Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61535 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mega Eka Putri
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tanda-tanda verbal yang merepresentasikan harapan-harapan akan kemerdekaan melalui analisis puisi-puisi karya Yun Dongju dalam film biografi berjudul Dongju: The Portrait of a Poet. Puisi-puisinya ditulis pada masa penjajahan Jepang di Korea Selatan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa film biografi ini menggambarkan perjuangan Korea selama periode kolonialisasi Jepang. Sebagai seorang penyair yang hebat, karyakarya Yun Dongju sangat dihargai dan telah dipelajari oleh para peneliti sastra. Akan tetapi, penelitian yang berfokus pada representasi harapan akan kemerdekaan dalam puisi Dongju belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan lima belas puisi yang muncul dalam film berjudul Dongju: The Portrait of a Poet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana harapan masyarakat Korea akan kemerdekaan direpresentasikan melalui tanda-tanda verbal pada puisi-puisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan semiotik. Hasil dari penelitian ini adalah penemuan tanda-tanda verbal yang merepresentasikan kemerdekaan melalui kata benda hayati dan non hayati. Kata benda hayati yang lingkupnya dibatasi seputar manusia muncul dengan frekuensi yang cukup banyak dan melambangkan harapan-harapan baru dan semangat kemerdekaan. Kata benda non hayati juga menyimbolkan keinginan akan masa depan yang cerah dan sarat akan harapan kemerdekaan.

ABSTRACT
This research discusses verbal signs that represent hopes for independence through the analysis of poems by Yun Dongju in biographical movie titled Dongju: The Portrait of a Poet. His poems were written during colonial period of Japan in South Korea. Thus, this biographical film portrayed the struggle of Korean during the colonial period. As a great poet, Dongju s literary works have been highly appreciated and studied among scholars yet the one focus on representation of hope in Dongju s poem has not been conducted. This research used fifteen poems that appeared in the biographical film Dongju: The Portrait of a Poet. The purpose of this research is to find out how the Korean community s expectation of independence is represented through verbal signs on the poems. The method used in this research is descriptive analysis method with semiotic approach. The result of this research is the discovery of verbal signs that represent freedom through biological and non-biological nouns. The biological nouns associated with human"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Triputri
"Film adalah salah sarana komunikasi sosial untuk mengekspresikan suatu pesan atau menyampaikan suatu pemikiran. Oleh karena itu, tidak jarang pula film dijadikan sebagai alat kritik sosial atas situasi yang sedang terjadi. Salah satunya adalah dalam film Welcome to Dongmakgol, yang merupakan salah satu film Korea yang menjadi film blockbuster. Dalam film tersebut yang bertemakan perang, terdapat suatu makna yang tersirat. Di dalamnya terdapat harapan akan perdamaian di semenanjung Korea, sebagai respon dari pro dan kontra masyarakat terhadap Sunshine Policy. Melalui analisisi semiotik ditemukan simbol-simbol yaitu popcorn, pesta makan, rudal, dan kupu-kupu yang memperkuat makna harapan dalam film Welcome to Dongmakgol.

Film is one of a social communication tools to express a message or convey a thought. Hence, it is not rare to see a film used as a tool of social criticism over the current situation. For example, Welcome to Dongmakgol. which is one of many Korean films that became a blockbuster movie. In this war-themed film, there is an implied meaning. In this movie there is hope for peace on the Korean peninsula, as a response to Korean society’s pros and cons of Sunshine Policy. Through a semiotic study, writer found out that some symbols like popcorn, dining time, missiles, and butterflies strongly shows ‘hope’ in Welcome to Dongmakgol movie.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Phriliani
"ABSTRAK
Makalah ini menganalisis tentang penggambaran agama dalam film PK dengan menggunakan semiotik Roland Barthes. Ada banyak penelitian yang menganalisis penggambaran agama dalam sastra. Namun, masih sedikit sekali penelitian yang melakukan penggambaran agama dalam film. PK memunculkan isu sensitif tentang agama, terutama agama Hindu. Untuk mengetahui penggambaran agama dalam sebuah film, saya memusatkan perhatian pada penggambaran karakter utama, interaksinya dengan karakter dan dialog lain dalam film PK. Dari analisis penanda, petanda, dan mitos dalam adegan, saya menemukan bahwa agama dalam film ini digambarkan sebagai sesuatu yang membatasi dan memecah belah seseorang maupun kelompok masyarakat, berfungsi sebatas simbol identitas, menggelikan, dan juga gagal dalam mempertahankan nilai moral di masyarakat.

ABSTRACT
This paper performed an exploratory semiotic analysis Roland Barthes on the portrayal of religion in PK film. There are many studies analyzing religion portrayal in literature. However, there is still little research on the portrayal of religion films. PK brings up a sensitive issue about religion, especially for Hindu. In order to discover the depiction of religion in a film, I focus on the portrayal of the main character, his interaction with other character and dialogues in PK film. From analyzing the signifier, signified, and myth in the scenes, I found that religion in this film is represented as something restrictive and divisive, symbol of identity, a ludicrous, and it also failed to maintain the moral value in the society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Putri Septiani
"Dilatarbelakangi oleh film bertema sejarah Korea periode Dinasti Joseon (1392-1910), berjudul The Royal Tailor, yang bercerita tentang dua orang desainer kerajaan, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap simbol yang ada pada busana dalam film tersebut. Simbol merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Simbol bisa berupa apa saja, termasuk busana sebagai objek yang digunakan seseorang dalam keseharian. Busana bisa menjadi sebuah refleksi kebudayaan suatu peradaban. Penelitian tentang simbol pada busana kerajaan Dinasti Joseon dapat mengungkapkan catatan sejarah mengenai peradaban pada zaman Dinasti Joseon. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis dengan pendekatan semiotik. Teori semiotika yang digunakan adalah sistem tanda, simbol, dan ikonisitas. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa simbol pada busana memiliki pesan, doa, atau harapan tertentu bagi pemakainya terutama raja pada zaman itu.

Due to the Korean historical-themed film during the Joseon Dynasty period (1392-1910), entitled The Royal Tailor, which tells the story about two royal designers, this study was conducted to reveal the symbol on clothing in the film. The symbol is a tool that is used to convey a message to the communicant. Symbol can be anything, including clothing as an object that a person uses in everyday life. Clothing can be a reflection of a culture of a civilization. Research on the symbols on the royal Joseon Dynasty clothing can reveal the historical record of the civilization in the time of the Joseon Dynasty. This study was conducted with descriptive analysis method through the semiotic approach. Semiotic theory used is a system of signs, symbols, and iconicity. The result of this study revealed that the symbols on the clothing contain a message, a prayer, or a certain expectation for the wearer, especially the king of that era.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Mahendra Raharjo
"Dalam sebuah puisi berjudul Indonesia Inminege Junen Si, yang ditulis oleh penyair Korea tahun 1940-an yang bernama Park In-Hwan, terlihat bahwa ia menyemangati Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dari serangan penjajah. Akan tetapi, meskipun puisi tersebut membicarakan banyak tentang Indonesia, sasaran utama pembaca puisi tersebut adalah orang Korea. Jurnal ini akan menganalisis tentang bagaimana Park In-Hwan menggunakan Indonesia sebagai objek penyemangat masyarakat Korea dalam mempertahankan kemerdekaan pada puisi Indonesia Inminege Junen Si, serta alasan Park In-Hwan menggunakan negara Indonesia sebagai objek puisinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana Park In-Hwan meggunakan Indonesia sebagai objek puisinya untuk penyemangat masyarakat Korea dan alasan Park In-Hwan menggunakan Indonesia sebagai objeknya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka. Temuan dari penelitian ini adalah terdapat sebuah pesan tersirat bahwa sebenarnya Korea masih harus berjuang kembali setelah kemerdekaan, seperti Indonesia, untuk mempertahankan kemerdekaannya dari para penjajah.

In a poem entitled Indonesia Inminege Junen Si, written by a Korean poet 1940s, Park In-Hwan, is seen that he supported Indonesia to maintaining the independence from imperialist’s invasion. Although the poem discusses about Indonesia, the target readers are Korean people. This journal analyzes how Park In-Hwan used Indonesia as the object of his poem to encourage Korean people in maintaining its independence and Park In-Hwan’s reason in using Indonesia as his object of his poem.
The purpose of this research is to know how Park In-Hwan used Indonesia as the object of his poem to encourage Korean people in maintaining its independence, and to know the reason of using Indonesia as the object of his poem. The method used is qualitative method by literature method. The result of this research is to found the conclusion that there is an implied message about actually after the independence, Korea still have to struggle, like Indonesia, to maintaining their independence from imperialists.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jusfrandy Nicolas
"[ABSTRAK
Makalah ini membahas film Catching Fire dengan menggunakan konsep kekuasaan oleh French dan Raven (1959) serta konsep harapan oleh Drahos (2004) untuk menganalisa bentuk-bentuk kekuasaan yang direpresentasikan dalam film Catching Fire. French dan Raven, dalam konsep mereka tentang lima bentuk kekuasaan, menjelaskan bagaimana kekuasaan dapat diterapkan melalui lima bentuk tersebut. Dalam film Catching Fire, setidaknya terdapat dua bentuk kekuasaan yang ditunjukkan oleh karakter Presiden Snow. Kemudian, karakter Katniss juga menjadi ikon harapan yang menjelaskan isi pesan dari film tersebut. Jenis harapan yang seperti apa dan bagaimana signifikansinya juga dibahas dengan menggunakan konsep harapan dari Drahos.

ABSTRACT
This paper examines the film, Catching Fire, drawing on the concept of power by French and Raven (1959) and the concept of hope by Drahos (2004) to analyse what kinds of power are depicted in the movie. French and Raven, in their concept about five bases of power, explains how power is applied through those five bases, and in Catching Fire, there are, at least, two forms of power shown by the character of President Snow. The character of Katniss then becomes an icon of hope which explains the message of the film. In addition, what kind of hope is put upon her and its significance is also discussed using Drahos? concept of hope., This paper examines the film, Catching Fire, drawing on the concept of power by French and Raven (1959) and the concept of hope by Drahos (2004) to analyse what kinds of power are depicted in the movie. French and Raven, in their concept about five bases of power, explains how power is applied through those five bases, and in Catching Fire, there are, at least, two forms of power shown by the character of President Snow. The character of Katniss then becomes an icon of hope which explains the message of the film. In addition, what kind of hope is put upon her and its significance is also discussed using Drahos’ concept of hope.]"
2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lifia Fitriyani
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang pemilihan kata lsquo;Hwangtogi rsquo; sebagai judul dalam cerpen karya Kim Dongni. Hwangtogi berlatar di sebuah desa tandus di Gunung Kumo, yang memiliki banyak cerita legenda. Namun, sebagai judul cerpen, kata lsquo;Hwangtogi rsquo;sama sekali tidak muncul. Oleh karena itu, penulisan jurnal ini bertujuan menganalisis makna dari simbol dalam cerpen untuk mengetahui pesan dalam pemilihan kata lsquo;Hwangtogi rsquo;. Selanjutnya, analisis simbol cerpen akan dikaitkan dengan makna semiotik dan kondisi masyarakat Korea melalui pendekatan sosiologi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pustaka. Selanjutnya, teks cerpen akan diteliti menggunakan teknik membaca cermat. Temuan dari penelitian ini adalah simbol Hwangtogi mengisyaratkan pesan untuk mengingatkan kembali keindahan Korea yang direbut Jepang. Dengan begitu, pesan kemerdekaan dapat tersampaikan walaupun secara tersirat.

ABSTRACT
This journal discussed the selection of lsquo Hwangtogi rsquo as a title in Kim Dongni rsquo s short story. Hwangtogi is set in a barren village on Kumo Mountain which is full of folklores. However, the title lsquo Hwangtogi rsquo is not mentioned in the story. Therefore, this journal aims to analyze the meaning of symbols used by the author in this story and shows the story behind the chosen word lsquo Hwangtogi rsquo as the title. After that, the analysis will be associated with semiotic meaning and condition of Korean society through sociology approach. The method used is qualitative method with descriptive analysis. The writer used a literature method to collect sources for this journal. Furthermore, the writer used text technique of close reading to analyze this story. The result of this journal shows that the symbol of Hwangtogi has a message that recall the beauty of Korea which previously seized by Japan. Therefore, the message of freedom can be implicitly conveyed."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Esthi Pamungkas
"Skripsi ini membahas tanda-tanda yang terdapat dalam drama "Malam Jahanam" karya Motinggo Boesje. Tanda tersebut dianalisis dengan pendekatan semiotik Charles Sanders Peirce yang berkaitan dengan ikon, indeks, dan simbol. Penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif analitis ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan makna serta fungsi tanda yang terdapat dalam "Malam Jahanam". Melalui analisis tersebut diketahui bahwa ikon dan simbol cenderung membentuk penokohan, sedangkan indeks cenderung membentuk pengaluran, khususnya pengaluran foreshadowing.

This thesis discusses signs contained in "Malam Jahanam", a drama written by Motinggo Boesje. Those signs are analyzed using the semiotic’s approach of Charles Sanders Peirce which is related with icon, index, and symbol. This qualitative research that uses descriptive analytic method aims to describe and explain the meaning and function of signs contained in "Malam Jahanam". Through this analysis, it has been acknowledge that icons and symbols tend to form characterization, while index tends to form plot, especially foreshadowing plot."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nur Fathiya
"Jurnal ini membahas tentang analisis simbol yang terdapat dalam esai Korea berjudul Bori karya Han Heuk Goo dalam buku kumpulan esai berjudul Hanguk Beseteu Suphil 70. Pada penelitian ini, penulis menganalisis makna dari simbol-simbol dalam esai Bori melalui pendekatan semiotik. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif serta studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku dan artikel terkait. Penelitian dimulai dengan menerjemahkan esai Bori, kemudian mencari sumber-sumber terkait dengan penelitian. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Han Heuk Goo menggunakan berbagai simbol dalam esai ini untuk menyampaikan pesan perjuangan kepada seluruh masyarakat Semenanjung Korea di tahun 1955 untuk tetap berteguh hati dan tidak berputus asa meskipun pada saat itu mereka sedang berada dalam keterpurukan pasca Perang Korea.

This journal discusses about symbols analysis that contained in Korean essay entitled Bori written by Han Heuk Goo from a book of essay collection entitled Hanguk Beseteu Suphil 70 and used semiotic approach to analyze the meaning of symbols in this essay. In conducting the research, the writer used descriptive qualitative and study of literature from books and related articles. The study begins with translating the essay and find other sources related to Bori essay. The writer found the conclusion that Han Heuk Goo used symbols in this essay to giving fight spirit for all of the people in Korean Peninsula in 1955. She wanted to encourage them to keep fight for living and not to losing hope eventhough they were in an adversity situation caused by Korean War."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Kirana Fardiansyah
"Kehadiran subkultur dalam kehidupan masyarakat perkotaan merupakan salah satu dampak dari mobilitas yang dinamis dan heterogenitas budaya dalam suatu waktu. Dalam masyarakat secara keseluruhan ada budaya yang diterima dan dipahami, namun ada juga bagian lain dari budaya yang menyimpang dari budaya normatif kemudian menyatu sebagai suatu kelompok masyarakat yaitu subkultur. Salah satu subkultur yang dapat diamati pada media sosial di Indonesia adalah “Jamet”. “Jamet” merupakan singkatan dari “Jawa metal” yang artinya seseorang yang ingin bertingkah keren dengan menggunakan atribut musik metal dan memiliki tampilan visual seperti orang Jawa. Salah satu alasan keberadaan kata “Jamet” adalah video “Badinding” oleh akun @yusuf.shikuyus di platform TikTok yang sukses menghibur penonton. Di sosial media TikTok, “Jamet” ditandai dengan penampilan yang dianggap berbeda dari yang lain; memiliki gaya rambut "lempar poni" yang diwarnai dengan cat cerah, mengenakan kemeja yang berukuran besar, dan celana pensil. Alhasil, istilah “Jamet” kini menjadi sebuah stereotip. Studi ini berusaha memotret penggunaan kata tersebut di TikTok, khususnya bila ditujukan kepada seseorang yang menimbulkan rasisme dan diskriminasi, terutama bagi etnis Jawa.

The presence of subcultures in the life of urban communities is one of the impacts of dynamic mobility and cultural heterogeneity at a time. In a society as a whole, there is a culture that is accepted and understood. Still, other parts of the culture deviate from the normative culture and then unite as a community group, namely subculture. One of the subcultures that can be observed on social media in Indonesia is “Jamet”. “Jamet” is an abbreviation of “Jawa metal”, which means someone who wants to be cool by using metal music attributes and has a visual appearance like the Javanese. One of the reasons for the existence of the word “Jamet” is because of “Badinding” video posted by @yusuf.shikuyus on TikTok platform. On TikTok, “Jamet” is characterized by an appearance that is considered different from the others; has a "throw bang" hairstyle dyed brightly, and wears an oversized shirt and pencil pants. As a result, the term “Jamet” has become a stereotype. This study attempts to portray the use of the word on TikTok, especially when it is directed to someone who causes racism and discrimination, especially the Javanese Ethnic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>