Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fiorentina Nova Fiorentina Nova
"ABSTRAK
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada pembentukan sel darah. Manajemen terapi pada anak dengan leukemia adalah kemoterapi. Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting CINV merupakan masalah yang sering terjadi pada anak dengan pengobatan kemoterapi dan dapat mempengaruhi berat badan anak. Metode yang digunakan pada penelitian kuantitatif ini adalah quasi experiment dengan pendekatan pretest and posttest nonequivalent control group. Responden dalam penelitian ini diambil dengan cara consequtive sampling dengan jumlah sampel minimal 28 anak dengan leukemia yang sedang menjalani kemoterapi, rentang usia anak 3-18 tahun yang terbagi menjadi kelompok perlakuan n= 14 dan kelompok kontrol n=14 . Data yang diambil pada penelitian ini adalah skor mual-muntah anak INVR dan perubahan berat badan anak yang diperoleh melalui pengukuran sebelum dan sesudah intervensi edukasi dengan rentang pengukuran 7 hari. Pengetahuan orang tua pada kelompok perlakuan dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi edukasi. Intervensi edukasi manajemen nutrisi diberikan kepada orang tua dari anak dengan leukemia melalui video yang berdurasi 10-15 menit sebelum kemoterapi diberikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa edukasi manajemen nutrisi yang diberikan kepada orang tua tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skor mual-muntah antara sebelum dan setelah intervensi p value>0,05 . Dan pada hasil analisis skor mual-muntah setelah intervensi dan perubahan berat badan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pula p value>0,05 . Hasil yang tidak signifikan pada penelitian ini terjadi disebabkan oleh faktor agen kemoterapi yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap skor mual-muntah setelah intervensi dan variabel perubahan berat badan. Melalui hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan orang tua yang mendapatkan intervensi edukasi manajemen nutrisi.

ABSTRACT
Leukemia is a cancer that occurs in the production of blood cells. Therapeutic management in the children with leukemia is chemotherapy. Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting CINV is common problem in children with chemotherapy and may affect to the children rsquo s weight. The method was used in this quantitative study is quasi experiment with pretest and posttest nonequivalent control group. The respondents in this study were taken by consecutive sampling and the minimum sample size is 28 children with leukemia who are undergoing chemotherapy treatment with an age range of 3 to 18 years old that divided into treatment group n 14 and control group n 14 . The data that was collected in this study were nausea and vomiting scores as measured by Instrument of Nausea and Vomiting Retching INVR and children rsquo s weight changes that was measured before the education was gave and 7 days later. Parent rsquo s knowledge of nutritional management in the treatment group was measured before and after intervention. The interventions about nutritional management are given to parents of the children with leukemia through the video on the duration of 10 until 15 minutes before chemotherapy was administered. The results of the analysis showed that nutritional management education that was given to parents did not have a significant effect on the scoring of nausea vomiting between before and after intervention p value 0,05 . And on the result of the analysis to nausea vomiting scoring after intervention and weight changes between the treatment and control group is also did not show any significant differences p value 0,05 . Insignificant results on this study occurred due to chemotherapy agent factors that had a significant relationship to the score of nausea vomiting after intervention and weight changes variable. Through the result of the study is known that there are increasing in parent rsquo s knowledge who got nutritional management education intervention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyu Buono Ayuning Pertiwi
"Di era pandemi ini, banyak sekali kegiatan yang mengharuskan kita untuk dilakukan secara online. Kegiatan bisnis yang awalnya dilakukan secara tunai juga telah berubah menjadi non tunai, seperti menggunakan switching bill payment. Akan tetapi, jika terdapat banyak pengguna yang melakukan request, maka biller dapat mengalami overloaded dan menjadi tidak responsif. Oleh karena itu, penulis ingin membuat sebuah circuit breaker yang dapat menentukan kondisi dari biller kemudian memutuskan koneksi antara switching dengan biller jika biller tersebut dalam kondisi yang kurang baik. Circuit breaker yang ada akan diimplementasi menggunakan 2 service, dimana service pertama akan memiliki sebuah library circuitbreaker dalam bentuk decorator yang memiliki fungsi memutuskan atau menyambungkan koneksi antara switching dan biller. Service lainnya dari circuit breaker yaitu service model yang berfungsi sebagai penentu apakah suatu biller sedang berada dalam kondisi normal atau tidak. Cara service tersebut menentukan kondisi biller adalah dengan menggunakan sebuah dataset dummy yang kemudian dilakukan transformasi menggunakan Sequence Graph Transform (SGT). Kemudian, dataset yang telah ditransformasi tersebut akan dilakukan training menggunakan tensorflow untuk menghasilkan suatu model yang dapat melakukan prediksi terhadap kondisi biller. Penerapan circuit breaker ke sebuah switching bill payment dapat memberikan kenyamanan kepada pengguna dalam melakukan transaksi pembayaran berupa layanan yang cepat dari switching tersebut.

In this pandemic era, there are a lot of activities that requires us to do it online. Business activity that is done by using cash has now become cashless, like for example by using switching bill payment. However, if there is a lot of users making a request, there is a chance that the switch will be overloaded and it will become unresponsive. As a result, the author tried to create a circuit breaker that is able to determine biller's condition and if it is in bad condition then the circuit breaker will cut off the connection. The circuit breaker will be implemented using 2 services in which one of the services will have a circuitbreaker library in a shape of decorator . The other service is a service model where it will decide if a biller is in a normal condition or not. The way it determines biller's condition is by using a dummy dataset that is transformed using Sequence Graph Transform (SGT). Then, the transformed dataset will be trained using TensorFlow to produce a model that can be used to predict biller's condition. Implementing a circuit breaker into a switching bill payment gives convenience to the user in doing payment transactions by giving them a fast service from the switching."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Regar
"Status gizi merupakan parameter yang dapat mengetahui masalah kesehatan di suatu daerah atau negara. Hingga saat ini prevalensi masalah gizi di Indonesia masih cukup tinggi, yang dapat ditentukan dengan indeks berat badan menurut usia (BB/U) dan tinggi badan menurut usia (TB/U). Masalah gizi kronik akan menimbulkan komplikasi jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecukupan asupan energi dan makronutrien dengan status gizi pada anak usia lima sampai tujuh tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dianalisis adalah data yang memenuhi kelengkapan tanggal lahir, pengukuran antropometri, serta analisis food recall 24 jam. Besar sampel penelitian ini adalah 122 anak. Analisis statistik yang digunakan adalah metode Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan protein dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,024; indeks TB/U: p=0,037). Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,358; indeks TB/U: p=0,733), kecukupan asupan lemak dengan status gizi (indeks BB/U: p=1,000; indeks TB/U: p=1,000), dan kecukupan asupan karbohidrat status gizi (indeks BB/U: p=0,462; indeks TB/U: p=1,000).

Nutritional status is a parameter that could determine health problems in a region or a country. So far prevalence of nutritional problem in Indonesia is still quite high. Nutritional problem can be determined by measuring weight-for-age (W/A) and height-for-age (H/A) index. Persistent nutritional problem correlates with long-term sequelae. This study was intended to evaluate the association between energy-macronutrient adequacy and nutritional status in children age five to seven year old.
This study was an observational-analytic, cross-sectional using secondary data. In order to be analayzed datas must have complete birth date, anthropometric measurement, and analysis of 24-hour food recall. The study population was 122 children. Statistical analysis was performed using Fisher test.
We found that there was a significant association between protein adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.024; H/A index: p=0.037). There was no significant association between energy adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.358; H/A index: p=0.733), fat adequacy and nutritional status (W/A index: p=1,000; H/A index: p=1.000), carbohydrate adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.462 and H/A index: p=1.000).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teshalonica Mellyfera Irania
"Di Indonesia, defisiensi makronutrien (stunting, wasting, dan underweight) masih menjadi salah satu masalah kesehatan. Salah satu penyebab dari stunting, wasting, dan underweight adalah kurang beragamnya diet yang dikonsumsi, yang dapat diukur dengan indikator dietary diversity score. Penelitian cross- sectional ini meneliti data sekunder, yang melibatkan sebanyak 85 subjek usia 24—36 bulan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Riwayat asupan makan didata menggunakan 24-hour recall, yang akan digunakan untuk menghitung dietary diversity score. Status gizi diukur berdasarkan nilai skor Z dari height- for-age, weight-for-age, dan weight-for-height. Pada hasil, didapatkan mayoritas subjek memiliki DDS sedang (54,1%). Prevalensi subjek dengan stunting, underweight, dan wasting, secara berturut-turut adalah 36,5%, 29,4%, dan 7,1%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara DDS dengan stunting, underweight, ataupun wasting. Melalui analisis multivariat, terdapat dua faktor yang berhubungan secara signifikan dengan stunting, yakni jenis kelamin (p=0,025) dan tingkat pendidikan ibu (p=0,047). Sebagai kesimpulan, selain keragaman pangan, terdapat beberapa faktor lain yang memengaruhi status gizi anak, seperti jenis kelamin dan tingkat pendidikan ibu. Oleh sebab itu, pemberian edukasi kepada ibu terhadap diet anak yang sehat dapat menjadi suatu bentuk tindakan pencegahan terhadap undernutrition.

In Indonesia, macronutrient deficiency (stunting, wasting, and underweight) is still a health problem. One of the causes of stunting, wasting, and underweight is the lack of variety in the diet consumed, which can be measured by an indicator called dietary diversity score. This cross-sectional study examined a secondary data, involving 85 subjects aged 24—36 months in Kampung Melayu sub-district, East Jakarta. Food intake history was recorded using 24-hour recall, which will be used to calculate the dietary diversity score. Nutritional status was measured based on the Z score of height-for-age, weight-for-age, and weight-for- height. As a result, majority of subjects had medium DDS (54.1%). The prevalence of subjects with stunting, underweight, and wasting was 36.5%, 29.4%, and 7.1%, respectively. There is no significant relationship between DDS and stunting, underweight, or wasting. Through multivariate analysis, there were two factors that were significantly associated to stunting, which are gender (p=0.025) and mother's education level (p=0.047). In conclusion, in addition to food diversity, there are many other factors that influence the nutritional status of children, such as gender and maternal education. Therefore, providing education to mothers about a healthy child's diet can be used as a form of preventive action against undernutrition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang
"Prevalensi gizi buruk di Kabupaten Pandeglang mencapai 32,28%. Berbagai intervensi telah dilakukan guna menekan kasus tersebut, antara lain intervensinya adalah PMT dari program JPSBK pada keluarga miskin. Tujuan penelitian ini adalah: mengetahui proporsi Ibu yang patuh dalam memberikan makanan tambahan, menilai hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, manfaat pemberian PMT, pengalaman Ibu dalam pemberian PMT, jumlah anggota keluarga, persepsi tentang jarak pada tempat pelayanan kesehatan, suplai PMT yang cukup, penyuluhan oleh petugas dengan kepatuhan Ibu memberikan makanan tambahan di Kabupaten Pandeglang tahun 2002.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang tahun 2002 dan disain yang digunakan adalah Krosseksional. Cara pengambilan sampel menggunakan sistim Muster dengan program C Survey.
Hasil penelitian menunjukan proporsi Ibu yang tidak patuh mencapai 70%. Untuk faktor pengalaman dan faktor persepsi jarak pada tempat pelayanan kesehatan terjadi interaksi hasilnya yaitu bahwa Ibu yang memiliki persepsi jarak yang dekat dan berpengalaman memiliki peluang patuh 0,035 kali lipat di bandingkan dengan Ibu yang memilki persepsi jarak yang jauh dan tidak berpengalaman dalam pemberian PMT (95% CI 0,002:0,517), setelah di kontrol variabel lainnya. Sedangkan untuk ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang cara pemberian PMT memiliki peluang patuh 15 kali lipat dibandingkan dengan Ibu yang pengetahuannya kurang tentang cara pemberian PMT (95% Cl 3,111:79,886).
Untuk Ibu yang suplai PMT diberikan cukup akan memiliki peluang patuh 18 kali lipat dibandingkan dengan apabila suplai PMTnya kurang (95% CI 5,220:65,752). Untuk faktor pendidikan, pekerjaan, faktor jumlah anggota keluarga, manfaat pemberian PMT, umur, dan penyuluhan oleh petugas tidak ada hubungan dengan kepatuhan.
Saran dalam meningkatkan kepatuhan lbu dalam memberikan PMT, bahwa persepsi jarak dekat pada tempat pelayanan kesehatan dan berpengalaman dalam memberikan PMT tidak berpengaruh terhadap kepatuhan lbu dalam memberikan PMT. Walau demikian peningkatan pengetahun Ibu tentang cara pemberian PMT yang baik dan benar serta suplai PMT yang cukup dapat meningkatkan kepatuhan Ibu dalam memberikan PMT.

Factors Related to Mother's Compliance in Providing Food Supplement According to Instruction of Social Safety Net Program in Health in 1999, to Child Age 6 to 23 Months Old in Pandeglang District in 2002Prevalence of malnutrition in Pandeglang District reached 32.28%. Many interventions had been done to decrease the prevalence, including food supplementation program of the Social Safety Net in Health (JPSBK) targeted to the poor families. The aim of this study is to know the proportion of compliant mothers in providing food supplement, to understand the relationship between mother's age, education, occupancy, knowledge, perception on benefit of food supplementation, mother's experience in providing food supplement, family size, perception on distance to health facilities, sufficiency of food supplement supply, extension by health personnel and mother's compliance in providing food supplement in Pandeglang District in 2002.
This study was conducted in Pandeglang District in 2002 using cross sectional design. Sampling was done by cluster system using C survey program.
Result of this study shows that the proportion of non-compliant mothers was 70%. There was interaction between experience and perception on distance factors where mothers who perceive the distance as close and having experience had chance to be compliant of 0.035 times compared to those who perceive the distance as far and not having experience of providing food supplement (95% CI 0.002:0.517) after controlled by other variables. Mothers who possessed good knowledge about providing food supplementation had chance to be compliant of 15 times compared to those mothers who did not possess sufficient knowledge on providing food supplement (95% CI 3.111:79.886). Mothers with adequate supply of food supplement had chance of 18 times higher to be compliant compared to those without adequate supply (95% CI 5.220:65.752).
Several suggestions can be endorsed after this study, that perception about distance to health care facilities and experience in providing food supplement has no influence to mother's compliance in providing food supplementation. However, improving mother's knowledge on how to provide food supplement and adequate supply of food supplement could improve mother's compliance."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Nazmiah
"Masalah kurang gizi pada balita merupakan masalah gizi utama di Indonesia yang ditemui pada sebagian besar wilayah Indonesia termasuk DKI Jakarta. Penelitian pada bulan Mei-Juni 2012 di wilayah kerja Puskemas Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Tahun 2012.
Bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi protein (KEP) pada balita umur 6-59 bulan. Menggunakan metode cross sectional, dengan variabel dependen adalah KEP balita, sedangkan umur, jenis kelamin, asupan makanan, penyakit infeksi, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, penghasilan perbulan ketersediaan pangan, besarnya keluarga dan pemanfaatan pelayanan kesehatan menjadi variabel independen
Hasil penelitian menunjukan proporsi balita yang mengalami KEP adalah 54,2%. Hasil analisis bivariat, faktor-faktor yang berhubungan adalah asupan makanan, penyakit infeksi, pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Kesimpulannya proporsi KEP termasuk tinggi. Saran pelaksanaan program intervensi gizi fokus pada kelompok rentan, mereplikasi pos gizi, promosi kesehatan gizi dan kerja sama lintas sektor.
The problem of less nutrition especially for children under five is still the case of main nutrition in Indonesia that can be found in most regions either in country side or Town, even it occurs in province of DKI Jakarta. This research was carried out from May to June 2012 in Local Government Clinic in Petukangan Selatan The sub-distric of Pesanggrahan in 2012.
The goal of this research is to know the factors relating to the less energy of protein which occurs on children under five- age, within 6 to 59 months. The research used the method of cross sectional.The Dependent Variable is the status of the less energy of protein it self, whereas age, sex, food, disease infection, education of their mothers, jobs and duties, incomes per month, the amount of family, and health services become the Independent Variable.
The result of this research showed that the proportion of children under fiveage who experienced the less energy of protein based on weights and ages was 54,2 %. The analyses of the factors relating to the less energy of protein was the need of food,disease infection,jobs and duties and use the health services.
The conclusion of this research is that the proportion of KEP for children under five-age in Local Government Clinic in South Petukangan is high. It is suggested to carry out the intervention of nutrient program and give the focus on maximize the nutrition post and replication of nutrition post, the promotion about health as a prevent, and join with another institution.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tedjaningsih Hartono
"Krisis ekonomi di Indonesia yang dimuiai pada pertengahan tahun 1997, telah menjadi ancaman terhadap keadaan gizi masyarakat terutama anak yang berusia di bawah lima tahun (Bela). Di Kabupaten Garut berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 1998/1999 tercatat ada KEP (Kekurangan Energi Protein) total yang meliputi keadaan Gizi kurang dan gizi buruk; sebesar 27%. Keadaan ini meningkat dart tahun 1997 yang hanya 16,13 % dan tahun 1996 sebesar 5,2%. Semakin tingginya jumlah anak di bawah usia lima tahun (Balita) yang mengalami status gizi buruk telah mendorong pemerintah menetapkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi hal tersebut. Guna mengetahui penyebab mengapa jumlah anak rawan gizi naik meskipun telah dlambil sejumlah kebijakan untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan suatu penelitian.
Penelitian yang dilakukan membatasi permasalahan pada faktor-faktor yang berpengaruh pada status gizi anak; khususnya anak di bawah usia tiga tahun (Bate) sebagai fokus penelitian; yang selanjutnya dihubungkan dengan kebijakan yang telah dan akan diambil. Penelitian tentang faktor-faktor tersebut dilaksanakan di Desa Barusari dan Desa Sarimukti Kecamatan Semarang Kabupaten Garut Jawa Barat, pada bulan September s/d Nopember 1999 dengan responden sebanyak 184 orang anak yang berusia di bawah tiga tahun (batita), dan 184 prang ibu dari batita yang bersangkutan.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tingginya angka kejadian anak dengan gizi kurang dan gizi buruk di Desa Barusari dan Sarimukti berhubungan signifikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang kesehatan, status ekonomi keluarga, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan sanitasi rumah serta lingkungannya. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh dan memerlukan penelitian lebih lanjut adalah lebih tingginya angka kelompok usia Balita, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, dan kurangnya fasilitas dan tenaga kesehatan.
Kemudian, untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang perlu diambil dalam rangka meningkatkan status gizi anak yang sesuai dengan kondisi setempat, dilakukan penelaahan masalah melalui tiga pendekatan yaitu melalui kebijakan yang sudeh ditetapkan oleh pemerintah dan bersifat top down, kebijakan yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten melalui pendekatan manajemen strategik, serta pendekatan community development planning yang dikembangkan oleh penulis berdasarkan data primer. Hasil penelaahan ini melahirkan alternatif kebijakan baru yang kemudian diprioritaskan dengan metoda AHP.
Hasil pemilihan kebijakan dengan metoda AHP untuk jangka pendek adalah 'Pemberian bantuan pangan dan gizi', sedangkan untuk jangka panjang adalah 'Peningkatan taraf ekonomi'."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bui Dai Thu
"ABSTRACT
The overall objectives of this study were to determine and compare the efficacy of daily vs weekly supplementation with iron, vitamin A, and zinc in children. Furthermore, the impact of supplementation on disease incidence (Diarrhea, Acute Respiratory Infection) and growth performance was investigated Subjects was children aged 6-24 months from rural households in Chi Lang Bac commune of Thanh Mien district, Hai Duong province, Vietnam.
The research was designed as a randomized double-blind placebo-control trial. A total of 168 children were divided into 3 groups: daily, weekly, and placebo treatment lasted 12 weeks. Data on biochemical were collected at start and the end of supplementation. Data on growth were collected at start, end, and 3 months after the supplementation ended Supplements contained 333 lug retinol (1100 IU), 8 mg el. iron, 5 mg el. zinc for the daily dose (DD); 1700 pg retinol (5600 IU), 20 mg el. iron, 17.4 mg el. Zinc for the weekly dose (WLD); and the last group was the placebo (PL).
After 12-week supplementation, increase for Hb, retinol, and zinc concentrations in the supplemented DD and WLD were similar (P>0.05) and significant higher (P<0.01) from those in the PL. The improvement of all anthropometric indices were similar between supplemented DD, and WLD with PL at the end, and at 3 months after the supplementation (P>0.05). In stunted children at baseline, changes for HAZ in the supplemented DD and WLD were similar (P>0.05) and significant higher (P<0.05) from those in the PL at 3 months after the supplementation. Incidence of Diarrhea and ARI in supplemented DD and WLD groups were similar (P> 0.05) and significant lower (P<0.01) compared with those in the PL at the end of 12-week supplementation.
The WLD multi-nutrient supplementation for 12 weeks can be a possible preventive strategy to improve the iron, vitamin A, and zinc status of children aged 6-24 months."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Zahraini
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan status gizi balita 12-59 bulan. Data sekunder yang digunakan bersumber dari data Riskesdas 2007 untuk wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar (60,9%) keluarga balita di DI Yogyakarta sudah KADARZI, sedangkan di NTT baru 12,2% keluarga balita yang termasuk KADARZI. Uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan yang bermakna antara status KADARZI, keteraturan menimbang, makan beraneka ragam, penggunaan garam beryodium, dan kejadian diare dengan status gizi balita (p<0,05). Akhirnya disarankan bahwa masih perlu dilakukan sosialisasi secara merata tentang KADARZI serta indikator perilakunya kepada masyarakat untuk mencegah dan mengurangi terjadinya masalah kurang gizi pada balita khususnya di provinsi NTT.

The reseach is aimed to know the relationship between nutritional family awareness and nutritional status of child 12-59 month. The data was used from Riskesdas 2007 for DI Yogyakarta and NTT. The result of this research show that 60,9% family who has child 12-59 month in DI Yogyakarta has nutritional awareness status, but in NTT there was only 12,2%. The result of statistical test shows that the family nutritional awareness, continiously child weighing, consumption of combine food, used of iodine salt, and diarrhoea were associated with nutritional status of child 12-59 month.(p<0,05). This finding may be used to inform future intervention aimed at increasing nutritional family awareness status specially in NTT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S5749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tjondro Sulistiorini
"ABSTRAK
Pemberian MP-ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sampai saat ini belum diperoleh informasi mengenai pemberian MP-ASI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kecamatan Pulogadung, Kotamadya Jakarta Timur.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang pemberian MP-ASI pada bayi yang berusia 4-12 bulan serta faktor dominan dari karakteristik ibu yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang dipergunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu dari bayi usia 4-12 bulan, yang pada saat pengumpulan data berdomisili di Kecamatan Pulogadung, Kotamadya Jakarta Timur. Jumlah sampel 248 orang dengan metode pengambilan sampel random sampling secara bertingkat.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat praktek pemberian MP-ASI yang terlalu dini. Praktek pemberian NIPASI tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dan pekerjaan ibu. Pengetahuan gizi merupakan variabel antara yang menghubungkan beberapa variabel babas dengan praktek pemberian MP-ASI.
Tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi yang berasal dari MP-ASI masih kurang mencukupi. Secara umum pengetahuan gizi muncul sebagai fakfor penentu dari tingkat konsumsi zat gizi tersebut, kecuali energi. Tetapi pada saat terjadi infeksi, pengaruh pengetahuan gizi terhadap tingkat konsumsi berkurang.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan gizi memiliki peranan panting dalam mempengaruhi praktek pemberian MP-ASI. Serdasarkan kesimpulan tersebut disarankan untuk meningkatkan pengetahuan gizi ibu, yang meliputi jenis dan lumlah bahan pangan yang tepat untuk diberikan sebagai MP-ASI serta usia yang tepat bagi pengenalan jenis-jenis MP-ASI."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>