Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Soufie Rosalind Saudiah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana anggota organisasi birokrasi berinteraksi pada Whatsapp group chat berdasarkan konsep rhetorical sensitivity sensitivitas retorik, serta kaitannya dengan konteks birokrasi di Indonesia. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-positivism dengan metode penelitian netnografi pada teks grup WhatsApp salah satu unit kerja di Kementerian Pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam berinteraksi pada grup WhatsApp, tiap-tiap individu akan menampilkan satu dari tiga gaya sensitivitas retorik rhetorical sensitive, noble self atau rhetorical reflector ketika mereka dihadapkan pada satu situasi komunikasi atau arah komunikasi organisasi tertentu Edie Paulson, 1986. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa WhatsApp group chat berpotensi mempersingkat alur komunikasi birokrasi, namun enkulturasi budaya instansi pemerintah yang sudah mengakar tidak serta merta hilang dengan hadirnya komunikasi bermediasi teknologi dalam organisasi birokrasi.

ABSTRACT
This study aims to examine how members of bureaucracy organization interact in WhatsApp group chat based on the rhetorical sensitivity concept, and how it relates to the Indonesian bureaucracy context. It observed the WhatsApp group chat of one of the working units in the Ministry of Tourism under the post positivism paradigm with netnography as the research methodology. The result shows that each members of the WhatsApp group chat tend to performs one out of three rhetorical style ndash the rhetorical sensitive, noble self or rhetorical reflector ndash when faced with particular communication situation or certain organizational communication flow Eddie Paulson, 1986. Other finding also shows that WhatsApp group chat is potential to shorten the bureaucracy communication flow however the enculturation of bureaucratic culture which have been rooted over a very long period of time within the government office would not be easily shifted with the presence of the technology mediated communication in this bureaucratic organization."
2017
T48924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Setyo Prabowo
"Keuntungan Cloud Computing (CC) merupakan teknologi baru yang mempunyai karakteristik on-demand self service, broad network access, resource pooling, rapid elasticity, dan measured service, yang menjanjikan efisiensi dan efektifitas operasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada organisasi. Permasalah pada CC dalam mendukung kinerja Lembaga Pemerintahan masih menjadi belum perhatian khusus. Artikel ini memaparkan hasil migrasi data center berbasis CC (Virtual Private Data Center) yang diterapkan pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Model penerapan ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk instansi pemerintah lain yang memiliki karakteristik dan serumpun dengan LIPI maupun instansi pemerintah lain dalam melaksanakan pengelolaan TIK untuk bisa lebih banyak mendapatkan manfaat dari CC sehingga efektifitas dan efisiensi pengelolaan TIK dapat tercapai. "
Kementerian Komunikasi dan Informasi Ri, 2015
384 JPPKI 6:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Evirta Apriliani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi keluarga pada sebuah grup virtual keluarga besar yang didalamnya terdapat kinkeeper, yakni anggota yang mempertahankan ikatan keluarga dengan melakukan digital kinkeeping yang membentuk perilaku komunikasi tertentu antar anggota keluarga terutama dengan relasi intergenerasi. Perilaku komunikasi keluarga dapat ditentukan dengan skema tipe hubungan keluarga dalam pola komunikasi keluarga, yakni: konsensual, pluralistik, protektif, dan laissez faire. Penelitian menggunakan mixed method, yang menggabungkan penelitian kualitatif melalui metode netnografi dengan penelitian kuantitatif melalui analisis jaringan komunikasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pola komunikasi dalam grup Whatsapp keluarga besar cenderung tersentralisasi oleh anggota keluarga tertentu dengan tipe partisipasi online berupa insider dengan pola komunikasi keluarga pluralistik. Keywords: grup virtual keluarga besar, kinkeeper, pola komunikasi keluarga, mixed method, netnografi, analisis jaringan komunikasi.

ABSTRACT
This research aims to determine the pattern of family communication in an extended family rsquo s virtual group in which there is a kinkeeper, ie members who maintain family ties by performing digital kinkeeping that form certain communication behavior between family members, especially with intergenerational relations. The behavior of family communication can be determined by the type of family relationship scheme in the pattern of family communication, namely consensual, pluralistic, protective, and laissez faire. This research uses mixed method, which combines qualitative research through netnography with quantitative research through communication network analysis. The result of this study found that communication pattern in the extended family rsquo s Whatsapp group tend to be centralized by certain family members with an online participation type of insider with pluralistic family communication pattern. Keywords extended family rsquo s virtual group, kinkeeper, family communication pattern, mixed method, netnography, communication network analysis."
2017
T48009
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Yuliati
"ABSTRAK
Penelitian ini mengeksplorasi isyarat-isyarat yang dapat membedakan produksi
pesan pengelabuan dan produksi pesan yang jujur dalam komunikasi bermediasi komputer
terutama berbasis teks, dan menginvestigasi apakah adanya kesempatan merencanakan
pesan dapat mempengaruhi perilaku komunikator yang memproduksi pesan pengelabuan.
Penelitian ini mengkaji pengelabuan dalam proses komunikasi interaktif baik secara konsep
maupun operasional sehingga lebih menggambarkan kondisi di dunia nyata, dan hal ini
masih jarang dilakukan pada studi-studi komunikasi pengelabuan terdahulu. Melalui
metode eksperimen, partisipan penelitian dipasangkan sebagai komunikator dan komunikan
untuk menghasilkan percakapan diadik. Dengan memanipulasi produksi pesan (pesan
pengelabuan atau pesan jujur) dan perencanaan (dengan persiapan atau spontan),
diprediksi bahwa komunikator yang memproduksi pesan pengelabuan akan menghasilkan
perilaku yang berbeda dengan komunikator yang memproduksi pesan jujur pada komunikasi
bermediasi komputer. Hasil penelitian dari pengolahan 2 x 2 MANOVA between-subject
design, didapatkan secara empiris, bahwa komunikator yang memproduksi pesan
pengelabuan cenderung lebih jarang menggunakan kata yang merujuk pada diri sendiri,
lebih banyak merujuk pada orang lain, lebih sering menggunakan kata pengingkaran, sering
mengajukan pertanyaan dan banyak mengedit pesan. Namun, ketika komunikator diberikan
waktu untuk merencanakan pesan, maka waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi pesan
lebih singkat dan pengeditan pesan tidak terlalu banyak muncul dibandingkan dengan
produksi pesan pengelabuan secara spontan

ABSTRACT
This research examines verbal and nonverbal cues in the production of
deceptive and truthful message in computer-mediated communication, especially
communication based on text, and explores whether planning messages can affect
communicators? behavior. This research reviews both conceptualization and
operationalization of deception in the interactive communication. Therefore, it can
simulate conditions in the real world which has rarely been done in previous studies.
Through experiment methods, research participants were paired as sender and
receiver to produce dyadic conversation. By manipulating message production
(deceptive or truthful message) and message planning (either with preparation or
spontaneous), it is predicted that a sender who produces deceptive message will
show different behavior than a sender who produces truthful message in the
computer-mediated communication. The result from processing 2 x 2 MANOVA
between-subject design empirically shows that senders, who produce deceptive
message, tend to use fewer words which refer to him/herself, more other-directed
pronouns, more negation words, ask more questions and edit message. However,
when the sender is given more time to plan a message, the time needed to produce a
message will be shorter and message editing process will be less than the
spontaneous deceptive message production"
2016
07-18-559201109
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ramadan
"Penelitian dengan metode netnografi ini memahami eksistensi dan penggunaan media analog di era digital yang tak lepas dari konstruksi sosial terhadapnya. Begitu juga yang terjadi pada kartu pos. Fleksibilitas interpretasi kelompok sosial relevan, dalam penelitian ini adalah komunitas Card to Post, membawa penggunaan kartu pos dengan cara yang baru. Fleksibilitas interpretasi tersebut terlihat pada gambar dan ornament estetikanya; pesan tertulis; penempatan prangko; dan penyimpanannya. Lalu, penggunaan teknologi analog ini menimbulkan makna khusus pada kartu pos sebagai media komunikasi interpersonal, yaitu personalitas, sensasi fisik, kreatifitas, dan komunikasi pelan.

With netnography as a method, this research analize and understand the existence and the usage of postcard as analog media in digital era which happended because of social construction. This research find that the interpretative flexibility of the social relevant group bring new way to use and design postcard. The interpretative flexibility shown from postcard picture and aesthetic ornament; written message; stamp placement and how it stored. The usage of postcard in digital era is also emerge meaning in its users, which are authenticity, physical sensation, creativity, and as slow communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athiya Dista Ramadhani
"Penelitian berjudul 'Peralihan Medium Komunikasi di Antara Generasi Muda Sebagai Dampak dari Munculnya Aplikasi Pesan Instan dan Media Sosial' membahas tentang apakah generasi muda melihat interaksi sosial di dunia maya sama halnya dengan interaksi langsung. Karena pada dasarnya komunikasi bersifat dinamis, dapat di pengaruhi oleh budaya, dan diubah oleh media dan teknologi, komunikasi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Pada era digital sekarang ini, teknologi sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat dan sedikit banyak dianggap telah mempengaruhi alur komunikasi dari generasi muda dan merubah pengalaman komunikasi mereka dari apa yang telah dialami oleh generasi terdahulu. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang telah dikembangkan terlebih dahulu yang mengatakan bahwa kehadiran media sosial dan aplikasi pesan instan tidak berarti mengurangi kualitas komunikasi antar pengguna melainkan hanyalah sebatas peralihan alur komunikasi. Pembuktian dari hipotesis didapatkan melalui wawancara dan pengamatan dari cara pandang responden terpilih yang sesuai dengan kriteria penelitian.

The research titled 'Shifting Communications platforms among youth due to the emergence of Instant Messaging and Social Media' discusses about whether youth, or the digital natives, perceive socializing digitally as similar to a physical face-to-face socialization. As communication is naturally dynamic, being affected by culture and being transformed by the media and technology, communication has always been changing from time to time. In today's digital era, technology has become a part of the society's culture and seems to affect the way of communications among the new generation, and alter their communication experience as different from the older generation. This qualitative research aims to testify the prior developed hypothesis saying that the emergence of social media and instant messaging do not necessarily reduce the quality of communication but a mere shift in platform through in depth interview and observations of the selected respondents who fit the research criteria.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Aulia
"Media sosial telah dianggap sebagai alat pemasaran yang kuat karena memungkinkan komunikasi multi-arah antara merek dan konsumennya. Terkait meningkatnya minat konsumsi film di Indonesia, media sosial juga memungkinkan tersebarnya electronic word of mouth yang telah terbukti mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian produk pengalaman termasuk di dalamnya film. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan social media marketing dan electronic word of mouth digunakan untuk meningkatkan brand loyalty oleh Cinema 21.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam memperkuat faktor anteseden brand loyalty yakni self-congruence, norma sosial, kualitas informasi, dan interaktivitas, Cinema 21 terutama berfokus pada peningkatan interaksi dengan memicu konsumen untuk berbagi pendapat atau ulasan mereka dan secara aktif memberikan respon pada platform yang dimiliki.

Social media has been considered a powerful marketing tool because it allows multidirectional communication between brands and consumers. In relation with the growing interest of film consumption in Indonesia, social media also allows the spread of electronic word of mouth that has been proven to be able to influence the decision making process of experiential products such as films. This paper aims to find out how social media marketing and electronic word of mouth is utilized by Cinema 21 to increase their brand loyalty.
The result of the analysis shows that in strengthening the anteceding factors of brand loyalty namely self-congruence, social norms, information quality, and interactivity, Cinema 21 focuses on increasing interaction by triggering consumers to share their opinions or reviews and actively respond to them through their owned social media platforms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yakobus Suharyono
"ABSTRAK
Teknologi digital mendorong perkembangan pendidikan; pendidikan memacu kemajuan hidup melalui terciptanya berbagai hasil teknologi digital. Kolaborasi literasi digital dan pendidikan memerlukan kemampuan komunikasi yang didasarkan pada kemampuan memperoleh, memanipulasi dan mengemas informasi dan literasi digital yang mencakup literasi informasi dan komunikasi, yang dibangun dan didaya-gunakan secara sinergis. Sebagai penyelaras upaya hominisasi dan humanisasi dalam pendidikan abad ke-21, literasi digital dalam pendidikan mendorong pencapaian digital-citizenship yang memungkinkan pengembangan pendidikan dan pengembangan teknologi digital demi kemajuan hidup manusia.

ABSTRACT
Digital technology encourages educational advancement; conversely, education enhances human life advancement by creation of digital technologies. The collaborativeness of digital literacy and education requires communicative competence of searching, manipulating, packaging and communicating information and digital literacy including information and communication literacies which are appropriately constructed and functioned sinergically. Functioning as a harmonizer of educational hominization and humanization process in the 21st century, digital literacy in education enhances to obtain digital-citizenship which possibly develops either education or digital improvement for the sake of human live advancement."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Perkasa Utama
"Dengan aktifnya masyarakat dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendapatkan maupun mencari informasi, penggunaan media sosial mulai dimanfaatkan pemerintah sebagai salah satu sarana bagi pemerintah dalam menyampaikan informasinya secara luas dan mencoba melibatkan publik dalam memberikan masukan dan/atau tanggapan terhadap kegiatan pemerintahan. Media sosial juga mulai dimanfaatkan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) sebagai salah satu media TIK dalam mendukung visi, misi, dan pencapaian sasaran strategis Kemlu RI untuk menuju pemerintahan terbuka, salah satunya dengan menerapkan Diplomasi Digital. Akan tetapi dalam usaha menerapkan pemerintahan terbuka di Kemlu RI, ditemukan beberapa inisiatif yang menjadi tantangan, baik dari sisi sumber daya manusia, organisasi maupun proses pelaksanaannya. Oleh karena itu, kami melaksanakan sebuah penelitian untuk mengukur tingkat kematangan dalam pelaksanaan pemerintahan terbuka yang telah dilakukan Kemlu RI. Dengan pemahaman Digital Diplomasi yang cukup luas, dalam penelitian ini hanya dilakukan terhadap inisiatif penerapan media sosial di Kemlu RI, sebagai salah satu bagian dari Digital Diplomasi, dalam pemanfaatannya sebagai media penyebaran informasi dan menampung parsitipasi publik.
Penelitian dilakukan dengan metodologi penelitian kualitatif dengan studi kasus Kemlu RI. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur terhadap 8 (delapan) orang pejabat dan staf pelaksana yang terlibat dalam pemanfaatan media sosial, observasi terhadap kegiatan unit penanganan media sosial di Kemlu RI, serta pengumpulan data dukung yang berupa peraturan dan pelaksanaan media sosial di Kemlu RI. Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat kematangan pemerintahan terbuka dalam pemanfaatan media sosial di Kemlu dengan menggunakan kerangka kerja yang digunakan, Kemlu RI berada pada tingkat kematangan 1 (Kondisi Awal). Dengan mengetahui tingkat kematangan ini, dapat disampaikan pula kesimpulan dan rekomendasi terhadap peningkatan dalam mencapai pemerintahan terbuka khususnya di Kemlu RI.

With the active participation of people in using information and communication technology (ICT) to obtain or seek information, the government began to use social media as a means to provide information and seek public interactions and collaborations. Social media is also used by the Ministry of Foreign Affairs (MoFA) of the Republic of Indonesia as one of the media technologies in supporting the vision, mission, and support of the Indonesian MoFA strategic goals to achieve open governance, one of them is by using Digital Diplomacy. However, in an effort to implement open government in the Indonesian MoFA, several proposals have been challenged, both in terms of human resources, organizations and the implementation process. Therefore, this research is going to measure the maturity level for open government that has been carried out by the Indonesian MoFA. In which Digital Diplomacy is quite extensive, this research will be conducted only on the application of social media, in its use as a medium for disseminating information and public assistance.
This research was conducted by testing qualitative research with a case study of the Indonesian Ministry of Foreign Affairs. Data retrieval is done through semi-structured interviews staff who involved in social media, observation of the social media unit activities, and collecting data of the regulation in the Indonesian MoFA. The results of measurements, the Indonesian MoFA is on the maturity level 1 (Initial Condition). By knowing this, conclusions and responses to improvements can be conveyed to the Indonesian MoFA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Rizal Dzikrillah
"Qlue adalah aplikasi berbasis media sosial yang digunakan sebagai media interaksi warga Jakarta dengan Pemda DKI semenjak Desember 2014. Qlue mengalami permasalahan dalam aspek ketertarik warga, karena berdasarkan hasil penelitian dari lembaga Public Opinion and Policy Research yang dilakukan pada Agustus 2016, Qlue termasuk dalam program kerja dengan tingkat penyikapan positif warga yang terendah jika dibandingkan program kerja DKI yang lain. Terkait dengan permasalahan ketertarikan warga, penelitian yang dilakukan para peneliti dari German Research Institute for Public Administration pada tahun 2013, menyimpulkan bahwa ketertarikan masyarakat terhadap situs interaksi user-to-institutional berbasis media sosial disebabkan tiga faktor, yaitu keberadaan kontribusi pengguna dalam menghasilkan nilai tambah 3 aspek, karakteristik orientasi interaksi 4 aspek, dan kualitas jejaring sosial 4 aspek. Dengan merujuk pada hasil penelitian tersebut, penelitian ini hendak melakukan peninjauan terkait faktor-faktor daya tarik dari situs interaksi berbasis media sosial yang telah atau belum dipenuhi oleh Qlue.
Penelitian ini akan melakukan analisis perbandingan terhadap tingkat pemenuhan faktor-faktor daya tarik antara Qlue dengan aplikasi sejenis yang berbasis media sosial. Faktor daya tarik yang lebih dipenuhi oleh aplikasi lain yang sejenis menjadi rujukan dalam merumuskan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ketertarikan warga. Peninjauan terhadap Qlue dan aplikasi sejenis dilakukan dengan menggunakan metode observasi terhadap karakteristik aplikasi. Khusus untuk Qlue, peninjauan juga dilakukan melalui interview dengan stakeholder terkait dan survey persepsi pengguna terhadap penggunaan Qlue. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil peninjauan menunjukkan bahwa Qlue belum memenuhi ketiga faktor daya tarik situs interaksi berbasis media sosial secara menyeluruh. Qlue telah memenuhi untuk aspek kontribusi pengguna dalam menghasilkan konten, kontribusi pengguna dalam perluasan jangkauan pelayanan, konfigurasi interaksi, respon terhadap pengguna, perolehan identitas sosial, pembentukan kepercayaan sosial, dan peningkatan kekuatan warga. Qlue masih memerlukan perbaikan pada aspek kontribusi pengguna dalam menghasilkan inovasi, aktivitas kerjasama yang menghasilkan nilai tambah, kedudukan warga sebagai titik sentral aktivitas pemerintahan, serta word of mouth. Untuk aspek yang belum dipenuhi, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah langkah pemberdayaan pengguna dalam perencanaan dan pemetaan pembangunan infrastruktur pelayanan publik, langkah pemfungsian Qlue sebagai sarana konsultasi pemerintah daerah kepada warganya, dan langkah pemberdayaan warga dalam peninjauan kondisi tempat pelayanan publik milik pemerintah.

Qlue is citizen to government communication platform apps that based on social media characteristics and has been launched in Jakarta City since December 2014. Until two years of its usage as communication platform, Qlue has some problems on citizen attractiveness toward Qlue. Based on summary research that has been conducted by Public Opinion and Policy Research, Qlue was one of government program that has lowest attractiveness among other government program. Related to citizen attractiveness problem, a research that has been done by a group of researcher from German Research Institute for Public Administration in 2013, summarize that citizen attractiveness toward social media websites was influenced by three factors. The factors are user added value 3 aspects, interaction configuration 4 aspects, and social networking 4 aspects. Based on previous research, this research will review the social media website attractiveness factor that has been fullfiled or not yet fullfiled by Qlue.
This research will also compare the fulfillment level of social media website attractiveness factors between Qlue and other similar sites from other countries. Attractiveness factors that has more fulfilled by other similar apps will be used to summarize a strategy that must be done to increase citizen attractiveness toward Qlue. The review process of Qlue and other sites use observation method toward apps characteristics. Interview method with related stakeholder and survey method to review the user perception are also used to review Qlue. This research use qualitative and quantitative approach to analyze the data.
The result of the review shows that Qlue not yet complete fulfilled three social media website attractiveness factors. Qlue has fullfiled on user generated content aspect, user generated contact aspect, user response aspect, social identity aspect, social trust aspect, and increasing of user power aspect. Qlue has not fullfiled on user generated innovation, interaction configuration aspect, cooperative value generation aspect, citizen centricity aspect, and word of mouth aspect. For aspect that has not been fullfiled by Qlue, Qlue must do some ideas. The ideas are the empowerment of user on planning and mapping of public service development infrastructure, the use of Qlue as consultation tools for government to their citizens, the empowerment of user on the evaluation of public place that has been owned by government.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>