Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189037 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fanny Mustikaningtyas
"Stroke merupakan penyakit neurologis yang kasusnya meningkat setiap tahun di dunia dan dapat menyebabkan kematian serta kecacatan. Keluhan yang muncul pada pasien stroke adalah kelemahan ekstremitas tubuh. Masalah kelemahan ekstremitas tubuh dapat diselesaikan dengan latihan kekuatan otot seperti menggunakan latihan Range of Motion ROM. Latihan ROM merupakan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot. Latihan ROM pada karya ilmiah ini dilakukan pada pasien stroke selama 6x24 jam, sebanyak 2x/hari dengan 3x8 hitungan untuk masing-masing sendi dan durasi 30 menit dan melibatkan keluarga. Pengukuran intervensi dilakukan menggunakan manual muscle testing MMT dan penilaian Rentang Pergerakan Sendi RPS.
Hasil karya ilmiah ini menunjukkan latihan ROM efektif untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke yang mengalami kelemahan ekstremitas. Terjadi peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas kanan pasien dari 0 tidak terdapat kontraksi otot menjadi 2 mampu menggerakkan tanpa melawan gravitasi pada persendian jari-jari tangan, dan dari 0 menjadi 1 tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi pada persendian pergelangan tangan, siku dan bahu. Implikasi dari karya ilmiah ini menunjukkan bahwa latihan kekuatan otot pada pasien stroke penting untuk dilakukan dengan rutin pada pasien dan diperlukan keterlibatan keluarga untuk melatih ROM pada pasien.

Stroke is a neurological disease with increasing prevalence annually in the world and may lead to death and disability. Patient with stroke generally complains about muscle weakness in extremities. Muscle weakness may be treated by muscle strength exercise such as Range of Motion ROM exercise. ROM exercise is a set of movements which is performed on part of the joint to promote muscle flexibility and strength. ROM exercises in this paper were performed on patient with stroke for 6x24 hours, 2x per day, with 3x8 moves on each joint and duration about 30 minutes and family involvement. The intervention was evaluated by using manual muscle testing MMT and assessment of Range of Joints Movement RPS.
The result indicated that ROM exercise was effective for increasing muscle strength in patient with stroke and muscle weakness in limbs. There was an increase in muscle strength in the right limb of patient from 0 no muscle contraction to 2 capable of moving without opposing gravity on the joints of the fingers, and from 0 to 1 no joint motion, but muscle contraction can be palpated on the joints of wrists, elbows and shoulders. The implication of this paper is that muscle strength training should be performed regularly on patient with stroke and family involvement is essential for ROM implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Wakhidaturrohmah
"Stroke menjadi penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian kedua di dunia. Sebanyak 87% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik. Stroke merupakan penyakit neurologis yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan fungsi motorik pada sebagian atau seluruh bagian ekstremitas sebagai akibat kelemahan pada salah satu anggota tubuh yang disebut dengan hemiparese. Hemiparese yang tidak tertangani dapat menurunkan kualitas hidup klien paska perawatan stroke.
Terapi yang dilakukan pada pasien stroke adalah latihan motoric yang bertujuan untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan pergerakan. Salah satu latihan yang dapat diberikan terhadap klien stroke iskemik dengan hemiparese yaitu latihan RPS (Rentang Pergerakan Sendi) aktif asistif dengan menggunakan bola karet yang bertujuan untuk meningkatkan rentang pergerakan sendi, meningkatkan fungsi dan kekuatan otot, serta mencegah kontraktur.
Karya ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran analisis asuhan keperawatan pada klien stroke iskemik dan latihan rentang pergerakan sendi menggunakan bola karet. Intervensi latihan rentang pergerakan sendi (RPS) dilakukan selama 4 hari, 7 kali latihan dengan durasi 15 menit. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot. Oleh karena itu, intervensi RPS menggunakan bola karet sangat penting dan direkomendasikan untuk diterapkan oleh perawat kepada klien stroke iskemik dengan hemiparese.

Stroke is the leading cause of disability and the second leading cause of the death in the world. As many as 87% of case are ischemic stroke. Stroke is a neurological disease that can cause loss of motoric function ability to some or all part of extremities. Loss of motoric function ability caused by weakness in a part of exstremities call as hemiparese. Untreated hemiparese can reduce the quality of life after stroke treatment.
Therapy performed on stroke iskemik clientt is intended to develop, maintain and restore moton by motor exercise. One of exercise can be done for stroke ischemic clients with hemiparesis is by providing active assistif ROM (Range Of Motion) exercise using rubber aimed to increase the range of joint movement, improve muscle function and strength, and prevent contracture.
This paper aimed to provide on analyzed nursing care on an ischemic stroke client with hemiparese with Range of Motion using rubber ball. ROM intervention was done for 4 days, 7 times with duration as much as 15 minutes. The result showed an increased of muscle strength. Therefore, ROM exercise is very important and recommended to be applied by nurse to stroke ischemic clients with hemiparesis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lukita Purnamasari
"Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan terhadap berbagai fungsi organ tubuh. Salah satu organ yang mengalami penurunan fungsi pada usia lanjut adalah muskuloskeletal. Penyakit muskuloskeletal banyak dialami oleh lansia diperkotaan yang disebabkan faktor pola makan, aktivitas dan stress. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah hambatan mobilitas fisik melalui latihan range of motion di Panti Sosial Trena Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Intervensi range of motion dilakukan terhadap lansia selama 4 minggu dengan durasi 15 sampai 30 menit dalam satu kali sesi, dan dengan gerakan 8 kali untuk setiap gerakan. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa derajat rentang sendi meningkat setelah dilakukan intervensi yang diukur dengan menggunakan Goniometer, peningkatan juga terjadi pada skor Barthel indeks 75, dan Berg Balance Test dengan skor 8. Pemberi pelayanan di panti dapat menerapkan intervensi latihan range of motion sebagai upaya dalam mengatasi masalah pada hambatan mobilitas fisik.

The aging process can cause a decrease in the various functions of organs. One of the systems affected by the degenerative process in the elderly is musculosceletal. Many musculosceletal diseases happens in urban elderly is caused by dietary factors, activities, and stress. This paper aimed to analyze the nursing care of the elderly with physical mobility barriers trough the range of motion in Budi Mulia 1 Cipayung nursing home. The intervention of range of motion is performed on the elderly for 4 weeks with duration of 15up to 30 minutes in a single session, and with a movement of 8 times for each movement. The result showed that the degree of joint range increased after the intervention measured by goniometer, the results of barthel index increased to 75 and berg balance test score increased to 8. Care providers in the nursing home can implement range of motion exercises as an effort to address problems of physical mobility impediment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Puspita Maharani
"Defisiensi fungsi motorik merupakan kondisi yang sering dialami pada pasien pasca stroke iskemik. Hal ini kerap menimbulkan menurunnya rentang gerak sendi individu yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot. Komplikasi lainnya seperti kontraktur juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas tersebut. Latihan ROM dan menggenggam stress ball dilakukan pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien pasca stroke iskemik. Masalah keperawatan yang muncul antara lain: perfusi serebral tidak efektif, ketidakstabilan glukosa darah, dan gangguan mobilitas fisik. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis latihan ROM dan menggenggam stress ball untuk meningkatkan kekuatan otot dalam asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke iskemik. Evaluasi harian dilakukan menggunakan skala Manual Muscle Testing. Hasilnya, terjadi peningkatan kekuatan otot selama 5 hari penerapan intervensi pada pasien pasca stroke iskemik. Dapat disimpulkan bahwa latihan ROM dan menggenggam stress ball bermanfaat dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Motor function deficiency is a condition often experienced in patients post-stroke. This often leads to decreased range of motion of individual joints characterized by decreased muscle strength. Other complications such as contractures can also occur in patients with these mobility disorders. ROM and stress ball-squeezing exercises are carried out in the implementation of nursing care for patients after ischemic stroke. Nursing problems that arise include: ineffective cerebral perfusion, unstable blood glucose level, and impaired physical mobility. The purpose of this paper is to describe and analyze ROM exercises and stress ball- squeezing to increase muscle strength in nursing care for post-ischemic stroke patients. Daily evaluation was carried out using the Manual Muscle Testing scale. As a result, there was an increase in muscle strength during the 5 days of application of the intervention in post-ischemic stroke patients. It can be concluded that ROM exercises and stress ball-squeezing are beneficial in increasing muscle strength in ischemic stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandini Rizki Nurbaiti
"Hambatan mobilitas fisik menyebabkan lansia mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan pada penurunan kualitas hidup. Penulis memberikan asuhan keperawatan pada Nenek S yang berusia 63 tahun dengan diagnosis keperawatan utama hambatan mobilitas fisik. Intervensi keperawatan utama yang diberikan adalah latihan range of motion (ROM) yang dikombinasikan dengan mirror therapy. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan ROM dengan mirror therapy pada klien lansia post-stroke yang mengalami hemiparese. Metode yang digunakan adalah case report. Intervensi diberikan dua kali dalam sehari selama 14 hari dengan durasi 10—15 menit. Hasil dari ROM dengan mirror therapy menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot satu skala pada ekstremitas kanan atas dan bawah yang mengalami hemiparese. Adanya hasil tersebut diharapkan latihan range of motion dengan mirror therapy dapat diterapkan pada asuhan keperawatan sebagai terapi alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi lansia terutama pada lansia post-stroke.

Impaired physical mobility causes the elderly to experience limitations in carrying out activities of daily living which results in a decrease in quality of life. The author provides nursing care to 63-year-old Grandma S with the main nursing diagnosis of impaired physical mobility. The main nursing interventions provided were range of motion (ROM) exercises combined with mirror therapy. This scientific work aims to provide an overview of the application of ROM and mirror therapy in post-stroke elderly clients who experience hemiparese. The method used is a case report. The intervention was given twice a day for 14 days with a duration of 10-15 minutes. The results of ROM with mirror therapy showed an increase in one-scale muscle strength in the right upper and lower extremities experiencing hemiparesis. It is hoped that range of motion exercises with mirror therapy can be applied to nursing care as an alternative therapy that can be used to increase muscle strength and range of movement of elderly joints, especially in post-stroke elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Lufiyani
"Kejadian disfagia ditemukan lebih dari 50 persen pada pasien stroke di fase akut. Penangan disfagia sering kali tertunda dan berdampak pada ketidakadekuatan pemenuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi bahkan malnutrisi. Selain itu, Pasien stroke dengan disfagia rentan mengalami pneumonitis aspirasi. Sehingga penganan yang cepat difase akut sangat dibutuhkan. Tujuan dari karya tulis ini untuk menganalisis pemberian latihan menelan dengan metode sucking lollipop. Metode yang dilakukan diawali dengan skrining disfagia menggunakan format Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) dan penentuan derajat keparahan disfagia dengan The Dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Kemudian dilakukan latihan menelan sebanyak sehari satu kali sebelum makan siang dengan durasi 10 menit. Selama tiga hari berturut-turut dilakukan penilaian kekuatan sucking lollipop dengan format Candy Sucking Test (CST). Hasil studi kasus ini ditemukan adanya peningkatan fungsi oral yaitu pergerakan lidah. Penilaian pada hari keempat MBS negatif dan DOSS menjadi normal diet skala 7. Selain itu, tidak terdapat aspirasi saat dilakukan pemberian makan secara bertahap dan pernyataan secara verbal makanan yang tersangkut di tenggorokan, serta tidak ditemukan demam. Untuk itu, pemberian lollipop mampu menjadi salah satu intervensi yang dapat perawat gunakan untuk mempercepat pengembalian kemampuan menelan pada pasien stroke di fase akut.

The incidence of dysphagia is found to be more than 50 percent in stroke patients in the acute phase. Handlers of dysphagia are often delayed and have an impact on the inability to fulfill basic needs such as dehydration and even malnutrition. In addition, stroke patients with susceptible dysphagia experienced aspiration pneumonitis. So fast-paced acute feeding is needed. The purpose of this paper is to analyse the giving of exercises swallowing with the method of sucking lollipop. The methods initiated by screening were dysphagia using the Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) and determining the severity of dysphagia with The dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Then, practice swallowing as much as a day once before lunch with a duration of 10 minutes. For three consecutive days conducted an assessment of the power sucking lollipop in the format of Candy Sucking Test (CST). The results of this case study found that an increase in oral function was tongue movement. Assessment on the fourth day of MBS is negative and DOSS become a normal diet scale 7. In addition, there are no aspiration during gradual feeding and verbal statements of food stuck in the throat, and no fever is found. For that, giving Lollipop is capable of being one of the interventions that nurses can use to accelerate the return of swallowing ability in stroke patients in the acute phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Tesyani
"Masyarakat perkotaan memiliki perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan peningkatan penyakit tidak menular, seperti stroke. Stroke merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan gangguan sensorik dan motorik. Salah satu gejala stroke adalah kelemahan otot pada bagian ekstremitas, sehingga dapat berdampak pada gangguan nyeri otot hingga kontraktur.
Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah memberi gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah hambatan mobilitas fisik. Intervensi asuhan keperawatan dilakukan selama 5 minggu dengan intervensi unggulan latihan rentang pergerakan sendi dengan teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat.
Hasil evaluasi menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dan peningkatan mobilitas yang ditandai peningkatan sudut sendi dan kekuatan otot ekstremitas. Intervensi ini disarankan kepada perawat untuk melakukan intervensi kepada pasien stroke dan keluarga dengan gangguan rasa nyaman dan mobilitas fisik paska stroke.

Urban people have a risk factors associated with increased non-infectious diseases, such as stroke. Stroke is one of cardiovascular diseases that can cause sensory and motor disturbances. One of the symptoms of stroke is muscle weakness on the limb, that it can produce pain to muscle weakness or contractures.
The purpose of the publication of this work is to give meaning when nursing to families with problems of physical mobility. The main nursing interventions were given undertaken for 5 weeks with range of motion with deep breathing recording techniques and heat compresses.
The results of interventions can be improved for the strength of the extremities post stroke patient. This intervention is recommended for use by nurses in assisting post stroke patients and caregiver families with discomfort and post-stroke physical mobility.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Martina Suminar
"Kehidupan masyarakat perkotaan yang semakin modern tanpa sengaja telah mengubah gaya hidup masyarakat, termasuk kebutuhan pangannya. Perubahan gaya makan yang dikonsumsi mengakibatkan masalah gout arthritis yang menyebabkan hambatan mobilitas fisik pada lansia. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini yaitu menggambarkan asuhan keperawatan pada keluarga lansia dengan hambatan mobilitas fisik. Intervensi unggulan yang dilakukan adalah latihan range of motion (ROM) pada lansia. Intervensi ini dilakukan selama 2 minggu. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi unggulan yang dilakukan dapat meningkatkan fleksibilitas sendi, kekuatan otot, dan meningkatkan mobilitas klien. Latihan ROM disarankan untuk digunakan perawat untuk membantu lansia meningkatkakan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot sehingga dapat meningkatkan mobilitas fisik di pelayanan keperawatan keluarga.

The life of urban communities that is more and more modern has accidentally changed people's lifestyles, including their food needs. Changes in the style of food consumed have resulted in the problem of gout arthritis which causes immobility physical in the elderly. The purpose of writing this final scientific paper is to describe nursing care in elderly families with immobility physical. A feature-type intervention is the Range of Motion (ROM) exercises for the elderly. This intervention was carried out for 2 weeks. The results of the evaluation showed that the intervention can improve joint flexibility, muscle strength, and increase client mobility. ROM exercises are recommended for the use of nurses to help elderly improve the flexibility of joints and muscle strength so that it can increase physical mobility in family nursing service.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atsari Nurshabrina Prasetianingsih
"ABSTRAK
Penurunan kemampuan motorik akibat stroke menyebabkan keterbatasan gerak bagi individu sehingga mobilitas fisiknya terganggu. Stimulasi gerak diperlukan untuk mengatasi keterbatasan gerak yang timbul akibat pasca stroke. Lansia D pasca stroke diobati dengan kondisi hemiparese dan dilakukan berbagai latihan gerak (RPS). Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke dengan menerapkan berbagai latihan gerak untuk mengatasi masalah tersebut
gangguan mobilitas di tempat tidur. Intervensi pelatihan berbagai gerakan dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari pengobatan dengan durasi kurang lebih 15 menit. Hasil intervensi tidak menunjukkan penurunan kekuatan otot dan peningkatan kemampuan gerakan sendi. Ini menunjukkan bahwa latihan rentang gerak bisa Direkomendasikan untuk menjadi intervensi dalam mengatasi masalah gangguan mobilitas di tempat tidur pada pasien pasca stroke.
ABSTRACT
The decrease in motor skills due to stroke causes limited motion for individuals so that their physical mobility is impaired. Motion stimulation is needed to overcome the limitations of motion that arise from post-stroke. Elderly D after stroke was treated with hemiparese conditions and performed various motion exercises (RPS). This case study aims to determine nursing care in post-stroke patients by applying various motion exercises to overcome this problem impaired mobility in bed. Various movement training interventions were carried out 2 times a day for 3 days of treatment with a duration of approximately 15 minutes. The results of the intervention did not show a decrease in muscle strength and an increase in the ability to move joints. This suggests that range of motion exercises can be recommended as an intervention in addressing the problem of mobility problems in bed in post-stroke patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Oktavia Rizqi Sekar Arum
"ABSTRAK
Fraktur leher femur akibat jatuh merupakan kejadian yang umum pada lansia. Kondisi ini menyebabkan pergerakan terbatas karena rasa nyeri dan kaku setelah hemiartroplasti. Lansia cenderung tidak bisa bergerak dan menyebabkan keterbatasan jangkauan gerak. Penghalang mobilisasi ini merupakan masalah keperawatan utama pada pasien patah tulang. Latihan fisik pasca operasi perlu dilakukan untuk mengatasi keterbatasan dalam gerakan tersebut. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas gerak dini dan senam terarah, salah satunya rentang gerak, untuk mengatasi hambatan mobilisasi yang terjadi pada pasien patah tulang leher femur di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Latihan rentang gerak ini dilakukan sebanyak empat kali, dengan durasi 15-30 menit dengan sepuluh kali pengulangan gerakan. Hasil intervensi menunjukkan bahwa senam ini dapat meningkatkan kekuatan otot, kelenturan sendi, sehingga lansia dapat melakukan perubahan posisi, menahan berat badan, dan melangkah dengan bantuan alat bantu jalan. Peningkatan ini terlihat dari perubahan skor skala mobilitas lansia yang meningkat dari skor dua menjadi enam dan kriteria outcome dalam rencana keperawatan.
ABSTRACT
Femur neck fracture due to falls is a common occurrence in the elderly. This condition causes limited movement due to pain and stiffness after hemiarthroplasty. The elderly tend to be immobile and cause limited range of motion. This mobilization barrier is a major nursing problem in fracture patients. Postoperative physical exercises need to be done to overcome the limitations in the movement. This case study aims to determine the effectiveness of early motion and directed exercise, one of which is range of motion, to overcome the barriers to mobilization that occur in femur neck fracture patients at the University of Indonesia Hospital. This range of motion exercise is done four times, with a duration of 15-30 minutes with ten repetitions of the movement. The results of the intervention show that this exercise can improve muscle strength, joint flexibility, so that the elderly can make changes in position, hold weight, and walk with the help of a walker. This increase can be seen from the change in the mobility scale score of the elderly which increased from a score of two to six and the outcome criteria in the nursing plan."
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>