Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brilliana Salsabila
"ABSTRACT
Dewasa muda dihadapkan pada berbagai tuntutan, seperti memilih teman hidup, belajar hidup bersama pasangan dengan membentuk sebuah keluarga, dan mengelola rumah tangga. Ketiadaan hubungan romantis atau tidak terbentuknya hubungan intim dengan orang lain dapat menjadi salah satu faktor penyebab utama berkembangnya rasa kesepian yang dirasakan seseorang. Selain itu, kecenderungan seseorang untuk mengalami kesepian sangat dipengaruhi oleh hubungan masa lalunya dengan orang tua. Pengasuhan yang diberikan orang tua dan pengalaman mengenai kualitas hubungan interpersonal
yang didapat individu selama masa kecil sangat mempengaruhi pembentukan rasa kesepian pada individu di masa dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara tipe attachment saat dewasa dan dimensi kesepian pekerja dewasa muda yang tidak menjalin hubungan romantis. Variabel attachment diukur menggunakan Adult Attachment Scale (AAS) dan variabel kesepian diukur menggunakan Social Emotional and Loneliness Scale. Terdapat 323 partisipan dalam penelitan ini dengan kriteria, yaitu berusia 20-40 tahun, tidak sedang menjalin hubungan romantis, dan bekerja di DKI Jakarta. Hasil analisis statistik one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan pada ketiga dimensi kesepian, yaitu kesepian sosial, keluarga dan romantis antara kelompok tipe attachment secure, anxiety, dan avoidance. Hal ini berarti tipe attachment yang dimiliki individu dapat mempengaruhi dimensi kesepian yang ia miliki di masa dewasa.

ABSTRACT
Young adults are faced with various demands, such as choosing a life partner, learning to live with a partner by forming a family, and managing a household. The absence of a romantic relationship or the formation of an intimate relationship with another person can be one of the main factors causing the development of loneliness felt by someone. In addition, a persons tendency to experience loneliness is greatly influenced by his past relationships with parents. Parental care and experience regarding the quality of interpersonal relationships
what an individual gets during childhood greatly influences the formation of loneliness in individuals in adulthood. Therefore, this study aims to determine the differences between attachment types as adults and the lonely dimensions of young adult workers who do not have romantic relationships. Attachment variable is measured
using the Adult Attachment Scale (AAS) and the loneliness variable was measured using the Social Emotional and Loneliness Scale. There were 323 participants in this study with the criteria, namely aged 20-40 years, not currently in a romantic relationship, and working in DKI Jakarta. One-way ANOVA statistical analysis results show that there are significant score differences in the three dimensions of loneliness, namely social, family and romantic loneliness between groups of attachment types secure, anxiety, and avoidance. This means that the type of attachment that an individual has can affect the dimension of loneliness he has in adulthood.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shara Sani Susanti
"Di Indonesia kesepian merupakan fenomena yang sering dijumpai, terutama di usia dewasa muda. Bahkan, pada penelitian yang dilakukan oleh Into the Light yang dilakukan di bulan Mei – Juni 2021 dengan 5.211 partisipan menunjukkan bahwa 2 dari 5 partisipan lebih memilih mati daripada harus merasakan kesepian. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kesepian merupakan masalah yang serius. Penelitian- penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kelekatan dengan hewan bisa mengurangi tingkat kesepian, namun ada juga penelitian yang menunjukkan tidak ada hubungan antara keduanya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara tingkat kesepian pada dewasa muda yang tidak memiliki pasangan dan kelekatannya dengan hewan peliharaan. Penelitian ini dilakukan dengan metode korelasional. Partisipan dalam penelitian ini adalah dewasa muda berusia 19-25 tahun yang tidak memiliki pasangan dan memiliki hewan peliharaan anjing dan/atau kucing (N= 103). Untuk memenuhi tujuan, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan 2 alat ukur, yaitu UCLA Loneliness Scale version 3 dan Lexington Attachment to Pet Scale (LAPS). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat kesepian dan kelekatan dengan hewan tidak memiliki korelasi yang signifikan (r(103) = 0,82, p = 0,206). Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesepian individu dewasa muda yang tidak memiliki pasangan tidak berhubungan dengan tingkat kelekatan pada hewan peliharaan
Loneliness is a phenomenon often occurring in Indonesia, especially within your adults. In a research done by Into the Light in May - June 2021 with 5,211 participants, 2 out of 5 participants would rather choose to die than being lonely.Based on that data, we could concur that loneliness is a serious issue. Previous research has shown that attachment to animal could reduce the level of loneliness one might felt, but there are also research which shown that there are no correlation between the two. And for that reason, this research aims to understand the correlation between the loneliness levels in young adults that do not have romantic partners and their attachment with pets. This research was done with correlational method. The participants in this research are young adults age 19 to 25 that do not have romantic partners and taking care of pet(s) in the form of dog(s) and/or cat(s) (N= 103). To satisfy the condition, this research use quantitative method which used 2 measuring tools, which is UCLA Loneliness Scale version 3 and Lexington Attachment to Pet Scale (LAPS). The results shows that loneliness level and pet attachment does not significantly correlate with each other (r(103) = 0.82, p =206). And so this research shown that the loneliness level in young adults that do not have romantic partners does not correlate with the level of attachment to pets
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Rebecca
"

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh dimensi attachment styles terhadap kesepian yang dirasakan oleh individu dewasa muda yang sedang menjalani hubungan romantis atau berpacaran. Dimensi attachment styles pada penelitian ini diukur menggunakan alat ukur Relationship Scales Questionnaire, sedangkan kesepian diukur menggunakan alat ukur ULS-8 yang merupakan versi singkat dari UCLA Loneliness Scale. Penelitian ini berhasil menjaring 180 partisipan dengan proporsi partisipan wanita sebesar 79,4%, dan partisipan laki-laki sebesar 20,6%. Partisipan terdiri dari wanita dewasa muda berusia 23-30 tahun, dan laki-laki dewasa muda berusia 27-30 tahun. Analisis data partisipan dilakukan dengan perhitungan multiple regressionuntuk melihat pengaruh dan analysis of variance (ANOVA) untuk melihat perbedaan antara kedua dimensi attachment styles. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kedua dimensi attachment styles (F(2, 177) = 14,990, p< 0,05). Dimensi model of self merupakan dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap kesepian (0,001, p< 0,05,β=-0,358). Dalam penelitian ini, model of others sebagai dimensi attachment styles tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesepian (0,114, p>0,05, Î²=-0,111). 


This research was conducted to find the effect of attachment styles dimension to loneliness among young adults whose in a romantic relayionship. In this research, attachment styles dimensions is was measured using Relationship Scales Questionnaire, meanwhile lonelness was measured by ULS-8 which was a shorter version of UCLA Loneliness scale. This research got 180 participants, with the proportion of 79,6% female participants and 20,6% male participants. Age of the participants in this research ranged from 23-30 years old for female participants, and 27-30 years old for male participants. Statistic analysis of multiple regression is used to see the effect of both attachment styles dimensions to loneliness and analysis of variance (ANOVA) is used to calculate the differences between both of dimensions. Main result of this research shows that there is a signfikan differences between attachment styles dimensions (F(2, 177) = 14,990, p< 0,05). Model of self dimension is the one that have a significant effect to loneliness (0,001, p< 0,05,β=-0,358). In this research, model of others dimension did not have a significant effect to loneliness (0,114, p>0,05, Î²=-0,111).

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Marsha Steffiani Rinaldy
"Perkembangan hubungan interpersonal merupakan tugas penting di masa dewasa muda. Individu dewasa muda akan berfokus untuk membangun hubungan yang kuat dan intimate saat mereka mengalami ketegangan antara intimacy dan isolation. Apabila individu gagal mencapai intimacy, individu dapat mengalami isolation, kesepian, ketakutan terhadap hubungan, dan penyesuaian yang buruk. Salah satu hubungan paling penting yang terbentuk dalam kehidupan individu dewasa muda adalah hubungan romantis. Perbedaan individu dalam menjalani hubungan romantis dapat dijelaskan melalui adult attachment, yang terbentuk dari internal working models berdasarkan pola asuh yang dipersepsikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived parenting style dan adult attachment pada dewasa muda di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 147 individu dewasa muda yang berusia 18-25 tahun, pernah tinggal dengan salah satu atau kedua orang tua, dan pernah atau sedang menjalin hubungan romantis. Pengukuran kedua variabel dilakukan dengan menggunakan alat ukur Parental Authority Questionnaire dan Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi pola asuh otoriter dan anxious attachment (r = 0,287, p < 0.001). Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pola asuh otoriter yang dipersepsikan, makin tinggi pula tingkat anxious attachment yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh otoriter dan avoidant attachment. Selain itu, persepsi pola asuh otoritatif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan anxious maupun avoidant attachment.

The development of interpersonal relationships is an important task in emerging adulthood. Emerging adults will focus on building strong, intimate relationships as they experience the tension between intimacy and isolation. If they fail to achieve intimacy, they may experience isolation, loneliness, fear of relationships, and poor adjustment. One of the most important relationships that form in an emerging adult's life is a romantic relationship. Differences in how individuals navigate romantic relationships can be explained through adult attachment, which is formed from internal working models shaped by perceived parenting styles. Therefore, this study aims to examine the relationship between perceived parenting style and adult attachment among emerging adults in Indonesia. Participants in this study consisted of 147 emerging adults aged 18-25 years who have lived with either one or both parents and have been or are currently in a romantic relationship. The measurement of the two variables was conducted using the Parental Authority Questionnaire and the Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. The results of the correlation analysis showed a positive relationship between perceived authoritarian parenting and anxious attachment (r = 0.287, p < 0.001). In other words, the higher the perceived level of authoritarian parenting, the higher the level of anxious attachment. This study also found no significant relationship between perceived authoritarian parenting and avoidant attachment. In addition, perceptions of authoritative parenting did not have a significant relationship with anxious or avoidant attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunisa Putri Syahriani
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan kualitas hubungan romantis berdasarkan tipe-tipe adult attachment pada dewasa muda yang berpacaran. Pengukuran adult attachment dilakukan menggunakan alat ukur The Experiences in Close Relationships-Short form (Wei et. al., 2007) dengan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha sebesar 0.710. Pengukuran kualitas hubungan romantis dilakukan menggunakan alat ukur Partner Behaviours as Social Context dan Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009) dengan masing-masing koefisien reliabilitas Cronbach Alpha sebesar 0.904 dan 0.734. Responden penelitian ini berjumlah 205 orang, terdiri atas 86 laki-laki dan 119 perempuan. Responden adalah dewasa muda berusia 20-40 tahun dan sedang berpacaran.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kualitas hubungan romantis berdasarkan tipe secure attachment (p = .730), preoccupied attachment (p = .892), fearful attachment (p = .260), dan dismissing attachment (p = .627). Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap kualitas hubungan romantisnya tidak dibedakan dan tidak dipengaruhi oleh tipe-tipe adult attachment, yaitu secure, preoccupied, fearful, dan dismissing. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa kualitas hubungan romantis memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan tipe secure attachment (r = -.382, p < 0.01), namun tidak memiliki hubungan yang dengan tipe preoccupied, fearful, dan dismissing attachment.

This study aimed to find differences in romantic relationship quality based on adult attachment styles among young adults in dating relationships. Level of adult attachment was measured by using Experiences in Close Relationships Scale-Short Form Inventory (Wei et. al., 2007) and romantic relationship quality was measured by using Partner Behaviours as Social Context and Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009). Number of subjects in this research was 205 respondents with 86 males and 119 females. Respondents are young adults aged 20-40 years old and in an dating relationship.
The result of this study showed that there was no differences in romantic relationship quality compared to secure attachment style (p = .730), preoccupied attachment style(p = .892), fearful attachment style (p = .260), and dismissing attachment style (p = .627). This result shows that romantic relationship quality isn’t determined by adult attachment styles. The additional anaylisis shows that romantic relationship quality has a negative significant correlation with secure attachment style (r = -.382, p < 0.01), but has no correlation with preoccupied, fearful, and dismissing attachment style.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmalia
"Adanya pandemi Covid-19 menjadi stresor terhadap individu yang berpotensi meningkatkan kerentanan terhadap pengalaman gejala depresi. Hubungan romantis merupakan salah satu sumber daya dalam mengurangi depresi karena dapat memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan. Meskipun begitu, persepsi dukungan sosial adalah fenomena yang kompleks dan dapat ditentukan oleh faktor individu, seperti attachment. Pola attachment seseorang akan mewarnai ekspektasi dan preferensinya terhadap dukungan sosial yang diterima. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model perceived social support sebagai mediator pada hubungan antara pola attachment dengan gejala depresi, pada dewasa muda di Indonesia yang sedang menjalani hubungan romantis. Sebanyak 279 partisipan mengisi instrumen Experiences in Close Relationships-Revised untuk mengukur tingkat attachment anxiety dan attachment avoidance, instrumen Multidimensional Scale of Perceived Social Support untuk mengukur tingkat persepsi dukungan sosial, dan instrumen Center for Epidemiologic Studies-Depression untuk mengukur gejala depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek pola attachment (melalui tingkat attachment anxiety dan tingkat attachment avoidance) terhadap gejala depresi dimediasi secara parsial oleh tingkat perceived social support individu. Perbedaan jenis kelamin dan status hubungan yang sedang dijalani (status hubungan romantis pranikah atau hubungan pernikahan) juga ditemukan signifikan menjadi kovariat dalam kedua model mediasi.

The existence of the Covid-19 pandemic is a stressor for individuals that has the potential to increase susceptibility to experiencing depressive symptoms. Based on the literature review, romantic relationships can be a resource in dealing with depression through a stable social support network in the relationship, primarily if the social support is conceptualized as perceived social support. However, perceived social support is a complex phenomenon and can be determined by individual factors such as attachment styles since attachment style will affect individual expectations and preferences for social support. This study examines perceived social support as a mediator of attachment style and depressive symptoms among young adults in Indonesia in a romantic relationship. A total of 279 participants completed the Experiences in Close Relationships-Revised to measure the level of attachment anxiety and attachment avoidance, Multidimensional Scale of Perceived Social Support to measure the perceived social support, and Center for Epidemiologic Studies-Depression to measure reports of depressive symptoms. The results showed that the effect of the attachment style (through the level of attachment anxiety and the level of attachment avoidance) on depressive symptoms was partially mediated by perceived social support. Differences in gender and the type of relationship (premarital and marital relationship) were also significant covariates in both mediation models."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christiana Daraclaudia
"Sexting adalah perilaku bertukar pesan foto atau pesan teks yang bernuansa seksual melalui ponsel atau media seluler lainnya. Perilaku sexting merupakan salah satu cara menjaga hubungan asmara dengan pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterikatan orang dewasa dengan perilaku sexting, yang berusaha untuk melihat aspek psikologis yang mendasari perilaku sexting dalam hubungan romantis. Penelitian ini dilakukan pada kelompok dewasa muda yang sedang menjalin hubungan asmara berpacaran dan melakukan sexting dengan pasangannya yaitu sebanyak 20 laki-laki dan 54 perempuan (N = 74). Kelekatan orang dewasa diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) yang terdiri dari 18 item pada dimensi kecemasan dan 18 item pada dimensi penghindaran. Perilaku sexting diukur menggunakan skala sexting dengan 8 item yang mengukur frekuensi perilaku dan konten seks yang dipertukarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi keterikatan kecemasan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku sexting (r (71) = 0,274, p <0,05).

Sexting is the behavior of exchanging sexual photos or text messages through cell phones or other cellular media. Sexting behavior is one way of maintaining a romantic relationship with a partner. This study aims to look at the relationship between adult attachment to sexting behavior, which seeks to see the psychological aspects that underlie sexting behavior in romantic relationships. This research was conducted on a group of young adults who were dating and having sexting with their partners, as many as 20 men and 54 women (N = 74). Adult attachment was measured using The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) which consisted of 18 items on the anxiety dimension and 18 items on the avoidance dimension. Sexting behavior was measured using a sexting scale with 8 items measuring the frequency of sexual behavior and content exchanged. The results showed that the dimension of attachment anxiety had a significant relationship with sexting behavior (r (71) = 0.274, p <0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Husna Raditya
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara attachment dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh. Adult Attachment Scale (AAS) (Collins & Read, 1990) digunakan untuk mengukur attachment dan Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004) digunakan untuk mengukur kesiapan menikah. Jumlah sampel penelitian ini adalah 102 individu yang merupakan dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara secure attachment style dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh (r=0.237, p<0.05), 2) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara avoidant attachment style dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh jauh (r=-0.341, p<0.01), dan 3) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara anxious attachment style dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh (r=-0.375, p<0.01).
Dalam penelitian ini, secure merupakan attachment style yang paling banyak dimiliki oleh dewasa muda yang sedang menjalani hubungan jarak jauh dan area yang diprioritaskan dalam kesiapan menikah adalah minat dan pemanfaatan waktu luang.

This research was conducted to determine the relationship between attachment and readiness for marriage in young adults who are having a long-distance relationship. Adult Attachment Scale (AAS) (Collins & Read, 1990) was used to measure attachment and Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004) was used to measure readiness for marriage. The sample size for this research was 102 young adults who are having a long distance relationship.
The result of this research indicated that 1) there is a significant positive relationship between secure attachment style and readiness for marriage in young adults who are having a long-distance relationship (r=0.237, p<0.05), 2) there is a significant negative relationship between avoidant attachment style and readiness for marriage in young adults who are having a long-distance relationship (r=-0.341, p<0.01), and 3) there is a significant negative relationship between anxious attachment style and readiness for marriage in young adults who are having a long-distance relationship (r=-0.375, p<0.01).
In this research, secure was the attachment style which was the most widely owned by young adults who are having a longdistance relationship and an area of eight readiness for marriage areas being a priority was the interested in and the use of leisure time.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahni Soraya Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara tingkat apresiasi dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang berpacaran. Pengukuran tingkat apresiasi menggunakan alat ukur Appreciation Inventory (Adler, 2002) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.940 dan pengukuran kualitas hubungan romantis menggunakan alat ukur Partner Behaviours as Social Context dan Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009) dengan masing-masing koefisien reliabilitas cronbach alpha sebesar 0.930 dan 0.920. Responden penlitian ini berjumlah 434 orang yang terdiri dari 207 laki-laki dan 227 perempuan yang memiliki karakteristik berusia 20-40 tahun, sedang berpacaran dan memiliki keinginan untuk menikah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat apresiasi dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang sedang berpacaran (r = 0.337, p < 0.01). Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat apresiasi individu maka semakin tinggi kualitas hubungan romantis individu tersebut.

This purpose of study was to find correlation between level of appreciation and romantic relationship quality among young adults who are dating. Level of appreciation was measured with Appreciation Inventory (Adler, 2002) which had cronbach alpha coefficient 0.940 and romantic relationship quality was measured with Partner Behaviours as Social Context and Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009) which had cronbach alpha coefficient 0.930 for report about the partner and 0.920 for self-report. Respondents on this research were 434 respondents which 207 males and 227 females. Characteristics of respondents aged 20-40 years old, in a relationship and have an intention to get married.
The result of this study showed that there was a positive significant correlation between level of appreciation and romantic relationship quality among young adults who are dating (r = 0.337, p < 0.01). This result means that the higher level of appreciation, the higher romantic relationship quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan korelasi pada dimensi-dimensi loneliness yakni social loneliness, romantic emotional loneliness dan family emotional loneliness dengan penggunaan social network sites atau yang disingkat SNS seperti jumlah kepemilikan akun SNS, frekuensi penggunaan SNS serta durasi dalam mengakses SNS. Studi yang dilakukan merupakan studi kuantitatif. Partisipan merupakan dewasa muda, sejumlah 125 orang. Loneliness diukur dengan Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA) versi yang telah diadaptasikan ke Bahasa Indonesia. Pengukuran penggunaan SNS diperoleh dari data penggunaan SNS seperti jumlah akun, frekuensi dan durasi penggunaan SNS yang dilaporkan oleh partisipan. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi-dimensi loneliness tersebut dengan jumlah kepemilikan akun SNS, frekuensi penggunaan SNS serta durasi dalam menggunakan SNS. Hubungan yang tidak signifikan ini dapat diartikan bahwa peningkatan pada social loneliness, romantic emotional loneliness, dan family emotional loneliness tidak diikuti dengan perubahan pada jumlah kepemilikan akun SNS, frekuensi penggunaan SNS serta durasi penggunaan SNS., This study was conducted to prove the correlational relationship between loneliness’s dimensions which are social loneliness, romantic emotional loneliness, and family emotional loneliness, and social network sites or SNS usage as in numbers of SNS account being used, SNS usage’s frequency and duration. This study uses a quantitative method. The participants were 125 people on their early adulthood. Social loneliness, romantic emotional loneliness and family emotional loneliness were measured using the Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA) that was adapted to Bahasa Indonesia. SNS usage such as mentioned above were measured by usage self-report items within the questionnaire. The main result shows that there is no correlation relationship between the loneliness’s dimensions and the number of SNS accounts being used, the SNS usage’s frequency and duration. This indicates that increase within the social loneliness, romantic emotional loneliness and family emotional loneliness scores won’t be followed by changes of the number of SNS account being used nor the frequency and duration of the SNS usage. ]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>