri. Hambatan dalam pencapaian identitas diri dapat menimbulkan perilaku menyimpang. Tujuan penulisan yaitu menggambarkan hasil pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik, Latihan Asertif dan Psikoedukasi Keluarga terhadap peningkatan perkembangan remaja. Terapi Kelompok Terapeutik adalah terapi spesialis keperawatan jiwa yang membantu mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas antar anggota kelompok untuk mengatasi masalah kesehatan. Namun dengan karakteristik dan masalah anggota yang berbeda diperlukan terapi tambahan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh remaja. Remaja dengan kesulitan bersikap asertif diberikan tambahan terapi Latihan Asertif serta diberikan Psikoedukasi keluarga pada keluarga remaja. Evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan aspek dan tugas perkembangan remaja. Analisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan model Stuart dan King. Rekomendasi laporan ini dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dan disosialisasikan pada tatanan pelayanan kesehatan jiwa komunitas.

During adolescent age, the teenagers are struggling for their self identity. The obstacle of teenagers to gain their self identity to some extent can be manifested through their deviant behaviors. The purpose of this scientific paper was to explore the result of Therapeutic Group Therapy, Assertiveness Training, and Family Psycho Education to improve adolescence growth and development. Therapeutic Group Therapy was mental health-psychiatric nursing specialization treatment with the purpose to assist the adolescence to develop their potential capacity and to improve the quality of group members to deal with their health problems. However, the different characteristics and problems of each group member required additional therapy which was appropriate with the problems they were facing. Teenagers with a difficulty of being assertive were given Assertiveness Training and Family Psychoeducation for their family. The results of these interventions showed the improvement particularl on diferrent aspects and developmental task of teenagers. Stuart and King Model were used for writing this scientific paper, and it was recommended that this report would be utilized as a standard of mental health-psychiatric nursing specialized treatment and to be socialized at all community mental health care settings.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Boby Nurmagandi
"Pesatnya perkembangan game online saat ini dapat dilihat dari tingginya jumlah pengguna salah satunya pengguna usia remaja. Usia remaja merupakan usia dengan tugas perkembangan psikososial yakni pembentukan identitas diri yang berisiko mengalami adiksi game online apabila mengalami masalah dalam proses perkembangan. Pendidikan kesehatan, terapi kelompok terapeutik dan latihan komunikasi asertif dapat digunakan untuk pembentukan konsep diri dan keterampilan komunikasi agar remaja mencapai perilaku adaptif dalam menghadapi tugas perkembangan psikososialnya sehingga mampu terhindar dari risiko adiksi game online.
Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh pendidikan kesehatan, terapi kelompok terapeutik usia remaja dan latihan komunikasi asertif terhadap konsep diri dan keterampilan komunikasi remaja untuk mencegah adiksi game online. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pre-post test with control group. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified sampling kemudian proportional sampling dan simple random sampling dengan jumlah remaja sebagai responden yaitu 76 remaja yang terbagi atas 2 kelompok. Kelompok intervensi memperoleh pendidikan kesehatan, terapi kelompok terapeutik dan latihan komunikasi asertif sedangkan kelompok hanya memperoleh pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja kelompok intervensi mengalami perubahan yakni peningkatan konsep diri dan keterampilan komunikasi setelah dilakukan pendidikan kesehatan, terapi kelompok terapeutik dan latihan komunikasi asertif dibandingkan remaja kelompok kontrol yang hanya memperoleh pendidikan kesehatan (ρ value < 0,05). Nilai rata-rata konsep diri dan keterampilan komunikasi remaja kelompok intervensi lebih besar dibandingkan konsep diri dan keterampilan komunikasi remaja kelompok kontrol setelah pelaksanaan pendidikan kesehatan, terapi kelompok terapeutik dan latihan komunikasi asertif (ρ value < 0,05). Terapi kelompok terapeutik dan latihan komunikasi asertif dapat menjadi terapi yang digunakan dalam pelayanan keperawatan untuk meningkatkan perilaku adaptif remaja terhadap perkembangan psikososial melalui peningkatan konsep diri dan keterampilan komunikasi pada remaja sebagai upaya pencegahan risiko adiksi game online.
Pelayanan keperawatan pada sasaran remaja menggunakan pendidikan kesehatan dapat dilakukan oleh perawat generalis sedangkan terapi kelompok terapeutik dan latihan komunikasi asertif dapat dilakukan oleh perawat spesialis melalui kerjasama dengan pihak sekolah. Pelayanan keperawatan juga dapat diberikan kepada keluarga agar dapat menjalankan tugas dan fungsi keluarga agar menjadi sumber dukungan sosial, pengawasan serta kontrol keluarga dan lingkungan terhadap aktivitas bermain game online agar remaja terhindar dari risiko adiksi game online.

The rapid development of online games today could be seen from the high number of users, one of which was teenagers. Adolescence was an age with the task of psychosocial development, namely the formation of self-identities that were at risk of experienced online game addiction if they experienced problems in their development process. Health education, therapeutic group therapy and assertive communication training could be used to form self-concept and communication skills so that adolescents achieved adaptive behavior in faced their psychosocial development tasks so that they were able to avoided the risk of online game addiction.
The purpose of this study was to assessed the effect of health education, adolescent therapeutic group therapy and assertive communication training on adolescent self-concept and communication skills to prevent online game addiction. The research design used a quasi experimental pre-posttest with control group. The sampling technique used stratified sampling then proportional sampling and simple random sampling with the number of adolescents as respondents, namely 76 adolescents who were divided into 2 groups. The intervention group received health education, therapeutic group therapy and assertive communication training, while the group only received health education.
The results showed that adolescents in the intervention group experienced changed, namely increased self-concept and communication skills after health education, therapeutic group therapy and assertive communication training compared to adolescents in the control group who only received health education (ρ value <0.05). The mean value of self-concept and communication skills of adolescents in the intervention group was greater than the self-concept and communication skills of adolescents in the control group after the implementation of health education, therapeutic group therapy and assertive communication exercises (ρ value <0.05). Therapeutic group therapy and assertive communication training could be used in nursing services to improved adolescent adaptive behavior to psychosocial development through increased self-concept and communication skills in adolescents as an effort to prevent the risk of online game addiction.
Nursing services for adolescents using health education could be carried out by generalist nurses, while therapeutic group therapy and assertive communication exercises could be carried out by specialist nurses in collaboration with the school. Nursing services also could be provided to families in order to carried out family duties and functions in order to became a source of social support, family and environmental supervision and controlled of online game played activities so that teenagers avoided the risk of online game addiction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinarwiyata
"[ABSTRAK
Skizophrenia paranoid memperlihatkan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang berisiko cedera bagi klien dan lingkungan. Tujuan Karya Ilmiah ini untuk mengetahui pengaruh terapi generalis, latihan asertif, psikoedukasi keluarga terhadap tanda dan gejala, kemampuan klien, keluarga. Metode yang digunakan deskriptif analitik dengan memberikan terapi generalis, latihan asertif, pada 20 klien dan selanjutnya pada 7 klien diberikan psikoedukasi pada keluarga. Pemberian terapi generalis, latihan asertif pada 13 klien menunjukkan penurunan tanda, gejala, peningkatan kemampuan klien. Pemberian terapi generalis, latihan asertif, psikoedukasi keluarga pada 7 klien dan keluarganya menunjukkan penurunan tanda dan gejala, peningkatan kemampuan yang lebih besar daripada pemberian terapi generalis, latihan asertif. Direkomendasikan kombinasi terapi generalis, latihan asertif, psikoedukasi keluarga pada klien resiko perilaku kekerasan.

ABSTRACT
Skizophrenia paranoid shows signs, symptoms of aggressive behavior are at risk of injury for the client, the environment. The purpose of this scientific masterpiece to know influence of generalist therapy, assertiveness training, family psychoeducation against the mark, the symptoms, the capabilities of the client, family. Analitic descriptive method used by providing a generalist therapy, assertiveness training, on 20 asertif the client and client's given on 7 psikoeducation in the family. Generalist therapy, assertiveness training, on 13 clients shows a decrease in signs and symptoms, increased the ability of the client. Generalist therapy, assertiveness training, family psychoeducation in 7 clients, and family shows a decrease in signs, symptoms, and improved skills an increase greater than on the giving of generalist therapy, assertiveness training, family psychoeducation. Recommended combination generalist therapy, assertiveness training, family psychoeducation on the client's risk of aggressive behavior., Skizophrenia paranoid shows signs, symptoms of aggressive behavior are at risk of injury for the client, the environment. The purpose of this scientific masterpiece to know influence of generalist therapy, assertiveness training, family psychoeducation against the mark, the symptoms, the capabilities of the client, family. Analitic descriptive method used by providing a generalist therapy, assertiveness training, on 20 asertif the client and client's given on 7 psikoeducation in the family. Generalist therapy, assertiveness training, on 13 clients shows a decrease in signs and symptoms, increased the ability of the client. Generalist therapy, assertiveness training, family psychoeducation in 7 clients, and family shows a decrease in signs, symptoms, and improved skills an increase greater than on the giving of generalist therapy, assertiveness training, family psychoeducation. Recommended combination generalist therapy, assertiveness training, family psychoeducation on the client's risk of aggressive behavior.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>