Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153804 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Adam
"Penurunan fungsi ekstremitas atas merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca stroke yang mengalami hemiplegia sebagai akibat dari kelemahan dan keterbatasan rentang gerak sendi pada bahu. Akupresur bermanfaat dalam memperbaiki fungsi ektremitas atas dengan melancarkan pergerakan aliran qi (energi vital) di dalam tubuh namun belum banyak penelitian yang mengkaji pengaruh akupresur untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas pada pasien pasca stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh akupresur terhadap kekuatan otot dan tentang gerak ekstremitas atas pada pasien stroke pasca rawat inap. Penelitian ini menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan pre-post test design pada 34 responden (n kontrol= n intervensi= 17). Kelompok intervensi diberi akupresur setiap hari 10 menit selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,001 dan p= 0,000; α= 0,05). Akupresur merupakan intervensi yang efektif untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak pada pasien pasca stroke yang mengalami hemiparesis. Rekomendasi pada penelitian ini adalah diperlukan adanya perawat yang menguasai akupresur dan memodifikasi standar asuhan keperawatan dengan memasukkan terapi komplementer akupresur dalam asuhan keperawatan pasien stroke yang mengalami kelemahan dan keterbatasan rentang gerak ekstremitas atas."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
610 JKI 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Adam
"Penurunan fungsi ekstremitas atas merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca stroke yang mengalami hemiplegia sebagai akibat dari kelemahan dan keterbatasan rentang gerak sendi pada bahu. Akupresur bermanfaat dalam memperbaiki fungsi ektremitas atas dengan melancarkan pergerakan aliran qi (energi vital) di dalam tubuh namun belum banyak penelitian yang mengkaji pengaruh akupresur untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas pada pasien pasca stroke.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh akupresur terhadap kekuatan otot dan tentang gerak ekstremitas atas pada pasien stroke pasca rawat inap. Penelitian ini menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan pre-post test design pada 34 responden (n kontrol = n intervensi = 17). Kelompok intervensi diberi akupresur setiap hari 10 menit selama 7 hari.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p = 0,001 dan p=0,000; α = 0,05). Akupresur merupakan intervensi yang efekrif untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak pada pasien pasca stroke yang mengalami hemiparesis.
Rekomendasi pada penelitian ini adalah diperlukan adanya perawat yang menguasai akupresur dan memodifikasi standar asuhan keperawatan dengan memasukkan terapi komplementer akupresur dalam asuhan keperawatan pasien stroke yang mengalami kelemahan dan keterbatasan rentang gerak ekstremitas atas.

Decrease in upper extremity function is a frequent complication in patients who experience post-stroke hemiparesis as a result of the weaknesses and limitations of range of motion in the shoulder. Acupressure is useful in improving the function of upper extremity by launching a movement of the flow of qi (vital energy) in the body but not much research that examines the effect of acupressure to improve muscle strength and range of motion of upper extremity in post stroke patients.
This study aimed to identify the effect of acupressure on muscle strength and range of motion of upper extremity in stroke patients after hospitalization. This study is a quasi-experimental design with pre-post test approach in 34 respondents (n control = n intervention = 17). Acupressure group were given 10 minutes per time each day for 7 days.
There are significant differences in muscle strength and range of motion of upper extremity between the intervention group and control group (p = 0.001 and p = 0.000; α = 0.05). Acupressure is an effective intervention to improve muscle strength and range of motion in patients who experience post-stroke hemiparesis.
Recommendations from this finding that nurses need to competent to provide acupressure and modify the standard of nursing care by include acupressure therapy into nursing care of stroke patients who experience upper extremity weakness and range of motion limitations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Hardiansyah Safitri
"Stimulus sensorik merupakan salah satu dari intervensi keperawatan komplementer yang membantu mengatasi masalah gangguan kelemahan (hemiparesis). Hipnoterapi merupakan terapi potensial yang menggunakan sugesti positif sebagai input sensoris dalam merangsang pusat somatosensoris untuk perencanaan dan pemrograman gerakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengaruh hipnoterapi terhadap peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada ekstermitas. Desain penelitian kuasi-eksperimen dengan pendekatan nonequivalent control group pre?posttest design dengan purposive sampling sebanyak 44 responden. Kelompok kontrol diberikan perlakuan latihan range of motion (ROM) sedangkan kelompok intervensi diberikan latihan ROM dan hipnoterapi.
Terdapat peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah 10 kali intervensi. Namun analisa lebih lanjut juga terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Diperlukan penelitian lanjutan dengan homogenitas sampel yang lebih baik dan situasi yang lebih terkontrol.

Sensory stimulus exercise is one of activity in the complementary nursing interventions to overcome weakness (hemiparesis). Hypnotherapy is a potential therapy utilizes art of persuasive communication as the sensory input to provoke the somatosensory center in planning and programming movement.
This study aimed to identify the effect of hypnotherapy to increase muscle strength and range of motion the joints extremity. Quasi-experimental designs with purposive sampling 44 samples. Control group were given range of motion (ROM) exercise and experiment group were given ROM exercise and hypnotherapy.
There were significant effect in both experiment and control group to increase muscle strength and range of motion. Further analysis also getting significant differences between control and experiment group (p value < 0,05). Require further research with better homogeneity sample and more controlled situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nanda Vitrian
"Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang menyerang unit motorik pada korteks serebral, neuron motorik atas dan neuron motorik bawah. Manifestasi klinis yang umum terjadi pada pasien ALS adalah kelemahan otot. Kelemahan otot terjadi pada otot volunter seperti pada ekstremitas, mulut, tenggorokan, hingga pernapasan. Analisis asuhan keperawatan dilakukan pada kasus seorang pasien laki-laki berusia 54 tahun yang mengalami ALS. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas, risiko aspirasi, gangguan komunikasi verbal, risiko jatuh, gangguan proses keluarga. Tujuan penulisan ini adalah memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan implementasi latihan ROM spherical grip untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak sendi pada pasien ALS. Latihan ROM spherical grip dilakukan dua kali sehari dengan durasi 15 menit selama empat hari Hasil yang didapatkan adalah latihan ROM spherical grip terbukti meningkatkan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada pasien ALS. Dapat disimpulkan, latihan ROM spherical grip dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi serta intervensi ini mudah, aman, dan tidak menimbulkan efek samping.

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) is a progressive neurodegenerative disorder that attacks motor units in the cerebral cortex, upper motor neurons and lower motor neurons. The main clinical manifestation is muscle weakness. Muscle weakness occurs in voluntary muscles such as in the extremities, mouth, throat, and breathing. The nursing care analysis was performed on a 54 years old male patient with ALS. Nursing diagnosis included impaired in physical mobility, activity intolerance, risk for aspiration, impaired verbal communication, risk for adult fall, and interrupted family process. The purpose of this paper is to present the results of the analysis of nursing care for patient with ALS and the implementation of spherical grip ROM exercises to increase muscle strengths and joint range of motion. Spherical grip ROM exercises were performed twice a day for 15 minutes in four days. The result showed that the spherical grip ROM exercises was beneficial in increasing muscle strength and range of join movements in a patient with ALS. To sum up, the spherical grip ROM exercises increases muscle strength and range of joint movement. This intervention is relatively easy, safe, and does not cause side effects."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Puspita Maharani
"Defisiensi fungsi motorik merupakan kondisi yang sering dialami pada pasien pasca stroke iskemik. Hal ini kerap menimbulkan menurunnya rentang gerak sendi individu yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot. Komplikasi lainnya seperti kontraktur juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas tersebut. Latihan ROM dan menggenggam stress ball dilakukan pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien pasca stroke iskemik. Masalah keperawatan yang muncul antara lain: perfusi serebral tidak efektif, ketidakstabilan glukosa darah, dan gangguan mobilitas fisik. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis latihan ROM dan menggenggam stress ball untuk meningkatkan kekuatan otot dalam asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke iskemik. Evaluasi harian dilakukan menggunakan skala Manual Muscle Testing. Hasilnya, terjadi peningkatan kekuatan otot selama 5 hari penerapan intervensi pada pasien pasca stroke iskemik. Dapat disimpulkan bahwa latihan ROM dan menggenggam stress ball bermanfaat dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Motor function deficiency is a condition often experienced in patients post-stroke. This often leads to decreased range of motion of individual joints characterized by decreased muscle strength. Other complications such as contractures can also occur in patients with these mobility disorders. ROM and stress ball-squeezing exercises are carried out in the implementation of nursing care for patients after ischemic stroke. Nursing problems that arise include: ineffective cerebral perfusion, unstable blood glucose level, and impaired physical mobility. The purpose of this paper is to describe and analyze ROM exercises and stress ball- squeezing to increase muscle strength in nursing care for post-ischemic stroke patients. Daily evaluation was carried out using the Manual Muscle Testing scale. As a result, there was an increase in muscle strength during the 5 days of application of the intervention in post-ischemic stroke patients. It can be concluded that ROM exercises and stress ball-squeezing are beneficial in increasing muscle strength in ischemic stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnesia Dinda Asyla
"ix ABSTRAK Nama : Agnesia Dinda Asyla Program Studi : Profesi Ners Ilmu Keperawatan Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Iskemik dengan Gangguan Menelan Melalui Penerapan Teknik Shaker Exercise Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Menelan. Disfagia adalah gangguan menelan yang merupakan salah satu prognosis yang buruk pada pasien stroke. Insiden terjadinya gangguan menelan sebanyak 34-80% dan dampak yang umum ditemukan setelah terjadinya stroke. Penanganan gangguan menelan yang tertunda akan berpengaruh pada pemunuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi, malnutrisi dan meningkatkan risiko aspirasi. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menganalisis pemberian intervensi teknik shaker exercise untuk meningkatkan kekuatan otot menelan. Teknik shaker exercise merupakan terapi menelan yang meningkatkan kekuatan otot menelan sehingga meningkatkan fungsi menelan. Pengkajian gangguan menelan dilakukan dengan The Gugging Screening Scale (GUSS). Intervensi yang dilakukan adalah latihan dengan teknik shaker exercise sebanyak 3 kali dalam satu hari. Hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan fungsi menelan yang dinilai dengan Tes GUSS (Gugging Screening Scale). Skor GUSS sebelum intervensi adalah 7 yang menandakan disfagia berat dan skor GUSS setelah intervensi adalah 15 yang menandakan disfagia ringan dan kekuatan otot menelan pasien semakin baik. Berdasarkan hal tersebut terjadi perubahan yang signifikan terhadap kekuatan otot menelan pasien. Oleh karena itu, teknik shaker exercise dapat menjadi salah satu intervensi yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kekuatan otot menelan pada pasien stroke.

Dysphagia is a swallowing disorder which is one of the poor prognoses in stroke patients. The incidence of swallowing disorders is 34-80% and the effects are commonly found after a stroke. Delayed treatment of swallowing disorders will affect the fulfillment of basic needs such as dehydration, malnutrition and increase the risk of aspiration. The aim of this scientific work is to analyze the provision of shaker exercise technique intervention to increase swallowing muscle strength. The shaker exercise technique is a swallowing therapy that increases swallowing muscle strength thereby improving swallowing function. Swallowing disorders are assessed using The Gugging Screening Scale (GUSS). The intervention carried out was training using the shaker exercise technique 3 times a day. The evaluation results showed an improvement in swallowing function as assessed by the GUSS Test (Gugging Screening Scale). The GUSS score before the intervention was 7 which indicated severe dysphagia and the GUSS score after the intervention was 15 which indicated slight dysphagia and the patient's swallowing muscle strength was getting better. Based on this, there was a significant change in the patient's swallowing muscle strength. Therefore, the shaker exercise technique can be one of the interventions carried out by nurses to increase swallowing muscle strength in stroke patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Nurhayati Agustina
"ABSTRAK
Pasien stroke akut sering mengalami hemiparese dan hemiplegi khususnya pada ekstremitas atas. Menimbulkan kelemahan motorik dan penurunan rentang gerak bahu, yang beresiko menyebabkan nyeri bahu dan kontraktur. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian posisi yang tepat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian posisi bahu selama 30 menit dan 45 menit terhadap rentang gerak bahu. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang melibatkan 32 responden. Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan rerata rentang gerak bahu pada pemberian posisi 30 menit dan 45 menit p=0,334 . Peningkatan lama pemberian posisi pada bahu selama 45 menit, dapat mempertahankan rentang gerak bahu.

ABSTRACT
Acute stroke patients frequently experienced hemiparese and hemiplegi especially in the upper limbs, that cause motor weakness and decreases in ROM of the shoulders, risk of shoulders pain and contractures. Prevention can be performed by assigning the right position. The research objective was to determine the effectiveness of the position of the shoulders for 30 minutes and 45 minutes to the ROM of the shoulders. This research is a quasi experiment with pre post test design involving 32 respondents. The results showed that there were no differences between the mean ROM of the shoulders in the delivery position 30 minutes and 45 minutes p 0.334 . This study suggested that increased in the duration of the position of the shoulders for 45 minutes, can to maintain the ROM of the shoulders."
2017
T46877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliastati
"Keterbatasan fungsi motorik kasar merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak dengan tuna grahita sedang. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan gangguan ini diantaranya adalah dengan melakukan latihan rentang gerak sendi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara latihan rentang gerak sendi pada ekstremitas bawah terhadap kekuatan otot dan luas gerak sendi anak dengan tuna grahita sedang. Desain yang digunakan adalah quasi-experimental dengan control group pretest-postest design. Sampel berjumlah 30 anak di dua sekolah luar biasa di Bogor. Hasilnya menunjukkan ada peningkatan kekuatan otot dan luas gerak sendi lutut dan panggul pada kelompok intervensi. Latihan ini dapat membantu anak tuna grahita meningkatkan fungsi motoriknya dan dapat dikembangkan di sekolah.

Limitations of gross motor function is one problem that often occurs in children with mental retardation. Joint range of motion exercises are one of the efforts that can be done to deal with clients with limited motor function. This study aims to determine the relationship between joint range of motion exercises on lower limb muscle strength and extent of joint motion children with moderate mental retardation. The design used was quasi-experimental with the control group pretest-postest design. Sample are 30 children at two SLB in Bogor. The results showed increase in muscle strength and extent of knee and hip joint motion in the intervention group. This exercise can be used to help children with limited motor function improving their motor function and can be developed into one of the programs in SLB."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Annrust Fatina
"Multiple Sclerosis merupakan penyakit kronis, progresif, dan degenerative yang ditandai dengan adanya demielinasi atau peradangan dan kerusakan pada selubung mielin di sistem saraf pusat. Manifestasi klinis pada Multiple Sclerosis tergantung pada lokasi keterlibatan pada sistem saraf pusat. Namun manifestasi klinis yang paling umum terjadi pada pasien dengan Multiple Sclerosis adalah tremor, kelemahan otot, gangguan penglihatan (sulit fokus, buram), dan masalah pada eliminasi (konstipasi). Analisis dilakukan pada pasien perempuan berusia 18 tahun yang diduga mengalami Multiple Sclerosis. Masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan mobilitas fisik, konstipasi, risiko jatuh, dan risiko infeksi. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan menggunakan latihan Motor Imagery (MI) yang dikombinasikan dengan latihan Range of Motion (ROM) untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien. Latihan dilakukan selama tiga hari (15, 17-18 April 2023) dengan setiap latihan berdurasi 15-20 menit pada pagi hari. Intervensi keperawatan menghasilkan bahwa tidak ada perubahan dalam kekuatan otot, namun tremor saat duduk berkurang dan pasien melaporkan peningkatan motivasi untuk sembuh secara subjektif. Kesimpulannya, latihan Motor Imagery dan Range of Motion merupakan latihan yang mudah, murah, dan tidak ada efek samping, namun mungkin akan lebih efektif apabila dilakukan dengan waktu dan frekuensi yang lebih lama.

Multiple Sclerosis is a chronic, progressive and degenerative disease characterized by demyelination or inflammation and damage to the myelin sheath in the central nervous system. Clinical manifestations in Multiple Sclerosis depend on the location of involvement in the central nervous system. However, the most common clinical manifestations in patients with Multiple Sclerosis are tremor, muscle weakness, visual disturbances (difficulty focusing, blurring), and problems with elimination (constipation). The analysis was performed on an 18-year-old female patient suspected of having Multiple Sclerosis. Nursing problems that arise are impaired physical mobility, constipation, the risk of falling, and the risk of infection. The purpose of this writing is to present the results of an analysis of nursing care using Motor Imagery (MI) exercises combined with Range of Motion (ROM) exercises to increase muscle strength in patients. The exercises were carried out over three days (15, 17-18 April 2023) with each exercise lasting 15-20 minutes in the morning. The nursing intervention resulted in no change in muscle strength, but the tremor while sitting was reduced and the patient reported subjectively increased motivation to recover. In conclusion, Motor Imagery and Range of Motion exercises are easy, inexpensive, and have no side effects, but may be more effective if done with a longer time and frequency."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Charonika
"Stroke merupakan penyebab utama kecacatan sebagai akibat dari terganggunya suplai darah ke otak dan dampak yang paling sering muncul adalah disfungsi motorik ditandai dengan penurunan skor kekuatan otot. Salah satu upaya untuk memperbaiki fungsi motorik adalah dengan Latihan ROM. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antara ROM terhadap skor kekuatan otot, dengan menggunakan 2 subjek kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi (jumlah responden masing-masing adalah 14). Penelitian dilakukan selama 4 hari dan menggunakan metode quasy eskperimental pre-post test with control group. Intervensi yang diberikan kepada kelompok intervensi adalah Latihan ROM 2 kali sehari dalam 30 menit selama 4 hari berturut-turut dengan kelompok pembandingnya adalah kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kekuatan otot kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing–masing adalah 0,571 dan 1,357. Analisis lanjutan (pooled t-test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok (p value = 0,000, α= 0,05). Latihan ROM memberikan pengaruh yang bermakna terhadap skor kekuatan otot. Penelitian ini merekomendasikan bahwa Latihan ROM sebagai intervensi mandiri perawat dilakukan sedini mungkin dengan syarat hemodinamik stabil, keadaan umum dan kesadaran pasien baik.

Stroke is the main cause of disability as a result of disruption of the blood supply to the brain and the most frequent impact is motor dysfunction which characterized by a decrease in the scale of muscle strength. One effort to improve motor function is with ROM exercise. This study aim to identify the effect of ROM on the muscel strength scale, which used 2 subject namely the control group and the intervention group (14 respondents for each grups). The study was conducted for 4 days and used the quasy experimental method pre-post test with control group. The intervention given to the treatment group was ROM Exercise twice a day in 30 minutes for 4 consecutive days with the comparison group being the control grou. The result showed that the average muscles strength scores of the control group and intervention group were 0,571 and 1,357. Further analysis (pooled t-test) is a significantly differences between the both of groups (p value = 0,000, α= 0,05). ROM exercises have a significant influence on the scale of muscle strength. This study recommends ROM Exercise as an independent nurse intervention do as early as possible with a stable haemodynamics, good general condition and consciouness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>