Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christa Adriane Tenges
" ABSTRAK
ABSTRAK Nama : Christa Adriane TengesNPM : 1206326251Program Studi : Ilmu Kedokteran Fisik dan RehabilitasiJudul Tesis : Pengaruh Pengaturan Nutrisi Disertai Latihan Ergocycle Dibandingkan Pengaturan Nutrisi Tanpa Latihan Ergocycle Pada Penderita Obesitas Terhadap Kualitas Hidup LATAR BELAKANG. Keadaan obesitas diketahui terkait dengan berbagai gangguan kesehatan yang berakibat pada meningkatnya keadaan disabilitas sehingga terjadi penurunan aktivitas dan intregasi sosial yang akhirnya berdampak pada penurunan kualitas hidup. Lini pertama dalam penatalaksanaan obesitas adalah modifikasi gaya hidup, diet dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan ergocycle dengan pengaturan nutrisi dibandingkan dengan pengaturan nutrisi tanpa latihan ergocycle terhadap kualitas hidup penderita obesitas. METODE. Quasi experimental terhadap subjek obesitas sesuai kriteria Asia Pasifik usia 30 ndash; 60 tahun dengan sedentary lifestyle PAL

ABSTRACT
Name Christa Adriane TengesNPM 1206326251Study Program Physical Medicine and RehabilitationTitle Effect of Nutrition management combined with ergocycle training compare to nutrition management without ergocycle training in quality of life of obese patients BACKGROUND. Obesity is known to be associated with various health problems that result in increased of disability resulting in decreased activity and social integration which ultimately impact quality of life. Life modification, diet and physical activity are the first line treatment of obesity. This study aims to compare the effect of nutrition management combine with ergocycle training with nutrition management without ergocycle training in quality of life in obese patients. METHODS. Quasi experiment on obesity patient according to criteria of Asia Pacific aged 30 60 years with sedentary lifestyle PAL "
Lengkap +
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Nugraha
"Luka bakar berat dapat menyebabkan respons hipermetabolisme dan hiperkatabolisme persisten dan berkepanjangan. Pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit (RS) sering memiliki komorbid, seperti obesitas, diabetes melitus tipe 2 (DMT2), dan hipertensi. Inflamasi kronik akibat obesitas dan komorbid pada luka bakar berat berperan di dalam terjadinya fenomena second hit yang dapat memperberat respons hipermetabolisme. Terapi medik gizi pada pasien luka bakar berat dengan obesitas dan penyulit metabolik bertujuan untuk mencegah penurunan berat badan, mempertahankan massa otot, mengurangi respons hipermetabolisme, menjaga kontrol glikemik dan tekanan darah, meningkatkan sistem imun, membantu penyembuhan luka, memerbaiki kapasitas fungsional, sehingga meningkatkan luaran klinis serta menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas. Empat pasien serial kasus dengan luka bakar berat, derajat II-III, 29-38% luas permukaan tubuh (LPT), disebabkan oleh api dan listrik, memiliki status obes I serta komorbid DMT2 dan hipertensi. Terapi medik gizi pada pasien diawali dengan nutrisi enteral dini dalam waktu 24 jam pertama pasca luka bakar, sesuai dengan rekomendasi The European Society for Clinical Nutrition and Metabolism (ESPEN) serta Society of Critical Care Medicine (SCCM) dan American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN). Terapi medik gizi berdasarkan rekomendasi tersebut disesuaikan kondisi klinis, toleransi asupan, dan hasil laboratorium pasien. Target pemberian nutrisi menggunakan formula Xie, dengan komposisi seimbang, terdiri atas protein 1,5-2 g/kg BB ideal/hari, lemak 25-30%, dan karbohidrat 45-65%. Mikronutrien yang diberikan berupa vitamin B kompleks 3x1, asam folat 1x1 mg, vitamin C 2x250 mg, dan seng 1x20 mg. Keempat pasien serial kasus mengalami perbaikan kondisi klinis, penyembuhan luka baik, tidak ada infeksi dan komplikasi selama perawatan, tekanan darah dan kontrol glikemik baik, penurunan BB<10%, perbaikan kapasitas fungsional, dan lama rawat pasien lebih singkat. Keempat pasien dipulangkan untuk rawat jalan.Terapi medik gizi yang optimal dapat memerbaiki luaran klinis serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien luka bakar berat dengan obesitas dan penyulit metabolik.

Severe burn injury can cause a persistent and prolonged hypermetabolism and hypercabolism response. Severe burn injury patients treated in hospitals generally have comorbidities, such as obesity, DMT2, and hypertension. Chronic inflammation due to obesity and comorbidities in severe burn injury contributes to a second hit phenomenon in terms of augmenting the hypermetabolic response. Medical nutrition therapy in severe burn injury patient with obesity and metabolic disease is required in order to prevent weight loss, maintain muscle mass, reduce hypermetabolism response, maintain glycemic control and blood pressure, improve the immune system, help wound healing, improve functional capacity, therefore increasing clinical outcome and reduce the risk of morbidity and mortality. The case series consists of four patients with severe burn injury, degree II−III, 29−38% total body surface area, caused by fire and electricity, nutritional status obese I with DMT2 and hypertension. Medical nutrition therapy was initiated with early enteral nutrition within the first 24 hours after burn injury, according to ESPEN, SCCM and ASPEN recommendations and also adjusted based on clinical conditions, nutritional tolerance, and laboratory results. The nutrition target was calculated using Xie formula, with a balanced composition, consists of protein 1.5−2 g/kg ideal body weight/day, fat 25−30%, and carbohydrate 45−65%. Micronutrients supplementation given to these patients includes vitamin B complex 3x1 tablets, folic acid 1x1 mg, vitamin C 2x250 mg, and zinc 1x20 mg. Four patients had improvement in clinical condition and wound healing, no infections and complications during treatment, controlled blood pressure and glycemic, decreased body weight <10%, improvement in functional capacity, and shortened length of hospital stay. All four patients were discharged for outpatient care. Optimal medical nutrition therapy can improve clinical outcomes and reduce the morbidity and mortality rates in severe burn injury patients with obesity and metabolic disease."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ceria Nurhayati
"ABSTRAK
Tingkat pengetahuan dan self management merupakan faktor yang penting dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan self management dengan kualitas hidup pada
pasien DM tipe 2. Desain dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah
sampel 75 orang yang dilakukan di Rumkital DR. Ramelan Surabaya. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan (r = 0.619; p < 0.01),
self management (r = 0.685; p < 0.01) dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Hasil
multivariat menunjukkan bahwa nilai HbA1c merupakan faktor yang paling mempengaruhi
hubungan antara tingkat pengetahuan dan self management dengan kualitas hidup pada
pasien DM tipe 2. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan pasien dengan memberikan
edukasi yang berfokus pada peningkatan self management dan memfasilitasi pemberian
dukungan keluarga serta supervisi dan monitoring terkait self management yang dilakukan
pasien DM tipe 2.

ABSTRACT
Knowledge and self management are important factor in improving the quality of life of
patients with type 2 diabetes. The purpose of this research is to know the correlation of
knowledge level and self management with quality of life in DM type 2 patient. The design in
this study is cross sectional analytic with the sample of 75 people conducted in Rumkital DR.
Ramelan Surabaya. The results showed that there was a significant correlation between
knowledge level (r = 0.619, p <0.01), self management (r = 0.685, p <0.01) with quality of
life in type 2 DM patients. Multivariate results showed that HbA1c was the most influencing
factor the relationship between knowledge level and self management with quality of life in
type 2 DM patients. Nurses can improve patient knowledge by providing education that
focuses on improving self management and facilitating family support and supervision and
monitoring related self-management by DM type 2 patients."
Lengkap +
2018
T49254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya
"Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap hidupnya. Kualitas hidup merupakan bagian dari kesejahteraan, yang merupakan komponen kesehatan yang positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional. Responden penelitian adalah  105 orang tenaga kependidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada tahun 2018. Data dianalisis menggunakan uji korelasi dan uji t independen. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar (88,6%) tenaga kependidikan FKM UI memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang baik, dengan skor rata-rata 77,49±11,88. Responden terdiri dari 41 perempuan dan 64 laki-laki berumur 40,65±9,69 tahun. Status gizi (p=0,879); kualitas diet komponen variasi (p=0,157) dan adekuasi (p=0,561); sarapan (p=0,780); merokok (p=0,080); jenis kelamin (p=0,449); kebugaran (p=0,520), dan umur (p=0,869) tidak berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan. Aktivitas fisik (p=0,017); durasi tidur (p=0,044); dan penyakit kronis (p=0,010) berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan.

Quality of life is an individual perception of his/her life. Quality of life is part of wellness, that is the positive component of health. Health  is “a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity”. The purpose of this research is to find factors related to health-related quality of life by cross-sectional research design. This research is done with administration staffs of Faculty of Public Health Universitas Indonesia as respondents on 2018. Data collected was analyzed with correlation test and independent-t test. Analysis result shows most of the respondents (88,6%) are categorized in good health-related quality of life, with mean score 77,49±11,88. Respondents are 41 women and 64 men, aged 40,65±9,69 years old. Nutritional status (p=0,879); variety component (p=0,157) and adequacy component (p=0,561) of diet quality; eating breakfast (p=0,780); smoking (p=0,080); gender (p=0,449); fitness (p=0,520); and age (p=0,869) are not associated to health-related quality of life. Physical activity (p=0,017); sleep duration (p=0,044); and chronic diseases (p=0,010) are associated to health-related quality of life."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tati Suryati
"Kualitas Hidup lanjut usia di panti sosial tresna werdha dapat meningkatkan kemandirian lansia dalam melakukan kegiatan sehari-hari, lanjut usia yang sehat memerlukan dukungan sosial dari lingkungan yang ada disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan. Desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang ada di panti dengan jumlah 148 orang. Alat ukur yang digunakan WHOQOL Data dianalisis menggunakan Chi Square. Hasil menunjukkan adanya hubungan dukungan sosial emosional dengan kualitas hidup lanjut usia (p value < 0,05). Variabel dukungan sosial yang paling berhubungan dalam kualitas hidup lanjut usia adalah dukungan sosial emosional. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber untuk menentukan kualitas hidup di Panti.

Quality of life Eldery in nursing home can improve independence of elder activity daily living, A healthy Elder need social support from environment around. This study aim to know correlation between social support and Quality of live in Budi Mulia 4 Nursing Home, South Jakarta. Design of study is cross sectional. Population in this study is all of elder which life in nursing home, 148 people. Measure of this study is using WHOQOL. Analysis by using chi square. Results of this study showing there is correlation between emotional social support and quality life of elder (p value < 0,05). Social support is one of most correlate with quality life of elder. This study tend to know quality life of elder in nursing home."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T42758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anzany Tania Dwi Putri
"Perubahan kualitas hidup merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam melakukan evaluasi hasil layanan rehabilitasi narkoba. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kualitas hidup pada para penyalahguna narkoba, seperti karakteristik demografi, pelaksanaan rencana rawatan, dan kondisi klinis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan kualitas hidup yang terjadi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut pada klien yang sedang menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN pada tahun 2022. Adapun penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain mixed-method, dimana untuk penelitian kuantitatif menggunakan desain single-hand retro-prospective cohort dan untuk penelitian kualitatif, dilakukan dengan menggunakan diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion). Terdapat 286 responden pada penelitian ini dengan rerata usia 30,55 ± 7,90 tahun. Dari analisis bivariat, diketahui bahwa terdapat perubahan kualitas hidup yang bermakna dari sebelum dan sesudah klien mendapatkan layanan rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN RI. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kualitas hidup tersebut adalah adalah jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya jenis narkoba yang digunakan satu tahun terakhir, lama pemakaian narkoba, pelaksanaan program rehabilitasi, dan riwayat komorbid fisik.

Changes in quality of life are one of the indicators used in evaluating the output of drug rehabilitation services. There are various factors that can influence changes in the quality of life among people with drug use disorders, such as demographic characteristics, implementation of treatment plans, and clinical conditions. The purpose of this study is to analyse changes in the quality of life and determine the factors that influence those changes in clients who are undergoing rehabilitation at the Indonesian National Narcotic Board Drug Rehabilitation Center in 2022. This research is an observational analytic study with a mixed-method design. Quantitative research was done by using a single-hand retro-prospective cohort design and qualitative research was conducted through focus group discussions. There were 286 respondents involved in this study with an average age of 30.55 ± 7.90 years. From the bivariate analysis, it is known that there are significant changes in the quality of life occurred before and after the client received rehabilitation services at the Indonesian National Narcotic Board Drug Rehabilitation Center. The factors that influence changes in quality of life are gender, marital status, the number of drugs used in the past year, the duration of drug use, the implementation of rehabilitation programs, and a history of systemic diseases."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Dwi Kartika
"Kualitas tidur yang buruk merupakan salah satu masalah utama pasien kanker dan dampaknya akan mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan dari telaah literatur ini ialah untuk mengidentifikasi hubungan antara kualitas tidur dan kualitas hidup pada pasien kanker. Telaah review  dilakukan dengan menggunakan studi yang dicari di  7 database (Proquest, Ebscohost, SpringerLink, Sciencedirect, Wiley, Google Scholar, dan Pubmed). PRISMA checklist digunakan dalam penyeleksian literatur. Sintesis data disajikan dalam tabel dan narasi. Sebanyak 14 artikel yang terpilih memenuhi kriteria inklusi. Studi terpilih memiliki sampel mulai dari  35-515. Kualitas tidur memiliki hubungan yang negatif signifikan pada kualitas hidup di setiap domainnya dan memiliki hubungan positif dengan gejala . Hal ini menunjukkan, masalah tidur pada pasien kanker memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas hidup. Masalah in perlu mendapatkan perhatian dengan tujuan meminimalkan pengaruh terhadap penurunan kualitas hidup.

Poor sleep quality is one of the main symptoms in cancer patients and it may cause reducing the quality of life. The aim of this literature review is to identify the correlation between sleep quality and quality of life in cancer patients. This literature review using the articles in journals by searched from 7 journal databases (Proquest, Ebscohost, SpringerLink, Sciencedirect, Wiley, google scholar, and  Pubmed.  The PRISMA checklist used for assessing the eligibility of the studies. The result of the study showed in tabular and narrative. There are 14 that met the inclusion and used on this study. The samples are about 35 to 515 respondents. The result of this study shows that sleep quality has a negative significant correlation with quality of life in cancer patients. It signifies that sleep problem has negative influences to quality of life. It is needed to be more concern to assess sleep problem to minimize the impact of decreasing quality of life.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlyta Hafiyah
"Tiap orang memiliki pertanyaan tentang makna hidupnya. Ia menilai dan mengevaluasi apakah hidupnya telah bermakna atau tidak. Pertanyaan demikian muncul saat seseorang memasuki periode dewasa. Dalam psikologi, perhatian terhadap hidup bermakna atau makna hidup terarah pada teori Victor Frank] dan Abraham Maslow. Muncul beberapa tes yang dikembangkan berdasarkan masing-masing dari teori dua tokoh tersebut, seperti Purpose in Life test yang dikembangkan berdasarkan teori Frank] dan Personal Orientation Inventory yang dikembangkan berdasarkan teori Maslow. Namun, muncul beberapa kritik terhadap kedua alat tes itu, sehingga dikembangkan alternatif pengukuran baru bernama Life Regard Index (LRI).
Alat ini dikembangkan oieh Battista & Almond (1973) berdasarkan studi literatur penggunaan istilah meaningful life dan analisis metaperspektif terhadap teori Frank] dan Maslow. Meaningful life atau hidup bermakna didefinisikan secara operasional sebagai positive life regard yang berarti: keyakinan individu bahwa is memenuhi sebuah kerangka hidup atau tujuan hidup yang memberikannya pemahaman yang bemilai akan hidupnya (Battista & Almond, 1973). LRI kemudian disusun atas dua subskala: framework dan fulllment. Setiap subskala terdiri dari 14 item dan berupa 5 -point scale.
Debats dalam serangkaian studinya (1990, 1993, 1995) kemudian meneliti aspek psikometris dari LRI dan mengadaptasi LRI di Belanda. Penelitian ini mengikuti studi Debats untuk mengadaptasi LRI ke dalam konteks masyarakat Indonesia. Hasil uji psikometris memberikan data yang memuaskan. LRI teruji valid dan reliabel. Selain itu ditemukan juga adanya perbedaan pandangan akan hidup bermakna antara fase-fase dalam periode dewasa muda."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Angela
"Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian dan pengaruh latihan aerobik selama delapan minggu terhadap perbaikan kualitas hidup menggunakan kuesioner Minnesota Living with Heart Failure (MLHF). Metode: Penelitian ini adalah studi pre dan post latihan aerobik pada pasien gagal jantung kronik stabil. Subjek penelitian melakukan latihan berjalan tiga kali seminggu dengan intensitas sesuai Rating of Perceived Exertion 12-13, durasi latihan dimulai selama 10 menit dengan penambahan jarak 100-200 meter per sesi latihan berdasarkan toleransi subjek selama delapan minggu dan penilaian kualitas hidup menggunakan kuesioner Minnesota Living with Heart Failure dan uji jalan enam menit sebelum dan sesudah latihan aerobik selama delapan minggu. Hasil: Jumlah subjek penelitian sebesar 20 subjek (15 laki-laki dan 5 perempuan). Subjek penelitian didominasi oleh lanjut usia (10 orang), sudah menikah (16 orang), riwayat pendidikan DIII/S1 (10 orang), status bekerja (11 orang), obesitas tingkat I (7 orang), kelas fungsional NYHA II (19 orang), kondisi penyerta berupa hipertensi (16 orang) dan gaya hidup sedenter (18 orang). Perbandingan skor kuesioner MLHF sebelum dan sesudah latihan aerobik mengalami perbaikan bermakna secara statistik (p < 0.001), dimana skor domain fisik dan domain emosional mengalami perbaikan yang bermakna secara statistik (p < 0,001). Perbandingan delta domain fisik dengan delta domain emosional didapatkan bermakna secara statistik (p < 0,001). Perbandingan uji jalan enam menit sebelum dan sesudah latihan aerobik bermakna secara statistik (p< 0,001). Didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara usia (p= 0,009) dan status pernikahan (p= 0,037) terhadap skor MLHF. Kesimpulan: Terdapat perbaikan kualitas hidup pada gagal jantung kronik stabil setelah latihan aerobik fase II selama delapan minggu. Terdapat hubungan pada usia dan status pernikahan terhadap skor MLHF.

Objective: This study aims to determine the characteristics of study subjects and the impact of aerobic exercise over eight weeks on the improvement of quality of life using the Minnesota Living with Heart Failure (MLHF) questionnaire. Method: This is a pre and post-aerobic exercise study on stable chronic heart failure patients. Study subjects engaged in walking exercises three times a week with an intensity based on the Rating of Perceived Exertion of 12-13. Exercise duration started at 10 minutes with an addition of 100-200 meters per exercise session based on the subject's tolerance over eight weeks. Assessment of quality of life was conducted using the Minnesota Living with Heart Failure questionnaire and six-minute walking test before and after aerobic exercise for eight weeks. Result: The total number of study subjects was 20 (15 males and 5 females). Study subjects were predominantly elderly (10 individuals), married (16 individuals), with a Diploma/Bachelor education background (10 individuals), employed (11 individuals), categorized as class I obesity (7 individuals), NYHA functional class II (19 individuals), having hypertension comorbidity (16 individuals), and leading a sedentary lifestyle (18 individuals). Comparison of MLHF questionnaire scores before and after aerobic exercise showed a statistically significant improvement (p < 0.001), with significant improvements in both physical and emotional domains (p < 0.001). Comparison of the delta in the physical domain and the emotional domain was also statistically significant (p < 0.001). Comparison of the six-minute walking test before and after aerobic exercise was statistically significant (p < 0.001). There was a statistically significant association between age (p= 0.009) and marital status (p= 0.037) with MLHF scores. Conclusion: There was an improvement of quality of life in stable chronic heart failure patients after aerobic exercise in phase II for eight weeks. There was a significant association between age and marital status with MLHF scores."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmi Amalia
"ABSTRAK
Masa remaja adalah mesa pemberontakan (Papalia, 2001). Remaja mengalami kondisi emosi yang labil, konflik dengan keluarga, tingkah laku yang menantang bahaya, dan penolakan terhadap nilai-nilai orang dewasa (Papalia, 2001). Pada tahap ini remaja dihadapkan pada usaha mencari jati did. Remaja akan dikonfrontasikan dengan banyak peran baru dan situasi orang dewasa. Kondisi dan tuntutan tersebut terkadang menciptakan konflik-konflik dalam diri remaja. Remaja dapat melewati konflik-konflik tersebut dan mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa yang matang jika remaja mampu mengembangkan dirinya sebagai remaja yang sehat mental.
Individu yang sehat mental dapat didefinisikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap dunia dan orang lain dengan kepuasan dan efektivitas maksimal (Menninge dalam Park, 2004). Birren dan Sloane (1980) menambahkan bahwa ada empat komponen individu yang sehat mental, yaitu tidak mengalami gangguan mental, tidak mengalami keterbatasan atau defisit dalam tingkah lake, mengalami kepuasan dalam hidupnya, dan keadaan dirinya scat ini mendekati sosok yang ideal yang dihadapkan. Dui kedua defmisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan hidup adalah salah satu aspek yang menentukan kesehatan mental individu.
Kepuasan hidup, menurut Park (2004), memiliki banyak peran positif dalam perkembangan remaja. Remaja dengan kepuasan hidup tinggi dalam menghadapi peristiwa yang menekan (stressful) memunculkan tingkah laku bermasalah lebih rendah dibandingkan dengan yang memiliki kepuasan hidup yang rendah (Suldo dan Huebner, 2004).
Kepuasan hidup terbukti rnemiliki manfaat bagi perkembangan remaja. Untuk dapat melihat kepuasan hidup pada remaja secara tepat, dibutuhkan sebuah alat ukur kepuasan hidup yang memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang baik.
Di Indonesia belum terdapat skala yang mampu memberikan gambaran secara detail mengenai kepuasan hidup pada ranah-ranah kehidupan remaja, misalnya kepuasan di sekolah, keluarga.
Alat ukur ini disusun berdasarkan definisi kepuasan hidup sebagai penilaian secara global terhadap kualitas hidup individu berdasarkan !criteria yang ditetapkan oleh individu itu sendiri dengan cara membandingkan antara kondisi saat ini dan kondisi ideal serta yang diharapkannya. Untuk mendapatkan penilaian mengenai kualitas hidup secara menyeluruh dilakukan penilaian hidup per ranah kehidupan remaja, yang meliputi, diri, keluarga, teman, dan sekolah. Alat ukur ini menggunakan metode skala Likert yang mempunyai enam alternatif jawaban untuk setiap item, yaitu mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala kepuasan pada remaja memiliki Koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,835 dan hal ini menunjukkan bahwa skala kepuasan hidup pada remaja memililki nilai reliabilitas yang cukup baik.
Kekuatan validitas dilihat berdasarkan nilai item-total correlation, maka terdapat dua puluh item yang dipertahankan dalam skala ini. Kedua puluh item tersebut memiliki nilai item-total correlation yang berkisar antara 0,306 dan 0,491. Kedua puluh item ini dikatakan telah menunjukkan konsistensi internal, karena setiap item mengukur konstruk yang sama.
Pada pembuatan skala ini peneliti tidak memasukkan definisi kepuasan hidup sebagai kepuasan hidup yang diperoleh individu bila ia memiliki persepsi yang positif terhadap perbedaan antara kondisi ideal dan kondisi yang sebenarnya. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan skala ini dapat direvisi dengan menambahkan definisi tersebut.
Untuk mendapatkan tingkat reliabilitas yang cukup baik maka perlu dilakukan uji reliabilitas dengan teknik yang lain, yaitu tes-retest dan alternate form. Kekuatan validitas juga perlu ditambahkan dengan menggunakan metode construct-related validity dengan menggunakan teknik analisis faktor, validitas konvergen, dan validitas diskriminan. Skala ini juga dapat diuji dengan menggunakan metode criterion-related validity , misalnya mengkorelasikan skor dengan penilaian guru atau orang tua."
Lengkap +
2007
T 17868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>