Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169302 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lena
"Tingginya angka penggunaan media elektronik pada anak tipikal dan autism spectrum disorder (ASD) di Indonesia sudah tergolong pada level mengkhawatirkan. Hal ini berkontribusi terhadap penurunan performa executive function (EF). Meskipun demikian, sejumlah penelitian terkini menemukan hubungan yang positif antara penggunaan media elektronik dan performa EF.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kondisi perkembangan anak (tipikal dan ASD) dan durasi penggunaan media elektronik terhadap performa EF, dengan sebelumnya melakukan uji regresi antara kondisi perkembangan anak dan durasi penggunaan media elektronik. Partisipan terdiri dari 24 anak tipikal dan 9 anak ASD yang berusia 48-96 bulan dan memiliki tingkat inteligensi ≥ 70.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perkembangan anak yang mengalami gangguan ASD berasosiasi secara signifikan dengan peningkatan durasi penggunaan media elektronik dan penurunan performa EF, namun durasi penggunaan media elektronik tidak berkontribusi dengan performa EF. Penelitian ini menekankan pentingnya mengatur penggunaan waktu media elektronik pada anak, baik tipikal maupun ASD, untuk mengoptimalkan EF mereka.

The high rate of electronic media usage in typical and autism spectrum disorder (ASD) children in Indonesia were highly concerning, which could contribute to the lowering executive function (EF) performance. However, recent studies found positive association between the use of electronic media and childrens EF performance.
This study aims to determine of the contribution of childrens development state (typical and ASD) and duration of electronic media use in childrens EF performance, with prior measurement using regression analysis for childrens development state and their duration of electronic media use. The participants of this study were 24 typical children and 9 children with ASD, which were 48-96 months of age and had IQ score of ≥ 70.
The results showed that childrens development state with ASD significantly associated with increasing in duration of electronic media use and decreasing in childrens EF performance. However, the duration of electronic media use was not contributed in childrens EF performance. This study emphasized in the importance of managing the duration of electronic media use in typical and ASD children, to promote optimum EF development.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Stephanie
"ABSTRAK
Pentingnya peran pengasuhan dalam mengoptimalkan executive function (EF) anak membuat para peneliti bidang perkembangan kognitif berupaya menggali lebih jauh keterkaitan kedua variabel tersebut. Penggunaan bahasa orangtua (management language/ML) dalam mengontrol perilaku anak, baik pada anak typical maupun Autistic Spectrum Disorder (ASD) serta hubungannya dengan peforma EF menjadi topik riset pengasuhan yang cukup marak dilakukan saat ini untuk mendapatkan hasil yang konklusif. Sayangnya, riset yang dilakukan lebih berfokus pada peran pengasuhan ibu dibandingkan ayah. Padahal pengasuhan ayah mempunyai pola dan dampak yang berbeda pada anak sehingga keberadaannya tidak boleh diabaikan. Penelitian ini bertujuan mengukur kontribusi ML ayah dan kondisi perkembangan anak (typical dan ASD) terhadap performa EF anak dan mengamati bagaimana kondisi perkembangan anak memprediksi ML ayah. 22 anak typical dan 9 anak ASD bersama ayah mereka terlibat dalam penelitian ini. ML ayah diobservasi secara terstruktur melalui interaksinya dengan anak, sedangkan EF anak diukur melalui serangkaian tes EF. Hasil menunjukkan bahwa ML dengan tipe direction berkontribusi negatif terhadap perkembangan EF anak, bahkan setelah mengontrol variabel usia anak, inteligensi anak, status sosial ekonomi dan pendidikan ayah, sedangkan kondisi perkembangan tidak berkontribusi terhadap ML ayah. Riset ini menekankan perlunya meminimalisir penggunaan ML tipe direction dalam mengontrol perilaku anak, terlepas dari apapun kondisi perkembangannya.

ABSTRACT
The importance of the parentings role in optimizing the executive function (EF) of children makes researchers in cognitive development field conduct further study involving those two variables. The use of language (language management / ML) to control childrens behavior, both in typical and Autistic Spectrum Disorder (ASD) children and its relation to EF performance became the topic of parenting research, which frequently done nowadays to get conclusive results. However, prior studies emphasized more on the role of mothers, while fathers role actually have different patterns and influences on children that should not be ignored. This study aims to examine the contribution of paternal ML and the childs development condition (typical and ASD) on the childs EF performance and how childrens development predicts fathers ML. 22 typical children and 9 ASD children and their father were involved in this study. Fathers ML were observed in a structured manner through their interactions with children, while childrens EF is examined through the EF test. The results showed that the directive type of ML contributed negatively to EFs childrens development, even after controlling for the childs age, childrens intelligence, socio-economic status and fathers education, while childs development condition did not contribute to fathers ML. This study emphasizes the need to minimize the use of the direction type of ML in controlling children, regardless of the childs development condition.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradila Azka
"Inteligensi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan tingkat keparahan Autism Spectrum Disorder (ASD), dan memengaruhi perencanaan intervensi yang tepat. Skor IQ maupun komponen inteligensi yang sama antara anak typically develop (TD) dan anak dengan ASD dapat merefleksikan proses kognitif yang berbeda. Agar pemahaman terhadap profil kognitif pada ASD lebih komprehensif, diperlukan juga pemahaman tentang aspek neuropsikologisnya, salah satunya Executive Function (EF). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan profil inteligensi dan performa EF antara anak TD dan anak dengan High-Functioning ASD usia dini dengan menggunakan alat ukur SB-LM dan alat ukur Executive Function Indonesia (EFI). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan profil inteligensi pada kedua kelompok, namun terdapat perbedaan signifikan pada EF komposit, berikut dua komponen EF yakni Inhibitory Control, dan Cognitive Flexibility. Selain itu, ditemukan perbedaan dalam korelasi antara variabel inteligensi dan EF antara kelompok ASD dan TD, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok ASD dan tipikal memiliki proses kognitif yang berbeda secara kualitatif. Berdasakan temuan ini, praktisi dan peneliti disarankan untuk melakukan pengukuran dan intervensi EF pada ASD, agar dapat diperoleh profil kognitif yang komprehensif yang akan sangat bermanfaat dalam menyusun intervensi untuk meningkatkan kemampuan akademiknya

Intelligence determines the severity of Autism Spectrum Disorder (ASD) and influences the appropriate intervention planning. IQ and scores of intelligence components between typically developed (TD) children and children with ASD reflect different underlying cognitive processes. Therefore, a comprehensive investigation of the neuropsychological strength and weaknesses of ASD may help to describe their cognitive abilities better and to design appropriate intervention. This study investigates the differences in intelligence profiles and EF performance between TD children and children with High-Functioning ASD at an early age using SB-LM and Executive Function Indonesia (EFI) measuring instrument. The results showed omit no differences in intelligence profile in the two groups, yet significant differences in the composite EF, Inhibitory Control, and Cognitive Flexibility. In addition, there was a difference in the correlation in intelligence and EF variables between the ASD and TD groups. Thus, it can be concluded that the ASD and TD groups have qualitatively different cognitive processes. A recommendetion derived from these results is that comprehensive EF assessment and treatment should be conducted as part of the global evaluation in ASD patients, primarily to design an intervention to enhance their academic area"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ainina Novara
"Anak dengan autism spectrum disorder (ASD) memiliki kemampuan komunikasi yang belum berkembang optimal karena adanya gangguan pada masa perkembangan. Mereka memiliki cara meminta yang kurang tepat, misalnya menampilkan perilaku yang kurang sesuai sebagai bentuk permintaan. Diperlukan cara lebih efektif untuk mengganti perilaku meminta yang kurang tepat pada anak dengan ASD. Picture Exchange Communication System (PECS) merupakan sistem komunikasi berbasis gambar yang dirancang untuk membantu meningkatkan kemampuan komunikasi fungsional anak dengan ASD. PECS memungkinan anak untuk berkomunikasi dengan cara menukarkan kartu untuk mendapatkan keinginan dan kebutuhannya yang dilatih menggunakan reinforcement, prompt, dan error-correction. Pada penelitian ini, terdapat dua subjek anak dengan ASD, yakni laki-laki berusia 8 dan perempuan berusia 9 tahun dengan kemampuan komunikasi verbal yang terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan program intervensi PECS fase dua dalam meningkatkan kemampuan komunikasi. Desain penelitian yang digunakan adalah single subject research design dengan metode pengukuran pre dan post intervensi. Program intervensi PECS fase dua merupakan kelanjutan dari intervensi PECS fase satu yang sebelumnya dilakukan. Hasil dari intervensi ini menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan anak dalam melakukan PECS fase dua sebelum dan sesudah intervensi. Hasil ini dipengaruhi oleh faktor karakteristik anak, motivasi terkait reinforcement, serta dukungan orang tua.

Children with autism spectrum disorder (ASD) have communication difficulties due to developmental disorders. They have inappropriate ways to communicate, such as displaying aggressive behavior as a form of request. Therefore, a more effective way to replace inappropriate behaviors in children with ASD is required. Picture Exchange Communication System (PECS) is a communication system designed to help improve the functional communication skills of children with ASD. PECS allows children to communicate by exchanging cards to get their wants and needs which are trained using reinforcement, prompt, and error-correction. In this study, there were two children with ASD (8 years-old boy and 9 years-old girl) with limited communication skills. The purpose of this study was to determine the effectiveness of PECS phase two in improving children communication skills. This study used single subject research design with pre and post intervention measurement method. The PECS phase two program is a follow-up intervention to the previously implemented PECS phase one program. The results of this intervention showed that there was an increase in children's ability to perform PECS phase two before and after the intervention. This result was influenced by child characteristics, motivation, and parental support."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daryn Cahyono
"Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan kelainan perkembangan yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, komunikasi, dan tingkah laku. Penelitian ini bertujuan melihat apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan PB/U dengan risiko autisme pada balita. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder dari studi cross-sectional yang melibatkan 90 balita di Kelurahan Gajahmekar dan Kelurahan Andir yang diperoleh melalui metode clustered random sampling. Seluruh subjek telah menyetujui lembar informed consent untuk dilakukan pengambilan data dengan metode kuesioner. Kuesioner data diri digunakan untuk memperoleh data pribadi, termasuk jenis kelamin, panjang badan, dan usia balita. Kuesioner M-CHAT digunakan untuk memperoleh risiko autisme pada balita. Data yang telah memenuhi kriteria diolah dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS 20 dan hubungan antar variabel diuji menggunakan uji chi-square dengan tabel 2x2. Hasil yang diperoleh adalah proporsi risiko medium-tinggi autisme pada balita perempuan sebanyak 40% dan laki-laki sebanyak 37,1%. Proporsi risiko medium-tinggi autisme pada balita berperawakan pendek-sangat pendek sebanyak 46,3% dan berperawakan normal sebanyak 27,8%. Uji chi-square hubungan jenis kelamin dengan risiko autisme menunjukkan nilai p=0,786 dan hubungan PB/U dengan risiko autisme menunjukkan nilai p=0,077. Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jenis kelamin dan PB/U dengan risiko autisme pada balita di Kelurahan Gajah Mekar dan Kelurahan Andir dengan kelompok jenis kelamin perempuan dan perawakan pendek-sangat pendek yang lebih banyak memiliki risiko medium-tinggi autisme. Namun hubungan jenis kelamin dan PB/U dengan risiko autisme pada balita tidak bermakna secara statistik dengan nilai p berturut- turut 0,786 dan 0,077.

Autism Spectrum Disorder (ASD) is a developmental disorder that can affect cognitive abilities, communication, and behavior. This study aims to see whether there is a relationship between gender and Height/Age with the risk of autism in children under five. The method used is secondary data from a cross-sectional study involving 90 children under five in Gajahmekar and Andir villages obtained through clustered random sampling method. All subjects had agreed to the informed consent sheet for data collection using a questionnaire method. The personal data questionnaire was used to obtain personal data, including gender, body length, and age of children under five. The M-CHAT questionnaire was used to determine the risk of autism in children under five. Data that met the criteria were processed using the IBM SPSS 20 application and the relationship between variables was tested using the chi-square test with a 2x2 table. In this study, the results obtained from the proportion of medium-high risk of autism in girls as much as 40% and boys as much as 37.1%. The proportion of medium-high risk of autism in toddlers with short-very short stature was 46.3% and normal stature was 27.8%. Chi-square test for the relationship between gender and the risk of autism showed p value = 0.786 and the relationship between Height/Age and the risk of autism showed p value = 0.077. The conclusion of this study is there is a relationship between gender and Height/Age with the risk of autism in children under five in Gajah Mekar and Andir villages with the female sex group and very short-short stature, have more medium-high risk of autism. However, the relationship between gender and Height/Age and the risk of autism in children under five was not statistically significant with p values of 0.786 and 0.077, respectively."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joice Novita Limpo
"Penggunaan media elektronik yang berlebihan merupakan perilaku yang sering tampak pada anak dengan autism spectrum disorder (ASD). Perilaku ini penting untuk diintervensi karena penggunaan media elektronik yang berlebihan berkorelasi dengan berbagai efek negatif, seperti masalah kesehatan, tampilnya karakteristik adiksi, serta penurunan keterlibatan anak dalam aktivitas akademik dan sosial. Meskipun banyak penelitian telah dilakukan untuk menginvestigasi efektivitas penerapan prinsip modifikasi perilaku terhadap penggunaan media elektronik pada anak dengan perkembangan normal, namun masih sedikit peneiltian yang berfokus pada anak dengan ASD. Pada penelitian ini, beberapa teknik modifikasi perilaku, yaitu positive reinforcement, extinction, serta penggunaan prompt dan token economy, digunakan untuk menurunkan durasi penggunaan komputer tablet pada anak dengan ASD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip modifikasi perilaku berhasil menurunkan durasi penggunaan media elektronik pada anak dengan ASD.

The excessive use of electronic media is prevalent among children with autism spectrum disorder. There are several negative effects due to excessive electronic media use, such as health problems, addiction, and lack of or limited participation in academic and social activities. If left untreated, this can become a serious problem. Several studies have indicated that behavior modification intervention is effective in reducing the use of electronic media in typically developing children. However, there is not much research done on the use of behavior modification to reduce the use of electronic media among children with autism. Thus, this research is interested in evaluating the effectiveness of behavior modification intervention in reducing electronic media use in children with ASD. The result shows that behavior modification principles are effective in reducing electronic media use in a child with ASD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46419
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Made Puspita Sari
"Pola asuh merupakan rangkaian interaksi intensif yang melibatkan orang tua dan anak. Sibling relationship adalah interaksi antar dua individu maupun lebih yang memiliki hubungan secara biologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap sibling relationship dengan anak penyandang Autisme Spectrum Disorder (ASD).
Penelitian ini menggunakan pendekatan potong silang pada 107 responden dipilih melalui teknik purposive sampling. Peneliti melihat pola asuh orang tua menggunakan kuesioner Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ) dan sibling relationship menggunakan kuesioner Sibling Relationship Questionnaire (SRQ).
Hasil penelitian menunjukkan 77,78% ibu yang menerapkan pola asuh demokratis memfasilitasi sibling relationship bersifat positif dan 74,28% ayah yang menerapkan pola asuh demokratis memfasilitasi sibling relationship bersifat negatif. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh responden dengan sibling relationship (p>0,05; α=0,05). Penelitian selanjutnya dapat dilakukan observasi dan wawancara langsung kepada sibling serta memperluas lokasi penelitian untuk lebih menggambarkan populasi penelitian.

Parenting is an intensive interaction involving parents and children. Sibling relationship is the interaction between two or more individuals who have a biological relationship. The aim of this research was to identify the relation between parenting style of sibling relationship with Autism Spectrum Disorder (ASD).
This research used cross-sectional on 107 respondents was involved with purposive sampling technique. Researcher used Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ) to study parenting style and Sibling Relationship Questionnaire (SRQ) to measure sibling relationship.
The result showed that 77,78% mother applying authoritative facilitate sibling relationship is positive and 74,28% applying authoritative facilitate sibling relationship is negative. Bivariate analysis result showed that there was no relation between parenting style of sibling relationship with Autism Spectrum Disorder (p>0,05; α=0,05). It is recommended that research should conduct observation and interview are more appropriate toward sibling. Beside, the future research can increasing the number of respondents will benefit the future research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretta
"Latar belakang: Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah suatu kondisi heterogen dengan gejala yang bervariasi disebabkan berbagai etiologi, dan komorbiditas yang berdampak pada defisit komunikasi sosial, gangguan perilaku berulang dan minat terbatas. Sudah banyak penelitian yang mengaitkan ASD dengan variasi gambaran pemanjangan masa laten gelombang dan antar gelombang pada Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA). Beberapa penelitian menghubungkan BERA dengan derajat keparahan ASD berdasarkan The Childhood Autism Rating Scale (CARS), namun masih kontroversi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara masa laten gelombang III dan V serta masa laten antar gelombang III-V BERA Click dengan derajat keparahan ASD berdasarkan skoring CARS anak usia 3-8 tahun dengan pendengaran normal. Metode: Studi potong lintang ini terdiri dari 26 subjek ASD yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penilaian derajat keparahan subjek dilakukan menggunakan skoring CARS dan pemeriksaan BERA. Pengolahan data dilakukan dengan analisis uji korelasi masa laten absolut dan masa laten antar gelombang BERA dan CARS. Hasil: Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara masa laten absolut gelombang III dan V serta masa laten antar gelombang III-V BERA Click dengan CARS (r<0,3 dan p>0,05). Namun berdasarkan analisis deskriptif, terdapat pemanjangan masa laten gelombang III dan V serta masa laten antar gelombang I-III pada anak ASD dengan pendengaran perifer normal. Kesimpulan: Anak ASD dengan pendengaran perifer normal menunjukkan karakteristik BERA abnormal. Hal ini menunjukkan potensi BERA sebagai alat objektif untuk mengevaluasi perkembangan ASD di masa depan namun diperlukan penelitian lebih lanjut.

Background: Autism Spectrum Disorder (ASD) is a heterogeneous condition with variable symptoms due to various etiologies, and comorbidities that result in social communication deficits, repetitive behavioral disorders and restricted interests. Many studies have linked ASD to variations in the latent wave and inter-wave lengthening images on Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA). Some studies have linked BERA to ASD severity based on The Childhood Autism Rating Scale (CARS), but it is still controversial. Aim: This study aims to determine whether there is a correlation between latencies of waves III and V, as well as interpeak latencies of waves III-V BERA Click and ASD severity based on CARS scoring in children aged 3-8 years with normal hearing. Methods: This cross-sectional study consisted of 26 subjects with ASD met the inclusion and exclusion criteria. Subjects were assessed for severity using CARS scoring and BERA examination. Data processing was done by correlation test analysis between latencies of waves III and V BERA and CARS waves. Results: There was no significant relationship between the latencies of waves III and V and interpeak latencies of waves III-V and interpeak latencies of waves III-V BERA Click with CARS (r < 0.3 and p>0.05). However, based on descriptive analysis, there was a lengthening of the latency of waves III and V and interpeak latency of waves I-III in ASD children with normal peripheral hearing. Conclusion Children with ASD display abnormal ABR characteristics. This shows the potential of BERA as an objective tool to evaluate ASD development in the future but further research is needed"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Carolina Hendarko
"Salah satu ciri anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah kesulitan untuk berkomunikasi fungsional dalam menyampaikan permintaan sehingga menimbulkan perilaku tantrum dan agresif yang mengganggu kehidupan sosial anak dan lingkungannya. Oleh karena itu perlu intervensi dengan metode yang tepat, salah satunya adalah menggunakan prinsip behaviorisme pada Picture Exchange Communication System (PECS). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa PECS yang dimodifikasi bentuk kartunya sesuai dengan kebutuhan anak dapat meningkatkan keterampilan komunikasi fungsional untuk meminta pada anak dengan ASD berusia empat tahun yang belum bisa berbicara dan setiap hari dititipkan di penitipan anak karena keterbatasan waktu orangtuanya.
Intervensi dilakukan dalam 15 sesi bersama dengan peneliti dengan melibatkan orangtua dan pengasuh di tempat penitipan anak. Instrumen penelitian ini adalah form keterampilan ibu dan anak dalam menerapkan PECS pada fase 1-3B dan form observasi keterampilan dalam menyampaikan permintaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PECS dapat meningkatkan keterampilan komunikasi fungsional dalam menyampaikan permintaan. Dampak dari peningkatan keterampilan komunikasi pada anak adalah menurunnya perilaku tantrum dan agresif. Selain itu kosa kata pada anak meningkat. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak.

One of the characteristics of children with Autism Spectrum Disorder (ASD) is deficit in functional communication to requesting that give rise to tantrum and aggressive behavior and impacts in social life. Therefore it is necessary to intervention with the right methods. One of effective intervention is behaviorism principles using Picture Exchange Communication System (PECS). This study aims to prove that card-modified PECS according to the needs of the child can improve functional communication skills to requesting in a four years old non-verbally child with ASD who live in daycare because of limited time to interact with her parent.
Intervention was conducted in 15 sessions involving researcher, parent, and caregivers in daycare. The instruments of this research are the form of mother and child skills in applying phase 1-3B PECS and the observation form of requesting skills. This study show that PECS can improve functional communication skills to requesting. The impact of increasing communication skills in partisipan is a decrease in tantrum and aggressive behavior. Besides that vocabulary in child has increased. For further research it is recommended to pay attention to the needs and abilities of children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52533
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Hediati Tri Charissa
"Kehadiran seorang anak dengan spektrum autisme dalam keluarga dapat menjadi sebuah tantangan bagi saudara kandung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran keberfungsian keluarga terhadap well-being (emosi positif dan negatif, serta psychological flourishing) pada saudara dari anak dengan spektrum autisme. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, variabel keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device (FAD), serta well-being diukur menggunakan Scale of Positive and Negative Emotion (SPANE) dan Flourishing Scale (FS). Penelitian ini melibatkan 136 partisipan dengan rentang usia 18 - 35 tahun. Hasil pada penelitian ini menunjukkan keberfungsian keluarga secara umum ditemukan dapat memprediksi well-being (emosi positif dan negatif) secara signifikan F(1,134) = 28.278, p < 0.001, R2 = 0.174, serta well -being (psychological flourishing) secara signifikan F(1,134) = 30.914, p < 0.001, R2 = 0.181). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat keberfungsian keluarga yang dimiliki individu, akan semakin tinggi pula kemungkinan individu tersebut memiliki well-being yang baik.

The presence of a child with autism spectrum in the family may be a challenge for their siblings. This study aims to see how the role of family functions on the well- being (positive and negative emotions, and psychological flourishing) of children with autistic sibling. This study is a quantitative study, the function of family were measured using the Family Assessment Device (FAD), and well-being was measured using the Scale of Positive and Negative Emotion (SPANE) and Flourishing Scale (FS). This study involved 136 participants with an age range of 18-35 years. The results of this study indicate that the function of family in general is found to be able to significantly predict the well-being (positive and negative emotions) F F(1,134) = 28.278, p < 0.001, R2 = 0.174, and well-being (psychological flourishing) by F(1,134) = 30.914, p < 0.001, R2 = 0.181). From these results it can be said that a higher level of function in the family results in higher possibility of the individual having good welfare."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>