Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183791 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nining Indrawati
"ABSTRAK
Nama:Nining IndrawatiProgram Studi:Magister KeperawatanJudul :Pengaruh Home Based Nursing Pulmonary Rehabilitation terhadap Sesak Napas dan Fatigue pada pasien PPOKPembimbing:Prof. Dr. Ratna Sitorus, S.Kp., M.App.Sc.Dr. Debie Dahlia, S.Kp., MHSM Home based nursing pulmonary rehabilitation adalah program rehabilitasi paru keperawatan di rumah yang berfokus pada kebutuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh home based nursing pulmonary rehabilitation terhadap sesak napas dan fatigue pada pasien PPOK. Penelitian ini menggunakan desain quasy experimental pre test and post test control group. Sampel terdiri dari 30 pasien PPOK yang terbagi atas 15 orang pada kelompok intervensi dan 15 orang pada kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-test untuk sesak napas dan fatigue. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara sesak napas sebelum dan sesudah dilakukan home based nursing pulmonary rehabilitation pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol p= 0,0005 ; p< ? . Hasil analisis selanjutnya menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara fatigue sebelum dan sesudah dilakukan home based nursing pulmonary rehabilitation pada kelompok intervensi p= 0,0005 ; p< ? . Home based nursing pulmonary rehabilitation merupakan intervensi yang terbukti efektif, murah dan mudah dilakukan untuk mengatasi sesak napas dan fatigue pada pasien PPOK.Kata kunci :fatigue, home based nursing pulmonary rehabilitation, pasien PPOK, sesak napas

ABSTRACT
Name Nining IndrawatiStudy Program Master of Nursing Title The Effect of Home Based Nursing Pulmonary Rehabilitation on Dyspnea and Fatigue in Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD Counsellor Prof. Dr. Ratna Sitorus, S.Kp., M.App.Sc.Dr. Debie Dahlia, S.Kp., MHSM Home based nursing pulmonary rehabilitation is a pulmonary rehabilitation that focuses on patients needs. The objective of this study is to find out the effect of home based nursing pulmonary rehabilitation on dyspnea and fatigue in Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD patients. This study used a quasi experimental pre test and post test control group design. The sample consisted of 30 COPD patients divided into experimental group 15 patients and control group 15 patients. T test was used in analyzing data for dyspnea and fatigue. The results show that there are significant differences on dyspnea between before and after the implementation of home based based nursing pulmonary rehabilitation to experimental group and control group p 0.0005 p "
2018
T49544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Pratidina Susilo
"Pendahuluan. Pengkajian nyeri kronik komprehensif tidak hanya berfokus pada aspek biologis nyeri, namun juga kondisi fungsional dan psikososial. Tenaga kesehatan, termasuk mahasiswa kedokteran, lebih berfokus pada aspek biomedis pasien. Mnemonic PQRST adalah alat bantu pengkajian nyeri yang berfokus pada aspek biomedis. Mnemonic ACT-UP dapat membantu melakukan pengkajian fungsional dan psikososial. Gabungan kedua mnemonic sebagai alat bantu pembelajaran belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universtias Indonesia (FKUI) dalam pengkajian nyeri kronik setelah mendapatkan pelatihan dengan mnemonic PQRST dan ACT-UP dengan yang mendapatkan mnemonic PQRST saja.
Metode. Penelitian ini adalah uji acak tersamar ganda dalam bentuk pelatihan pengkajian nyeri kronik berbasis simulasi yang diikuti 40 mahasiswa FKUI. Pengetahuan mahasiswa dinilai dengan pre-test dan post-test. Keterampilan mahasiswa dinilai dalam simulasi pengkajian nyeri.
Hasil. Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan antara kelompok uji dan kelompok kontrol. Nilai post-test 85,71 (71,43 -95,24) berbeda bermakna dari pre-test 61,90 (25,87 – 90,48) dengan p=0,000. Tingkat kepuasan mahasiswa atas pelatihan pengkajian nyeri kronik tinggi.
Simpulan. Pelatihan dengan mnemonic PQRST dan ACT-UP tidak lebih baik daripada pelatihan dengan mnemonic PQRST saja dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengkajian nyeri kronik mahasiswa FKUI. Pelatihan pengkajian nyeri kronik bermanfaat untuk meningkatkan pembelajaran mahasiswa.

Introduction. Chronic pain assessment should be comprehensive, exploring the biomedical process and the functional and psychosocial condition. Health professionals, including medical student, put more attention on the biomedical aspect. PQRST mnemonic is used in chronic pain assessment focusing biomedical aspect. ACT-UP mnemonic can help perform a comprehensive assessment. The combination of both in education has not been studied. This study aimed to compare the knowledge and skills of medical student in the Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI) in the chronic pain assessment after being trained using PQRST and ACT-UP with ones using PQRST only.
Methods. This is a double-blinded randomized controlled trial. 40 medical students joined a simulation-based chronic pain assessment workshop. Pre-test and post-test were used to assess knowledge. The skills were evaluated in a simulation by two independent raters.
Results. There is no difference in the knowledge and skills between groups. There is a significant difference between the post-test 85,71 (71,43 - 95,24) and the pre-test 61,90 (25,87 – 90,48) with p=0,000. Students reported high satisfaction upon the workshop.
Conclusion. Training with PQRST and ACT-UP mnemonic is not better than one with PQRST only to improve the knowledge and skills of chronic pain assessment of the students. Nevertheless, this workshop was beneficial for students’ learning."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Helzah
"Kanker rektum merupakan salah satu penyakit keganasan saluran pencernaan yang banyak dialami masyarakat perkotaan. Salah satu gejala yang dirasakan oleh pasien kanker rektum adalah nyeri. Upaya untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Salah satu intervensi non farmakologis adalah teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi napas dalam merupakan metode yang mudah dilakukan untuk mengurangi nyeri dan ansietas. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi efek teknik relaksasi napas dalam terhadap nyeri kronik pada pasien kanker rektum. Evaluasi hasil setelah diberikan intervensi adalah skala nyeri berkurang dari empat menjadi tiga, tekanan darah menurun dari 168/78 mmHg menjadi 137/70 mmHg, dan membuat pasien menjadi lebih rileks dan nyaman. Teknik relaksasi napas dalam dapat direkomendasikan untuk mengurangi nyeri pada kanker.

Rectal cancer is a malignancy of the gastrointestinal tract that is experienced by the urban community. Pain is one of the symptom that felt by the patient with colorectal cancer. The pain management that can be used to reduce the pain is trough pharmacological and non- pharmacological. One of the non-pharmacological intervention is by doing a deep breathing relaxation technique . Deep breathing relaxation technique is a simple technique to reduce  pain and anxiety. The purpose of this paper is to identify the effect of deep breathing relaxation in rectal cancer patients with chronic pain. The evaluation results after patients was given intervention was pain scale decreased from four to two, blood preasure decreased from 168/78 mmHg to 137/70 mmHg, and patients was more relaxed and comfortable. Deep breathing relaxation can be recommended in reducing cancer pain."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Rachmawati
"ABSTRAK
Penurunan fungsi muskulosketal merupakan masalah kesehatan yang sering dikeluhkan oleh lansia. Karya ilmiah ini menjelaskan mengenai asuhan keperawatan nyeri kronis pada sendi melalui intervensi footbath. Instrumen yang digunakan penulis yaitu Geriatric Pain Meassurement (GPM). Intervensi ini dilakukan terhadap tiga lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha. Asuhan keperawatan ini dilakukan selama lima minggu. Evaluasi hasil terhadap tindakan footbath tersebut menunjukkan adanya penurunan tingkat nyeri pada sendi. Evaluasi menggunakan instrument Geriatric Pain Meassurement (GPM) didapatkan dua klien menurun tingkat nyeri dari berat ke sedang. Satu klien tetap berada di tingkat sedang namun skala nyeri berkurang.

ABSTRACT
Decreased musculosketal function is a health problem that is often complained of by the elderly. This scientific work explains about chronic nursing care in the joints through footbath intervention. The instrument used by the author is Geriatric Pain Meassurement (GPM). This intervention was carried out on three elderly people on the Tresna Werdha Social Home. This nursing care is carried out for five weeks. Evaluation of results for the footbath action The evaluation using the Geriatric Pain Meassurement (GPM) instrument was obtained by two clients decreased from level severity to moderate.
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilia Rifani Ufairah
"Latar belakang: Glaukoma merupakan penyakit kronik pada mata yang menjadi penyebab kebutaan kedua setelah katarak di Indonesia. Saat ini, terdapat sejumlah 427.091 penduduk Indonesia yang menjalani rawat jalan terkait glaukoma. Pada tingkat global, glaukoma sudut terbuka merupakan penyebab kebutaan pertama. Pengobatan farmakologis jangka panjang merupakan terapi utama untuk mencegah progresivitas glaukoma yang memerlukan kepatuhan penggunaan obat oleh pasien. Tujuan: Memberikan gambaran mengenai tingkat kepatuhan penggunaan obat pasien glaukoma sudut terbuka di RSCM Kirana sebagai pusat rujukan nasional, disertai pengaruh dukungan pengasuh atau keluarga terhadap derajat kepatuhan tersebut. Metode: Studi dilaksanakan secara potong lintang dengan teknik pengambilan sampel consecutive. Sampel terpilih sejumlah 96 orang merupakan pasien tergolong kriteria inklusi dari RSCM Kirana. Sampel diwawancarai secara daring dengan pertanyaan bersumber dari kuesioner adaptasi Morisky Medication Adherence Scale dan Duke UNC-Functional Social Support Questionnaire. Hasil: Distribusi derajat dukungan pengasuh atau keluarga dari 96 responden adalah 29.2% beroleh dukungan rendah, 51.04% dukungan sedang, dan 19.8% dukungan tinggi. Sementara distribusi derajat kepatuhan penggunaan obat adalah 50% beroleh kepatuhan rendah, 32.3% kepatuhan sedang, dan 17.7% kepatuhan tinggi. Nilai p (p=0.822) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara derajat dukungan pengasuh atau keluarga terhadap derajat kepatuhan penggunaan obat pasien glaukoma sudut terbuka di RSCM Kirana. Simpulan: Derajat dukungan pengasuh atau keluarga tidak memiliki pengaruh signifikan dengan derajat kepatuhan penggunaan obat pasien glaukoma sudut terbuka (p>0.05) dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi keterbatasan studi

Background: Glaucoma is a chronic eye disease which causes blindness second to cataracts in Indonesia. Currently, there are 427,091 Indonesians who undergo outpatient care related to glaucoma. Open-angle glaucoma is the leading cause of blindness globally. Long-term pharmacological treatment is suggested as the main therapy to prevent disease progression therefore requires adherence. Objective: To provide an overview of the level of medication adherence in open-angle glaucoma outpatients at RSCM Kirana along with the effect of family or caregiver support upon it. Methods: The study design was cross-sectional with a consecutive sampling technique. The selected sample of 96 people were RSCM Kirana open-angle glaucoma outpatients who fulfilled the inclusion criteria requirements. The sample was interviewed online with questions adapted from the Morisky Medication Adherence Scale and Duke UNC-Functional Social Support Questionnaire. Results: The distribution regarding the degree of caregiver or family support out of 96 respondents were 29.2% experienced low support, 51.04% had moderate support, and 19.8% had high support. On the other hand, the distribution of medication adherence degree were 50% had low adherence, 32.3% had moderate adherence, and 17.7% had high adherence. The p-value (p = 0.822) indicates the degree of family or caregiver support has no significant effect on the degree of adherence to medication outcome in open-angle glaucoma patients at RSCM Kirana. Conclusions: The degree of family or caregiver support does not significantly affect the degree of adherence to medication use in open-angle glaucoma patients (p> 0.05). Further research is needed to overcome the recent study limitations
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Hanifah
"Nyeri Neuropatik merupakan salah satu bentuk nyeri kronik dengan prevalensi berkisar antara 7-10% populasi dinegara maju. Obat farmasi yang umum digunakan dalam upaya penanganan nyeri neuropatik adalah antidepresan. Beberapa herbal
seperti pala (Myristica fragrans), cengkeh (Syzygium aromaticum) dan jahe (Zingiber officinale) secara empiris dapat dijadikan sebagai jamu penurun ketegangan saraf dengan efek samping lebih rendah. Oleh karena itu, Jamu sebagai alternatif obat farmasi dapat digunakan untuk penyakit ini dengan data saintifik yang akurat. Suhu dan waktu terbaik pada ekstraksi Jamu Penurun Nyeri Saraf
Tegang bedasarkan total fenolik dan efisiensi waktu ekstraksi adalah 80℃ selama 90 menit dengan total fenolik 1343,06 ppm. Bedasarkan ekstraksi tunggal bahan baku jamu cengkeh memiliki total fenolik terbesar dengan nilai koefisien perpindahan massa (KC) senyawa fenolik pada ekstrak cengkeh dengan variasi
suhu 60, 80 dan 100℃ adalah 0,1018 cm/s., 0,1408 cm/s. dan 0,1861 cm/s. UPLCMS analisis ekstrak aquadest jamu menunjukan adanya senyawa seperti adenine, asam chlorogenic, miquelianin, quercitrin, 6-Shogaol, myristicin, dan eugenol.
Sedangkan hasil analisis GC-MS, 4 senyawa utama bedasarkan kelimpahan hasil analysis adalah asam 9-Octadecenoic (Z), 2,3-dihydroxypropyl ester ( 22.028 %), n-Hexadecanoic acid (21.764 %), asam cis-Vaccenic (20.291 %) dan asam
Hexadecanoic, 2hydroxy1(hydroxymethyl) ethyl ester (13.360 %). Senyawasenyawa tersebut tersebut memiliki khasiat sebagai antidepresan, antioksidan, antiinflamasi, dan analgesik yang secara empirik mempunyai khasiat mengurangi
rasa nyeri pada saraf. Penurunan nilai pH pada penyimpanan jamu di suhu ruang cenderung signifikan sementara pada penyimpanan jamu di suhu refrigerator, nilai pH cenderung stabil. Ekstrak jamu pada berbagai dosis secara signifikan mengurangi durasi imobilitas pengurangan durasi imobilitas menunjukan adanya
aktivitas antidepresan. Pengurangan waktu imobilitas adalah 8,3%, 36,4% dan 30,1% untuk dosis 16,25 mL/kg, 32,5 mL/kg dan 65 mL/kg dengan kelompok kontrol positif dan dosis II memiliki aktivitas anti-depresant setara.

Neuropathic pain is one form of chronic pain that is very difficult to manage with
prevalence ranges from 7-10% of the population in developed countries. Pharmaceutical drugs that commonly used to treat neuropathic pain is
antidepressants. Empirically use some herbs such as nutmeg (Myristica fragrans), cloves (Syzygium aromaticum) and ginger (Zingiber officinale) to reduce nervous tension with lower side effects. Therefore, Jamu as an alternative medicine can be used for this disease with accurate scientific data. The best temperature and time for extraction of Tension Pain Reducing Herbs based on the total phenolic and extraction time efficiency was 80 ℃ for 90 minutes with a total phenolic value of 1343.06 ppm. Based on a single extraction of raw materials for jamu, clove had the largest total phenolic with a mass equilibrium value (KC) of phenolic total in clove extract with a temperature variation of 60, 80 and 100 ℃ are 0.1018 cm / s, 0.1408 cm / s. and 0.1861 cm / s. UPLC-MS analysis revealed the presence of compounds such as adenine, chlorogenic acid, miquelianin, quercitrin, 6-gingerol, myristicin, and eugenol and for GC-MS analysis revealed Octadecenoic acid (Z)-, 2,3 dihydroxypropyl ester ( 22.028 %), n-Hexadecanoic acid (21.764 %), cis-Vaccenic
acid (20.291 %) and Hexadecanoic acid, 2-hydroxy-1- (hydroxymethyl) ethyl ester
(13.360 %). These compounds have efficacy as an antidepressant, antioxidant, antiinflammatory,
and analgesic, which empirically has the effect of reducing nerve tension. Decreasing the pH value of herbal medicine storage at room temperature tends to be significant while at refrigerator temperature the pH value tends to be stable. Herbal extracts at various doses significantly reduce the duration of immobility, reducing the duration of immobility shows antidepressant activity. Reduction in immobility time was 8.3%, 36.4% and 30.1% for doses of 16.25 mL/kg,32.5 mL/kg and 65 mL/kg with positive control groups and dose II had antidepressant activity equivalent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Haekal
"Pendahuluan : Infertilitas merupakan salah satu gejala pada endometriosis dengan prevalensi mencapai 40-50%. Endometriosis memiliki dampak merugikan terhadap kualitas oosit, sementara sampai saat ini belum ada biomarker baik dari serum ataupun cairan folikel yang dapat dijadikan acuan penilaian kualitas oosit untuk dapat digunakan pada pasien endometriosis yang menjalani fertilisasi in vitro (FIV). Telah ditemukan bahwa pada serum pasien endometriosis terjadi perubahan ekspresi microRNA dimana miRNA-125b memiliki peningkatan yang paling signifikan dengan sensitifitas dan spesifisitas yang paling tinggi. Pada cairan folikel, miRNA-125b berperan saat transisi fase folikular-luteal dengan mempengaruhi ekspresi leukemia inhibitory factor (LIF). LIF diketahui dapat menginduksi sel kumulus yang kemudian mempengaruhi maturasi oosit.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari apakah terdapat hubungan antara miRNA-125b serta LIF dengan kualitas oosit pada pasien infertil dengan endometriosis.
Desain: Studi Analitik korelatif dengan desain potong lintang.
Material dan Metode: Sampel penelitian didapatkan dari 31 pasien infertil dengan endometriosis yang menjalankan program FIV di Klinik Yasmin RSCM Kencana, dan Klinik Melati RSAB Harapan Kita. Sesaat sebelum petik ovum, sebanyak 5cc sampel darah dari setiap pasien akan diambil untuk penilaian ekspresi miRNA-125b. Pada saat petik ovum, sebanyak 10cc dari total cairan dari folikel yang didapat akan diambil untuk penilaian ekspresi miRNA-125b dan kadar LIF. Oosit yang didapat dinilai oleh embriolog. Pemeriksaan ekspresi miRNA dilakukan dengan RT-PCR, dan kadar LIF menggunakan metode sandwich ELISA.
Hasil:Terdapat korelasi negatif antara miRNA-125b serum dengan LIF cairan folikel (p=0,042; r=-0,34). Tidak terdapat korelasi antara miRNA-125b serum dengan miRNA-125b cairan folikel. Tidak terdapat korelasi antara miRNA-125b cairan folikel dengan LIF cairan folikel. Tidak terdapat korelasi antara miRNA-125b serum, miRNA-125b cairan folikel, dan LIF cairan folikel dengan kualitas oosit. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar ekspresi miRNA-125b cairan folikel dengan angka kehamilan biokimia.
Kesimpulan: Terdapat ekspresi miRNA-125b pada serum dan cairan folikel pada pasien endometriosis, namun miRNA-125b belum dapat dijadikan sebagai parameter yang kuat untuk pemeriksaan kualitas oosit pada pasien endometriosis yang menjalani FIV.

Introduction : Infertility is one of the symptoms in endometriosis with prevalence reaching 40-50%. Endometriosis is known to have detrimental effect on oocyte quality, yet until now there is no biomarker derived from either serum, or even follicular fluid, which can be used as reference for oocyte quality assessment in endometriosis patients going through in vitro fertilization (IVF) procedures. Changes of some microRNAs expression has been found in serum of endometriosis patients, with miRNA-125b showing the most significant increase with the highest sensitivy and specificity. In follicular fluid, miRNA-125b play role during follicular-lutheal phase transition by targeting the expression of Leukemia Inhibitory Factor (LIF). LIF has been studied to have the ability to induce cumulus cell expansion which in turn will affect the oocytes maturation.
Purpose: The purpose of this study is to observe the correlation between miRNA-125b, LIF, and oocyte quality in infertile patient with endometriosis.
Design: this is a cross-sectional study with correlation analysis method.
Materials and Methods: in this study, samples were collected from 31 infertile women with endometriosis undergoing in vitro fertilization procedure at Yasmin Clinic of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, and Melati Clinic of Harapan Kita Mother and Child Hospital. Shortly prior to ovum pick up (OPU) procedure, 5cc of blood sample from each patients was collected, and 10 cc of total follicular fluid was obtained during OPU. Harvested oocytes during the procedure were assessed and scored by embryologist. MiRNA-125b expressions from serum and follicular fluid samples were analyzed using RT-PCR, and LIF levels were analized using ELISA sandwich method.
Result: negative correlation was found between the expression of miRNA-125b serum and LIF follicular fluid (p=0,042; r=-0,34). No correlation was found between the expression of miRNA-125b in serum and in follicular fluid, as well as the expression of miRNA-125b in follicular fluid and LIF in follicular fluid. No correlation was found between the expression of miRNA-125b in serum, follicular fluid, also LIF in follicular fluid, with oocyte quality. Significant result was found between the expression of miRNA-125b in follicular fluid and biochemical pregnancy rate.
Conclusion: This study found miRNA-125 expression represented in serum and follicular fluid in endometriosis patient, but it still cannot be used as a strong parameter for assessing the oocyte quality in infertile women with endometriosis
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Kukuh Adishabri
"Latar belakang: Glaukoma merupakan penyakit yang ditandai oleh gangguan lapang pandang visual dan perubahan tertentu pada cawan optik saraf. Berdasarkan Riskesdas 2007, prevalensi glaukoma di Indonesia mencapai 4,6 per 1000 penduduk. Glaukoma sudut terbuka merupakan tipe glaukoma tersering dimana terdapat sudut yang terbuka pada ruang anterior mata, perubahan ujung nervus optikus, dan hilangnya penglihatan perifer progresif. Glaukoma dapat berujung pada kebutaan apabila tidak ditatalaksana dengan baik. Terapi utama pada glaukoma adalah pengobatan farmakologis jangka panjang yang memerlukan kepatuhan pasien seumur hidup dan hanya bertujuan untuk mencegah disabilitas lebih lanjut.
Tujuan: Memberikan gambaran mengenai kepatuhan penggunaan obat pada pasien glaukoma sudut terbuka di RSCM Kirana, serta hubungannya dengan status pendidikan formal pasien dan tingkat pengetahuan glaukoma pasien.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada 96 subjek dengan teknik consecutive sampling. Subjek merupakan pasien glaukoma sudut terbuka di RSCM Kirana yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi yang telah ditetapkan. Kepatuhan penggunaan obat dan tingkat pengetahuan glaukoma diukur menggunakan kuesioner adaptasi Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) dan Glaucoma Treatment Compliance Assessment Tool (GTCAT).
Hasil: Mayoritas subjek memiliki status pendidikan formal tinggi (56.3%), pengetahuan berkaitan glaukoma sedang (51.0%), dan kepatuhan rendah (50.0%). Uji komparatif yang dilakukan pada status pendidikan formal dan tingkat pengetahuan glaukoma terhadap kepatuhan penggunaan obat memberikan nilai p sebesar 1.000 dan 0.501.
Simpulan: Status pendidikan formal dan tingkat pengetahuan glaukoma tidak memiliki hubungan yang signifikan (p>0.05) dengan kepatuhan penggunaan obat glaukoma sudut terbuka di RSCM Kirana.

Introduction: Glaucoma is a disease characterized by visual field problems and certain changes in optic nerve plate. Based on Riskesdas 2007, the prevalence of glaucoma in Indonesia has reached 4.6 cases per 1000 populations. Open-angle glaucoma is the most common type of glaucoma which characterized by open angle in anterior chamber of eye, changes in optic nerve, and progressive loss of peripheral vision. Glaucoma can lead to blindness if there is no proper therapy given. The main treatment option is long-term pharmacological treatment that requires lifetime adherence and only intended to prevent further disabilities.
Objectives: Provide an overview of medication adherence level in open-angle glaucoma patients at RSCM Kirana, as well as its relationship with formal education status and patient’s knowledge regarding glaucoma.
Methods: This study is a cross-sectional study conducted on 96 subjects with consecutive sampling technique. Subjects were open-angle glaucoma patients at RSCM Kirana who met the inclusion criteria. Measurement of medication adherence level and patient’s knowledge level were carried out using questions adapted from Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) and Glaucoma Treatment Compliance Assessment Tool (GTCAT).
Results: Majority of subjects in this study had high formal education status (56.3%), moderate glaucoma-related knowledge (51.0%), and low adherence (50.0%). The p-value given from comparative test conducted on formal education status and glaucoma-related knowledge level towards medication adherence are 1.000 and 0.501, respectively.
Conclusions: Patient’s formal education status and glaucoma-related knowledge did not significantly affect (p>0.05) medication adherence in open-angle glaucoma patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Hestiani Windari Br.
"Jumlah masyarakat perkotaan semakin lama semakin meningkat akibat arus urbanisasi. Tinggal di perkotaan berdampak terhadap peningkatan level stress dan fungsi aktivitas. Daerah perkotaan memiliki jumlah pengangguran dan gelandangan yang tinggi, termasuk didalamnya lansia. Lansia mengalami penurunan dalam kemampuan fisik dan aktivitas sehingga membutuhkan tempat penanmpungan untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka yakni panti sosial. Lansia yang tinggal di panti tidak lepas dari masalah-masalah kesehatan, salah satunya adalah insomnia. Insomnia adalah masalah yang sering terjadi pada lansia yang dapat menurunkan kualitas hidup lansia sehingga harus diselesaikan. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi insomnia, yakni dengan sleep hygiene, relaksasi otot progresif, peningkatan aktivitas, dan pemberian massase. Hasil dari analisis terhadap seorang lansia menemukan bahwa serangkaian intervensi tersebut dapat mengatasasi masalah insomnia pada lansia.

Urban populations keep increasing by time because of urbanization. Living in urban area effects increasing of sress level and activities. Urban slum and jobless/homeless are developing at a rapid rate including elders. Elders that living in nursing home are in risk of health problems, one of the problem is insomnia. Insomnia is a common problem in elders that may decrease quality of life, therefore this problem have to be solved. This writing aim to analize the interventions that can be used to reduce or solve insomnia, they are sleep hygiene progressive muscle relaxation, increasing activities, and back massage. The result by analizing the interventions in one elder found that the interventions can solve insomnia problem in elder."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Nova M.
"Kondisi masyarakat perkotaan yang membutuhkan tempat tinggal bagi lansia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah lansia. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung adalah salah satu pilihan tempat tinggal bagi lansia dengan berbagai fasilitas dan pelayanan yang dapat mempertahankan kemandirian dan kualitas hidup lansia. Sebuah riset internasional yang dilakukan oleh US Census Bureau, International Data Base tahun 2004 dalam Made (2010) terhadap penduduk Indonesia menyatakan bahwa sebanyak 31,7% dari jumlah lansia di Indonesia mengalami insomnia. Bapak E (68 tahun) merupakan salah satu klien yang tinggal di PSTW dan mengalami insomnia.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif bagi lansia dengan masalah insomnia dan menganalisis intervensi terapi aktivitas dalam mengatasi masalah insomnia pada lanjut usia. Terapi aktivitas merupakan sekumpulan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan individu. Jenis terapi aktivitas yang digunakan adalah penjadwalan aktivitas dan olahraga aerobik lansia. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama tujuh minggu diperoleh hasil bahwa klien mengalami peningkatan kualitas tidur yang ditandai dengan skor PSQI klien menurun dari 18 menjadi 13.

Urban communities who need a place to stay for the elderly increased along with the increasing number of elderly. PSTW Budi Mulia 1 Cipayung as one of the housing options for the elderly with a variety of facilities and services to maintain autonomy and quality of life the elderly. US Census Bureau, International Data Base on 2004 found that 31.7% elderly in Indonesia suffered insomnia. Mr. E (68 years old) is a client who lived on PSTW and suffered insomnia.
This paper aims to describe a comprehensive nursing care for elderly people with insomnia and analyze activity therapy interventions for insomnia in the elderly. The meaning Activity therapy is set of activities undertaken to improve the health status of elderly. This type of activity therapy consist of activity scheduling and aerobic excercise. After giving interventions for seven weeks, Mr. E showed that sleep quality client improved by PSQI score from 18 become 13.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>