Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilma Farhania
"ABSTRAK
Hemodialisis HD merupakan proses pemisahan zat-zat dalam darah melalui membran semipermeabel yang bernama dialiser. Hemodialisis biasanya dilakukan 2-3 kali seminggu dengan waktu 4-5 jam tiap sesinya selama seumur hidup. Hal ini menyebabkan berbagai upaya untuk menekan biaya, salah satunya dengan penggunaan dialiser pakai ulang reuse . Meskipun penggunaan dialiser pakai ulang reuse ini ditujukan untuk menekan biaya, namun bukan berarti kualitas dialisis dan keselamatan pasien menjadi dikesampingkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari setiap frekuensi penggunaan dialiser proses ulang yang dilihat dari adekuasi hemodialisis berupa nilai Kt/V. Penelitian ini merupakan penelitian kohort prosfektif, metode analisis yang digunakan adalah GLM-RM yang melibatkan 24 pasien HD sebagai sampel yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan skor Kt/V pada keenam level pengukuran p = 0.016 , tidak ada perbedaan efek antar nilai QB terhadap nilai Kt/V p = 0.629 , tidak ada perbedaan efek antara time dialysis 4,5 jam dan 5 jam terhadap nilai Kt/V p = 0.552 , tidak ada perbedaan efek antara IDWG ringan dan IDWG rata-rata terhadap nilai Kt/V p = 0.263 . Analisis efektivitas penggunaan dialiser proses ulang reuse menunjukan adanya perbedaan nilai Kt/V yang signifikan antara pengukuran kelima dan keenam p = 0.05 perbedaan nilai Kt/V antara pengukuran kelima dan keenam dapat dijelaskan sebanyak 16.4 Partial Eta Squared = 0.164 . Hasil pada penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam pengunaan dialiser pakai ulang pada pasien Gagal Ginjal terminal yang menjalani hemodialisis.

ABSTRACT
Hemodialysis is separation process of substances in the blood through a semipermeable membrane dialyzer . Hemodialysis is usually done 2 3 times per week for about 4 to 5 hours at a time for a life time. This leads to various efforts to reduce costs, which one of them is utilization of dialyzer reuse. Although the utilize of dialyzer reuse is intended to reduce costs, it does not mean that the quality of dialysis and patient safety is disregarded. This study aimed to determine the effectiveness of dialyzer reuse in every single use which can be seen from a hemodialysis index of Kt V values. This research was a prospective cohort design, the analysis used GLM RM involving 24 samples selected by consecutive technique. The results showed that there was a difference in Kt V values between six levels of measurement p 0.016 , there was no difference between Qb value and Kt V value p 0.629 , there was no effect rsquo s difference between Time Dialysis 4.5 hours and 5 hours to Kt V values p 0.552 , there is no effect rsquo s difference between mild IDWG and average IDWG to Kt V values p 0.263 . Analysis of the effectiveness of dialyzer reuse showed significant differences in Kt V values between the fifth and sixth measurements p 0.05 . The difference in Kt V values between the fifth and sixth measurements can be explained by 16.4 Partial Eta Squared 0.164 . The results of this study can be used as a guidance for dialyser reuse on End Stage Renal Disease ESRD patients undergoing hemodialysis"
2017
T47905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Salwani
"Latar Belakang: Pasien hemodialisis (HD) kronik memiliki peningkatan risiko kematian. Penyakit kardiovaskular seperti aritmia merupakan penyebab kematian utama pasien HD kronik. Kidney Disease Outcome Quality Initiative merekomendasikan HD 3 kali per minggu, tetapi sebagian besar pasien di Indonesia menjalani HD dengan frekuensi 2 kali per minggu. Hal ini menyebabkan interdialytic weight gain, volume ultrafiltrasi, dan laju ultrafiltrasi menjadi lebih besar dan perubahan kadar elektrolit yang mendadak dapat mencetuskan arritmia.
Tujuan: Mengetahui pengaruh volume ultrafiltrasi, kadar kalsium ion pre HD, penurunan kadar kalium dan magnesium serum terhadap pemanjangan dispersi QTc pasien yang menjalani HD 2 kali seminggu.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif di lakukan di ruang Hemodialisis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebanyak 128 pasien memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pemeriksaan kalium, magnesium dan elektrokardiogram untuk menilai dispersi QTc dilakukan sebelum dan sesudah HD serta kalsium ion sebelum HD. Analisis data dihitung menggunakan perangkat SPSS. Perbandingan antara pasien dengan atau tanpa pemanjangan dispersi QTc dilakukan dengan uji Chi-square dan uji Fisher exact untuk data kategorik dan uji T tidak berpasangan untuk data kontinu distribusi normal atau uji Mann whitney bila distribusi tidak normal. Analisis multivariat regresi logistik multivariabel digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemanjangan dispersi QTc.
Hasil: Penelitian ini melibatkan 112 pasien. Terdapat pemanjangan dispersi QTc sebanyak 51 %. Pengaruh volume ultrafiltrasitehadap pemanjangan dispersi QTc tidak bermakna secara statistik (risiko relatif 1,069 dan IK (95%) 0,742-1,530 serta p=0,715). Pengaruh perubahan kadar kalium dan kadar kalsium ion pre HD terhadap pemanjangan dispersi QTc tidak bermakna secara statistik (p=0,943 dan p=0,842). Perubahan kadar magnesium terhadap pemanjangan dispersi QTc didapatkan berbeda bermakna secara statistik (p=0,023). Tidak dilakukan analisis multivariat karena hanya terdapat satu variabel dengan p < 0,02.
Simpulan: Pengaruh volume ultrafiltrasi, perubahan kadar kalium dan kadar kalsium ion pre HD terhadap pemanjangan dispersi QTc  tidak bermakna secara statistik. Perubahan kadar magnesium terhadap pemanjangan dispersi QTc berbeda bermakna secara statistik.

Introduction: Patients with end-stage renal disease (ESRD) requiring hemodialysis have a high mortality rate. Cardiovascular mortality is usually occurs suddenly. Kidney Disease Outcome Quality Initiative recommended three time a week HD but in Indonesia only two time a week HD. Two time a week HD increase the risk of higher interdialytic weight gain and  ultrafiltration volume (UFV) contributing to high serum electrolyte changes that cause arrhytmia. 
Objective: The aim of this study is to find effect of ultrafiltration volume, serum potassium changes, pre hemodialysis serum ionic calsium, serum magnesium changes on increased QTc dispersion in chronic hemodialysis patients twice a week.
Methode: This study is a prospective cohort study. A total 112 patient underwent twice-weekly regimens of HD in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Blood samples were Drawn for measurement of serum electrolytes, and a 12-lead ECG were performed to measure the QTc interval and QTc dispersion, immediately before and just after dialysis sessions. Analyzes were performed with SPSS. Chi-square or Fisher exact was used to compare QTc dispersion changes before and after dialysis and ultrafiltration volume. Paired t test was used to compare QTc dispersion changes and serum electrolytes before and after dialysis within the study group. Mann Whitney test was used for abnormal distribution. Multivariate analysis was used to find effect of ultrafiltration volume, serum potassium changes, pre HD serum ionic calsium, serum magnesium changes on increased QTc dispersion in chronic hemodialysis patients twice a week. 
Result: One hunDred twelve patients underwent twice weekly HD  were analyzed. Proportion of patients with prolong of QTc dispersion was 51 %.  The effect of ultrafiltration volume with the prolong of QTc dispersion was not statistically significant (relative risk 1,069, CI (95%) 0,742-1,530, p=0,715). The effect of serum potassium changes and pre HD serum ionic calsiumon increased QTc dispersion were not statistically significant (p=0,943 and p=0,842). The effect of serum magnesium changes with the elevated of QTc dispersion was statistically significant (p=0,023). Multivariate analysis was not done.
Conclusion: The effect of ultrafiltration volume, serum potassium changes and Pre HD serum ionic calsium on increased QTc dispersion was not statistically significant. The effect of serum magnesium changes with the elevated of QTc dispersion was statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megasari Yanuar Wisudawati
"ABSTRAK
Gagal Ginjal Terminal GGT merupakan penyakit yang menempati posisi kedua kasus yang menyebabkan kematian di Indonesia. Pasien dengan GGT harus menjalani hemodialisis rutin untuk terapi pengganti ginjal sementara. Pasien dengan hemodialisis harus melakukan pembatasan cairan agar tidak terjadi kelebihan cairan yang dapat berakibat kematian. Untuk menjaga keseimbangan cairan, diperlukan motivasi diri untuk pasien melakukan pembatasan cairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran motivasi diri pada pasien hemodialisis dalam melakukan pembatasan cairan dengan menggunakan kuesioner TMQ. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dengan total responden sejumlah 94 pasien di RSAU dr. Esnawan Antariksa Jakarta. Teknik pengambilan sampling menggunakan consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,8 responden memiliki motivasi diri yang rendah dalam melakukan pembatasan cairan. Peneliti menyarankan rumah sakit untuk melakukan focus grup discussion mengenai pengetahuan dasar pembatasan cairan, cara pengontrolan pembatasan cairan dengan grafik IDWG serta sebagai sarana menggali dan berbagi motivasi diri pasien dalam melakukan pembatasan cairan.

ABSTRACT
End Stage Renal Disease ESRD is one of diseases that take as second causes of death in Indonesia. Patients with ESRD have to undergo routine hemodialysis for temporary renal replacement therapy. Patients who are undergoing hemodialysis should do fluid restrictions in order to avoid excess fluid. To maintain the fluid balance, patients need self motivation to make fluid restriction. The aim of this research was to determine of self motivation for patients undergoing hemodialysis with fluid restriction while using TMQ. This research was a descriptive study with cross sectional approach performed 94 patients undergoing hemodialysis consecutively at unit hemodialysis. The result showed 63,8 of patients undergoing hemodialysis have a low motivation of fluid intake restriction. Suggestion for hospital is to organize focus group discussion about basic knowledge of fluid restriction, how to maintain fluid restriction with IDWG graphs and to share patients self motivation of fluid restriction. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Mela Yunita Sari
"Latar Belakang: Penurunan kapasitas latihan dan kekuatan otot merupakan gambaran yang umum dijumpai pada pasien hemodialisis (HD) kronik. Perbaikan kadar hemoglobin (Hb) tidak memperbaiki secara optimal kapasitas latihan. Prevalensi kalsifikasi arteri tinggi pada pasien HD. Hal ini menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan kekakuan arteri. Terdapat bukti klinis bahwa kekakuan arteri sentral memengaruhi kapasitas latihan pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK). Kapasitas latihan dapat diprediksi dengan menilai kekuatan otot perifer.
Tujuan: Mengetahui korelasi kekakuan arteri sentral dengan kekuatan genggam tangan pada pasien yang menjalani HD kronik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan subyek pasien HD kronik yang diambil dengan teknik consecutive sampling dengan rentang usia 18 – 59 tahun.  Analisis bivariat dilakukan untuk menilai korelasi kekakuan arteri sentral (dengan menilai central pulse wave velocity/cPWV) dengan kekuatan genggam tangan (KGT), kemudian dilakukan korelasi parsial terhadap variabel perancu (usia, dialysis vintage, Hb, dan aktivitas fisik).
Hasil: Terdapat 45 pria dan 40 wanita dengan median usia masing-masing 47 (19-59) dan 47 (18-59) tahun. Kedua kelompok mempunyai tingkat aktivitas fisik sedang. Tidak terdapat korelasi antara cPWV dengan KGT baik pada  pria (r = -0,046, p = 0,763) maupun wanita (r = -0,285, p = 0,113). Analisis stratifikasi pada wanita yang memiliki tinggi badan (TB) >150 cm menunjukkan korelasi negatif derajat sedang antara cPWV dengan KGT (r = -0,466; r2 = 0,217; p = 0,016). Nilai cPWV berperan sebesar 21,7% terhadap KGT, dan 78,3% diduga dipengaruhi oleh faktor perancu. Kelompok KGT rendah memiliki nilai cPWV yang meningkat pada semua kategori usia.
Simpulan: Kekakuan arteri sentral tidak berhubungan dengan kekuatan genggam tangan pada pasien yang menjalani HD kronik. Terdapat kecenderungan peningkatan nilai cPWV pada subjek yang memiliki KGT rendah.

Background: Exercise intolerance and muscle weakness are the common features in hemodialysis patients. However, correction of renal anemia by eritropoetin does not optimize the exercise capacity. The prevalence of arterial calcification among the hemodialysis patient is high. It thereby decreased the elasticity of the vessels and increased the arterial stiffness. Clinical evidence showed that central arterial stiffness affects the exercise capacity in chronic kidney disease (CKD). Exercise capacity can be predicted by assessing peripheral muscle strength.
Objective: To investigate the correlation between central arterial stiffness and handgrip strength in chronic hemodialysis patients.
Methods: This study use cross-sectional design which perform in chronic HD patients aged between 18 and 59 years old by consecutive sampling. Bivariate analysis was done to determine the correlation between central arterial stiffness (assessed using central pulse wave velocity /cPWV) and handgrip strength (HGS). Afterwards, partial correlation of confounding variables (age, dialysis vintage, Hb and physical activity) were also be analyzed.
Results: There were 45 men and 40 women with the median age of 47 (19-59) and 47 (18-59) years old, respectively. Both groups have moderate level of physical activity. There was no correlation between cPWV and HGS in men (r = -0.046, p = 0.763) and women (r = -0.285, p = 0.113). Stratified analysis in women with height over 150 cm showed a moderate negative correlation between cPWV and HGS (r = -0,466; r2 = 0,217; p = 0,016). cPWV accounted for 21.7% of HGS, while 78.3% were suggested to be influenced by the confounding factors. The group with low HGS had an increased cPWV in all age categories.
Conclusion: Central artery stiffness was not associated with HGS in chronic HD patient. There was a tendency of increased central arterial stiffness in the group of subjects who had low HGS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewiyanti Toding
"Banyak dampak dan perubahan akibat pandemi COVID-19 yang dapat dialami pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan mereka dalam menjalani proses hemodialisis yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman pasien yang menjalani hemodialisis di Indonesia di era pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan berjumlah 15 orang dari RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Terdapat 3 tema yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu munculnya berbagai respon pada awal pandemi, timbulnya berbagai dampak yang dialami selama pandemi, dan adanya strategi koping yang dibangun selama pandemi. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis telah berupaya untuk membangun strategi koping yang adaptif di era pandemi COVID-19 tetapi mereka tetap memerlukan dukungan dari penyedia layanan kesehatan di unit hemodialisis untuk mengatasi berbagai masalah dan dampak akibat pandemi COVID-19 ini. Perawat hemodialisis diharapkan dapat melakukan pengkajian secara holistik dan evaluasi secara terus menerus agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam memenuhi kebutuhan pasien hemodialisis di era pandemi COVID-19 ini.

Many effects and changes due to COVID-19 pandemic experienced by patients with end-stage renal disease undergoing hemodialysis. This can affect their compliance to have hemodialysis treatment that will affect their quality of life. The aim of this study is to deeply explore the experience of patients with end-stage renal disease who were undergoing hemodialysis during COVID-19 pandemic. This study takes qualitative descriptive approach with in-depth interviews. The participants were 3 themes, as: the emergence of various responds in an early pandemic, the effects that were experienced during pandemic and the coping strategy built during the pandemic. These findings showed that patients with end-stage renal disease have been implementing adaptif coping strategy during the pandemic, but they still need a support from the health care providers in the hemodialysis unit to overcome various problems and impacts during COVID-19 pandemic. The role of nurses is needed to conduct holistic assessments and continuous evaluations in order to provide comprehensive nursing care for the needs of hemodialysis patients in this era of the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daryani
"Tesis ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan inisiasi hemodialisis di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Penelitian ini dilakukan dengan studi retrospektif. Populasi sebanyak 101 pasien. Metode pengambilan sampel adalah total sampling. Hasil analisis menunjukkan faktor yang mempengaruhi keputusan inisiasi dialisis adalah usia, jenis kelamin, asuransi, kadar kreatinin, LFG dan dukungan pelayanan kesehatan, analisis multivariat menunjukan bahwa nilai OR 20,099. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu pelatihan bagi perawat menjadi edukator yang baik, terbentuknya tim edukasi dari berbagai disiplin ilmu dan adanya advokasi bagi pasien dalam memperoleh asuransi kesehatan.

The focus of this study is the factors that influence the decision of initiation of hemodialysis of Dr Soeradji Tirtonegoro hospital Klaten. This research was retrospective study. Population of 101 patients. The method of sampling was total sampling. This analysis showed that factors affecting the decision of initiation hemodialysis were age, gender, health insurance, creatinine levels, LFG, family support and health services support. The significant factors contributing was health insurance (p value = 0,000), multivariate analysis found the value OR 20,099. The researcher suggests that nurse need training to become a good educator, establishment of educational teams from multidisciplinary and the advocacy for the patient in obtaining health insurance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Hardianti
"Kepatuhan manajemen terapi hemodialisis berpengaruh terhadap kejadian komplikasi yang mungkin dapat muncul, kualitas hidup dan angka mortalitas pada pasien. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan tersebut adalah persepsi penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi penyakit dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif dengan jumlah sampel 103 responden yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling pada pasien hemodialisis. Data dikumpulkan melalui Brief Illness Perception Questionnaire B-IPQ untuk persepsi penyakit dan modifikasi End-Stage Renal Disease Adherence Questionnaire ESRD-AQ untuk kepatuhan manajemen terapi hemodialisis. Data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS versi 23. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara persepsi penyakit dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis r= -0.244; p value= 0.007 . Akan tetapi, jika ditinjau per-dimensi maka hanya kontrol personal r= 0.329; p value= 0.000 dan respon emosi r= -0.292; p value= 0.001 yang berhubungan dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis. Dengan sebab itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan persepsi penyakit pada pasien untuk meningkatkan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis pada pasien.

The adherence of hemodialysis therapy management influenced occurence rate of complication that might be appear, quality of life, and mortality rate in patient. One of the factors that affect adherence of hemodialysis therapy management is illness perception. This research aimed to identify the relation between illness perception and adherence of hemodialysis therapy management in patient with chronic kidney disease. Correlation analytic with purposive sampling technique was used for this research with 103 patients in hemodialysis as a sample. Data were collected by Brief Illness Perception Questionnaire B IPQ for illness perception and End Stage Renal Disease Adherence Questionnaire ESRD AQ for adherence of management hemodialysis therapy. Data were analyzed by SPSS ver. 23. Result shows that illness perception affect adherence to therapy management r 0.244 p value 0.007 . Yet, only control personal r 0.329 p value 0.000 and emotional response r 0.292 p value 0.001 that influence adherence to therapy management. Therefore, it is recommend to assess patient view of their illness to increase adherence rate to hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Huda Al Husna
"Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yang paling banyak diberikan pada pasien Gagal Ginjal Terminal. Kepatuhan pasien hemodialisis terhadap pembatasan cairan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas dan angka harapan hidup serta mencegah dampak perburukan dari penyakit. Kepatuhan cairan dapat dipengaruhi berbagai macam faktor baik internal maupun eksternal. Tujuan penelitian: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan pasien HD di satu RS yang ada di Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian 98 responden yang didapatkan dengan tehnik consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar pengumpulan data. Analisis hasil penelitian menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman dan analisis multivariat menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan adalah: Usia p=0,001 , komplikasi p=0,017 , agreeableness p=0,013 , dan dukungan keluarga p=0,001 . Hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang berhubungan paling dominan dengan kepatuhan cairan adalah usia r=0,255.

Hemodialysis is the most widely used renal replacement therapy in patients with End Stage Renal Disease. Fluid adherence of hemodialysis patients is an important aspect in improving quality and life expectancy and preventing the deterioration of the disease. Fluid adherence can be influenced by both of internal and external factors. Objective To analyze factors associated with fluid adherence among HD patients in Malang Hospital. This study used cross sectional design. The number of samples in the study of 98 respondents obtained by consecutive sampling techniques. Methods of data collection with questionnaires and data collection sheets. Analysis of research results used Pearson and Spearman correlation and multivariate analysis with linear regression. The results showed that factors related to fluid adherence were age p 0.001, complications p 0.017, agreeableness p 0.013 , and family support p 0.001 . The result of multivariate analysis found that the most dominant correlated factor with fluid adherence was age r 0,255."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Agustina
"Pasien Gagal Ginjal Terminal GGT memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal berupa hemodialisis HD . HD yang adekuat perlu dipertahankan untuk menjaga kualitas hidup pasien GGT. Adekuasi hemodialisis dapat dicapai dengan meningkatkan kepatuhan menjalani HD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan hemodialisis di RSUD dr. Zainoel Abidin Aceh.
Desain penelitian menggunakan Cross Sectional dengan consecutive sampling, melibatkan 110 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi. Analisis menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik.
Hasil penelitian didapatkan proporsi pasien yang patuh menjalani hemodialisis sebanyak 60, terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan p=0.046, self efficacy p= 0.000, acceptance p= 0.009, dukungan sosial p= 0.003 dengan kepatuhan HD. Analisis regresi logistik ditemukan faktor yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan menjalani hemodialisis adalah self efficacy p= 0.001.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat perlu meningkatkan self efficacy pasien dan acceptance terhadap terapi serta melibatkan dukungan sosial untuk meningkatkan kepatuhan pasien menjalani program hemodialisis.

Patients with End Stage Renal Disease ESRD requires renal as a replacement therapy in the form of hemodialysis. Adequate Hemodialysis needs to be maintained to the quality of life of ESRD patients. Adequacy of hemodialysis can be achieved by improving adherence to hemodialysis. The study aimed to indetify related factors to hemodialysis adherence.
The research design was the Cross Sectional by concecutive sampling, recruited 110 sample. Data collection used questionnaires and documentation studies. The analysis used chi square and logistic regression.
The result showed that about 60 of samples adherence to hemodialysis, there was a significant associations between Satifaction p 0.046 , self efficacy p 0.000 , acceptance p 0.009 , and social support p 0.003 with hemodialysis adherence. The most dominant factor associated with adherence to hemodialysis was self efficacy p 0.001.
It is recommended for nurses to improve patients self efficacy, acceptance of therapy dialysis, and involve social support to increase patiens adherence with hemodialysis programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Trivalni
"Pelayanan hemodialisis (HD) merupakan tindakan layanan terapi pengganti ginjal bagi pasien dengan kondisi gagal ginjal kronis stadium akhir. Kebutuhan layanan HD sampai saat ini masih tergolong sedikit dan belum seluruh rumah sakit dapat memfasilitasi layanan HD. Dampaknya kebutuhan terlihat pada beberapa rumah sakit yang dijadikan rujukan layanan HD. Meningkatnya kebutuhan layanan HD menyebabkan tingginya kebutuhan penjadawalan. Oleh sebab itu diperlukan pengaturan jadwal tindakan yang tepat sehingga pasien dapat terlayani dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun suatu sistem pendukung keputusan untuk Pengaturan jadwal HD dengan menggunakan algoritme AHP dengan menggunakan kriteria sehingga menghasilkan berupa keluaran urutan prioritas dan dan perankingan jadwal layanan HD bagi pasien yang membutuhkan. Dengan adanya sistem pendukung keputusan (SPK) ini diharapkan mampu memberikan pelayanan yang lebih optimal di unit HD. Sistem pendukung keputusan dengan menggunakan algoritme AHP (Analytic Hierarchy Process) dilakukan dengan langkah menterjemahkan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama dengan menetapkan kriteria sebagai landasan, membuat matriks perbandingan berpasangan, menentukan nilai normalisasi, menguji konsistensi dan rasio konsistensinya, sehingga bila hasil hitung dari pembobotan kriteria telah didapatkan dan dinyatakan konsisten, maka urutan prioritas dan alternatif penjadwalan dinyatakan valid dan layak menjadi standar baku dalam penetuan jadwal layanan HD. Algoritme AHP selanjutnya akan di tanamakan pada proses pengembangan sistem SDLC waterfall terdiri dari analisis kebutuhan, desain rancangan, implementasi, testing dan integrasi serta maintenance pada proses evaluasi sistem bila sudah berjalan.

Hemodialysis (HD) service is a kidney replacement therapy service for patients with end-stage chronic kidney failure. The need for HD services is still relatively small and not all hospitals can facilitate HD services. The impact of the need is seen in several hospitals that are used as referrals for HD services. With the increasing demand for HD services, the need for scheduling is high. Therefore it is necessary to arrange the right action schedule so that patients can be served properly. The purpose of this study is to build a decision support system for setting HD schedules using the AHP algorithm using criteria so as to produce outputs in the form of priority sequences and ranking HD service schedules for patients in need. By decision support system (DSS) it is hoped that it will be able to provide optimal service in the HD unit. A decision support system using the AHP (Analytic Hierarchy Process) algorithm is carried out by translating the problem and determining the desired solution, creating a hierarchical structure starting with the main goal by setting criteria as the basis, creating a pairwise comparison matrix, determining normalization values, testing consistency and ratios consistency, so that if the calculated results from the weighting of the criteria have been obtained and declared consistent, then the priority order and scheduling alternatives are declared valid and appropriate to be the standard in determining HD schedules. The AHP algorithm will then be embedded in the SDLC waterfall system development process consisting of needs analysis, design, implementation, testing and integration as well as maintenance in the system evaluation process when it is running."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>