Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisa Setya Sari
"Penyakit Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 saat ini semakin banyak dialami oleh anak. Prinsip perawatan anak yang berfokus family centered care menuntut orang tua untuk aktif berperan serta dalam mengelola DM tipe 1 pada anak. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi pengalaman orang tua dalam merawat anak DM tipe 1. Desain penelitian menggunakan fenomenologi deskriptif yang melibatkan 7 orang tua sebagai partisipan.
Hasil eksplorasi didapatkan 8 tema, yaitu:
1) tiga fase perubahan respon orang tua,
2) dua fase perubahan respon anak yang dirasakan orang tua,
3) aktivitas orang tua dalam mengelola DM tipe 1 pada anak,
4) penilaian orang tua terhadap pengobatan dengan insulin dan herbal,
5) pola komunikasi dan ketrampilan yang ditunjukkan mempengaruhi persepsi orang tua terhadap tenaga kesehatan,
6) dukungan sosial sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengelola DM tipe 1 pada anak,
7) perubahan yang dialami orang tua sebagai perawat utama anak, dan
8) harapan orang tua terhadap anak, dirinya sendiri dan tenaga kesehatan.
Kesimpulan yang didapatkan yaitu kemampuan orang tua dalam berespon adaptif berpengaruh terhadap pengelolaan DM tipe 1 secara efektif pada anak. Selanjutnya perlu dilakukan eksplorasi kemampuan anak dalam beradaptasi terhadap DM tipe 1 untuk memberikan pemahaman dari segi individu yang mengalami penyakit secara langsung.

Type 1 Diabetes Mellitus (DM) is now increasingly experienced by children. The principle of family centered care requires parents to actively participate in managing diabetes in children and the factors that influence it. Research conducted with the aim to explore the experience of parents in caring for children with type 1 DM. Descriptive phenomenology used in this research design by involving seven parents as participants.
The exploration resulted 8 themes, there are:
1) three-phases of parent?s response,
2) two-phases of children?s response perceived by parents,
3) the activity of parents in managing type 1 DM in children,
4) perception of parents to insulin and herbs,
5) communication patterns and skills shown affected the perception of parents towards health professionals,
6) social support as factor that influence the success in managing type 1 diabetes in children,
7) the changes of lifestyle which experienced by parents as primary caregivers of children, and
8) the expectations of parents of children, themselves and health professionals.
The conclusion is the ability of parents to respond adaptively influence the effectiveness of managing type 1 DM in children. Further exploration about children's adaption to type 1 DM is necessary to provide an understanding from the individual who experience it directly."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Melisa Duha
"Penyakit metabolik yang sering ditemukan di usia kanak – kanak adalah Diabetes Melitus (DM) tipe 1 dengan defisiensi insulin yang diakibatkan oleh penghancuran sel beta pankreas sehingga meningkatkan kebutuhan metabolisme dan menyebabkan resiko anak mengalami fatigue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi fatigue pada anak dengan DM tipe 1. Penelitian ini menggunakan cross sectional design dengan melibatkan 233 responden yang dipilih menggunakan non probabilty: consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara fatigue dengan usia (p value= 0,011), lama didiagnosis (p value= 0,011), gangguan tidur (p value= 0,000), kecemasan (p value= 0,000), dan depresi (p value= 0,000) serta faktor yang paling besar mempengaruhi fatigue pada anak dengan DM tipe 1 adalah gangguan tidur. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai asuhan keperawatan khususnya dalam memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan gejala fatigue.

Metabolic disease that often found in children is type 1 diabetes mellitus with insulin deficiency which caused by the destruction of pancreatic beta cells, thereby increasing metabolic needs and causing the child’s fatigue risk. This study aims to analyze the dominant factors that affect fatigue in children with type 1 diabetes mellitus. This study used cross sectional design involving 233 respondents selected by non-probabilty: consecutive sampling. The results showed a meaningful relationship between fatigue and age (p value = 0.011), length of diagnosis (p value = 0.011), sleep disorders (p value = 0.000), anxiety (p value = 0.000), depression (p value = 0.000) and the factor that affects fatigue the most in children with type 1 diabetes mellitus is sleep disorders. The results of the study can be used as nursing care, especially in providing health education to reduce fatigue symptoms."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Fatmah Azzuhra
"Diabetes Mellitus tipe 1 di anak merupakan salah satu penyakit metabolik endokrin tersering di dunia, termasuk di Indonesia. Beberapa tahun belakangan ini, angka insidensi anak yang mengalami diabetes mellitus tipe 1 terus bertambah. Dengan fasilitas dan pengobatan yang kurang memadai di Indonesia, hal ini dapat memperburuk efek kadar gula darah yang tinggi dan menimbulkan beberapa komplikasi termasuk penurunan kecerdasan. Riset ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak dengan diabetes mellitus tipe 1 yang tidak terkontrol diindikasikan dengan tingkat HbA1c memiliki hubungan dengan penurunan kecerdasan.
Dengan menggunakan metode cross sectional, data dalam riset ini diambil dari questionnaire dan juga medical record pasien yang mengikut sertakan anak diabetes mellitus tipe 1 berumur 5-18 tahun di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan Brawijaya Clinic pada periode Juni-Juli 2016. Sebelum melakukan pengukuran kecerdasan mengunakan metode CCIDD, semua subjek harus melakukan pemeriksaan tingkat HbA1c maximal 3 bulan sebelumnya. Seluruh data subjek akan di deskripsikan ke dalam tabel. Sedangkan untuk mengetahui hubungan anatara HbA1c dan tingkat kecerdasan anak, peneliti menggunakan simple correlation test dan juga uni-variable non parametric for independent samples of Mann-Whitney. Kemudian dari pada itu linear regression, juga digunakan untuk mementukan risk factor yang berhubungan dengan fungsi kecerdasaan anak diabetes mellitus tipe 1.
Terdapat 50 subjek yang berhasil di analisa pada penilitian ini. Sebagain besar anak DM berumur >12-18 tahun dengan ratio perempuan lebih besar. Nilai tengah dari umur saat terdiagnosa 8.4(1.1-14.3) tahun dan menderita diabetes selama 2.8(0.1-13.9) tahun. Rerata HbA1c 9.3(1.94)% dengan sebagian besar pernah mengalami 1 kali DKA. Untuk hubungan antara tingkat HbA1c dan tingkat kecerdasan, ditemukan korelasi lemah (r = -.182) dengan p-value >0.05 yang dapat diartikan tidak adanya hubungan yang signifikan anatara dua variable tersebut. Namun didalam variable risk factors, ditemukan hubungan antara status sosial ekonomi anak DM-1 dengan fungsi kecerdasannya (p<0.05).
Tingkat HbA1c yang tinggi tidak memiliki hubungan dengan penurunan kecerdasan pada anak dengan diabetes mellitus tipe 1. Namun, tingkat status sosial ekonomi anak DM-1 dapat menjadi faktor resiko terhadap fungsi kecerdasan anak tersebut. Penilitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui apakah anak dengan kasus yang lebih berat dikarenakan tingginya kadar gula darah yang tidak terkontrol memiliki hubungan dengan tingkat kecerdasan anak dengan diabetes melitus tipe 1.

Type 1 diabetes mellitus in children is one of the most prevalent metabolic endocrine disease including in Indonesia. It is known that the number of incidences is increasing for a past couple of years. With inadequate management and facilities in Indonesia, it makes high blood glucose in children with T1D can lead to serious complication such as cognitive dysfunction. This research aim is to know whether the uncontrolled T1D in which indicated by HbA1c is associated with decreased cognitive function.
This research is a cross-sectional study where the data is gathered by questionnaire alongside with medical record which involves type 1 diabetic children aged 5-18 years old from Cipto Mangunkusumo Hospital and Brawijaya Clinic in June-July 2016 period. Prior to the cognitive test using CCIDD method, all the subject must have a record of HbA1c measurement 3 months before. Following that, all subject characteristics are described in baseline data. In addition, a simple correlation test and non-parametric for uni-variable independent samples of Mann-Whitney were used to compare the HbA1c and cognitive function. Moreover, linear regression was also used to know the risk factor for cognitive function in children with type 1 diabetes mellitus.
There were 50 subjects which were analyzed in this research. The majority is children whose age from >12-18 with a larger ratio of female subjects. The median value for the age of onset 8.4(1.1-14.3) years and duration of disease of 2.8(0.1-13.9) years. The mean HbA1c was 9.3(1.94)% with the majority of subject experienced one episode of DKA. Furthermore, HbA1c and cognitive function showed a very weak negative correlation (r=.182) with p-value >0.05 indicates that there is no significant association between these two variables. However, within the risk factor variable, it showed that socioeconomic of the subject was associated with cognitive function (p<0.05).
High level of HbA1c was not associated with a declined performance of children with type 1 diabetes mellitus. However, socioeconomic status of the T1D children was the risk factors to their cognitive performance. Further investigation of this cross-sectional study can be done to analyze the further association between an uncontrolled glycemic state of children with type 1 diabetes mellitus and cognitive function.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdianingseh
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arti dan makna pengalaman klien dalam pengendalian DM tipe 2 di Sukatani Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap tujuh partisipan. Partisipan dalam penelitian ini adalah klien DM tipe 2 yang tinggal dengan keluarganya. Data yang dikumpulkan berupa rekaman wawancara dan catatan lapangan. Hasil transkrip verbatim dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Penelitian mengidentifikasi 8 tema yaitu pemahaman, respon fisik, respon psikososial, penyesuaian pola hidup sehat, pemahaman terapi, kesulitan dalam pengendalian, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan terhadap DM tipe 2.

The aim of research was to explore the experience of client in controlling type 2 DM in Sukatani Depok. This research used descriptive phenomenology method. The data collected by in-depth interview with seven partisipants. Participants were client with type 2 DM selected by criterion sampling technique. The data gathered were in form of the results from the recording of indepth interview and field note. Data were transcribed and analyzed by using the Collaizi?s method. This study identified into eight themes, consist of knowing, physical responds, phycosocial responds, healthy lifestyle adaptation, understanding therapy, difficulty of controlling, family support and health care support of type 2 DM."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T43507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teti Sri Gunarti
"Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) Tipe 1 merupakan penyakit kronis yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan pendekatan multidisiplin dari profesional kesehatan yang terkait di bidangnya. Edukator diabetes merupakan tenaga kesehatan yang bertugas membantu penderita diabetes mengubah perilaku hidup penderita untuk mencapai status kesehatan yang optimal dengan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. Saat ini edukator DM tipe 1 pada anak di Indonesia belum terbentuk. Diperlukan model pelatihan yang efektif untuk membentuk edukator DM tipe 1.
Tujuan: Untuk membuat model pelatihan edukator DM Tipe 1 dan mengetahui efektifitas model pelatihan dalam membentuk kompetensi edukator DM tipe 1 pada anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode mixed methods yang menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu perencanaan dengan melakukan focus group discussion (FGD) atau diskusi kelompok terfokus, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan dengan pendekatan Kirkpatrics.
Hasil: Pelatihan diikuti oleh 31 peserta dari 13 propinsi di Indonesia. Sebagian besar peserta (94,6%) puas dengan pelaksanaan pelatihan, terdapat peningkatan pengetahuan peserta dari nilai rata-rata pretest sebesar 71,6% menjadi 77,8% dan bermakna secara statistik dengan nilai p 0,00. Sebanyak 77,4% peserta lulus dalam ujian OSCE dengan tingkat kelulusan lebih dari 5 stasion. Umumnya peserta dapat menerapkan hasil pelatihan (92,8%) dan memberikan kontribusi nyata dan perbaikan terhadap organisasi (66,7%).
Kesimpulan: Telah terbentuk model pelatihan edukator DM tipe 1. Model pelatihan ini dapat membentuk kompetensi edukator diabetes berdasarkan reaksi peserta pelatihan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan edukator diabetes, penerapan hasil pelatihan, dan kontribusi terhadap organisasi.

Background: Type 1 diabetes mellitus (DM) is a lifelong chronic illness which need professional multidiciplinnary approaches. Educators for diabetic patients are medical personnels who help these patients modify their life styles in order to achieve the optimum health status, by giving proper education to patients and their family. Currently, educators for type 1 DM in Indonesia are not available. An effective training model would be needed to create a good educator.
Objective: This study aimed to created a training model for type 1 DM educators and further to evaluate its effectiveness in building a competent type 1 DM educators for children.
Method: This is a mixed methods study which combined both qualitative and quantitative data. This study was done in three steps: (i) planning by doing a focus group discussion, (ii) training, and (iii) training evaluation with Kirkpatrics approach.
Result: Thirty one candidates from 13 province participated in this study. Most candidates (94,6%) were satisfied with the training program. The mean pre-post score were increased from 71,6% to 77,8%, statistically significant (p=0.00). About 77,4% candidates passed the OSCE examinations. Most candidates (92,8%) were able to implement the training program and gave real contribution for the organization progress (66,7%).
Conclusion: A new training model for type 1 DM educators has been established. This model is able to build a competent educators for DM. Evaluation was done based on the participan’s response during training, increase of knowledge and skill, and their implementation, and also their contribution for organization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Septrilina
"ABSTRACT
Diabetes Melitus Tipe 1 merupakan penyakit yang lebih banyak menyerang anak dan remaja. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian insulin, pengaturan makan yang tepat, dan olahraga. Dampak yang akan ditimbulkan jika pengaturan makan tidak lakukan adalah komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua tentang menghitung karbohidrat dengan status glukosa darah pada anak Diabetes Melitus Tipe 1. Desain penelitian menggunakan studi cross-sectional dengan melibatkan 46 responden yaitu orang tua yang memiliki anak dengan DM Tipe 1 yang diambil melalui teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen PedCarbQuiz PCQ dan dianalisis menggunakan uji Chi Square. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua dalam menghitung karbohidrat dengan status glukosa darah pada anak Diabetes Melitus Tipe 1 p =0,629, ? = 0,05 namun kecenderungan tingkat pengetahuan yang baik akan meningkatkan status glukosa darah anak. Hasil penelitian merekomendasikan untuk dilakukan pengecekan status HbA1c dalam melihat status glukosa darah anak.

ABSTRACT
Type 1 Diabetes Mellitus is a disease that occurs children and adolescents. Management should be instituted by insulin therapy, proper eating management, and exercise. The impact will be appears if management isn rsquo t appropriate, there are short term and long term complications. This study aimed to determine the correlation between parent knowledge about carbohydrate counting and blood glucose level in children with type 1 diabetes. This research used cross sectional study design which involved 46 parents who have children with type 1 diabetes used purposive sampling technique. The research instrument used the PedCarbQuiz PCQ and analysed by Chi Square test. The conclusions of this study was there is no correlation between parent carbohydrate counting knowledge and blood glucose level in children with type 1 diabetis p 0.629, 0,05 but the tendency of good knowledge level will improve blood glucose level of children. This research recommends to check the status of HbA1c to see the blood glucose level of children."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Tri Juli Edi
"Latar belakang: Hipomagnesemia berhubungan dengan kejadian pre-diabetes, konversi ke diabetes tipe 2 dan juga komplikasi kronik diabetes, termasuk albuminuria. Hasil studi hubungan antara kadar magnesium dengan kejadian albuminuria pada diabetes melitus tipe 2 masih kontroversial. Untuk itu perlu dilakukan penelitian hubungan tersebut.
Metode: Potong lintang dengan consecutive sampling pada pasien DM tipe 2 yang sudah terdiagnosis nefropati diabetes. Dilakukan anamnesis faktor risiko, pemeriksaan fisik, kadar magnesium, albumine creatinine ratio dan A1C.
Hasil: Tiga puluh delapan subjek ikut dalam penelitian yang sebagian besar berusia lebih 50 tahun dan memiliki kontrol glikemik yang buruk (81,6%). Pada subjek penelitian yang memiliki kadar Mg <1,7 mg/dl 80% mengalami albuminuria, sementara subjek yang memiliki kadar Mg ≥ 1,7 mg/dl didapat 63,6% subjek penelitian yang mengalami albuminuria. Pada penelitian ini didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,006 yang menunjukkan hubungan yang lemah antara kadar magnesium dalam darah dengan albuminuria.
Kesimpulan: Secara statistik tidak ditemukan korelasi antara kadar magnesium dengan albuminuria.

Background: Hypomagnesemia associated with occurance of prediabetes, convertion to type 2 diabetes and also chronic complication of diabetes, including albuminuria. Studies that look for correlation magnesium concentration with albuminuria in type 2 diabetes still controvensial that?s why we need to do this research.
Method: Cross sectional study done in type 2 diabetes who have been diagnosed with nephropathy. Correlation Pearson test used to prove correlation between magnesium level with albuminuria.
Result: Thirty eight subjects follow this study, majority of them age more than 50 years old, mostly having bad glycemic control (81,6%).There are 80 % subject with hypomagnesemia (Mg <1,7 mg/dl) suffered from albuminuria while subject with normomagnesia (Mg ≥ 1.7 mg/dl) only 63.6% suffered from albuminuria. This study result in no correlation between magnesium level in type 2 diabetes.
Conclusion: No correlation between serum magnesium concentration with albuminuria.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumalun, Victor Larry Eduard
"Latar Belakang: Insidensi dan prevalensi diabetes melitus tipe 2 (DMT2) terus meningkat. Penurunan imunitas yang terjadi pada DMT2 dapat meningkatkan risiko infeksi. Kontrol gula darah yang baik bermanfaat dalam pengendalian infeksi dan pencegahan komplikasi makro dan mikrovaskuler tetapi penelitian yang melibatkan pasien DMT2 usia lanjut masih belum konklusif. Serial kasus ini dilakukan untuk melihat efektivitas kontrol gula darah terhadap kesintasan pasien DMT2 yang dirawat di rumah sakit, dan untuk implementasi tatalaksana nutrisi sesuai kebutuhan dan kondisi klinis pasien.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berusia antara 47 ? 65 tahun. Penyulit infeksi pada keempat pasien ini yaitu gangren diabetikum, selulitis, dan sepsis dengan infeksi paru dan infeksi saluran kemih. Tatalaksana nutrisi pasien dilakukan sesuai dengan rekomendasi American Diabetes Association dan Therapeutic Lifestyle Changes disesuaikan dengan kondisi klinis dan toleransi pasien. Perhitungan kebutuhan nutrisi menggunakan rekomendasi untuk perawatan pasien sakit kritis bagi pasien yang dirawat di intensive care unit (ICU), dan menggunakan perhitungan dengan formula Harris-Benedict bagi yang dirawat di ruangan dengan faktor stres sesuai derajat hipermetabolisme pasien. Pasien dipantau selama 7 ? 11 hari. Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga selama perawatan dan saat akan pulang.
Hasil: Dalam pemantauan, tiga pasien menunjukkan perbaikan klinis, toleransi asupan, dan laboratorium, dan dapat dipulangkan, sedangkan satu pasien meninggal dunia.
Kesimpulan: Kontrol gula darah, asupan nutrisi yang adekuat, dan edukasi yang sesuai, dapat meningkatkan kesintasan pasien DMT2 dengan penyulit infeksi yang dirawat di rumah sakit.

Background: The incidence and prevalence of type 2 diabetes mellitus (T2DM) is increasing. Immune disfunction in T2DM patient may increase the risk of infection. The appropriate blood glucose control has a benefit in infection control and macro and microvascular complication prevention. The Studies of glycaemic control included older patients did not find convincing evidence. The aim of this case series is to assess the association between glycaemic control and clinical outcome of hospitalized T2DM patient with comorbid infection, and to provide appropriate nutrition therapy based on individual nutrition needs.
Method: Patients in this case series were between 47 - 65 years old. There of those patients were diagnosed T2DM with comorbid gangrenous diabeticum, cellulitis, and sepsis with lung infection and urinary tract infection. Two patients need intensive care in ICU, and another patients in the ward. Two patients received nutrition therapy as critically ill condition, and the rest as American Diabetic Association recommendation, with basal calorie requirement were calculated using Harris-Benedict formula and stress factor suitable for metabolic changes. Monitoring was done for 7 - 11 days. Education was done for the patient and family during hospitalization and discharge planning.
Results: Three patients showed the improvement of clinical conditions, intake tolerance, and laboratory results, whatever one patient was pass away.
Conclusion: Glycaemic control, adequate nutrition intake, and intensive education, may improve survival rate in hospitalized T2DM patient with infection as comorbid.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Diabetes melitus tipe 1 merupakan diabetes yang paling sering ditemui pada anak dan remaja. Diabetes melitus dapat menimbulkan komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Salah satu komplikasi mikrovaskular dari diabetes melitus adalah retinopati diabetik. Sampai saat ini, belum ada data mengenai prevalens dan faktor yang berhubungan dengan retinopati diabetik di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang menggunakan data sekunder. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebesar 68 pasien dan data subjek didapatkan melalui arsip rekam medis pasien diabetes melitus tipe 1 di Poliklinik Endokrinologi Anak RSCM. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia awitan DM tipe 1, durasi DM tipe 1, riwayat ketoasidosis diabetik, regimen insulin, kontrol glikemik, indeks massa tubuh, dan pubertas, sementara variabel terikatnya adalah kejadian retinopati diabetik.
Hasil: Prevalens retinopati diabetik pada pasien anak dengan DM tipe 1 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah sebesar 7,4%. Dari seluruh variabel bebas yang diteliti, hanya variabel durasi DM tipe 1 yang memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p=0,01).
Kesimpulan: Prevalens retinopati diabetik pada pasien anak dengan DM tipe 1 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah 7,4%. Faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian retinopati diabetik adalah durasi DM tipe 1.
Saran: Penelitian ini dapat menjadi pilot study untuk penelitian mengenai retinopati diabetik kedepannya. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara kohort atau case control untuk memetakan faktor risiko retinopati diabetik secara jelas. Sistem pencatatan rekam medis harus terus diperbaiki untuk mendukung iklim penelitian di dunia kedokteran Indonesia, Background: Type 1 diabetes mellitus is the most common type of childhood and adolescent diabetes. There are several macrovascular and microvascular complications associated with diabetes mellitus. Diabetic retinopathy is one of the microvascular complications. Until now, there’s no information about prevalence and risk factor of diabetic retinopathy in Indonesia.
Methods: In this secondary data cross sectional study, we collected 68 subjects from Cipto Mangunkusmo Hospital. Subjects’ medical history is collected from Cipto Mangunkusumo Hospital patient’s medical record. Our independent variables are sex, age of DM onset, duration of DM, diabetic ketoacidosis history, insulin regiment, glycemic control, body mass index, and puberty, while the dependent variable is diabetic retinopathy.
Results: Prevalence of diabetic retinopathy among children with type 1 diabetes in Cipto Mangunkusumo Hospital is 7.4%. We found the factor associated with diabetic retinopathy in duration of DM (p=0,01).
Conclusion: Diabetic retinopathy affects about one tenth of type 1 DM patients in Cipto Mangunkusumo Hospital. Duration of DM is associated with diabetic retinopathy in type 1 DM.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hasyim Wibisono
"ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia yang diakibatkan dari kurangnya sekresi insulin, gangguan
metabolisme insulin, atau keduanya. Tingginya prevalensi DM memerlukan
perhatian khusus dari perawat, terutama pada aspek manajemen glukosa darah
secara mandiri oleh klien. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
metode fenomenologi. Hasil analisa data teridentifikasi lima tema, yaitu:
perubahan yang terjadi setelah menderita DM, faktor penghambat kontrol
glukosa darah, faktor pendorong kontrol glukosa darah, pelayanan keperawatan
yang pernah diterima, dan bentuk dukungan yang diharapkan dari perawat. Hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan dalam membantu klien memperbaiki gaya hidupnya.

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterised by hyperglycemia,
as a result of insulin secretion deficit, altered insulin utilization, or both. The high
prevalence of DM needs intense attention from nurses, especially on client’s
experience in self blood glucose management. This research employs qualitative
methodology, with phenomenology approach. The data analysis revealed five
themes as follows: changes after being diagnosed DM, factors inhibiting glucose
control, factors facilitating glucose control, received nursing care, and
expectations towards nursing care. The results of this research are expected to
contribute postively in improving nursing care quality, especially in modifying
client’s lifestyle."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>