Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rami Busyra Ikram
"ABSTRAK
Latar Belakang: tugas dan tanggung jawab istri dalam merawat pasien hemodialisis dapat menimbulkan caregiver burden. Beban yang dialami tidak hanya terkait dengan tugas perawatan, tetapi juga tugas non-perawatan. Akibatnya, istri dari pasien hemodialisis rentan mengalami depresi. Tujuan penelitian: untuk menguji penerapan support group dalam mengelola caregiver burden. Metode: penelitian quasi-eksperimental, pretest-posttest nonequivalent control group design. Partisipan berjumlah delapan orang empat orang pada kelompok intervensi dan empat orang lainnya pada kelompok kontrol . Kelompok intervensi menjalani program support group yang dilaksanakan dalam lima sesi dan satu sesi follow-up. Program ini terdiri dari enam kegiatan: sharing, psikoedukasi, teknik pemecahan masalah, reframing thoughts, komunikasi asertif, dan latihan relaksasi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Zarit Burden Interview ZBI dan General Health Questionnaire-12 GHQ-12 . Hasil: Partisipan kelompok intervensi mengalami penurunan skor ZBI maupun skor GHQ-12 setelah menjalani program support group. Dari hasil uji Mann-Whitney, diketahui nilai Z pada GHQ-12 adalah -2.178, p < .05. Artinya, terdapat perbedaan skor General Health Questionnaire-12 GHQ-12 yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Data kualitatif menunjukkan bahwa partisipan kelompok intervensi memperoleh manfaat dari keikutsertaan dalam support group. Sharing, kohesivitas, dan sikap altruisme dalam kelompok membuat setiap partisipan mendapatkan dukungan informasional maupun dukungan emosional. Partisipan juga mengenali cara-cara yang efektif dan berguna dalam menghadapi masalahnya. Kesimpulan: penerapan support group membantu partisipan dalam mengelola beban yang dirasakannya.

ABSTRACT
Background Wives rsquo duties and responsibilities in nursing hemodialysis patient can lead to caregiver burden. Burden they were experienced are not only related to nursing related tasks, but also to non nursing related tasks. As a result, they are prone to experience depression. Objective to examine the implementation of support group in managing caregiver burden. Methods Eight participants four in intervention group were enrolled into a quasi experimental research, pretest posttest nonequivalent control group design. The intervention group underwent a support group program, consisting of five sessions, and followed by a follow up session. This program contains of six activities, i.e. sharing, psychoeducation, problem solving techniques, reframing thoughts, assertive communication, and relaxation exercises. Zarit Burden Interview ZBI and General Health Questionnaire 12 GHQ 12 were administered to measure the outcomes. Results Participants in the intervention group showed a decrease on ZBI and GHQ 12 score after undergoing a support group program. From Mann Whitney test, they showed a significantly GHQ 12 score compared to the control group, Z 2.178, p .05. Results from qualitative inquires suggest that intervention group acquired the benefits from participation in the support group. Sharing, cohesiveness, and altruism attitudes within group allowed the participants to gain informational support as well as emotional support. Participants in the intervention group were able to recognize the effective and useful ways of dealing with the problems. Conclusion the implementation of support group helps the participants in managing their burden."
2018
T49080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentius Sandi Witarso
"Orang dengan Schizophrenia ODS adalah individu dengan gangguan jiwa yang mengalami gangguan pada pikiran, emosi dan perilaku. Gejala-gejala yang dialami oleh ODS membuat fungsi peran dan pekerjaan mereka menurun sehingga menjadi tidak produktif dan membutuhkan pertolongan orang lain. Orang yang dapat merawat dan memenuhi kebutuhan ODS disebut dengan caregiver. Caregiver berperan dalam merawat pasien seperti melakukan aktivitas sehari-hari dan mengurusi kebutuhan dasar pasien. Kondisi ini dapat mengakibatkan caregiver burden yaitu beban yang ditanggung oleh individu yang menyediakan bantuan bagi anggota keluarga dengan penyakit kronis ataupun memiliki keterbatasan. Caregiver burden yang kurang dikelola dengan baik akan berdampak pada kehidupan sosial dan psikologis caregiver.
Peneliti menggunakan intervensi psikoedukasi untuk mengelola beban pada caregiver orang dengan schiozphrenia. Penelitian ini menggunakan desain pre-post design. Partisipan berjumlah 3 orang dengan status ekonomi sosial menengah ke bawah dan berusia rata-rata 50 tahun. Data kuantitatif didapatkan dengan menggunakan alat ukur Zarit Burden Interview, Hopkins Symptom Checklist-25 dan General Health Questionnaire-12 sedangkan data kualitatif didapatkan dengan wawancara dan observasi selama intervensi berlangsung.
Hasil kuantitatif menunjukkan adanya penurunan beban pada caregiver sedangkan data kualitatif menunjukkan bahwa mereka bisa lebih mengerti bagaimana cara untuk mengatasi pasien, mengurangi stres dan bisa merawat diri sebagai bagian diluar tugas mendampingi pasien.

Schizophrenia disorder is a mental disorder in which the patient experiences a disruption in their mind, emotions, and behaviour. The symptoms that they experience make their role function and their work decrease so that it makes unproductive and need help from other. A caregiver has a responsibility in caring for the daily needs of the patient. This condition can lead into caregiver burden. Less well managed caregiver burden will give effect to the social and psychological life of the caregiver.
The researcher used psychoeducational intervention to manage the caregive burden of caregiver. This study used a pre post design. Quantitative data were obtained using Zarit Burden Interview, Hopkins Symptom Checklist 22, and General Health Questionnaire 12, while qualitative data were obtained using interview and observation during the intervention.
The quantitative results indicate a decrease burden on the caregiver. Meanwhile, qualitative data show that they can better understand how to cope with patients, to reduce stress, and to take care of themselves as the part of their task besides to take care of their patients.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelma Nursyahbani
"Kanker merupakan penyakit kronis yang banyak menyerang individu. Selama melaksanakan pengobatan, pasien kanker membutuhkan dampingan dan perawatan yang umumnya dilakukan oleh anggota keluarga. Melakukan perawatan terhadap pasien kanker sendiri merupakan aktivitas yang berat dimana anggota keluarga rentan mengalami tekanan terhadap aktivitas perawatan dan mengalami caregiver burden. Di sisi lain, resiliensi merupakan suatu karakteristik yang memungkinkan individu untuk beradaptasi dan terus berkembang ketika menghadapi tekanan. Oleh sebab itu, resiliensi diperlukan untuk membantu anggota keluarga dalam menjalankan peran sebagai caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi resiliensi terhadap caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Sebanyak 86 partisipan yang merupakan family caregiver pasien kanker di Indonesia terlibat dalam penelitian ini. Family caregiver yang berpartisipasi memiliki usia dengan rentang 18-65 tahun (M = 35,87). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian merupakan Zarit Burden Interview (ZBI) untuk mengukur caregiver burden dan Connor Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10) untuk mengukur resiliensi. Hasil analisis regresi menunjukkan 9,5% varians caregiver burden dapat dijelaskan oleh resiliensi. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa resiliensi berkontribusi terhadap caregiver burden pada family caregiver pasien kanker.

Cancer is a chronic disease that affects many individuals. During the treatment period, cancer patients needed assistance and care which is often carried out by their family members. Caring for cancer patients is a strenuous activity where family members are vulnerable to experience caregiver burden. On the other hand, resilience is a characteristic that allows individuals to adapt and thrive when faced with pressure. Therefore, resilience is needed to assist family members in carrying out their role as caregivers. This study aimed to see the contribution of resilience to caregiver burden on family caregiver of cancer patient. A total of 86 participants who are family caregivers of cancer patients in Indonesia were involved in this study. Participants who took part in this study had an age range of 18-65 years (M = 35,87). Instruments used in this study are Zarit Burden Interview (ZBI) that measures caregiver burden and Connor Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10) that measures resilience. The regression analysis results showed that 9,5% of the variance in caregiver burden can be explained by resilience. Therefore, it can be concluded that resilience contributed to caregiver burden on family caregivers of cancer patients."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsania Alicia Rafli
"Merawat anggota keluarga yang memiliki penyakit kanker dapat menjadi sebuah tantangan bagi seorang family caregiver. Tidak jarang family caregiver merasakan caregiver burden atau beban perawatan selama proses perawatan berlangsung. Caregiver self-efficacy atau kepercayaan diri caregiver terhadap kemampuannya dalam melakukan tugas perawatan dengan baik dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dari caregiver burden. Dengan begitu, penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Penelitian ini melibatkan 86 family caregiver pasien kanker di Indonesia yang diperoleh dari convenience sampling dengan menyebarkan tautan kuesioner kepada teman, keluarga terdekat, dan beberapa komunitas kanker di Indonesia melalui media sosial. Hasil penelitian dengan menggunakan alat ukur Caregiver Inventory dan Zarit Burden Interview menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Dengan arti, apabila family caregiver pasien kanker memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi maka tingkat caregiver burden akan menurun dan sebaliknya. Peneliti menduga partisipan memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi diakibatkan oleh beberapa faktor dan karakteristik partisipan, salah satunya adalah memiliki perasaan mampu untuk dapat menyelesaikan tugas perawatan dengan baik sehingga memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang sulit dan mengalami caregiver burden yang lebih rendah. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya mengenai pentingnya caregiver self-efficacy pada family caregiver pasien kanker untuk mencegah dan menghadapi caregiver burden.

Caring for a family member who has cancer can be a challenge for a family caregiver. It is not uncommon for the family caregiver to feel caregiver burden or burden of care during the treatment process. Caregiver self-efficacy or caregiver’s confidence in their ability to perform caring tasks well can be one of the protective factors for family caregiver from caregiver burden. Thus, this correlational study aimed to examine the relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. This study involved 86 family caregivers of cancer patients in Indonesia obtained from convenience sampling by distributing questionnaires to friends, closest family, and several cancer communities in Indonesia through social media. The results of the study used the Caregiver Inventory and Zarit Burden Interview measuring instruments showed that there was a significant negative relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. In other words, if the family caregiver of cancer patient has a high level of caregiver self-efficacy, the caregiver's burden will decrease and vice versa. Researchers suspected that participants have a high level of caregiver self-efficacy due to several factors and participant characteristics, one of which is having a feeling of being able to complete care tasks well so that they have the ability to be able to deal with difficult situations and experience a lower caregiver burden. This finding can be the basis for further research regarding the importance of caregiver self-efficacy for family caregiver of cancer patient to prevent and deal with caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Michaely Aurelia Goldiny Lengkey
"Kasus demensia di Indonesia diperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang pada tahun 2016 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 2 juta pada 2030 dan 4 juta pada 2050 (Alzheimer’s Indonesia, 2016). Jumlah penderita demensia yang akan terus meningkat juga menggambarkan peningkatan akan kebutuhan caregiver untuk mendampingi kebutuhan harian pengidap demensia, baik fisik maupun mental. Pada sisi lain, seringkali anggota keluarga kurang berpengalaman dalam proses caregiving bagi orang dengan demensia (ODD) karena gejala demensia yang tidak disadari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara caregiver burden dengan perceived social support pada cucu berusia dewasa muda yang menjadi family caregiver bagi kakek atau nenek mereka yang mengalami demensia. Responden penelitian ini terdiri dari 33 cucu berusia 18-26 tahun yang menjadi pendamping atau caregiver bagi kakek atau nenek mereka yang mengidap demensia. Alat ukur yang digunakan adalah Zarit Burden Interview (Zarit, Reever & Bach-Peterson, 1980) dan Multi-dimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988). Hasil analisis korelasi Pearson menunjukan bahwa caregiver burden tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan perceived social support, namun nilai koefisien korelasi di antara kedua variabel tersebut cukup tinggi dan memiliki arah positif sebesar 0,981 (𝑟 2 = 0,962361). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa cucu sebagai caregiver memerlukan bantuan orang lain yang dipersepsikan sebagai sebuah dukungan (perceived social support) untuk menghadapi tantangan sebagai caregiver ODD dan untuk meminimalisir burden yang dirasakan sebagai caregiver.

Dementia cases in Indonesia are estimated to be around 1.2 million people in 2016 and are expected to increase to 2 million in 2030 and 4 million in 2050 (Alzheimer's Indonesia, 2016). The number of people with dementia that will continue to increase also illustrates the increasing need for caregivers to accompany the daily needs of people with dementia, both physically and mentally. On the other hand, family members often lack experience in the caregiving process for people with dementia because of unconscious symptoms of dementia. This study aims to determine the relationship between caregiver burden and perceived social support for young adult grandchildren who become family caregivers for their grandparents with dementia. Respondents in this study consisted of 33 grandchildren aged 18-26 years who became caregivers for their grandparents with dementia. The measuring instruments used in this study are the Zarit Burden Interview (Zarit, Reever & Bach-Peterson, 1980) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988). The results of the Pearson correlation analysis show that the caregiver burden does not have a significant correlation with perceived social support, but the correlation coefficient between the two variables is quite high and has a positive direction of 0.981 ( = 0,962361). The results showed that grandchildren as caregivers need the help of others who are perceived as a support (perceived social support) to face challenges as caregivers of people with dementia and to minimize the perceived burden of being a caregiver."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisya Putri Andina
"Kanker payudara adalah penyakit kronis yang banyak diderita oleh perempuan di Indonesia. Ketika menjalani proses pengobatan kanker payudara, pasien membutuhkan bantuan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Keluarga sebagai unit terdekat seringkali berperan sebagai family caregiver bagi pasien kanker payudara. Ketika menghadapi kanker, keluarga seringkali menghadapi berbagai masalah, khususnya terkait family functioning Wozniak Izycki, 2014. Selain itu, akibat dari perubahan atau bertambahnya peran yang dimiliki oleh anggota keluarga akan berdampak pada caregiver burden yang dimiliki oleh family caregiver. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara family functioning dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker payudara yang telah melakukan caregiving selama minimal tiga bulan. Family functioning diukur dengan menggunakan Family Assessment Device FAD Epstein, Bishop Levin, 1978 dan caregiver burden menggunakan Zarit Interview Scale ZBI Zarit, 1980. Terdapat 35 partisipan dalam penelitian ini yang merupakan family caregiver pasien kanker payudara. Berdasarkan analisis, penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara family functioning dan caregiver burden. Artinya, semakin tinggi skor FAD maka semakin rendah skor ZBI yang dimiliki oleh family caregiver pasien kanker payudara.

Breast cancer is the most common chronic disease among Indonesian women. When the treatment is being taken, patients need assistance in carrying out daily activities. Family as the basic unit usually become the caregiver for breast cancer patients. As a caregiver, family member is sometimes facing various problems, particularly on family functioning Wozniak Izycki, 2014. In addition, the changing or multiple role the family member play have impact on the caregiver burden for family caregiver. The purpose of this study is to investigate the correlation between family functioning and caregiver burden among family caregiver breast cancer pasient who have been caregiving for at least three months. Family functioning is assessed using Family Assessment Device FAD with Epstein, Bishop Levin, 1978 and caregiver burden is assessed using Zarit Interview Scale ZBI Zarit, 1980. In this study there are 35 participants who are family caregiver of breast cancer patient. This study found that there is a significant negative correlation between family functioning and caregiver burden. That is, the higher FAD score then the lower ZBI score issued by family caregiver of breast cancer patients."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Priastami
"Merawat anggota keluarga yang menderita penyakit kanker merupakan pengalaman traumatis bagi family caregiver sehingga tak jarang mereka merasakan beban. Strategi koping dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dalam mencegah terjadinya beban caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara strategi koping dan beban caregiver pada family caregiver pasien kanker. Peneliti menggunakan alat ukur Ways of Coping Questionnaire dalam mengukur strategi koping dan Zarit Burden Interview dalam mengukur beban caregiver. Penelitian ini menggunakan analisis pearson correlation pada 90 partisipan dan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara beban caregiver dan total skor problem-focused coping maupun emotion-focused coping yang digunakan oleh family caregiver pasien kanker. Walaupun demikian, peneliti menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara escape avoidance dengan beban caregiver. Artinya, ketika strategi escape avoidance digunakan lebih sering, maka family caregiver akan mengalami beban merawat yang lebih besar. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya strategi koping terhadap pengalaman family caregiver di seluruh fase spesifik penyakit kanker untuk menentukan titik waktu kritis dalam mencegah beban caregiver.

Caring for family members who suffer from cancer was a traumatic experience for family caregivers so that they often feel the burden. Coping strategies were believed to be one of the protective factors for family caregivers from caregiver burden. This study aimed to determine the relationship between caregiver burden and coping strategies used by family caregivers in cancer patient. Coping strategies were assessed using the Ways of Coping Questionnaire and caregiver burden was assessed using Zarit Interview Scale. This study used the Pearson correlation analysis on 90 participant. The results showed that there was no significant relationship between caregiver burden and the total score of problem-focused coping and emotion-focused coping used by family caregivers of cancer patients. However, this research found a significant positive relationship between one type of emotion-focused coping, namely the escape avoidance strategy with the caregiver burden. This shows when the escape avoidance strategy used more often, the family caregiver will experience a greater caregiver burden. This finding can be the basis for further research on the importance of coping strategies used by family caregivers at specific stages along the cancer illness trajectory to determine critical time points in preventing caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cempaka Ayu Diana
"Pada saat seorang suami menderita suatu penyakit, maka istrinyalah yang akan berperan sebagai primary caregiver (Magai, 1996). Sebagai spouse caregiver, seorang istri lebih berisiko untuk mengalami caregiver strain, dimana strain yang dapat ia rasakan adalah akibat dari permasalahan fisik, emosional, kognitif atau sosial yang dialami oleh suaminya. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan kepuasan pernikahan pada istri yang berperan sebagai spouse caregiver dari penderita stroke. Caregiver strain merupakan persepsi atau perasaan kesulitan atas tugas dan tanggung jawab dalam memenuhi peran sebagai caregiver (Oncology Nursing Society, 2008; Factor & Weiner, 2008). Kepuasan pernikahan didefinisikan sebagai sikap sejauh mana seseorang menilai hubungan pernikahannya menyenangkan (Roach, Frazier & Bowden, 1981). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Modified Caregiver Strain Index (MCSI) yang dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1983 dan telah dimodifikasi oleh Thornton & Travis pada tahun 2003 serta Marital Satisfaction Scale yang dikembangkan oleh Roach, Frazier & Bowden pada tahun 1981. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara caregiver strain dan kepuasan pernikahan pada istri sebagai spouse caregiver dari penderita stroke

When a husband suffering from an illness, then his wife will serve as the primary caregiver (Magai, 1996). As spouse caregiver, a wife is more at risk for experiencing caregiver strain, where she can feel the strain as the result of physical, emotional, cognitive or social development problem experienced by her husband. This study is a correlational study aimed to determine the relationship between caregiver strain and marital satisfaction among wives as spouse caregiver of stroke patients. Caregiver strain is a perception or a feeling of difficulty on the task and responsibility in fulfilling the role as caregiver (Oncology Nursing Society, 2008; Factor & Weiner, 2008). Marital satisfaction is defined as attitude of greater or lesser favorability toward one’s own marital relationship (Roach, Frazier & Bowden, 1981). Instrument which used in this study are The Modified Caregiver Strain Index (MCSI) developed by Robinson in 1983 and has been modified by Thornton & Travis in 2003 and Marital Satisfaction Scale developed by Roach, Frazier & Bowden in 1981. Participants who were included in this study is 30 people. The results showed that there is no significant relationship between caregiver strain and marital satisfaction among wives as spouse caregiver of stroke patients.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tesalonika Sih Mardi Bekti
"Stroke adalah penyakit dengan tingkat disabilitas dan mortalitas yang tinggi. Pasien stroke mengalami berbagai gejala yang mengakibatkan disabilitas sehingga pasien tidak mampu beraktivitas dan memenuhi kebutuhannya seorang diri. Kondisi ini membuat pasien sangat bergantung pada family caregiver dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, perawatan stroke yang kompleks dan membutuhkan waktu yang lama dapat menyebabkan family caregiver mengalami beban caregiver. Dalam hal ini, kesiapan merawat dapat menjadi bekal bagi individu dalam mencegah beban caregiver karena persepsi bahwa individu siap untuk merawat dapat memfasilitasi individu dalam melakukan tugasnya sebagai caregiver dan menghadapi tantangan yang dialami ketika merawat pasien stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kesiapan merawat pada beban caregiver pasien stroke. Penelitian ini melibatkan 67 family caregiver pasien stroke dengan rentang usia 18-65 tahun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesian Preparedness for Caregiving (I-PCS) dan Zarit Burden Interview (ZBI-22). Analisis statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan merawat berperan secara negatif dan signifikan pada beban caregiver pasien stroke (p<0,05, R²=0,21). Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa caregiver perlu memiliki kesiapan merawat untuk meminimalisasi beban caregiver. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi pihak tenaga kesehatan, psikolog serta pihak terkait lainnya untuk menyelenggarakan sebuah program pelatihan dan kolaborasi untuk membantu caregiver dalam mempersiapkan dirinya baik secara praktis maupun emosional untuk mencegah beban caregiver.

Stroke is a disease with a high rate of disability and death. Stroke patients experience various symptoms that cause disability so that patients become unable to carry out activities and meet their own needs. This condition makes the patients very dependent on family caregivers to carry out activities and meet daily needs. Stroke treatment is complex and time-consuming, these conditions can lead caregivers to experience a heavy burden on caregivers. In this case, the preparedness to provide care is one of the things that can prevent caregiver burden because the perception that someone is ready to care can make it easier for that person to carry out their duties and challenges as a caregiver when taking care of stroke patients. This study aims to examine the role of preparedness to caregiving in caregiver burden on caregivers of stroke patients. This study involved 67 family caregivers of stroke patients with an age range from 18-65 years old. The instruments used in this study were Indonesian Preparedness to Caregiving (I-PCS) and Zarit Burden Interview (ZBI-22). Statistical analysis in this study shows that preparedness to caregiving has a negative and significant role on caregiver burden on stroke patients (p < 0.05, R² = 0.21). The research findings indicate that caregivers need to be prepared to provide care in order to reduce the burden on caregivers. This can be a consideration for health workers, psychologists and other related parties to organize training and collaboration programs to help caregivers prepare practically and emotionally to prevent caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Yasmin Maharani
"Stroke merupakan penyebab disabilitas tertinggi yang disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Oleh karena itu, pasien stroke membutuhkan adanya bantuan dari family caregiver untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Banyaknya bantuan dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh family caregiver rentan membuat family caregiver merasa terbebani. Melihat permasalahan tersebut, salah satu faktor protektif yang ditemukan mampu membantu family caregiver memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk bangkit dari situasi sulit dan mengurangi beban yang dirasakan adalah resiliensi keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk menguji besar peranan resiliensi keluarga pada beban caregiver pada family caregiver pasien stroke. Penelitian dilakukan terhadap 58 family caregiver pasien stroke dengan rentang usia 18–62 tahun. Pengukuran variabel dilakukan menggunakan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) dan Zarit Burden Interview (ZBI-22). Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa terdapat peranan negatif dan signifikan dari resiliensi keluarga terhadap beban caregiver pada family caregiver pasien stroke (F=10,646, p<0,05, R2=0,16). Hasil tersebut menyimpulkan tingginya resiliensi keluarga dapat berperan terhadap rendahnya beban caregiver. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya untuk menggali lebih dalam mengenai peran resiliensi keluarga dalam menanggulangi beban caregiver.

Stroke is the leading cause of disability and it occurs when blood vessels in the brain are blocked or burst. Due to the resulting disabilities, stroke patients require assistance from family caregivers to perform daily activities. The high demand and support needed from family caregivers make them vulnerable to feeling burdened. Considering this issue, one protective factor that has been found to help family caregivers maximize their potential and reduce the perceived burden is family resilience. This study aimed to examine the significant role of family resilience on caregiver burden among family caregivers of stroke patients. The research involved 58 family caregivers of stroke patients aged between 18 and 62 years. The variables were measured using the Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and Zarit Burden Interview (ZBI-22). The results of a simple linear regression analysis indicate a significant negative role of family resilience on caregiver burden among family caregivers of stroke patients (F=10,646, p<0,05, R2=0,16). These findings concluded that high family resilience can contribute to a reduced caregiver burden.  It is hoped that the findings of this research will serve as a reference for further studies to explore the role of family resilience in alleviating caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>