Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kurnia Fattah
"ABSTRAK
Maraknya perilaku hubungan seks pranikah pada periode dewasa awal 18-25 tahun , berkontribusi terhadap meningkatnya Penyakit Menular Seksual, dan dampak psikis yang buruk. Faktor keluarga dianggap menjadi salah satu prediktor utama tingginya perilaku tersebut, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan persepsi dewasa awal terhadap hubungan seks pranikah. Dimana, persepsi diyakini sangat erat kaitannya terhadap perilaku. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 110 orang dewasa awal berusia 18-25 tahun yang belum pernah menikah. Hasil penelitian menyatakan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan persepsi dewasa awal terhadap hubungan seks pranikah p=0,005 . Semakin baik dukungan keluarga yang dirasakan maka kecenderungan dewasa awal untuk memiliki persepsi yang negatif juga lebih besar. Dengan begitu diharapkan keluarga mampu memberikan dukungan yang optimal demi mendorong kesuksesan perkembangan dewasa awal, serta optimalisasi peran keperawatan komunitas dan keluarga untuk menyokong kesehatan keluarga secara bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.

ABSTRACT
The occurrence of premarital sex behaviour among emerging adulthood 18 25 years old through these years, have contributed to an increase in sexually transmitted diseases, and negative psychological impacts. Family was considered to be main predictors that high related to individual rsquo s behaviour. This research aimed to explore the relationship between family social support and sexual perception among emerging adults, specifically to premarital sex activities. However, perception is believed closely related to individual rsquo s behaviour. This quantitative research involves 110 unmarried emerging adults at 18 25 years old in Kelurahan Manggarai, South Jakarta. The results of the study shows there are significant relationship between family social support and perception of premarital sex in emerging adulthood p 0,005 . The better family social support has perceived the greater tendency of having negative perception in premarital sex activities. Family is important and be able to provide optimal social support for successful development of emerging adulthood."
2017
S69315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Anggraini
"Pada masa transisi ini, remaja tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai mengenai seksual pranikah, karena orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya. (Sarwono, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik (jenis kelamin, usia responden dan tempat tinggal), dan pengetahuan seks pranikah terhadap sikap seks pranikah remaja di SMKN 1 Bogor tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah potong lintang dimana populasi adalah seluruh siswa/siswa SMKN 1 Bogor dari kelas X-XII yang berjumlah 1347 orang. Dalam penelitian ini tekhnik sampling yang digunakan adalah metode stratified random sampling sehingga didapat sampel sebanyak 330 orang yang tersebar dari kelas X-XII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu 188 orang (57%) dan minoritas laki-laki yaitu 142 orang (43%), mayoritas responden berada pada kelompok remaja pertengahan yaitu 200 orang (60,6%), mayoritas responden tinggal bersama orang tuanya sebanyak 315 orang (95,5%), mayoritas responden memiliki pengetahuan seks pranikah yang baik sebanyak 322 orang (97,6%), dan mayoritas responden memiliki sikap seks pranikah yang positif sebanyak 179 orang (54,2%). Dari hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p-value=0,000) dan pengetahuan seks pranikah (p-value=0,001) terhadap sikap seks pranikah. Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tempat tinggal (p-value 0,603) dan usia responden (p-value=0,431) terhadap sikap seks pranikah.

Nowadays, teenagers who are in their transition phase do not have sufficient knowledge about premarital sex. This phenomenon happened because parents talk about sex to their children is taboo (Sarwono, 2012). In this research objective is about to find out the characteristic relationship (sex, age and place of residence) and premarital sex knowledge towards sex attitude on the teenagers in SMKN 1 Bogor 2012. This research is a quantitative type which its design is a cross sectional which requires all 1347 student population in SMKN 1 Bogor from the 10th to 12th Grade. Sampling method that used in this research is a stratified random sampling, and all collected sample is 330 people who are scattered in the 10th to 12th Grade. The result has shown that female is dominating with 188 people (57%) and male has only 142 people (43%). The dominating despondences are teenager in the middle age with 200 people (60,6%), most despondences who resides with their parents are 322 people (97,6%), and the despondences who has positive premarital sex knowledge are 179 people (54,2%). From this research there is a meaning relationship between sex (p-value = 0,000) and premarital sex knowledge (p-value = 0,001) towards premarital sex attitudes. However, there was no relationship found between place of residence (p-value 0,603), and age (p-value = 0,431) towards premarital sex attitudes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Rifqi Hadyan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan perceived social support pada masyarakat miskin emerging adults di Jakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 260 masyarakat miskin emerging adults di Jakarta usia 18-29 tahun yang terdiri dari 168 orang perempuan (64,6%) dan 92 orang laki-laki (35,4%). Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist–25 (HSCL-25) dan perceived social support diukur menggunakan Social Provisions Scale (SPS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang negatif dan signifikan antara distres psikologis dan perceived social support pada masyarakat miskin emerging adult di Jakarta (r(258) = -0,155, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,05). Artinya, semakin tinggi  perceived social support pada masyarakat miskin emerging adult di Jakarta, semakin rendah  distres psikologis yang dimilikinya.

This research aimed to investigate the relationship between psychological distress and perceived social support among poor emerging adult in Jakarta. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 260 poor emerging adult in Jakarta aged 18-29 years old which consisted of 168 female (64,6%) and 22 male (35,4%). Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist – 25 (HSCL-25) and perceived social support was measured using Social Provisions Scale (SPS).
The result of this research showed that there was a significant negative correlation between perceived social support and psychological distress among  poor emerging adult in Jakarta (r = -0,155, p = 0,01, significant at LoS 0,05). It means that the higher psychological distress, the lower perceived social support among poor emerging adult in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debrina Annisa Putri
"Emerging adults berada pada masa eksplorasi diri mengenai karir, pasangan, dan pandangan hidup. Eksplorasi diri membawa kepada tantangan bagi emerging adults yang mengarah pada ketidakpastian. Oleh karena itu, mereka membutuhkan religiusitas untuk dapat melaluinya dengan baik. Religiusitas dapat ditinjau melalui motivasi yang mendasarinya, yakni orientasi religiusitas intrinsik dan ekstrinsik. Diketahui bahwa orientasi religiusitas intrinsik dan ekstrinsik berkaitan dengan bagaimana fungsi dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dan orientasi religiusitas pada emerging adults. Sebanyak 309 individu, laki-laki (N = 129) dan perempuan (N = 180), berusia 18-25 tahun, berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian mengenai keberfungsian keluarga (Family Assessment Device) dan orientasi religiusitas (Religious Orientation Scale-Revised). Uji korelasi dilakukan melalui teknik Spearman Rank Correlation, serta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keberfungsian keluarga dengan orientasi religius intrinsik (rs (307) = 0.185, p <0.05, two-tailed) dan orientasi religius ekstrinsik (rs (307) = 0.259, p <0.05, two-tailed). Dengan kata lain, peningkatan fungsi dalam keluarga disertai dengan peningkatan baik orientasi religiusitas intrinsik maupun ekstrinsik pada individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa untuk dapat meningkatkan orientasi religiusitas, individu perlu meningkatkan keberfungsian dalam keluarga.

Emerging adults are in a period of self-exploration about careers, partners, and perspective on life. Self-exploration brings challenges to emerging adults that lead to uncertainty. Therefore, they need religiosity to get through it well. Religiosity can be seen through the underlying motivation, which are intrinsic and extrinsic religious orientation. It is known that both religiosity orientation, intrinsic and extrinsic, are related to how their family functions. This study aims to determine the relationship between family functioning and religiosity orientations in emerging adults. A total of 309 men (N = 129) and women (N = 180), between the age of 18 and 25 years old, engaged in the research by completing questionnaires on family functioning (Family Assessment Device) and religiosity orientation (Religiosity Orientation Scale-Revised). Using Spearman’s rank correlation, the results showed a positive and significant correlation between family functioning and intrinsic religiosity orientation (rs (307) = 0.185, p <0.05, two-tailed) and extrinsic religiosity orientation (rs (307) = 0.259, p <0.05, two-tailed). In other words, improved family functioning is accompanied by improved intrinsic and extrinsic religious orientation. Therefore, it may be claimed that people need to enhance family functioning in order to improve their religious orientation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Aprisia
"Subjective well-being (SWB) adalah kepuasan hidup yang dievaluasi dengan kognitif, perasaan positif serta negatif. Emerging adults (EA) dengan keluarga utuh dan tidak utuh memiliki perbedaan dukungan keluarga. Dalam beberapa penelitian, SWB berhubungan kuat dengan dukungan keluarga EA, namun belum berfokus pada kondisi EA keluarga utuh dan tidak utuh. Studi ini meneliti bagaimana hubungan dukungan keluarga pada EA keluarga utuh dan tidak utuh terhadap SWB mereka, kemudian dikomparasikan. Jumlah responden 86 laki-laki dan 114 perempuan usia 18-25 tahun. Hasil analisis pearson correlation dan independent sample t-test dengan hasil korelasi terbukti signifikan sebesar р=0,000 < 0,005 r=0,786 untuk kepuasan hidup, r=0,843 untuk afek positif, dan r=-0,688 untuk afek negatif. Hasil komparasi membuktikan bahwa EA dengan keluarga utuh lebih tinggi dalam SWB kognitif dan afek positif, sedangkan EA dengan keluarga tidak utuh lebih tinggi dalam SWB afek negatif. Maka penting bagi EA baik dari keluarga utuh maupun tidak utuh mendapatkan dukungan keluarga yang mencukupi.

Subjective well-being (SWB) is life satisfaction evaluated by cognitive, positive and negative feelings. Emerging adults (EA) with intact and non-intact families have differences in family support. In several studies, SWB is strongly related to EA family support, but has not focused on the conditions of intact and non-intact EA families. This study examines the relationship between family support in intact and non-intact EA families on their SWB, and then compares it. The number of respondents was 86 men and 114 women aged 18-25 years. The results of the pearson correlation analysis and independent sample t-test showed that the correlation results were significant at р=0.000 <0.005 r=0.786 for life satisfaction, r=0.843 for positive affect, and r=-0.688 for negative affect. The comparison results prove that EAs with intact families are higher in cognitive SWB and positive affect, while EAs with incomplete families are higher in negative affect SWB. So it is important for EAs from both intact and non-intact families to get adequate family support."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Khairiyyah
"ABSTRAK
Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang berkaitan erat dengan stres pengasuhan yang dialami ibu. Dukungan sosial diduga terkait dengan stres pengasuhan yang dirasakan ibu di keluarga miskin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dukungan sosial dengan stres pola asuh yang dialami ibu di keluarga miskin. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 113 orang, dan merupakan ibu dari keluarga miskin dengan anak usia 3-5 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan stres pengasuhan yang dirasakan ibu pada keluarga miskin.

ABSTRACT
Poverty is a condition that is closely related to parenting stress experienced by mothers. Social support is thought to be related to parenting stress felt by mothers in poor families. This study aims to determine whether there is a relationship between social support and parenting stress experienced by mothers in poor families. Participants in this study amounted to 113 people, and are mothers of poor families with children aged 3-5 years. The results of statistical tests show that there is no relationship between social support and parenting stress felt by mothers in poor families."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifah Oktaviyanti
"Asma merupakan salah satu penyakit kronis, dimana penderita hanya bisa melakukan perawatan dan mengurangi gejala tanpa benar-benar menyembuhkan penyakitnya. Kehadiran penyakit ini juga disertai dengan berbagai masalah, seperti fisik, psikologis, sosial, hingga finansial. Permasalahan tersebut dapat berkurang berkat adanya penerimaan diri akan penyakit yang dideritanya dan dukungan sosial dari lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dan persepsi dukungan sosial pada dewasa muda dengan asma. Partisipan penelitian adalah dewasa muda usia 18-25 tahun dengan asma yang berjumlah 52 orang (M = 21,69, SD = 1,639). Persepsi dukungan sosial diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), sedangkan penerimaan diri diukur dengan Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dan persepsi dukungan sosial pada dewasa muda dengan asma (r = 0.379, p < 0.05).

Asthma is a chronic disease where sufferers can only do treatment and reduce symptoms without actually curing the disease. The presence of this disease is accompanied by various problems, such as physical, psychological, social, and financial. These problems are presumably reduced due to patient self-acceptance and social support from the environment. This study aims to determine the correlation between self-acceptance and perceived social support in emerging adults with asthma. The study was conducted on 52 participants aged 18-25 years living with asthma (M = 21.69, SD = 1.639). Perceived social support was measured by the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), while self-acceptance was measured by the Unconditional Self-Acceptance Questionnaire (USAQ). The results showed a significant correlation between self-acceptance and perceived social support in emerging adults with asthma (r = 0.379, p < 0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Raysara Natalie Omi
"Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan terdapat populasi signifikan orang dewasa awal yang mengalami jerawat sejak pubertas dan memiliki ideasi bunuh diri. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menginvestigasi hubungan antara ideasi bunuh diri Post-traumatic Growth (PTG) pada dewasa awal di Indonesia yang mengalami perubahan fisik karena kondisi kulit dengan jerawat persisten sejak remaja. Studi ini melibatkan 128 partisipan berusia 18–29 tahun dan menemukan bahwa dengan tingkat signifikansi 5% dapat dikatakan terdapat hubungan negatif, yakni sebesar 0,28, antara skor ideasi bunuh diri dan skor PTG. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan skor ideasi bunuh diri akan diikuti oleh pengurangan skor PTG.

Based on research, there is a significant population of emerging adults who experienced acne since their puberty. Hence, the aim of this study is to investigate the role of Post-traumatic Growth (PTG) in suicidal ideation among emerging adults in Indonesia who have experienced physical changes due to persistent acne since adolescence. This study involved 128 participants aged 18-29 years old and found that at a significance level of 5%, there was a negative correlation of 0.280 between suicidal ideation scores and PTG scores. Thus, the results of this study indicate that an increase in suicidal ideation scores will be followed by a reduction in PTG scores."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Ananda Safitri
"Remaja mulai muncul ketertarikan dengan lawan jenis sehingga mulai memiliki hubungan pacaran. Ketika berpacaran, banyak remaja yang bersama pasangannya menjalani hubungan pacaran di luar rumah dan tidak adanya pengawasan dari orang tua. Perilaku tersebut bisa mendorong hasrat seksual yang dimiliki remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum adanya ikatan pernikahan. Oleh karena itu, perlu adanya cara preventif untuk mencegah terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran, salah satunya dengan kontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontrol diri dengan perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 116 partisipan dengan karakteristik yaitu remaja berusia 11-20 tahun dan pernah atau sedang memiliki hubungan pacaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Brief Self Control Scale (BSCS) versi adaptasi Bahasa Indonesia untuk meneliti variabel kontrol diri (Arifin & Milla, 2020) dan Brief Sexual Attitude Scale (BSAS) versi adaptasi Bahasa Indonesia untuk meneliti perilaku seks pranikah (Wahyudina & Rahmah, 2016). Melalui perhitungan uji reliabilitas, alat ukur kontrol diri dan perilaku seks pranikah terbukti memiliki konsistensi internal yang baik dengan nilai α = 0,750 untuk Brief Self Control Scale (BSCS) dan nilai α = 0.907 untuk Brief Sexual Attitude Scale (BSAS). Analisis korelasi menggunakan model bivariat menunjukkan bahwa terdapat korelasi secara negatif dan signifikan antara kontrol diri dan perilaku seks pranikah r = -.305, p < 0.01. Maka, terdapat hubungan antara kontrol diri dan seks pranikah.

Teenagers begin to appear interested in the opposite sex so that they begin to have a courtship relationship. When dating, many teenagers with their partners undergo courtship outside the home and there is no supervision from their parents. This behavior can encourage the sexual desire of teenagers to have sex before the marriage. Therefore, it is necessary to have a preventive way to prevent the occurrence of premarital sexual behavior in adolescent dating, one of which is self-control. This study aims to determine the relationship of self-control with premarital sexual behavior in adolescent dating. This study is a quantitative study involving 116 participants with the characteristics of adolescents aged 11-20 years and have or are in a dating relationship. In this study, researchers used the Indonesian version of the Brief Self Control Scale (BSCS) to examine self-control variables (Arifin & Milla, 2020) and the Indonesian version of the Indonesian-adapted Brief Sexual Attitude Scale (BSAS) to examine premarital sex behavior (Wahyudin & Rahmah, 2016). Through the calculation of the reliability test, self-control and premarital sex behavior was proven to have good internal consistency with a value of α = 0.750 for the Brief Self Control Scale (BSCS) and a value of α = 0.907 for the Brief Sexual Attitude Scale (BSAS). Correlation analysis using bivariate model showed that there was a negative and significant correlation between self-control and premarital sex behavior r = -.305, p > 0.05. So, there is a relationship between self-control and premarital sex."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Khafia
"Sebanyak 8,3% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan berusia 15-24 tahun telah berhubungan seks pranikah (SDKI, 2012). Perilaku seks pranikah pada remaja merupakan masalah yang serius yang berkaitan dengan penularan infeksi menular seksual, aborsi, kecacatan, dan kematian bayi di negara-negara miskin (Glasier, et al 2006). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia - Modul Remaja Tahun 2012 untuk melihat hubungan antara faktor personal, lingkungan, dan perilaku dengan seks pranikah pada remaja di Indonesia tahun 2012. Sampel adalah remaja laki-laki dan perempuan belum menikah umur 15-24 tahun berjumlah 8.123 orang. Analisis regresi logistik ganda digunakan untuk menilai variabel yang dominan berhubungan dengan seks pranikah pada remaja.
Hasil analisis ditemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan seks pranikah pada remaja adalah jenis kelamin laki-laki (OR=1,6; 95% CI= 1,196-2,321), usia 20-24 tahun (OR=2,4; 95% CI= 2,07-2,999), sikap permisif tinggi terhadap seksualitas (OR=10,05; 95% CI= 7,859-12,871), pengaruh teman tinggi (OR=4,2; 95% CI= 2,712-6,575), perilaku merokok (OR=1,81; 95% CI= 1,408-2,340), konsumsi alkohol (OR=3,5; 95% CI= 2,770-4,537), dan penyalahgunaan NAPZA (OR=2,7; 95% CI= 2,003-3,818). Sikap terhadap seksualitas menjadi variabel yang dominan berhubungan dengan seks pranikah pada remaja. Pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif diperlukan bagi remaja agar tidak terjadi salah persepsi pada sikap terhadap seksualitas sehingga membuat remaja merasa bebas untuk melakukan seks pranikah.

Indonesia Demographic and Health Survey 2012 analyzed data gathered from a sample of 19.882 Indonesian youth, followed from age 15 to age 24. Their findings 8,3% of teenage boys and 1% of girls had sex before marriage. Premarital sexual behavior in adolescents is a serious problem with regard to the transmission of sexually transmitted infections, abortion, disability and infant mortality in poor countries (glaciers, et al 2006). This study conducted to assess association between personal, environmental, and behavioral factors with premarital sex among adolescents in Indonesia 2012 using data from Indonesia Demographic Health Survey-Adolescent Questionnaire 2012. A cross sectional study was conducted among 8.123 unmarried men and women aged 15-24. Multivariate logistic regression models was carried to identify the dominant variable related to premarital sex in adolescents.
Results of the analysis found factors associated with premarital sex among adolescents is the male gender (OR= 1.6; 95% CI = 1.196-2.321), age 20-24 years (OR= 2.4; 95% CI= 2.07-2.999), high permissive attitude toward sexuality (OR= 10.05; 95% CI= 7.859-12.871), the high effect of friends (OR= 4.2; 95% CI = 2.712-6.575), smoking behavior (OR= 1.81; 95% CI= 1.408-2.340), alcohol consumption (OR= 3.5; 95% CI= 2.770-4.537), and drug use (OR= 2.7; 95% CI= 2,003-3.818). Attitudes of sexuality become the dominant variable related to premarital sex in adolescents. Therefore, a comprehensive reproductive health education for adolescents needed to avoid misperception on attitudes toward sexuality that makes adolescents feel free to engage in premarital sex.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>