Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Setyawati
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada perilaku kekerasan orangtua dan kekerasan lingkungan terhadap perilaku agresivitas remaja laki-laki. Responden penelitian ini dipilih adalah siswa laki-laki karena intensitas anak laki-laki lebih agresif melakukan tindak kekerasan. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yakni sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku agresivitas remaja dipengaruhi oleh kekerasan yang dilakukan oleh orangtua dengan α = 0.043 dan nilai d somers 0.21. Perilaku kekerasan orangtua yang berpengaruh adalah ayah memukul pada α = 0.003 dengan d somers dan 0.382. Sedangkan kekerasan lingkungan tidak signifikan berhubungan dengan tingkat agresivitas remaja.

ABSTRACT
This study focuses on the violent behavior of parents and neighborhood violence against aggressive behavior of teenage boys. The respondents have been are male students because of the intensity of the boys more aggressive violence. The number of samples in this study that as many as 100 respondents. The results showed that the aggressive behavior of adolescents affected by violence committed by parents with α = 0.043 and the value of d somers 0.21. Violent behavior influential parent is the father hit at α = 0.003 to d somers and 0382. While the environment is not significant violence associated with the level of aggressiveness of adolescents.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Tri Nugroho
"Melihat lingkungan perkuliahan yang dipenuhi dengan berbagai tuntutan dan situasi yang dapat menekan mahasiswa, dimana berdampak pada kondisi mahasiswa yang menjadi depresi, tertekan, dan frustasi. Kondisi ini cenderung membuat mahasiswa menjadi reaktif dan mendorong mahasiswa menunjukkan agresivitas. Self-compassion yang dianggap sebagai salah satu faktor protektif terhadap agresivitas, berperan penting dalam mereduksi dan mencegah agresivitas pada mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian regresi, dimana peneliti menyebarkan kuesioner self-compassion (Skala Welas Diri) dan agresivitas (Bush-Perry Aggression Questionnaire) pada partisipan untuk melihat peran self-compassion terhadap agresivitas. Sebanyak total 130 mahasiswa sarjana dari berbagai universitas di Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana, diketahui bahwa self-compassion berperan secara signifikan terhadap agresivitas pada mahasiswa di Indonesia (R² = 0,271, p < 0,001 ). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa self-compassion dapat memprediksi agresivitas secara signifikan sebesar 27,1%.

Seeing that the college environment is filled with various demands and situations that can put pressure on college students, which has an impact on college students' conditions become depressed, stressed, and frustrated. This condition tends to make college students reactive and encourages students to show aggressivity. Self-compassion, considered a protective factor against aggressivity, plays an important role in reducing and preventing aggressivity in students. In this research, the researcher used regression design on research, where the researcher distributed self-compassion (Skala Welas Diri) and aggressivity (Bush-Perry Aggression Questionnaire) to participants to see the role of self-compassion on aggressivity. 130 undergraduate and diploma students from various universities in Indonesia with an age range of 18-25 years participated in this research. Based on the results of simple linear regression analysis, it is known that self-compassion plays a significant role in aggressivity among college students in Indonesia (R² = 0.271, p < 0.001). The results obtained show that self-compassion can significantly predict aggressivity by 27.1%."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Marcel
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan tingkah laku agresif siswa dalam tawuran sehubungan dengan bentuk konformitas acceptance dan compliance. Tema penelitian ini diangkat melihat kenyataan bahwa sampai saat ini tawuran masih menjadi fenomena yang meresahkan masyarakat, ditandai dengan meningkatnya kerugian yang diakibatkan oleh tawuran baik kerugian berupa materi, maupun jatuhnya korban jiwa, bertambahnya jumlah pelaku dan sekolah yang terlibat tawuran.
Tawuran adalah perkelahian masal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok, oleh karena itu tingkah laku agresif siswa dalam tawuran dapat dikatakan sebagai hasil dan proses kelompok. Sementara menurut Myers (1996) pengaruh proses kelompok yang menghasilkan perubahan tingkah laku, keyakinan individu tidak sama pada masing-masing individu. Ada individu yang bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara individual ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Adapula individu yang perilaku maupun keyakinannya sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya. Dari sini kemudian peneliti menduga perbedaan pengaruh proses kelompok pada individu akan menghasilkan tingkah laku agresif yang berbeda pula.
Penelitlan ini menggunakan pendekatan kuantitatif, penarikan sampel tergolong ke dalam non probability sampling dengan teknik incidental. Subyek adalah siswa dari sekolah yang mempunyai frekuensi terlibat tawuran yang tinggi dengan jumlah subyek sebanyak 135 orang. Pengolahan data yang telah terkumpul menggunakan rumus t-test for independent sample dengan bantuan program SPSS for Windows release 9.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkah Iaku agresif siswa dalam tawuran sehubungan dengan bentuk konformitas acceptance dan compliance. Siswa yang menunjukkan konformitas acceptance memperlihatkan tingkah Iaku yang Iebih agresif dalam tawuran bila dibandingkan dengan siswa yang menunjukkan konformitas compliance. Hal Iain yang ditemukan sehubungan dengan penelitian ini adalah, siswa kelas satu dan kelas dua menunjukkan bentuk konformitas yang berbeda, sementara tingkah laku agresif siswa kelas satu dan kelas dua dalam tawuran cenderung sama. Selain itu ada perbedaan dalam bentuk konformitas pada kelompok siswa usia 16, 17, dan 18 tahun. Hal lain yang ditemukan adalah bahwa siswa wanita turut terlibat dalam tawuran, dimana mereka memperiihatkan tingkah Iaku agresif dalam tawuran yang cenderung rendah bila dibandingkan dengan kelompoknya.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dapat terjadi kemungkinan dikarenakan keberadaan siswa yang menunjukkan bentuk konformitas compliance hanya sekedar ingin dilihat bahwa mereka cukup solider dengan ikut tawuran, sedangkan siswa yang benar-benar meyakini norma yang terkait dengan tawuran (acceptance), lebih merasakan tawuran perlu dan merupakan keharusan sehingga mereka tidak segan-segan melukai lawan."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Putra
"Risiko perilaku kekerasan adalah salah satu tanda negatif dari skizofrenia. Dampak perilaku kekerasan seperti mencelakakan diri sendiri ataupun orang lain akibat emosi yang tidak terkontrol. Orang dengan gangguan jiwa kronis mengalami kekambuhan terhadap masalah kesehatan jiwanya terutama perilaku kekerasan. Dibutuhkan intervensi sebagai bentuk terapi nonfarmakologi dari pemberi asuhan keperawatan untuk menekan kekambuhan terkait masalah-masalah pada klien gangguan jiwa seperti risiko perilaku kekerasan. Salah satu intervensi untuk membantu mengontrol perilaku kekerasan adalah terapi relaksasi benson. Terapi relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respons relaksasi tarik napas dalam dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Tujuan laporan penulisan ilmiah ini adalah untuk menganalisis penerapan intervensi terapi relaksasi Benson pada pasien risiko perilaku kekerasan. Proses asuhan keperawatan berfokus pada Bapak H dengan usia 35 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan pemberian intervensi keperawatan berupa terapi relaksasi Benson dapat digunakan untuk membantu pasien dalam mengontrol emosi (perilaku kekerasan). Rencana tindak lanjut pelayanan keperawatan diharapkan dapat dimaksimalkan baik secara individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.

The risk of violent behavior is one of the negative signs of schizophrenia. The impact of violent behavior such as harming yourself or others due to uncontrolled emotions. People with chronic mental disorders experience recurrence of mental health problems, especially violent behavior. Intervention is needed as a form of non-pharmacological therapy from nursing care providers to suppress recurrences related to problems in clients with mental disorders such as the risk of violent behavior. One of the interventions to help control violent behavior is Benson's relaxation therapy. Benson relaxation therapy is the development of a deep breath relaxation response method by involving the patient's belief factor, so that it can help patients achieve a higher state of health and well-being. The purpose of this scientific writing report is to analyze the application of Benson's relaxation therapy intervention in patients at risk of violent behavior. The nursing care process focuses on Mr. H who is 35 years old and male. The results of the analysis show that the provision of nursing interventions in the form of Benson relaxation therapy can be used to assist patients in controlling emotions (violent behavior). The follow-up plan for nursing services is expected to be maximized both individually, in families, in groups, and in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kurniadami
"Menurut Berkowitz (1993) Perilaku agresif mengacu pada pemakaian kekerasan yang dapat melanggar hak-hak seseorang dan tindakan yang menyakitkan hati. Berdasarkan pemikiran di atas. Berkowitz membagi agresi menjadi dua haggian yaitu agresi instrumental (agresi untuk mencapai tujuan, misalnya mendapatkan kembali objek, hak atau kekuasaan) dan agresi permusuhan yaitu agresi untuk melampiaskan kebencian dengan melukai, menvakiti atau merusak. Perilaku agresif diangaap berbahaya karena dapat menjadi sumber dari timbulnya berbagai kekerasan dari kejahatan di masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perilaku agresif, ditemukan bahwa perkembangan perilaku agresif terjadi sejak masa hayi, dilanjutkan dengan pada masa pra-sekolah. masa usia sekolah_ remaja hingga dewasa. Namun demikian. ditemukan bahwa ada masa kritis dimana perilaku agresif dapat menjadi scbuah kecenderungan yang dapat bertahan sampai masa dewasa. Masa tersebut adalah masa usia sekolah dan remaja ma]. Pada masa usia sekolah, perilaku agresif dapat menjadi sumber kenakalan kronis dan kejahatan pada remaja. Bahkan penelitian dari Leonard Eron menunjukkan bahwa dengan melihat anak pada waktu berusia 8 tahun, maka dapat diketahui seberapa agresif seseorang pada saat dewasa.
Pada saat remaja, perilaku agresif yang belum dapat diatasi. akan semakin iebih berbahaya, karcna dapat melanggar hokum dan rnenjurus pada perkelahian dan tindakan kekerasan. Lebih khusus lagi pada saat remaja awal, dimana terjadi konflik ororitas dan hubungan dengan teman sebaya mengoat. maka bentuk-bentuk perilaku agresif seseorang lebih nyata. Untuk itu usaha untuk menciptakan anak usia sekolah dan remaja awal yang dapat mengendalikan diri sangat penting dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa remaja awal yang dapat mcngendalikan diri, hangat, bertanggung jawab dan bekerja sama akan cenderung bersikap sama hingga 30 tahun kemudian.
Bandura (1973) menyebutkan bahwa perilaku agresif pada usia 8-12 tahun adalah agresi tidak jelas yaitu perilaku mengganggu, berbohong atau merusak benda sedangkan pada usia 12-14 tahun adalah agresi yang bersifat jelas atau berupa tindakan kekerasan seperti berkelahi atau menyerang bahkan mernaksakan perilaku seks pada seseorang. Dengan demikian untuk mernahami pcnyebab perilaku agresif sangat penting untuk mem fokuskan pada pengalaman dan keterlibatan anak dalarn kekerasan pada masa usia sekolah dan remaja awal.
Perilaku agresif ini dipengaruhi oleh banyak hal Sears et. al., (1994) melihat bahwa mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia yaitu proses belajar di masa lalu. penguatan dan imitasi. Ketiga hal ini sangat mcnarik untuk diteliti berkaitan dengan besarnya dampak perilaku agresif pada anak usia sekolah dan remaja awal.
Pcnelitian mengenai perilaku agresif telah banyak dilakukan di negara Barat baik dari segi biologic_ psikologis maupun sosial. Bandura melalui Social learning theory menvehutkan bahwa kondisi lingkungan dan sosial dapat 'mengajarkan' individu menjadi agresif. Hal ini diakibatkan seseorang, mempelajari tingkah laku baru melalui imitasi pada orang lain yang dianggap penting. proses belajar mclalui pengamatan dan pengalaman langsung dan dipertahankan melalui faktor penguat (reward dan hukuman).
Pepler & Slab- (1994) mengatakan bahwa untuk memahami perilaku agresif dan hagaimana mengurangin. a. perk] dipelajari teori belajar sosial atau teori-teori lain yang berpijak pada per uhalusn dan proses perkembangan. Hal ini disebabkan karena teori belajar sosial dan sejenisnya dapat nlengurangi atau mencegah perkembangan perilaku agresif- karena pergerakan dan pencegahan agresi tergantung pada budava dan proses belajar (Weiss et al., dalarn Westen. 1996).
Pada penelitian ini. Suhyek diambil melalui Peer- nomination Leman sekelas, yang diadaplasi dari The Factorial Structure of Aggression and Prosocial Children's Self Report Scale yaitu kuesioner Peer Nomination for Aggression Behavior (PNAB) dari Caprara. Barbararrelli dan Pastorelly (1994). Dari delapan kelas yang tcrpilih (4 kelas anak usia sekolah dan 4 kelas remaja awal yang berada di pusat kola Bogor yang diperkirakan perilaku agresinya tinggi). akhirnya terpilih 8 anak yang dianggap berperilaku paling agresif. Kedekapan anak ini diwawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan.
Mengingat subvek yang terhatas hasil penelitian ini tidak dapat hcrlaku umum. Namun dari penelitian ini diperoleh basil bahwa perilaku agresif pada anak usia sekolah disebabkan oleh kurangnya waktu anak bersama orangtua. jenis kepribadian orangtua yang bersifat mengabaikan atau tidak ingin diganggu atau anak disosialisasikan dengan perilaku agresif dan mendapat pembolehan untuk melakukannya. Sedangkan pada remaja awal perilaku agresif disebabkan oleh kurang hangatnya hubungan dengan orangtua. hukuman yang terlalu berlebihan, pembiasaan hukuman pada waktu kecil, terlalu dimanjakan dan juga diabaikan selain remaja awal sudah mulai mencari figur lain selain orangtua dan melakukan imitasi misalnya pada (man, guru, atau bahkan pada pemain sepak bola dunia.
Selain itu, jika anak terbiasa menjadi korban dari periiaku agresif orangtuanya (dipukul, di(endang dst., atau dihina, diancam dst.). inaka anak juga melakukan hal tersebut kepada lingkungannya. Terbiasa melihat perilaku agresif atau saksi kekcrasan dalam perkawinan juga dapat menyebabkan anak berperilaku agresif. Pada penelitian ini juga ditemukan baliwa tidak selamanya anak memahami kemarahan dan hukuman orangtua. Pada beberapa anak, ia merasa diperlakukan tidak adil karena menyadari kesalahan dan hukuman tidak sebanding. Orangtua sendiri cenderung memberi reward pada perilaku agresif anak bcrdasarkan pemikiran untuk membalas. Pada imitasi. ibu menjadi tokoh yang paling dekat dengan anak. namun perilaku agresif tidak selalu ditiru dari ibu, melaknkan dari ayah, kakek, kakak. Atau teman.
Ketika anak usia sekolah mengalami kekecewaan. semua anak mengatakan akan mengatakan (mengadu) pada ibu meskipun ternyata ibunya tidak dapat menerima pengaduan, entah karena sibuk, tidak mau diganggu atau tidak memahami kebutuhan anak seperti ini. Narnun. pada remaja awal, kekecewaan sudah diatasi sendiri entah dengan marah atau membalas. Bahkan dalam mengekspresikan kemarahan. jika anak usia sekolah rnengaku bentukthya tidak berbeda dengan orangtuanya (seperti yang diajarkan), maka pada remaja. mungkin karena perkembangan sosial mereka. mercka melakukan peningkatan perilaku agresif,
namun disertai dengan alasan sebagai 'iseng'. 'ngasal' atau 'bercanda'.
Saran yang diajukan bagi penclitian yang sama di masa mendatang adalah memperbesar jumlah subyck. sehingga variasi-variasi dari aspek yang berperan dalam pembentukan perilaku agresif dapat tergali dengan baik. Selain itu penelitian juga dapat diarahkan pada scluruh segi perilaku agresif baik verbal. fisik, gesture, perilaku agresif yang dialihkan dan lain-lain, yang dapat dilakukan secara longitudinal. sehingga anak usia sekolah yang menjadi sampel dapat diikuti perkembangannva sampai dewasa yang pada akhirnva dapat menghasilkan seam kesimpulan yang didapat lebih komprehensif. Membuat rancangan program bentuk-hentuk interaksi orang tua-anak, sehingga anak dapat tumhuh dan berkembang secara optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dwinanti Amanda
"Latar Belakang: Perilaku kekerasan yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan orang lain banyak dijumpai pada orang dengan gangguan psikotik. Salah satu penyebab terjadinya perilaku kekerasan adalah gejala positif yang dialami mereka. Dengan mengetahui hubungan antara gejala positif dan perilaku kekerasan, diharapkan dapat mencegah terjadinya perilaku kekerasan dan dapat dilakukan penatalaksaan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gejala positif dengan perilaku kekerasan pada gangguan psikotik.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling pada warga binaan Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung, sebanyak 90 orang, yang dirawat selama periode April-Mei 2014. Pada subyek penelitian dilakukan wawancara penapisan gejala psikotik menggunakan MINI ICD 10 yang dilanjutkan dengan pemeriksaan gejala positif menggunakan PANSS skala positif dan penilaian perilaku kekerasan menggunakan OAS.
Hasil: Pada hasil analisis, terdapat hubungan antara gejala positif dengan perilaku kekerasan (p<0,001; r = 0,629). Gejala positif yang memiliki hubungan sedang dengan perilaku kekerasan antara lain gaduh gelisah dan kejaran. Sedangkan waham, permusuhan dan perilaku halusinasi memiliki hubungan lemah dengan perilaku kekerasan. Gejala positif berupa kekacauan proses pikir dan waham kebesaran memiliki hubungan sangat lemah dengan perilaku kekerasan.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara gejala positif dengan perilaku kekerasan pada gangguan psikotik.

Background: Violent behaviors which potentially harmful to self and others are found usually in people with psychotic disorder. One of the reasons for the behavior to take place is the positive symptoms experienced by these individuals. By determining the association between positive symptoms and violent behaviors, it is hoped that these behaviors can be prevented and managed appropriately. This research is conducted to find association between positive symptoms and violent behaviors in psychotic behavior disorder.
Method: This is an analytical cross sectional research. Samples were taken by means of simple random sampling from residents of Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung Social Rehabilitation center, with 90 subjects cared for during the period of April to May 2014. Subjects were given screening interview for psychotic symptoms using MINI ICD 10, then proceed to positive symptoms examination using positive scale of PANSS and rating of violent behavior using OAS.
Result: The coefficient correlation between positive symptoms and violent behaviors was r = 0,629 (p<0,001). Positive symptoms with moderat correlation with violents behaviors are agitation and paranoia. Meanwhile delusion, hostility and hallucinatoric behaviors have weak correlation with violent behaviors. Positive symptoms such as disorganized thought process and grandiose delusion have very weak correlation with violent behaviors.
Conclusion: Significant correlation is found between positive symptoms and violent behaviors in psycotic disorder.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ratih Wibawa
"Studi Fenomenologi : Pengalaman Keluarga Mengungkapkan Ekspresi Emosi dalam Merawat Klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan Gejala yang tampak pada gangguan jiwa berat salah satunya adalah gejala agresif dan perilaku kekerasan. Hubungan antara pemberian perawatan dengan gangguan jiwa dapat dinilai dengan ekspresi emosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam tentang pengalaman keluarga mengungkapkan ekspresi emosi dalam merawat klien dengan risiko perilaku kekerasan.
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan 6 partisipan yang diwawancara secara mendalam tentang pengalamannya mengungkapkan ekspresi emosi dalam merawat klien risiko perilaku kekerasan.
Hasil penelitian didapatkan tiga tema yaitu respons psikologis diikuti respons fisik merupakan manifestasi respons keluarga, sikap bermusuhan merupakan refleksi perasaan negatif keluarga, interaksi positif dalam keluarga sebagai pemenuhan kebutuhan psikologis. Hasil penelitian merekomendasikan perawat jiwa agar menekankan pentingnya mengungkapkan ekspresi emosi pada saat melakukan psikoedukasi keluarga. Kata kunci : keluarga, ekspresi emosi, risiko perilaku kekerasan.

Phenomenological Study The Experience of Family Expressed Emotion in Caring People with the Risk of Violent Behavior One of the symptoms in severe mental disorders is aggressive and violent behavior. The relationship between treatment and mental disorders can be assessed through expressed emotion. The purpose of this study was to explore family rsquo s experience showing the expressed emotion in caring for family member with the risk of violent behavior.
The design used in the research is qualitative method with phenomenology approach. Six participants were interviewed by in depth interview techniques related to their experiences in expressing their emotion in caring the people with the risk of violent behavior.
The result of the research revealed three themes psychological response followed by physical response as a manifestation of family response, hostility as a reflection of family negative feeling, positive interaction in family as fulfillment of psychological need. The recommendation of this study that the nurses emphasizing the importance of expressing emotion in providing family psychoeducation. Keywords family, expressed emotion, risk of violent behavior "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Iqlima Istiqomah
"Risiko perilaku kekerasan ialah suatu tindakan yang dapat berpotensi membayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sebagai respon dari adanya stressor. Tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk memberikan analisis mengenai penerapan relaksasi mendengarkan musik untuk menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien dengan masalah risiko perilaku kekerasan. Penerapan relaksasi mendengarkan musik menunjukkan adanya penurunan tanda gejala perilaku kekerasan yang diukur dengan lembar evaluasi pengukuran tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dikembangkan oleh Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Rekomendasi dari karya ilmiah ini diharapkan perawat memperhatikan respon dari klien terhadap intervensi yang telah diberikan dengan melakukan evaluasi secara berkala. Perawat juga perlu melakukan identifikasi terkait faktor pendukung maupun penghambat yang dapat memengaruhi penerapan intervensi yang diberikan pada klien.

The risk of violent behavior is an action that can potentially harm oneself, others, and the environment in response to a stressor. The purpose of this scientific paper is to provide an analysis of the application of relaxation by listening to music to reduce signs and symptoms of violent behavior in clients with risk problems for violent behavior. The application of relaxation by listening to music shows a decrease in signs of violent behavior as measured by the evaluation sheet for measuring signs and symptoms of risk of violent behavior developed by the Department of Mental Nursing, Faculty of Nursing, University of Indonesia. Recommendations from this scientific work are expected that nurses pay attention to the response of the client to the intervention that has been given by conducting periodic evaluations. Nurses also need to identify related supporting and inhibiting factors that can affect the implementation of interventions given to clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reflin Mahmud
"Pendahuuan: Risiko Perilaku Kekerasan (RPK) merupakan salah satu gejala positif yang sering terjadi pada klien skizofrenia. RPK merugikan banyak orang termasuk diri sendiri dalam hal keselamatan, dan mengakibatkan dampak psikologis, dampak fisik, dampak ekonomi, termasuk memperpanjang waktu rawat inap dan meningkatkan stigmatisasi. Latihan asertif merupakan terapi keperawatan jiwa spesialis yang terbukti dapat mencegah perilaku kekerasan, menurunkan tanda dan gejala dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol RPK. Teori comfort belum banyak dikembangkan pada penelitian-penelitian RPK dengan skizofrenia.
Tujuan: menganalisis penerapan terapi keperawatan jiwa spesialis latihan asertif pada klien RPK menggunakan pendekatan teori comfort.
Metode: case report dengan pendekatan teori comfort.
Hasil: Terdapat penurunan tanda gejala serta peningkatan kemampuan klien dalam mengontrol RPK setelah pemberian terapi keperawatan jiwa spesialis latihan asertif menggunakan pendekatan teori comfort.
Kesimpulan: Tulisan ini menggunakan pedekatan teori comfort pada penerapan terapi keperawatan jiwa spesialis latihan asertif yang terbukti menurunkan tanda gejala dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol RPK.
Rekomendasi: Penerapan terapi keperawatan jiwa spesialis latihan asertif menggunakan pendekatan teori comfort direkomendasikan untuk diberikan pada klien dengan RPK dengan skizofrenia.

Introduction: The risk of violent behavior (RVB) is one of the positive symptoms that often occurs in schizophrenia. RVB harms many people including oneself in terms of safety, and results in psychological impacts, physical impacts, economic impacts, including length of stay and increasing stigmatization. Assertive training is a specialist psychiatric nursing therapy that is proven to be able to prevent violent behavior, reduce signs and symptoms, and increase the ability to control the RVB. Comfort theory has not been widely developed in RVB studies with schizophrenia.
Purpose: to analyze the application of assertive training, specialist psychiatric nursing therapy to the RVB clients using the comfort theory approach.
Method: case report with comfort theory approach.
Results: There is a decrease in signs and symptoms and an increase in the client's ability to control RVB after giving assertive training, specialist psychiatric nursing therapy, using the comfort theory approach.
Conclusion: This paper uses the comfort theory approach to the application of assertive training, specialist psychiatric nursing therapy, which is proven to reduce signs and symptoms and increase the client's ability to control RVB.
Recommendation: The application of assertive training, specialist psychiatric nursing therapy, using the comfort theory approach is recommended to be given to RVB clients with schizophrenia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aghniya Cascara Ahmad
"Skizofrenia adalah gangguan psikis yang ditandai dengan penyimpangan kognitif, realitas, disorientasi persepsi, serta penarikan diri dari hubungan sosial. Penderita skizofrenia mengalami kemunduran dalam kemampuan berpikir dan berperilaku sebagai akibat dari penurunan kognitif, sehingga berpotensi melakukan perilaku kekerasan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Perilaku kekerasan merupakan perilaku yang melibatkan kekuatan fisik yang bertujuan untuk menyakiti, merusak, dan menghancurkan sesuatu. Tujuan karya ilmiah ini yaitu memberikan gambaran terkait penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan melalui terapi musik bernyanyi. Intervensi keperawatan yang diberikan selama 9 hari perawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan generalis yang telah ditetapkan disertai terapi musik sebagai intervensi tambahan. Hasil penerapan terapi musik yang dilakukan menunjukkan adanya penurunan tanda gejala risiko perilaku kekerasan dari skor 31 menjadi skor 2 dan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan meningkat dari skor 3 menjadi skor 6. Melalui studi kasus ini diharapkan dapat menjadikan terapi musik sebagai tindakan keperawatan inovasi untuk mengendalikan risiko perilaku kekerasan dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit.

Schizophrenia is a mental disorder characterized by cognitive distortions, reality distortions, disorientation of perception, and withdrawal from social relationships. Patients with schizophrenia experience a decline in their cognitive and behavioral abilities due to cognitive decline, which may lead them to engage in violent behavior that poses a risk to themselves, others, and their surroundings. Violent behavior involves physical force aimed at causing harm, destruction, or devastation. The purpose of this scientific study is to provide an overview of the application of nursing care for patients at risk of violent behavior through singing therapy. Nursing interventions provided during a 9-day hospital stay were in line with established general nursing standards, accompanied by music therapy as an additional intervention. The results of the music therapy application showed a decrease in symptoms of violent behavior from a score of 31 to a score of 2 and an increase in the ability to control violent behavior from a score of 3 to a score of 6. Through this case study, it is hoped that music therapy can be established as an innovative nursing practice for controlling violent behavior in hospital care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>