Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41649 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Putri Royani
"ABSTRAK
Keluhan utama KU pasien merupakan komponen penting yang digunakan untuk mengukur, menganalisis dan merencanakan perawatan serta memberikan informasi penting mengenai kebutuhan perawatan. Namun, jumlah penelitian tentang pencatatan keluhan utama masih sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data keluhan utama dan pengelompokan KU sesuai bidang Ilmu Kedokteran Gigi Klinik berdasarkan rekam medis umum RMU kedokteran gigi dari pasien baru yang datang ke Klinik Integrasi RSKGM FKG UI pada tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder RMU pasien tahun 2016. Pada penelitian ini dilakukan pencatatan data sosiodemografi pasien dan pengelompokkan data KU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4649 data RMU baru pada tahun 2016 yang sesuai kriteria inklusi sebanyak 1631 35,08 . Rata-rata usia pasien adalah 32,46 tahun, dengan mayoritas pasien berada pada Masa Remaja Akhir 41.8 ; berjenis kelamin perempuan 61,4 ; bersuku Jawa 31,3 ; berpendidikan S1 42,4 dan bekerja dibidang Swasta 28 . Keluhan Utama pasien yang paling sering muncul berdasarkan RMU adalah ldquo;Adanya Karang Gigi rdquo; 37 , sehingga Periodonsia 43,9 merupakan bidang Ilmu Kedokteran Gigi Klinik yang paling sering menjadi rujukan.

ABSTRACT
Patient chief complaint CC is an important component that can be used to measure, analyze, and plan the treatment and provide important information on treatment needs. However, the number of research on chief complaint recording is still very limited. This study aimed to obtain patient chief complaints and to group them according the Clinical Dentistry field, based on General Dental Record GDR of new patients that came to the Integration Clinic RSKGM FKG UI in 2016. This was a retrospective descriptive study using secondary data from patient GDR that took the patient sociodemographic and CC data. The study results showed that from 4649 GDR data in 2016, only 1631 data 35,08 met the inclusion criterias. The mean age of patients were 32,46 years, with majority were female 61,4 in Adolescent Period 41,8 were Javanese 31,3 had Bachelor degree S1 42,4 and worked in Private sector 28 . The most common CC found was the ldquo Presence of Calculus rdquo 37 , so that Periodontics 43.9 is the most frequent field of Clinical Dentistry to be reffered in this study."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naryndra Nastiti
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan. RSKGM FKG UI merupakan penyedia layanan kesehatan khusus gigi dan mulut, salah satunya perawatan konservasi gigi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepuasan pasien dan membandingkan tingkat kepuasan pasien di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Konservasi Gigi RSKGM FKG UI. Metode: Sampel yang diambil berjumlah 100 orang dengan 50 responden di Klinik Integrasi dan 50 responden di Klinik Spesialis Konservasi Gigi yang sudah menerima perawatan konservasi gigi lebih dari dua kali, lalu diberikan kuesioner harapan dan kinerja dengan 40 pertanyaan. Hasil: Berdasarkan uji nonparametrik Chi-square didapatkan tidak ada perbedaan signifikan antara kepuasan pasien di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Konservasi Gigi dinilai dari lima aspek perawatan. Kesimpulan: Kualitas pelayanan perawatan konservasi gigi dan kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan konservasi gigi di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Konservasi Gigi RSKGM FKG UI dikategorikan baik.

ABSTRACT
Background Patient satisfaction is one of the indicators in determining health service success. RSKGM FKG UI is a dental care provider, particularly providing conservative treatment. Objective The study aims to see the level of patient satisfaction towards conservative treatment and compare the level of satisfaction in Integration Clinic and Conservative Dentistry Clinic in RSKGM FKG UI. Methods A total of 100 patients who visited more than once were given a 40 item questionnaire to assess patient 39 s expectation and to assess the quality of conservative treatment based on patient 39 s perspective. Results Result from Chi square tests had shown that no significant differences was found on patient satisfaction level between Integration Clinic and Conservative Dentistry Clinic in RSKGM FKG UI, assessed from five aspects. Conclusion The quality of conservative treatment and patients 39 satisfaction towards conservative treatment in Integration Clinic and Conservative Dentistry Clinic RSKGM FKG UI were categorized as good."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[RSKGM FKGUI merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan bidang kedokteran gigi. Untuk mencapai keberhasilan dalam pelayanan kesehatan diperlukan penilaian berdasarkan kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan melihat kepuasan pasien terhadap kualitas sarana dan prasarana yang diberikan RSKGM, salah satunya Klinik Integrasi. Jumlah sampel penelitian 80 pasien dari mahasiswa profesi S1 yang telah mendapatkan perawatan lebih dari dua kali, lalu diberikan kuesioner dengan 18 pertanyaan. Berdasarkan uji nonparametric Chi-Square, dimensi Tangibletidak memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kepuasan pasien berbeda dengan dimensi lain. Sehingga kepuasan pasien tidak hanya dinilai dari mutu pelayanan kesehatan yang diberikan tetapi diukur jugaberdasarkan ekspektasi pasien, RSKGM FKGUI is dental facilities in Indonesia. It will require assessment based on patient satisfaction to achieve success in health services. This study aims to see patient satisfaction toward quality of facilities and infrastructure in Integration Clinic of RSKGM. 80 patients from S1 professional students who received treatment more than twice were given questionnaire questions as many as 18 items. Based on non parametric Chi-Square test, Tangible dimension didn’t have asignificant relationship with level of patient satisfaction that opposed from other dimensions. Thus, patient satisfaction was measured not only by the quality of health services provided, but also patient expectations]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien. Jumlah kunjungan pasien di Klinik Integrasi RSGMP FKG UI selalu menurun setiap tahun sejak tahun 2010 sebanyak 2034 pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat kepuasan pasien dan mengetahui hubungan antara kualitas pelayanan mahasiswa profesi dengan tingkat kepuasan pasien di Klinik Integrasi RSGMP FKG UI. Sampel yang diambil dari penelitian ini sejumlah 80 pasien mahasiswa profesi yang telah mendapatkan perawatan lebih dari dua kali diberikan kuesioner berisi 20 item yang menyatakan harapan dan penilaian kinerja mahasiswa profesi. Berdasarkan analisis importance performance ditemukan bahwa dimensi yang paling berkontribusi terhadap tingkat kepuasan pasien adalah dimensi tangible dengan jumlah 74 responden (92,5%) yang puas. Hasil dari uji non-parametrik Chi Square menunjukkan bahwa dimensi reliability, assurance dan responsiveness memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kepuasan pasien. Sedangkan dimensi tangible dan empathy tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kepuasan. Maka dari itu, kepuasan pasien bukanlah diukur hanya dari kinerja mahasiswa profesi semata melainkan juga ekspektasi pasien., Patient satisfaction is one of the indicators of health service success. The number of patient visits in Integration Clinic of RSGMP FKG UI has been decreasing since 2010 as much as 2034 patients. This study aims to see the level of patients’ satisfaction and to know the relationship between clinical students’ service qualities and patient satisfaction in Integration Clinic of RSGMP FKG UI. A total of 80 patients who visited more than twice were given a 20-item questionnaire that states their expectations and to assess student’s health service performance. Based on the importance performance analysis, it is found that the tangible dimension had the most contribution to patient satisfaction level with 74 respondents (92,5%) satisfied. Results from Chi Square tests found that the dimensions reliability, assurance and responsiveness had shown significant relationship with patient satisfaction level. Meanwhile, the dimensions tangible and empathy did not show significant relationship with patient satisfaction level in Integration Clinic of RSGMP FKG UI. Hence, patient satisfaction isn’t merely measured by clinical students’ performances but also patient’s expectations.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Putri Pertiwi
"ABSTRAK
Kondisi medis pasien akan mempengaruhi modifikasi perawatan dental dan dapat bermanifestas pada rongga mulut. Catatan rekam medik yang terintegrasi antara kesehatan sistemik dan kesehatan gigi dan mulut diperlukan untuk membangun standar informasi kesehatan pasien dan kemungkinan keterkaitan antara penyakit. Tujuan: Mengetahui pola kondisi medis pasien dan informasi yang terkait kondisi medis tersebut berdasarkan rekam medik RSKGM FKG UI dalam periode Januari ndash; Desember 2016. Metode: Penelitian deskriptif dari data sekunder rekam medik status kesehatan gigi dan mulut pasien RSKGM FKG UI dalam periode 2016. Hasil: Tercatat 4649 pasien yang tercatat, sebanyak 1820 pasien 39.14 dan tercatat 586 kondisi medis pasien dengan frekuensi penyakit tertinggi meliputi alergi sebanyak 215 pasien, kelainan gastrointestinal sebanyak 190 pasien, dan kelainan kardiovaskular 77 pasien. Informasi terkait penyakit sistemik yang ditanyakan adalah durasi, konsumsi obat, kondisi terakhir, dan lain-lain. Pasien RKSGM UI yang berkunjung ke departemen Ilmu Penyakit Mulut relatif lebih banyak memiliki riwayat kondisi sistemik kelainan pencernaan sebanyak 17 pasien 23.3 . Kesimpulan: Alergi, kelainan gastrointestinal, dan kelainan kardiovaskular merupakan kondisi terbanyak pada pasien RSKGM FKG UI tahun 2016.

ABSTRACT
Patients medical condition will be related to dental treatment modification and oral manifestations. An integrated medical record systemic health and oral health is required to establish patient health information standard and possible linkage between diseases. Objective To describe patients medical condition pattern and any information related to the condition based on their dental records of RSKGM Faculty Dentistry Universitas Indonesia in January December 2016. Method this study was descriptive research through secondary data of medical record dental and oral health status to record and analyze patient medical history of RSKGM Faculty of Dentistry Universitas Indonesia in 2016 period. Result From 4649 patients recorded, there were 1820 patients 39.14 and there were 586 patients who have medical conditions with the highest frecuency of disease, allergy 215 patients, gastrointestinal abnormalities 190 patients, and abnormalities cardiovascular 77 patients. The most common related medical condition information which asked include duration, drug consumption, last condition, and others. Patients of RKSGM Universitas Indonesia who visited Department of Oral Medicine were relatively having history of gastrointestinal abnormalities systemic conditions, as many as 17 patients 23.3 . Conclusions allergies, gastrointestinal abnormalities, and cardiovascular disease have the common rsquo s systemic condition in patient visiting RSKGM FKG UI in 2016."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beattie Rahayu
"Kompleksitas maloklusi seperti ketidakteraturan gigi anterior menjadi salah satu hal penting dalam menentukan hasil perawatan dengan alat ortodonti lepas. Indeks iregularitas Little merupakan indeks yang digunakan untuk menilai perubahan susunan gigi anterior.
Tujuan: untuk mengetahui gambaran kompleksitas maloklusi terutama ketidakteraturan gigi anterior dan hasil perawatan dengan alat ortodonti lepas di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI menggunakan indeks iregularitas Little.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel berupa 47 cetakan model gigi pasien sebelum dan setelah perawatan dengan alat ortodonti lepas di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI yang dirawat dalam periode 2013-2017 diukur menggunakan indeks iregularitas Little.
Hasil: Pasien yang paling banyak datang untuk melakukan perawatan dengan alat ortodonti lepas memiliki kondisi ketidakteraturan gigi anterior berupa ketidakteraturan minimal dan ketidakteraturan sedang, setelah dilakukan perawatan terdapat perubahan kondisi gigi anterior pasien menjadi tidak ada ketidakteraturan dan ketidakteraturan minimal serta tidak ditemukan lagi pasien dengan kondisi ketidakteraturan berat.
Kesimpulan: Terdapat perbaikan kondisi gigi anterior pasien pada rahang atas dan rahang bawah setelah dilakukan perawatan dengan alat ortodonti lepas yang dilakukan oleh mahasiswa profesi di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun 2013-2017, sehingga perawatan dapat dinyatakan baik dan sesuai dengan indikasi perawatan serta fungsi alat ortodonti lepas.

The complexity of malocclusion such as anterior teeth irregularity had become one of the important things to determine the outcome of removable orthodontic appliance treatment. Little's irregularity index is an index used to assess the change of anterior teeth alignment.
Aim: To determine the complexity of malocclusion especially the irregularity of anterior teeth and the outcome of removable orthodontic appliance treatment at RSKGM FKG UI Integration Clinic patients using the Little's irregularity index.
Method: This study is a descriptive study with a sample of 47 pretreatment and post treatment patient's study model at RSKGM FKG UI Integration Clinic patients which are treated within the period 2013 2017 measured using Little's Irregularity Index.
Result: Most patients who came to seek treatment using a removable orthodontic appliance had an anterior teeth irregularity of minimal and moderate irregularity, and there were changes in anterior teeth region after treatment to no irregularity and minimal irregularity and none of the patients with severe irregularity.
Conclusion: There's improvement of the anterior teeth condition of the patient on the maxilla and mandible jaw after treatment with removable orthodontic appliance performed by clinical students at RSKGM FKG UI Integration Clinic in 2013 2017, so that the treatment can be stated good and in accordance with the indication of treatment and the function of removable orthodontic appliance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurul Aziziah
"Latar belakang: Periodontitis kronis merupakan jenis penyakit periodontal yang umum ditemukan pada orang dewasa, dengan prevalensi mencapai angka 74,1% di Indonesia menurut Riskesdas 2018. Tantangan utama pada perawatan periodontitis adalah waktu dan ketepatan dari diagnosis. Periodontitis kronis tidak menyebabkan timbulnya rasa sakit, sehingga pasien sering tidak mencari perawatan untuk penyakit tersebut. Menurut penelitian Grover et al. (2013), keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang datang untuk perawatan gigi dan mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, berkaitan dengan estetik, serta berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut. Melalui penelusuran berbagai penelitian, ditemukan berbagai macam keluhan utama pada pasien dengan periodontitis kronis dengan proporsi yang berbeda-beda, dan belum pernah dilakukan studi serupa di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deksriptif untuk distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang didapat dari data sekunder berupa 588 rekam medis RSKGM FKG UI dalam rentang tahun kunjungan 2016 - 2018. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat menggunakan SPSS untuk menggambarkan distribusi.
Hasil: Secara umum, keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang paling sering ditemukan adalah keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (39,8%), diikuti dengan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik (39,1%), dan keluhan utama yang berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut (0,9%). Ditemukan kelompok keluhan utama lainnya sebesar 20,2% yang sebagian besar meliputi rujukan (6,8%) dan sakit gigi (5,6%). Pada jenis kelamin laki-laki, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (20,2%), sedangkan pada jenis kelamin perempuan adalah keluhan yang berkaitan dengan estetik (21,6%). Pada kelompok usia remaja awal, lansia awal, dan lansia akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, dan pada kelompok usia remaja akhir, dewasa awal, dan dewasa akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik.
Kesimpulan: Terdapat gambaran distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang berbeda menurut usia dan jenis kelamin. Keluhan berkaitan dengan gejala penyakit periodontal paling sering ditemukan pada laki-laki, serta pada kelompok usia remaja awal dan lansia, sedangkan keluhan berkaitan dengan estetik paling sering ditemukan pada perempuan, serta pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa. Keluhan berkaitan dengan kegawatdaruratan ditemukan di beberapa kelompok usia dan kedua jenis kelamin.

Background: Chronic periodontitis is one of the common periodontal diseases found on adults. The prevalence of chronic periodontitis in Indonesia is 74,1% according to Indonesian Health Survey 2018. The main challenge on treating chronic periodontitis is a proper time of diagnosis. Chronic periodontitis is a painless disease and is often undiagnosed until it has reached moderate to advanced stage, and many patients rarely seek care. A research by Grover et al. describes the common chief complaint in chronic periodontitis patients based on three major groups; periodontitis symptoms related, esthetic related, and dental emergency related. Other researches describe different distribution on patients’ chief complaints, and currently there are no similar research in Indonesia.
Objectives: To describe the distribution of chief complaints in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI.
Methods: A descriptive study using secondary data from 588 periodontal medical records of chronic periodontitis subjects in RSKGM FKG UI throughout 2016 - 2018.
Result: The highest distribution of chief complaint found in patients with chronic periodontitis is periodontitis symptoms related (39,8%), followed by esthetic related (39,1%), and dental emergency (0,9%). Patients with other chief complaints (20,2%) found mainly came through referral (6,8%) and pain (5,6%). In male, the common chief complaint found is periodontitis symptoms related (20,2%), while in female is esthetic related (21,6%). According to age, periodontitis symptoms related complaints were mainly found in early adolescents and elderly, while esthetic related complaints were mainly found in late adolescents and adults.
Conclusion: There are different distributions of chief complaint in patients with chronic periodontitis according to gender and age. Periodontitis symptoms related complaints were mainly found in males, and found in early adolescents or elderly. Esthetic related complaints were mainly found in females, and found in late adolescents and adult. Dental emergency related complaints were found in various age group and both genders equally.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Teora
"ABSTRAK
Wajah yang asimetri mempengaruhi daya tarik seseorang. Oleh karena itu, gambaran asimetri wajah berdasarkan komponen skeletal dan dental penting untuk diketahui terkait diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asimetri wajah berdasarkan komponen skeletal dan dental pada pasien di klinik ortodonti RSKGM FKG UI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan 46 hasil penapakan sefalometri postero-anterior pasien pria berumur > 14 tahun 4,2 bulan dan pasien wanita berumur > 11 tahun 6,24 bulan dengan menggunakan analisis Grummon. Diperoleh proporsi arah asimetri berdasarkan deviasi menton, garis tengah gigi rahang bawah dan atas yang terdiri dari 27 sampel 58,7 dengan arah asimetri lebih condong ke sisi kiri sedangkan 19 sampel 41,3 dengan asimetri lebih condong ke sisi kanan. Komponen skeletal yang ditemukan dalam arah vertikal memiliki nilai selisih rerata yang lebih besar dibandingkan dalam arah transversal. Garis tengah gigi rahang bawah memiliki nilai selisih rerata lebih besar dibandingkan atas. Sehingga dapat disimpulkan gambaran arah asimetri wajah pada pasien klinik ortodonti RSKGM FKG UI memiliki proporsi lebih besar ke kiri dibandingkan ke kanan dengan komponen skeletal dalam arah vertikal lebih besar dibandingkan arah tranversal. Sedangkan pada arah transversal diperoleh wajah sisi kiri lebih besar dibandingkan sisi kanan. Selain itu, asimetri dental lebih sering terjadi pada garis tengah gigi rahang bawah dibandingkan atas.Kata Kunci: Asimetri wajah, skeletal, dental, sefalometri postero-anterior, Analisis Grummon

ABSTRACT
Facial asymmetry affects people rsquo s attractiveness. Therefore, it is important to know facial asymmetry based on the skeletal and dental components regarding the diagnosis and treatment plan. This study is to describe facial asymmetry based on skeletal and dental components in patients at orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI. It is descriptive using secondary data from the tracing of postero anterior cephalograms of patients aged 14 years 4.2 months for male and 11 years 6.24 months for female with Grummon rsquo s Analysis. This study showed the proportion of asymmetric direction based on menton, maxillary midline, and mandibular midline deviation consist of 27 samples 58.7 tend to the left side while 19 samples 41.3 tend to the right side. The skeletal component found in vertical direction has a larger mean value difference than in transverse direction. The mean value difference is greater in the midline of mandibular teeth than the maxillary teeth. In conclusion, the proportion of facial asymmetry direction in patient at orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI is greater to the left side than to the right side with skeletal component in greater vertical direction than transverse direction. While in transverse direction, it is obtained that left side of the face is greater than the right side. In addition, dental asymmetry is more common in the midline of mandibular teeth than maxillary teeth.Keywords facial asymmetry, skeletal, dental, postero anterior cephalometric, Grummon rsquo s Analysis"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Mutia
"Latar Belakang: Salah satu perawatan yang dilakukan untuk penanganan pasien periodontitis kronis adalah scaling dan root planing. Setelah dilakukannya perawatan, maka tingkat perdarahan gingiva akan mengalami perubahan. Penelitian yang mengaitkan pengaruh scaling dan root planing terhadap tingkat perdarahan gingiva pada pasien periodontitis kronis di RSKGM FKG UI belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh scaling dan root planing terhadap tingkat perdarahan gingiva pasien periodontitis kronis. Metode: Penelitian dengan pendekatan analitik ini dilakukan dengan menggunakan data sebanyak 213 rekam medik yang di dapat dari data sekunder rekam medik periodonsia Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2014-2018. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) nilai OHIS dan PBI dari subjek sebelum dan sesudah dilakukan perawatan scaling dan root planing.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, perawatan scaling dan root planing berpengaruh terhadap tingkat kebersihan mulut dan perdarahan gingiva. Nilai OHIS dan PBI akan lebih rendah setelah dilakukan perawatan scaling dan root planing daripada sebelumnya.

Background: One of the treatments that performed for the patients with chronic periodontitis is scaling and root planing. After treatment, the level of gingival bleeding will change. Research that links the effect of scaling and root planing on the level of gingival bleeding in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI has never been done. Objective: This study aims to determine an effect of scaling and root planing on the level of gingival bleeding in patients with chronic periodontitis. Method: Analytic approach study was conducted using 213 medical records sourced from the secondary medical records of Periodontal Integration Clinic RSKGM FKG UI from 2014 to 2018 year of visit. Data were analyzed using Wilcoxon test. Result: There were significant differences (p <0.05) between OHIS and PBI values of the subjects before and after scaling and root planing treatment. Conclusion: Based on the results of the study, scaling and root planing treatment affect the level of oral hygiene and gingival bleeding. OHIS and PBI values will be lower after scaling and root planing treatments than before.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling umum diderita oleh penduduk dunia. Ada peningkatan keparahan penyakit periodontal seiring dengan meningkatnya usia, disertai dengan terjadinya peningkatan akumulasi debris dan kalkulus. Data epidemiologi penyakit periodontal dapat menjadi sumber informasi dalam penyusunan rencana strategis dalam pencegahan dan penanganan penyakit periodontal pada masing-masing kelompok usia. Di Indonesia, data tersebut masih kurang. Tujuan: Mengetahui distribusi penyakit periodontal berdasarkan kelompok usia pasien di Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode 2004-2014. Metode: Penelitian cross sectional dengan subjek 2.069 kartu rekam medik. Hasil: Penyakit periodontitis kronis merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh kelompok usia remaja (59%), dewasa (73%), lansia, dan manula (82%). Status kebersihan rongga mulut pasien mayoritas buruk, pada masing-masing kelompok usia yaitu baik pada remaja akhir (35%), sedang pada dewasa awal (41%), buruk pada remaja awal (47%), dewasa akhir (47%), lansia awal (46%), lansia akhir (46%), dan manula (46%). Hasil uji korelasi Spearman’s rho antara penyakit periodontal dan status kebersihan rongga mulut dengan kelompok usia menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p<0,05), dengan nilai koefisien korelasi positif (r=0,251; r=0,102). Kesimpulan: Penyakit periodontal yang paling banyak diderita oleh seluruh kelompok usia adalah periodontitis kronis dengan status kebersihan rongga mulut pasien mayoritas buruk. Terdapat hubungan antara penyakit periodontal dan status kebersihan rongga mulut dengan kelompok usia, dengan arah hubungan positif dan kekuatan hubungan lemah, Background: Periodontal diseases is one of the most common oral diseases suffered by world’s population. There is the tendency of increasing of disease’s severity also debris and calculus accumulation with an increasing of age. Epidemilogy data of periodontal diseases can be a source of consideration in creating strategic plan of treatment and prevention of periodontal disease based on age group. In Indonesia, these data are still indaequate. Objective: Discover the distribution of periodontal disease based on age group at Periodontal Clinic RSKGM FKG UI 2004-2014. Methods: The study design is cross sectional using 2,069 medical records. Results: Chronic periodontitis is the most common disease in teens (59%), adults (73%), and the elderly (82%). The majority of oral hygiene status is poor, spesifically good in late teens (35%), moderate in early adult (41%), poor in early teens (47%), late adult (47%), early elder (46%), late elder (46%) and seniors (46%). The result of Spearman's rho correlation test between periodontal disease and oral hygiene status based on age group shows significant differences (p <0.05), with a positive coefficient of correlation (r = 0.251; r = 0.102). Conclusion: The most common periodontal disease in every age group is chronic periodontitis with majority of poor oral hygiene status. There are a positive-weak-correlation between periodontal disease and oral hygiene status based on age group.]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>